Pembuatan Lcs Dari Tanah Tercemari Minyak Dan Pengukuran Tph Menggunakan Penganalisis Tph Dan Kromatografi Gas

PEMBUATAN LCS DARI TANAH TERCEMARI MINYAK
DAN PENGUKURAN TPH MENGGUNAKAN
PENGANALISIS TPH DAN KROMATOGRAFI GAS

RIZKA EFRANIA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pembuatan LCS dari Tanah
Tercemari Minyak dan Pengukuran TPH Menggunakan Penganalisis TPH dan
Kromatografi Gas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Rizka Efrania
NIM G44100093

ABSTRAK
RIZKA EFRANIA. Pembuatan LCS dari Tanah Tercemari Minyak dan
Pengukuran TPH Menggunakan Penganalisis TPH dan Kromatografi Gas.
Dibimbing oleh DEDEN SAPRUDIN dan CHARLENA.
Hidrokarbon petroleum total (TPH) merupakan parameter penting pemantau
keberhasilan proses pemulihan lingkungan yang dilakukan perusahaan minyak
bumi dan gas. Sebelum mengukur TPH sampel diuji dengan suatu standar yang
sudah diketahui konsentrasinya yang dinamakan bahan acuan tersertifikasi
(CRM). Standar ini diperoleh dengan harga yang cukup tinggi dan terbatas
sehingga harus dicari substitusinya. CRM dapat disubstitusi menggunakan bahan
laboratorium buatan sendiri, yang disebut sampel kontrol laboratorium (LCS).
Untuk penelitian ini, LCS dibuat dari tanah tercemar dan diukur menggunakan
penganalisis TPH and kromatografi gas. Untuk membandingkan hasil

pengukuran, TPH dianalisis pada tanah blanko dan penambahan minyak mentah
asal daerah Minas, Riau. Hasil pengukuran kadar air konsentrasi rendah dan tinggi
1.17% dan 0.68%. Pengukuran TPH untuk konsentrasi rendah 0.33% dan 0.25%,
sedangkan konsentrasi tinggi 0.24% dan 0.53%. Untuk membandingkan uji
homogenitas, perhitungan dilakukan menggunakan uji Anova dan uji profisiensi.
Uji profisiensi lebih teliti daripada uji Anova.
Kata kunci: kromatografi gas, penganalisis TPH, uji homogenitas, uji stabilitas

ABSTRACT
RIZKA EFRANIA. Preparation and Measurement TPH of LCS for Oil
Contaminated Soil by TPH Analyzer and Gas Chromatography. Supervised by
DEDEN SAPRUDIN and CHARLENA.
Total petroleum hydrocarbons (TPH) is an important parameter for
monitoring the success of environmental purgation process in oil and gas
business. Before measuring the TPH, oil contaminated soil was measured using a
standard of which the concentration is exactly known, so called certified reference
material (CRM). CRM expensive and limited, therefore we have to find the
substitution. The substitute CRM could be prepared, which is known as laboratory
control sample (LCS). For this experiment, the LCS was made of sample with two
different TPHs and measured by TPH analyzer and gas chromatography. To

compare the TPH result, measurement of TPH was done in blank and was added
with crude oil from Minas, Riau. For homogeneity test, calculation was done by
Anova and proficiency test. The moisture of the low and high concentrations were
1.17% and 0.68%, respectively. The TPH value for low concentration were 0.33%
and 0.25%, whereas for high concentration were 0.24% and 0.53%. The
homogeneity by proficiency test was more precise then that by the Anova test.
Keywords: gas chromatography, homogeneity test, stability test, TPH analyzer
.

PEMBUATAN LCS DARI TANAH TERCEMARI MINYAK
DAN PENGUKURAN TPH MENGGUNAKAN
PENGANALISIS TPH DAN KROMATOGRAFI GAS

RIZKA EFRANIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pembuatan LCS dari Tanah Tercemari Minyak dan Pengukuran
TPH Menggunakan Penganalisis TPH dan Kromatografi Gas
Nama
: Rizka Efrania
NRP
: G44100093

Disetujui oleh

Dr Deden Saprudin, MSi
Pembimbing I

Dr Charlena, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyusun dan
menyelesaikan karya ilmiah berjudul Pembuatan LCS dari Tanah Tercemari
Minyak dan Pengukuran TPH Menggunakan Penganalisis TPH dan Kromatografi
Gas yang dilakukan pada bulan November 2014 hingga Februari 2015 di
Laboratorium Technology Support PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), Minas,
Riau. Penelitian ini adalah bagian dari kegiatan penelitian dan penyusunan karya
ilmiah yang didanai oleh PT Chevron Pacific Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Deden Saprudin, MSi

dan Ibu Dr Charlena, MSi selaku pembimbing yang senantiasa memberikan
petunjuk dan membimbing selama penyusunan karya ilmiah. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nengsi Rova, MSi dan Bapak Hadi
Riyanto, MSi selaku mentor tugas akhir, Bapak Elwin F Nasution selaku
Supervisor HR PT Chevron Pacific Indonesia, serta Bapak Adi Widiyanto dan Ibu
Tyas Kuswardani sebagai mentor lapangan yang telah banyak membantu dan
senantiasa membimbing selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.
Karya tulis ini merupakan wujud penghargaan untuk Ibunda (Nelva Nora),
Ayahanda (Effendi Suharji), Kakak (Resti Pratiwi), Adik (Raditya Prima), dan
seluruh keluarga yang senantiasa memberikan segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai, analis mitra kerja,
serta teman-teman TA dan KP di Laboratorium TS PT Chevron Pacific Indonesia
yang telah membantu penulis selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman peneliti di Laboratorium Kimia Analitik dan rekanrekan Activator Chemist 47 atas kerja sama dan kebersamaan selama ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Agustus 2015
Rizka Efrania

1


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

BAHAN DAN METODE


1

Alat dan Bahan

2

Metode

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Hasil Ekstraksi Hidrokarbon pada LCS

7

Hasil Pengukuran TPH dengan Penganalisis TPH dan GC


9

Kromatogram Pengukuran TPH pada LCS

10

Kadar Air Sampel Tanah untuk LCS

11

Homogenitas LCS

11

Stabilitas LCS

13

Hasil Ekstraksi Hidrokarbon dan Pengukuran TPH pada Tanah Blanko
Penambahan Minyak Mentah


14

Kromatogram Pengukuran TPH pada Tanah Blanko Penambahan
Minyak Mentah

14

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

15


DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

37

2

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Hasil pengukuran TPH pada LCS kosentrasi rendah dan tinggi
Hasil pengukuran kadar air
Nilai uji homogenitas F dan profisiensi TPH pada LCS konsentrasi
rendah
Nilai uji homogenitas F dan profisiensi TPH pada LCS konsentrasi
tinggi
Hasil uji stabilitas TPH pada LCS konsentrasi rendah dan tinggi
Hasil pengukuran TPH awal pada tanah blanko menggunakan
Penganalisis TPH
Hasil pengukuran TPH pada tanah blanko penambahan minyak mentah

8
10
11
11
12
13
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Ekstrak hidrokarbon LCS menggunakan diklorometana pada
konsentrasi tinggi dan rendah
Struktur kimia asam fulvat dan asam humat
Grafik pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah
menggunakan penganalisis TPH dan GC
Grafik pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi menggunakan GC
dan penganalisis TPH
Kromatogram LCS konsentrasi tinggi dan tanah blanko penambahan
minyak mentah konsentrasi tinggi
Grafik pengukuran kadar air LCS konsentrasi rendah dan tinggi
Ekstrak tanah blanko penambahan minyak mentah pada konsentrasi
rendah dan tinggi
Kromatogram tanah blanko penambahan minyak mentah konsentrasi
rendah dan LCS konsentrasi rendah

7
7
9
9
9
10
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Diagram alir penelitian
Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan
Penganalisis TPH
Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan GC
Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi menggunakan
penganalisis TPH
Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi menggunakan GC
Contoh perhitungan perbedaan pengukuran TPH pada LCS
menggunakan penganalisis TPH dan GC
Nilai F pada kepercayaan 95%
Hasil uji homogenitas F pengukuran TPH pada LCS konsentrasi
rendah menggunakan penganalisis TPH
Hasil uji homogenitas profisiensi pengukuran TPH pada LCS konsentrasi

16
17
18
19
20
21
21
22

3

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

rendah menggunakan penganalisis TPH
Hasil uji homogenitas F pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah
menggunakan GC
Hasil uji homogenitas profisiensi pengukuran TPH pada LCS konsentrasi
rendah menggunakan GC
Hasil uji homogenitas F pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi
menggunakan penganalisis TPH
Hasil uji homogenitas profisiensi pengukuran TPH pada LCS
konsentrasi tinggi menggunakan penganalisis TPH
Hasil uji homogenitas F pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi
menggunakan GC
Contoh perhitungan F hitung
Hasil uji homogenitas profisiensi pengukuran TPH pada LCS konsentrasi
tinggi menggunakan GC
Hasil uji stabilitas pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah
menggunakan penganalisis TPH dan GC
Hasil uji stabilitas pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi
menggunakan penganalisis TPH dan GC
Pengukuran TPH tanah blanko penambahan minyak mentah
konsentrasi tinggi
Pengukuran TPH tanah blanko penambahan minyak mentah
konsentrasi rendah
Contoh perhitungan TPH menggunakan penganalisis TPH
Contoh perhitungan TPH menggunakan GC

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
33
34
35

4

PENDAHULUAN
Perusahaan minyak bumi dan gas selain menghasilkan produk utama
(minyak dan gas), juga mengasilkan efek samping berupa limbah yang dapat
mencemari lingkungan tanah dan air. Ada beberapa metode untuk mengatasi
limbah minyak bumi ini, yaitu bioremediasi dan parameter penting pemantau
keberhasilannya yaitu hidrokarbon petroleum total (TPH). TPH menjelaskan
konsentrasi hidrokarbon minyak bumi dalam tanah dan sering dinyatakan dalam
satuan mg/kg atau % (Nugroho 2006). Perusahaan minyak yang menghasilkan
limbah dalam jumlah besar diminta untuk monitor proses pemulihan lingkungan
umumnya menyediakan alat yang bisa menguji sampel tanah dengan lebih efisien
yang dilihat dari segi waktu dan cara kerja. Perusahaan ini umumnya
menggunakan penganalisis TPH dan kromatografi gas untuk menganalisis sampel
tercemari minyak bumi.
Penganalisis TPH merupakan instrumen yang dapat digunakan mengukur
TOG (total minyak dan lemak) dan TPH (hidrokarbon petroleum total) pada air
serta tanah yang menggunakan prinsip penyerapan inframerah tengah pada
panjang gelombang 3400 nm atau 3.4 µm (bilangan gelombang 2940 cm-1) atau
panjang gelombang 2500 nm atau 2.5 µm (bilangan gelombang 4000 cm-1).
Keunggulan metode ini adalah sederhana, cepat, murah, dan paling sesuai untuk
perhitungan TPH pada tahapan monitoring proses bioremediasi (Jannah 2012).
Kromatografi gas adalah alat pemisahan yang digunakan untuk memisahkan
semua zat yang dapat diuapkan, menggunakan gas sebagai fase geraknya dan
umumnya dipakai sebagai analisis awal dan akhir karena prosedur analisis
memakan waktu yang cukup lama (Hendayana 2006).
Sebelum pengukuran TPH, alat analisis perlu dilakukan pengujian dengan
suatu standar yang sudah diketahui konsentrasinya yang dinamakan bahan
referensi tersertifikasi CRM) yang mempunyai nilai standar dan telah diuji di
beberapa laboratorium. Standar ini diperoleh dengan harga yang cukup tinggi dan
terbatas sehingga harus dicari substitusinya. Substitusi CRM ini dapat
menggunakan bahan yang laboratorium buat sendiri dinamakan sampel kontrol
laboratorium (LCS) yang harus melalui persyaratan yaitu uji homogenitas dan uji
stabilitas.
Uji homogenitas adalah suatu aktivitas pengujian sebanyak minimal 20 kali
untuk mengetahui kesamaan kondisi maupun konsentrasi sampel tanah sebelum
digunakan sebagai standar atau kontrol sampel dan dilakukan dengan penetapan
konsentrasi di seluruh bagian sampel (Ibrahim 2012). Uji homogenitas umumnya
menggunakan perhitungan uji Anova (uji F). Uji homogenitas profisensi menurut
ISO 13528 belum banyak digunakan di laboratorium, oleh sebab itu penelitian ini
bertujuan membandingkan kedua perhitungan uji homogenitas.
Untuk membandingkan pengukuran menggunakan kedua alat, LCS pada
penelitian ini dibuat dari dua tanah dengan TPH berbeda, dan dilakukan
pengukuran pada tanah tidak terkontamniasi minyak sebagai matriks dan
penambahan minyak mentah. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan membuat
LCS dari tanah tercemari minyak menggunakan uji homogenitas, menganalisis
hasil pengukuran LCS menggunakan penganalisis TPH dan kromatografi gas, dan
membandingkan hasil pengukuran terhadap tanah penambahan minyak mentah.

5

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah TPH Analyzer merk Infracal HATR T-2, labu
takar 10 mL, 50 mL dan 100 mL, pipet mikro 20-200 μL, pipet volumetri 5 mL
dan 20 mL, vial kaca 20 mL dan 40 mL, spatula, timbangan analitik, moisture
analyzer, ayakan ukuran 1 mm, lumpang, mortar, wadah kaca untuk menyimpan
tanah, oven, wadah untuk mengeringkan sampel, kromatografi gas (GC) Agilent
tipe 7890A dengan FID (flame ionization detector) seperangkat alat pendukung
GC (generator hidrogen Packard 9200, kolom kapiler DB-1 Part 123-1013 ukuran
15 m x 0.32 mm x 1 μm, gas helium 99.99% UHP (ultra high purity), gas
hidrogen, vortex merk Fisher Genie 2 Cat 12-812, alat sentrifugasi Robinson
model 720, tabung sentrifugasi, dan pipet Pasteur.
Bahan yang digunakan adalah tanah terkontaminasi minyak dengan TPH
berbeda, tanah blanko, minyak mentah berasal dari daerah Minas (Riau), nheksana, mineral oil, silika gel anhidrat 75-150 μm, triflorotoluena, dan
diklorometana.

Metode
Penelitian dilakukan dalam enam tahap. Tahap pertama adalah persiapan
tanah terkontaminasi minyak dengan TPH berbeda yang dijadikan LCS. Tahap
kedua adalah pengukuran kadar air. Tahap ketiga adalah homogenisasi sampel.
Tahap keempat adalah ekstraksi dan pengukuran TPH dengan penganalisis TPH
dan GC. Tahap kelima adalah uji homogenitas dan stabilitas sampel tanah. Tanah
keenam adalah persiapan, ekstraksi dan pengukuran TPH tanah blanko dan
penambahan minyak mentah. Tahap ketujuh adalah membandinghan hasil
pengukuran TPH tanah penambahan minyak mentah dengan LCS.
Persiapan Sampel Tanah Terkontaminasi Minyak yang Dijadikan LCS
Tanah tercemar minyak dengan dua TPH berbeda dan belum diketahui TPH
dikumpulkan menjadi satu hingga berat total 2.00 kg.
Pengukuran Kadar Air
Sampel tanah diukur kadar air menggunakan alat pengukur kadar air dengan
cara memasukkan 2 g sampel ke dalam wadah pengukur kadar air dan ditunggu
sekitar 2 menit sampai pembacaan selesai.
Homogenisasi Sampel Tanah untuk Pembuatan LCS (USEPA 1992)
Masing-masing 2.00 kg tanah terkontaminasi minyak dengan dua TPH
berbeda dihomogenkan menggunakan lumpang dan mortar, dikeringkan dibawah
sinar matahari selama 24 jam. Kemudian tanah ditumbuk hingga halus, diayak
dengan saringan ukuran pori 1 mm, dimasukkan dan disimpan ke dalam wadah
kaca sebelum danalisis.

6
3
Uji homogenitas dilakukan dengan membagi masing-masing tanah dua TPH
berbeda ke dalam 100 plastik dan dinomori angka 1 hingga 100. Kemudian setiap
bagian dibagi lagi menjadi 2 bagian, masing-masing diberi label A dan B hingga
diperoleh 200 bagian. Dari 100 label A dan 100 label B dipilih secara acak 10
bagian yang akan diuji sehingga ada 10 label A dan 10 label B yang diukur nilai
TPH. Untuk mempermudah identifikasi data maka dilakukan penomoran pada
label yang dipilih dengan menggunakan angka 1 sampai 10.
Ekstraksi dan Pengukuran TPH Menggunakan Penganalisis TPH (USEPA
1998)
Pengukuran TPH Menggunakan Penganalisis TPH. Tanah diukur kadar
air dengan alat pengukur kadar air. Tanah dikering anginan suhu 40 oC hingga
diperoleh kadar air dibawah 5%. Sebanyak 5.00 g tanah ditimbang ke dalam vial
kaca 40 mL, ditambahkan 1.00 g silika gel, 20.00 mL n-heksana, dan ditutup rapat
di dalam lemari asam. Vial kemudian dikocok selama 2 menit, didiamkan sampai
padatan mengendap atau tidak ada partikel yang melayang-layang. Kemudian
50.00 μL larutan ekstraksi diletakkan diatas wadah penganalisis TPH dengan
pintu lemari asam ditutup serendah mungkin. Tombol “run” ditekan tepat setelah
ekstrak diteteskan diatas wadah dan pintu lemari asam ditutup selama 4.3 menit
untuk memunculkan nilai absorbans pada alat.
TPH () = volume pelarut (L) x konsentrasi (mg/L) x faktor pengenceran
bobot tanah (kg) x 10000
Ekstraksi dan Pengukuran TPH Menggunakan GC (USEPA 1996)
Persiapan Larutan Triflorotoluena. Pembuatan larutan triflorotoluena
0.40 mg/L dilakukan dengan menambahkan diklorometana 16.00 g/L ke dalam
labu takar 50 mL, ditambahkan 20.00 μL larutan triflorotoluena, lalu ditera
kembali dengan diklorometana.
Pengukuran TPH Menggunakan GC. Tanah sebanyak 1.00 g dimasukkan
ke dalam vial kaca berukuran 10 mL dan ditutup rapat sebelum dilakukan analisis.
Larutan triflorotoluena yang telah dibuat kemudian dimasukkan 5.00 mL ke dalam
vial. Vial kemudian diaduk dengan vortex 5 menit, didiamkan sampai terjadi
pemisahan padatan dan larutan, serta disentrifugasi 5 menit. Llarutan diambil
dengan pipet Pasteur ke dalam vial GC. Vial GC dimasukkan ke dalam baki,
diatur sesuai urutan sampel, dan dianalisis.
Ctanah(mg/L) = (area sampel/area standar internal) – A) x Csi (0.40 mg/L)
B
o
TPH ( /o) = (C tanah (mg/L) x volume larutan (mL) x faktor pengenceran)
(bobot tanah – bobot air) (g) x 10000
Keterangan
:
A
B

: intersep
: kemiringan

7

4
Uji Homogenitas

Uji Homogenitas Anova (Uji F). Keberterimaan uji F homogenitas
dilakukan dengan membandingkan nilai F perhitungan menggunakan 20 hasil
pengukuran TPH LCS (simplo dan duplo) terhadap nilai pada tabel F statistika.
Kriteria uji F terpenuhi apabila F hitung < F prediksi (Walpole 1995).
F hitung = MSB
MSW
MSB = ∑ (Ai + Bi – Xi)2
2 (n – 1)
MSW = ∑ (Ai - Bi – Xi)2
2n
Keterangan:
MSB : perbedaan antar contoh
MSW : perbedaan antara simplo dan duplo
Ai
: nilai TPH ulangan 1
Bi
: nilai TPH ulangan 2 (duplo)
Xi
: nilai rerata seluruh pengukuran
n
: jumlah pengukuran
Uji Homogenitas Profisiensi. Menurut ISO 13528 keberterimaan uji
homogenita profisiensi dilakukan dengan membandingkan nilai SD hitung
terhadap SD prediksi. Uji homogenitas profisisensi dilakukan terhadap dua tanah
LCS dengan TPH berbeda. Kriteria uji homogenitas terpenuhi apabila SD hitung
< SD prediksi (ISO 2005).
SD hitung = SX2 – ( SW )2
2
2
2
SX = ( SQRT ( ∑ ( Xt – Xr ) )/ ( n – 1 )2
SW2 = ( SQRT ( ∑ ( Xt – Xr )2 ) / ( 2n )
2
2
SD prediksi = 2 ( 1 - ( 0.5 ( log ( Xr x 10-2 )))) Xr
100
Keterangan:
Xt
: (Ai + Bi) / 2
Xr
:
Ai
: nilai TPH ulangan 1 (simplo)
Bi
: nilai TPH ulangan 2 (duplo)
n
: jumlah pengukuran
SD` : standar deviasi
SX
: SD rerata
SW : SD antara Ai (simplo) dan Bi (duplo)
SQRT : akar kuadrat

8
Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai TPH dari uji
homogenitas terhadap nilai LWL dan UWL. Uji stabilitas diperoleh dari
perhitungan menggunakan 14 hasil pengukuran TPH pada uji homogenitas. Tanah
dinyatakan homogen apabila hasil pengukuran ada diantara nilai LWL dan UWL.
LWL
UWL
Keterangan:
LWL
UWL
X
SD

= Χ – ( 2 x SD )
= Χ + ( 2 x SD )

: batas peringatan bawah
: batas peringatan atas
: rerata
: standar deviasi

Persiapan, Ekstraksi dan Pengukuran TPH pada Tanah Blanko dan
Penambahan Minyak Mentah (Aplikasi)
Tanah blanko tidak terkontaminasi minyak diambil lima spot pada
kedalaman 10 cm dibawah permukaan tanah berukuran 30 cm x 30 cm di
lapangan depan Laboratorium Technology Support PT CPI Minas - Riau.
Kemudian tanah dihomogenkan menggunakan lumpang dan mortar, dikeringkan
dibawah sinar matahari 24 jam, dan ditumbuk hingga halus. Tanah diayak dengan
saringan berdiameter pori 1.00 mm, dimasukkan ke dalam wadah kaca, dan
disimpan sebelum dilakukan analisis. Minyak mentah diambil dari sumur bor PT
Chevron di daerah Minas, Riau yang telah dimurnikan terlebih dahulu.
Sebelum ditambahkan minyak mentah, tanah diuji nilai TPH menggunakan
penganalisis TPH. Tanah dengan penambahan minyak mentah konsentrasi tinggi
dibuat dengan menambahkan 0.25 g minyak mentah dalam 5.00 g tanah blanko
untuk pengukuran menggunakan penganalisis TPH dan GC. Tanah konsentrasi
rendah dibuat dari pengenceran sepuluh kali dari ekstrak tanah dengan
penambahan minyak mentah konsentrasi tinggi, yaitu dengan mengencerkan 1.00
mL ekstrak tanah konsentrasi tinggi dengan pelarut ke dalam labu takar 10 mL.
Ekstrak kemudian diukur menggunakan penganalisis TPH dan GC.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstraksi Hidrokarbon pada LCS
Analisis TPH menggunakan penganalisis TPH diawali dari ekstraksi dengan
pelarut n-heksana. Pelarut n-heksana adalah hidrokarbon volatil yang spesifik
pada metode USEPA 1664 (USEPA1998). Pelarut n-heksana pada analisis dipilih
untuk menghindari penggunaan Freon-113 yang merusak lingkungan (Rintoul
2008). n-heksana digunakan sebagai pelarut karena memiliki titik didih 69 oC
yang lebih rendah dibanding titik didih senyawa hidrokarbon petroleum yang
dianalisis yaitu 0 oC sampai lebih dari 300 oC. n-heksana yang digunakan pada
penelitian ini bersifat nonpolar, sehingga dapat mengekstraksi senyawa nonpolar

9

6

hidrokarbon petroleum tanah yang dianalisis. Hal ini mengikuti kaidah like
dissolves like, yaitu zat terlarut polar akan terekstraksi pada pelarut polar,
demikian pula sebaliknya (Harvey 2000). Silika gel yang bersifat polar digunakan
pada analisis menggunakan penganalisis TPH untuk menyerap kadar air berisfat
polar yang tersisa dalam tanah.
Analisis TPH menggunakan GC diawali dari ekstraksi dengan pelarut
standar diklorometana dan pelarut internal standar triflorotoluena. Pelarut
diklorometana adalah hidrokarbon volatil yang spesifik pada metode USEPA
8015B (Rintoul 2008). Diklorometana dengan titik didih 40 oC dan triflorotoluena
72.4 oC bersifat nonpolar, dapat mengekstraksi senyawa nonpolar berupa
hidrokarbon petroleum dalam tanah yang dianalisis (Nugroho 2006). Intrenal
standar digunakan untuk mengukur kelompok analit.
Pelarut diklorometana adalah pelarut terbaik diantara pelarut lain seperti
tetrakloroetilena dan toluena, karena tetrakloroetilena sudah dilarang untuk alasan
kesehatan dan toluena merupakan bahan kimia prekusor yang dapat menyerap air
(Nugroho 2006). Pelarut diklorometana dipilih berdasarkan pemilihan pelarut
yang sesuai dengan metode GC dan prinsip partisi antara fase gerak terhadap fase
diam. Triflorotoluena dipilih sebagai standar internal karena memiliki sifat respon
yang sama dengan senyawa hidrokarbon dan puncak muncul pada waktu retensi
yang berbeda dengan hidrokarbon yang diukur (Pavia et al. 2006).

(a)

(b)
)
Gambar 1 Ekstrak hidrokarbon LCS menggunakan diklorometana
pada
konsentrasi (a) tinggi dan (b) rendah
Ekstrak tanah LCS konsentrasi tinggi (Gambar 1a) diperoleh warna lebih
pekat dan pengukuran TPH lebih tinggi daripada ekstrak tanah LCS konsentrasi
rendah (Gambar 1b, Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5). Hal
ini menandakan lebih banyak senyawa hidrokarbon terekstraksi dari tanah
(Gambar 1a) tersebut dan ada indikasi kromofor. Pengukuran TPH tanah LCS
konsentrasi rendah menggunakan penganalisis TPH lebih tinggi daripada
menggunakan GC (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Hal ini disebabkan senyawa
pada LCS konsentrasi rendah tidak persis sama dengan senyawa standar yang
digunakan untuk mengukur TPH di kedua alat. Penganalisis TPH dapat membaca
senyawa hidrokarbon non-petroleum, seperti asam humat C70H12O34N44, asam
fulvat C27H25O18, dan humin yang merupakan penyusun zat humat pada tanah
(Lampiran 2 dan Lampiran 3) (Kanonova 2000).
Asam fulvat adalah komponen yang jumlahnya paling sedikit dari tiga
komponen penyusun zat humat atau humus, mengandung gugus fungsional eter (O-), karboksil (-COOH), hidroksil (-OH), dan karbonil (-C=O). Asam humat
adalah zat aktif dalam humus yang mengandung gugus karboksil (-COOH) dan
gugus hidroksil (-OH), berperan dalam kesuburan tanah, serta larut dalam basa.
Humin adalah asam organik yang tidak larut dalam air dan basa. Senyawa-

107
senyawa tersebut merupakan zat organik yang stabil dan merupakan hasil akhir
dari proses dekomposisi bahan organik (Gambar 2 dan Kanonova 2000).

(a)

(b)

Gambar 2 Struktur kimia (a) asam fulvat (b) dan asam humat (Kanonova 2000)

Hasil Pengukuran TPH dengan Penganalisis TPH dan GC
Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan penganalisis
TPH diperoleh 0.33% (Tabel 1 dan Lampiran 2) dan GC 0.25% (Tabel 3 dan
Lampiran 3). Perbedaan hasil 10 pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah
dengan penganalisis TPH dan GC yaitu 27.59% (Lampiran 6 dan Gambar 3).
Tabel 1 Hasil pengukuran TPH pada LCS kosentrasi rendah dan tinggi
Pengukuran
TPH
Rerata
SD
Kadar air
Rerata
SD

LCS konsentrasi rendah
Penganalisis
TPH
GC
0.33
0.25
0.01
0.02
Penganalisis
TPH
GC
1.32
1.17
0.25
0.38

LCS konsentrasi tinggi
Penganalisis
TPH
GC
2.23
2.51
0.06
0.08
Penganalisis
TPH
GC
0.62
0.70
0.30
0.29

Hasil pengukuran TPH LCS konsentrasi rendah diperoleh lebih tinggi
menggunakan penganalisis TPH daripada GC. Hal ini dipengaruhi hidrokarbon
penyusun tanah LCS. LCS konsentrasi rendah diperkirakan mengandung
hidrokarbon yang berasal dari hidrokarbon nonpetroleum, seperti asam humat dan
asam fulvat. Penganalisis TPH dapat membaca TPH dan TOG (minyak dan
lemak) pada sampel (Rintoul 20008), sedangkan GC membaca hidrokarbon C12C36 berupa rantai alkane, isomer, dan tidak termasuk hidrokarbon non-petroleum
(Turner 1998).

11

8

TPH (%)

0.4
0.3
0.2
0.1

0
1

2

3

4
5
6
7
Nomor pengambilan sampel

8

9

10

Gambar 3 Grafik pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan
( ) penganalisis TPH dan ( ) GC
Pengukuran TPH LCS konsentrasi tinggi menggunakan penganalisis TPH
diperoleh 2.23% (Lampiran 4) dan menggunakan GC 2.51% (Lampiran 5). Hasil
pengukuran TPH LCS konsentrasi tinggi diperoleh lebih tinggi menggunakan GC
daripada penganalisis TPH karena diperkirakan tanah mengandung hidrokarbon
yang sama pada standar analisis GC dengan jumlah yang tinggi. Menurut USEPA
2001 penganalisis TPH yang menggunakan prinsip inframerah dapat membaca
senyawa yang mengandung hidrokarbon (CH) alifatik namun tidak bisa membaca
senyawa benzene, naftalena, dan senyawa organik polar. Perbedaan hasil 10
pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi menggunakan penganalisis TPH
dan GC 11.81% (Gambar 4 dan Lampiran 6). Perbedaan hasil analisis kedua
metode dapat disebabkan waktu dan proses ekstraksi berbeda pada analisis kedua
metode.
2.80
TPH (%)

2.60
2.40
2.20
2.00
1.80
1

2

3

4
5
6
7
Nomor pengambilan sampel

8

9

10

Gambar 4 Grafik pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi menggunakan
GC ( ) dan penganalisis TPH ( )

Kromatogram Pengukuran TPH pada LCS
Pengukuran TPH LCS konsentrasi rendah dan tinggi ditentukan dengan
kromatogram. Kromatogram LCS konsentrasi tinggi (Gambar 5a) memiliki
kemiripan terhadap tanah blanko penambahan minyak mentah konsentrasi tinggi
(Gambar 5b) dan memperlihatkan puncak saling berhimpitan menandakan

12
9
pemisahan kurang baik yang dapat disebabkan terdapat senyawa dalam jumlah
tinggi pada sampel. Pengukuran TPH menggunakan GC pada LCS konsentrasi
tinggi diperoleh waktu retensi rerata 25.14 menit. Pengukuran TPH menggunakan
GC pada LCS konsentrasi rendah diperoleh waktu retensi rerata 25.15 menit.

(a)
(b)
Gambar 5 Kromatogram LCS konsentrasi (a) tinggi dan (b) tanah blanko
penambahan minyak mentah konsentrasi tinggi
Kadar Air Sampel Tanah untuk LCS
Sebelum dilakukan analisis TPH pada tanah yang dijadikan LCS, terlebih
dahulu dilakukan pengukuran kadar air menggunakan alat pengukur kadar air.
Kadar air rerata tanah LCS konsentrasi rendah diperoleh 1.17 % dan konsentrasi
tinggi 0.60 %, ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 6.
Tabel 2 Hasil pengukuran kadar air
Nomor sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rerata
SD
Presisi

Kadar air
Konsentrasi rendah
1.64
1.60
1.75
1.17
0.80
0.70
0.80
1.05
1.03
1.18
1.17
0.38
67.86

Konsentrasi tinggi
1.20
1.10
0.50
0.45
0.45
0.30
0.60
0.85
0.80
0.50
0.68
0.30
55.52

13

Kadar aur (%)

10
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1

2

3

4

5
6
Sampel tanah

7

8

9

10

Gambar 6 Grafik pengukuran kadar air LCS konsentrasi ( ) rendah dan ( ) tinggi

Homogenitas LCS
Uji homogenitas pembuatan LCS untuk keperluan analisis TPH pada
penelitian ini dilakukan dengan membandingkan 10 pengukuran TPH dan masingmasing dilakukan pengukuran duplo (Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, dan
Lampiran 5). Sampel dinyatakan homogen apabila F hitung < F tabel.
Berdasarkan uji homogenitas dari pengukuran TPH menggunakan penganalisis
TPH dengan uji Anova (uji F), LCS konsentrasi rendah homogen. Hal ini
dibuktikan dengan nilai F hitung < F tabel (Tabel 3, Lampiran 7, dan Lampiran 8).
Nilai F hitung 0.00 (Tabel 3 dan Lampiran 7) dan F tabel 3.02 (Tabel 3 dan
Lampiran 10). Hasil uji homogenitas profisiensi menurut ISO 13528 (ISO 2005)
menggunakan hasil pengukuran TPH, pada sampel tersebut tidak homogen karena
nilai SD hitung > SD prediksi. SD hitung 0.0117 (Tabel 3 dan Lampiran 9) dan
SD prediksi 0.0047 (Tabel 3 dan Lampiran 9).
Hasil perhitungan menggunakan uji homogenitas Anova (uji F), LCS
konsentrasi rendah dinyatakan homogen, namun dengan perhitungan uji
profisiensi tidak homogen. Hal ini menandakan bahwa uji homogenitas profisiensi
menurut perhitungan ISO 13528 lebih teliti atau sampel yang tidak terlalu
homogen. Hasil uji homogenitas LCS konsentrasi rendah menggunakan GC
dinyatakan homogen. Hal ini dibuktikan dengan F hitung < F tabel (Tabel 3,
lampiran 7, dan Lampiran 10). F hitung 0.00 (Tabel 3 dan Lampiran 10) dan F
tabel 3.02 (Tabel 3 dan Lampiran 7). Sampel tidak homogen menurut uji
profisiensi karena SD hitung > SD prediksi. SD hitung 0.0037 (Tabel 3 dan
Lampiran 11) dan SD prediksi 0.0000 (Tabel 3 dan Lampiran 11).
Tabel 3 Nilai uji homogenitas F dan profisiensi TPH pada LCS konsentrasi
rendah
Uji
homogenitas
Uji F
ISO 13528

Kriteria
uji
F tabel
F hitung
SD prediksi
SD hitung

Penganalisis
TPH
3.02
0.00
0.0047
0.0117

GC
3.02
0.00
0.0037
0.0000

14
11
Uji homogenitas F menggunakan penganalisis TPH dinyatakan bahwa LCS
konsentrasi tinggi homogen. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung < F tabel
(Tabel 4 dan Lampiran 12). F hitung diperoleh 0.00 (Tabel 4 dan Lampiran 12)
dan F tabel 3.02 (Tabel 4 dan Lampiran 7). Hasil uji homogenitas profisisensi
homogen karena nilai SD hitung < SD prediksi. SD hitung 0.0072 (Tabel 4 dan
Lampiran 13) dan SD prediksi 0.0238 (Tabel 4 dan Lampiran 13). LCS
konsentrasi tinggi menurut uji Anova (uji F) menggunakan GC dinyatakan
homogen. Hal ini dibuktikan dengan F hitung < F tabel (Tabel 4, Lampiran 14,
dan Lampiran 15). F hitung 1.00 (Tabel 4, Lampiran 14, dan Lampiran 15) dan F
tabel 3.02 (Lampiran 7). LCS menurut uji profisiensi dinyatakan homogen karena
SD hitung < SD prediksi. SD hitung 0.0232 (Tabel 4 dan Lampiran 17) dan SD
prediksi 0.0262 (Tabel 4 dan Lampiran 17).
Tabel 4 Nilai uji homogenitas F dan profisiensi TPH pada LCS konsentrasi tinggi
Uji
homogenitas
Uji F
ISO 13528

Kriteria
uji
F tabel
F hitung
SD prediksi
SD hitung

Penganalisis
TPH
3.02
0.00
0.0238
0.0072

GC
3.02
1.00
0.0262
0.0232

Tanah terkontaminasi minyak yang dijadikan LCS konsentrasi rendah dan
tinggi dinyatakan homogen menurut uji homogenitas F dengan menggunakan
hasil pengukuran TPH dari kedua alat. Uji homogenitas profisiensi konsentrasi
rendah pada pengukuran TPH LCS menggunakan penganalisis TPH dan GC
dinyatakan tidak homogen. Hal ini disebabkan perhitungan uji homogenitas dari
ISO 13528 lebih ketat atau diperlukan repeatabilitas yang lebih tinggi dibanding
uji homogenitas F (Tabel 3 dan Tabel 4).
LCS konsentrasi rendah kurang homogen dibanding LCS konsentrasi tinggi
karena proses penghomogenan pada saat tanah masih basah secara bersamaan
tidak dilakukan pada tanah ini. LCS konsentrasi tinggi dilakukan pengadukan,
pencampuran, pengeringan, dan penghomogenan secara bersamaan sehingga
diperoleh tanah yang lebih homogen dan menghasilkan pengukuran yang lebih
presisi yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Stabilitas LCS
Tanah yang dijadikan LCS untuk dapat digunakan dan teruji kestabilan yaitu
diuji stabilitas menggunakan perhitungan control proses statistika (SPC). SPC
dibuat dengan menggunakan 14 hasil pengukuran TPH LCS yang diperoleh pada
uji homogenitas (Tabel 5, Lampiran 17, dan Lampiran 18). Hasil perhitungan uji
stabilitas LCS konsentrasi rendah menggunakan penganalisis TPH stabil atau bisa
digunakan sebagai kontrol sampel karena TPH berada diantara LWL 0.33%
(Tabel 5 dan Lampiran 17) dan UWL 0.35 (Tabel 5 dan Lampiran 18). LWL dan
UWL adalah batas bawah dan batas atas stabilitas.

15

12

Hasil perhitungan uji stabilitas LCS konsentrasi rendah menggunakan GC
stabil karena TPH diantara LWL 0.23% (Tabel 5 dan Lampiran 17) dan UWL
0.27% (Tabel 5 dan Lampiran 17). Hasil perhitungan uji stabilitas LCS
konsentrasi tinggi menggunakan penganalisis TPH stabil karena TPH diantara
LWL 2.20% (Tabel 5 dan Lampiran 18) dan UWL 2.32% (Tabel 5 dan Lampiran
18). Hasil perhitungan uji stabilitas LCS konsentrasi tinggi menggunakan GC
stabil karena TPH diantara LWL 2.34% (Tabel 5 dan Lampiran 18) dan UWL
2.68% (Tabel 5 dan Lampiran 18) sehingga semua sampel memenuhi uji stabilitas
sebagai syarat pembuatan dan penggunaan LCS.
Tabel 5 Hasil uji stabilitas TPH pada LCS konsentrasi rendah dan tinggi
Konsentrasi
Rendah
Konsentrasi
Tinggi

Alat analisis
Penganalisis TPH
GC
Alat analisis
Penganalisis TPH
GC

LWL
0.33
0.23
LWL
2.20
2.34

UWL
0.35
0.27
UWL
2.32
2.68

Nilai stabilitas
0.34
0.25
Nilai stabilitas
2.22
2.51

Simpulan
Stabil
Stabil
Simpulan
Stabil
Stabil

Hasil Ekstraksi Hidrokarbon dan Pengukuran TPH pada
Tanah Blanko Penambahan Minyak Mentah
Pengukuran TPH tanah blanko penambahan minyak mentah dilakukan
dengan terlebih dahulu menguji TPH untuk memastikan tidak mengandung
hidrokarbon petroleum dan dilakukan menggunakan penganalisis TPH karena
waktu analisis yang dilakukan sebentar 4.3 menit. Pengukuran TPH awal tanah
rerata 0.00%, dinyatakan pada Tabel 6.
Sebelum analisis TPH, kadar air diukur menggunakan alat pengukur kadar
air dengan meletakkan 2.00 g tanah ke atas wadah yang terbuat dari aluminium.
Setelah pembacaan kadar air selesai, tanah yang telah digunakan akan berubah
warna menjadi lebih hitam atau hangus berdasarkan prinsip pemanasan alat.
Pengukuran kadar air dilakukan untuk mengetahui kesiapan tanah untuk
dipergunakan dan mengurangi galat pada hasil pembacaan TPH. Berdasarkan
petunjuk metode USEPA 1664 pengukuran TPH tidak terlalu berpengaruh apabila
kadar air diperoleh kurang dari 5% (USEPA 1998). Kadar air tanah blanko
diperoleh rerata 1.15% dan ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil pengukuran TPH awal pada tanah blanko menggunakan
penganalisis TPH
Nomor
1
2
3
4

Kadar air (%)
1.16
1.12
1.16
1.14

TPH (%)
0.00
0.00
0.00
0.00

16
13
Analisis TPH tanah blanko penambahan minyak mentah diawali dari
ekstraksi dengan pelarut n-heksana dan diklorometana. Ekstrak tanah blanko
penambahan minyak mentah konsentrasi tinggi menggunakan pelarut
diklorometana diperoleh warna yang lebih pekat dan pengukuran TPH yang lebih
tinggi daripada ekstrak konsentrasi rendah (Gambar 7a dan Gambar 7b) yang
menandakan bahwa warna ekstrak berbanding lurus terhadap konsentrasi TPH
yang ditunjukkan pada Lampiran 19 dan Lampiran 20 dipengaruhi efek kromofor.
Hal ini menandakan lebih banyak hidrokarbon nonpolar konsentrasi tinggi
terekstraksi dari pelarut n-heksana dan diklorometana yang bersifat nonpolar
tersebut.

(a)
(b)
Gambar 7 Ekstrak tanah blanko penambahan minyak mentah pada konsentrasi
(a) rendah dan (b) tinggi
Pengukuran TPH tanah blanko penambahan minyak mentah konsentrasi
tinggi menggunakan penganalisis TPH 3.02% (Tabel 7, Lampiran 19, dan
Lampiran 21) dan menggunakan GC 5.15% (Tabel 7, Lampiran 19, dan Lampiran
22). Pengukuran TPH tanah blanko penambahan minyak mentah konsentrasi
rendah menggunakan penganalisis TPH 0.30% (Tabel 7 dan Lampiran 20) dan
menggunakan GC 0.64% (Tabel 7 dan Lampiran 20). Pembacaan TPH
konsentrasi rendah dan tinggi lebih tinggi menggunakan GC. Hal ini
menunjukkan bahwa GC lebih sensitif membaca berbagai jenis hidrokarbon pada
sampel tanah tersebut daripada penganalisis TPH. Menurut Turner 1998 GC dapat
membaca hidrokarbon C12-C36. Hal ini didukung oleh literatur yang mengatakan
bahwa pengukuran TPH berbasis GC mendeteksi berbagai jenis hidrokarbon,
sensitivitas, dan selektivitas yang paling terbaik (Jannah 2012). Pembacaan TPH
menggunakan GC lebih tinggi dibanding penganalisis TPH di kedua sampel
karena hidrokarbon pada kedua ekstrak tersebut sama.
Tabel 7 Hasil pengukuran TPH pada tanah blanko penambahan minyak mentah
Pengukuran
Rerata
SD

Konsentrasi tinggi
Penganalisis TPH
GC
3.02
5.15
0.0098
1.9218

Konsentrasi rendah
Penganalisis TPH
GC
0.30
0.64
0.0010
0.0132

Kromatogram Pengukuran TPH pada Tanah Blanko
Penambahan Minyak Mentah
Pengukuran TPH menggunakan GC pada tanah blanko penambahan minyak
mentah konsentrasi tinggi diperoleh waktu retensi rerata 22.56 menit. Pengukuran

17
TPH menggunakan GC pada tanah blanko penambahan minyak mentah
konsentrasi rendah diperoleh waktu retensi rerata 1.55 menit. Kromatogram tanah
blanko dan penambahan minyak mentah konsentrasi rendah (Gambar 8a) tinggi
puncak rerata sama dan kurang berhimpitan yang menandakan bahwa pemisahan
senyawa ini lebih baik dibanding LCS konsenstrasi rendah (Gambar 8b). Puncak
kecil terdapat pada LCS konsentrasi rendah dan saling berhimpitan karena
mengandung sejumlah pengotor dalam kolom maupun senyawa serta mengandung
berbagai jenis senyawa.

(a)
(b)
Gambar 8 Kromatogram (a) tanah blanko penambahan minyak mentah
konsentrasi rendah dan (b) LCS konsetrasi rendah

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Tanah tercemar minyak konsentrasi rendah pada penelitian ini memenuhi uji
homogenitas dan stabilitas sehingga dapat dijadikan kontrol sampel laboratorium
(LCS). Hasil uji homogenitas profisiensi menurut perhitungan ISO 13528 (ISO
2005) lebih teliti dan memiliki standar yang lebih tinggi dibanding uji Anova (uji
F). Hasil pengukuran hidrokarbon petroleum total pada sampel kontrol
laboratorium konsentrasi rendah menggunakan penganalisis TPH lebih tinggi
daripada kromatografi gas. Hasil pengukuran hidrokarbon petroleum total tanah
blanko penambahan minyak mentah konsentrasi rendah dan tinggi lebih tinggi
menggunakan kromatografi gas daripada penganalisis TPH.

Saran
Pembuatan kontrol sampel laboratorium konsentrasi lebih rendah perlu
dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kontrol sampel
laboratorium yang dibuat sebagai pengganti bahan referensi tersertifikasi.
Pengukuran waktu ekstraksi tanah untuk pengukuran hidrokarbon petroleum total
menggunakan penganalisis TPH dan kromatografi gas perlu dikaji kembali,
preparasi kedua sampel tanah dengan menghilangkan pengotor atau zat yang tidak
diinginkan sebelum pengukuran TPH perlu dilakukan, serta uji kualitatif perlu
dilakukan terhadap sampel tanah.

18

DAFTAR PUSTAKA
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Newyork (US): The McGraw-Hill
Companies.
Hendayana S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung (ID): Universitas Pendidikan IndonesiaIbrahim S. 2012.
Uji Reprodusibilitas, Profisiensi, dan Homogenitas. Jakarta (ID): Farmasi
ITB.
Ibrahim S. 2012. Uji Reprodusibiilita, Profisiensi, dan Homogenitas. Jakarta (ID):
Farmasi ITB.
[ISO] Internasional Standardization of Organization. 2005. Metode Statistik untuk
Uji Profisiensi oleh Antar Laboratorium Organisasi Internasional untuk
Standardisasi. Switzerland (CH): ISO; (ISO 13528).
Jannah LM, Prasetyo B. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID): PT
Raja Grafindo Persada.
Kanonova MM. 2000. Soil Organik Matter, Its Nature, Its Role in Soil Formation
and in Soil Fertility. London (UK): Pergamon Press Oxford.
Nugroho A. 2006. Bioremidiasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Pavia, Donald L, Gary M, Lampman, George S, Kritz, Randall G, Engel. 2006.
Introduction to Organic Laboratory Techniques. Philadelphia (US):
Saunders Company.
Rintoul S. 2008. Solvent Selection Guide Solvent Selection Guide for TPH
analyzer TOG/TPH Analyzers. California (US): Wilks Enterprise.
Turner D. 1998. Determination of TPH in water using SPE-DEX® and LVI-GCFID. ATAS GL International B.V. 99: 1-4.
[USEPA] United States Environmental Protection Agency. 1992. Preparation of
Soil Sampling Protocols: Sampling Techniques and Strategies. Washington
(US): USEPA; (USEPA 600/R-92/128).
[USEPA] United States Environmental Protection Agency. 1996. Test Methods
for Evaluating Solid Waste Phsycal/Chemical Methods. Washington (US):
USEPA; (USEPA Method 8015B).
[USEPA] United States Environmental Protection Agency. 1998. n-Hexane
Extractable Material (HEM; Oil and Grease) and Silica Gel Treated nHexane Extractable Material by Extraction and Gravimetry. Washington
(US): USEPA; (USEPA 821/R-98/002 Method 1664).
[USEPA] United States Environmental Protection Agency. 2001. Field
Measurement Technologies for Total Petroleum Hydrocarbons in Soil.
Washington (US): USEPA; (USEPA 600/R-01/088).
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi 3. Bambang Sumantri,
penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Tanah terkontaminasi minyak
dengan 2 TPH berbeda yang
dijadikan LCS

Tanah blanko penambahan
minyak mentah

Homogenisasi
Haluskan dan ayak

Butiran tanah berukuran 1 mm2

Keringkan dibawah sinar matahari

Tanah kering dengan
kadar air < 5%

Ekstraksi
dengan TFT

Ekstrak dengan n-heksana
Partikel padatan mengendap
sebanyak mungkin

Pemisahan padatan
dan larutan
Uji dengan GC

Uji dengan penganalisis TPH

Kromatogram

Absorbans

Evaluasi hasil dan bandingkan
dengan tanah blanko
penambahan minyak mentah

20

Lampiran 2 Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan penganalisis TPH
Kode
Tanah

Berat
tanah (g)

Absorbans

Xconc (mg/L)

1A
1B
2A
2B
3A
3B
4A
4B
5A
5B
6A
6B
7A
7B
8A
8B
9A
9B
10A
10B
Rerata
SD
Presisi

5.0000
5.0004
5.0007
5.0003
5.0005
5.0010
5.0008
5.0009
5.0004
5.0004
5.0002
5.0002
5.0002
5.0002
5.0004
5.0004
5.0004
5.0005
5.0003
5.0003
5.0004
0.0003
99.99

207.00
204.00
193.00
192.00
204.00
197.00
185.00
188.00
205.00
208.00
205.00
205.00
209.00
208.00
202.00
205.00
206.00
208.00
207.00
204.00
202.00
7.1148
96.48

853.93
841.32
795.08
790.88
841.32
811.89
761.45
774.06
845.52
858.13
845.52
845.52
862.34
858.13
832.91
845.52
849.73
858.13
853.93
841.32
833.33
29.91
96.41

Faktor
pegencer
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

TPH
mg/kg

%

3415.72
3365.00
3179.87
3163.31
3364.94
3246.92
3045.31
3095.69
3381.82
3432.26
3381.95
3381.95
3449.21
3432.39
3331.38
3381.82
3398.63
3432.19
3415.51
3365.07
3333.05
119.74
96.41

0.34
0.34
0.32
0.32
0.34
0.32
0.30
0.31
0.34
0.34
0.34
0.34
0.34
0.34
0.33
0.34
0.34
0.34
0.34
0.34
0.33
0.01
96.41

17

21

18

Lampiran 3 Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan GC
Kode
Tanah

Berat
tanah (g)

1A
1B
2A
2B
3A
3B
4A
4B
5A
5B
6A
6B
7A
7B
8A
8B
9A
9B
10A
10B
Rerata
SD
Ketelitian

1.0004
1.0001
1.0002
1.0008
1.0004
1.0000
1.0001
1.0007
1.0003
1.0008
1.0000
1.0005
1.0008
1.0005
1.0004
1.0004
1.0002
1.0001
1.0003
1.0000
1.0004
0.0003
99.97

Waktu
retensi (menit)
25.13
25.13
25.13
25.13
25.13
25.13
25.18
25.13
25.18
25.18
25.18
25.18
25.11
25.12
25.19
25.18
25.13
25.17
25.19
25.17
25.15
0.0280
99.89

Luas area
sampel (A std)
3794.97
4122.80
4405.01
3817.37
3684.02
3706.45
3335.41
3482.70
3653.19
3706.29
3702.40
3462.86
4651.00
4174.27
4521.25
3229.61
4118.43
3085.45
3534.77
5020.52
3869.44
499.4123
87.09

Luas area
TFT (Aistd)
3240.97
3568.44
3838.17
3236.81
3241.29
3252.45
3166.70
3243.51
3081.42
3089.01
3309.48
3172.23
4150.41
3620.35
3357.09
3129.00
3232.51
3032.76
3283.67
4457.85
3385.21
372.3706
89.00

Xconc
(mg/L)
507.78
499.99
496.16
512.00
518.38
492.11
448.95
459.18
515.09
522.23
481.68
468.12
482.62
498.82
595.71
438.39
559.35
430.99
460.55
485.42
493.68
39.39
92.02

Faktor
pengencer
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

TPH
mg/kg
2580.22
2499.71
2480.29
2557.94
2590.86
2460.54
2244.52
2294.31
2574.70
2609.08
2408.39
2427.12
2411.17
2492.83
2977.37
2191.05
2796.21
2154.76
2302.04
2427.12
2474.01
195.74
92.09

%
0.26
0.25
0.25
0.26
0.26
0.25
0.22
0.23
0.26
0.26
0.24
0.24
0.24
0.25
0.30
0.22
0.28
0.22
0.23
0.24
0.25
0.02
92.09

22

Lampiran 4 Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi menggunakan penganalisis TPH
Kode
tanah

Berat
tanah (g)

Absorbans

Xconc
(mg/L)

Faktor
pengencer

mg/kg

TPH
%

1A
1B
2A
2B
3A
3B
4A
4B
5A
5B
6A
6B
7A
7B
8A
8B
9A
9B
10A
10B

5.0003
5.0006
5.0007
5.0003
5.0008
5.0001
5.0005
5.0008
5.0001
5.0007
5.0001
5.0006
5.0004
5.0003
5.0005
5.0008
5.0001
5.0005
5.0008
5.0001

136.00
134.00
132.00
137.00
143.00
137.00
136.00
134.00
132.00
137.00
143.00
137.00
137.00
136.00
135.00
143.00
141.00
136.00
134.00
135.00

555.47
547.07
538.66
559.68
584.90
559.68
555.47
547.07
538.66
559.68
584.90
559.68
559.68
555.47
551.27
584.90
576.49
555.47
547.07
551.27

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

22217.65
21880.07
21543.40
22385.79
23392.25
22386.68
22216.76
21879.20
21545.98
22384.00
23395.52
22384.44
22385.34
22217.65
22048.64
23392.25
23059.24
22216.76
21879.20
22050.40

2.22
2.19
2.15
2.24
2.34
2.24
2.22
2.19
2.15
2.24
2.34
2.24
2.24
2.22
2.20
2.34
2.31
2.22
2.19
2.21

Rerata
SD
Presisi

5.0005
0.0003
99.99

137.00
3.3384
97.5588

557.58
13.77
97.53

22301.05
550.83
97.53

2.23
0.06
97.53

19

23

20

Lampiran 5 Pengukuran TPH pada LCS konsentrasi tinggi menggunakan GC
Kode
tanah
1A
1B
2A
2B
3A
3B
4A
4B
5A
5B
6A
6B
7A
7B
8A
8B
9A
9B
10A
10B
Rerata
SD
Ketelitian

Berat
tanah (g)
1.0000
1.0003
1.0003
1.0003
1.0000
1.0006
1.0000
1.0004
1.0004
1.0004
1.0004
1.0003
1.0004
1.0004
1.0005
1.0005
1.0006
1.0006
1.0008
1.0008
1.0004
0.0002
99.98

Waktu
retensi
(menit)
25.13
25.13
25.23
25.13
25.13
25.12
25.12
25.12
25.12
25.23
25.13
25.12
25.19
25.12
25.12
25.23
25.12
25.12
25.13
25.12
25.14
0.0405
99.84

Luas area
sampel (Astd)

Luas area
TFT (Aistd)

Xconc
(mg/L)

Faktor
pengencer

31349.10
31875.60
38141.00
32279.50
31756.10
36428.20
37058.40
32746.40
30953.70
31042.90
35119.30
30757.40
30194.20
29497.70
30515.70
31973.90
32298.60
31339.90
30515.70
29956.10
32799.96
2744.09
91.63

3011.96
3184.07
3497.15
3261.63
3113.86
3663.14
3604.77
3088.77
3029.14
3008.07
3524.54
2952.21
3152.06
2945.75
3099.67
3099.67
3099.67
2894.16
2894.16
2894.16
3216.94
251.38
92.19

5126.91
4928.27
5375.99
4871.15
5021.96
4895.05
5063.00
5223.70
5032.12
5082.75
4904.90
5132.03
4712.36
4929.62
4845.19
5080.43
5132.81
5337.17
5194.76
5098.07
5021.42
166.49
96.68

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

TPH
mg/kg

%

25634.55
24633.98
26871.90
24348.46
25109.81
24460.56
25314.99
26108.07
25150.56
25403.57
24514.71
25652.45
23552.38
24638.25
24213.83
25389.46
25648.68
26669.83
25953.05
25469.99
25099.59
833.42
96.68

2.56
2.46
2.69
2.43
2.51
2.45
2.53
2.61
2.52
2.54
2.45
2.57
2.36
2.46
2.42
2.54
2.56
2.67
2.60
2.55
2.51
0.08
6.68

21
24
Lampiran 6 Contoh perhitungan perbedaan pengukuran TPH pada LCS
menggunakan penganalisis TPH dan GC
Konsentrasi rendah
Rerata persentase TPH
Rerata persentase TPH

:
: 0.33 %
: 0.25 %

Perbedaan persentase TPH

:
:





 x 100%



 x 100%

:
 x 100%
: 27.59%
Konsentrasi tinggi
Rerata persentase TPH
Rerata persentase TPH

:
: 2.23 %
: 2.51 %

Perbedaan persentase TPH

:
:



 x 100%
:
: 11.81%
Lampiran 7 Nilai F pada kepercayaan 95%

25

A
0.34
0.32
0.34
0.30
0.34
0.34
0.34
0.33
0.34
0.34

Nomor
1
2
3
4
5

A
0.34
0.32
0.34
0.30

B
0.34
0.32
0.34
0.30

Ai-Bi
0.01
0.00
0.01
-0.01

0.34
0.34
0.34
0.33
0.34
0.34

0.34
0.34
0.34
0.33
0.34
0.34

-0.01
0.00
0.00
-0.01
0.00
0.01
0.00
-0.02

6
7
8
9
10
Rerata (X)
Σ
MSW

B
0.34
0.32
0.34
0.30
0.34
0.34
0.34
0.33
0.34
0.34

Keterangan : A: singlo dan B: duplo

Ai+Bi
0.68
0.64
0.66
0.61
0.68
0.68
0.69
0.67
0.68
0.68
0.67
6.67

(Ai+Bi)-Xi
0.01
-0.03
-0.01
-0.05
0.01
0.01
0.02
0.00
0.02
0.01

((Ai+Bi)-Xi)2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.01
0.00

(Ai-Bi)-Xi
0.00
0.00
0.01
-0.01
-0.01
0.00
0.00
-0.01
0.00
0.00

((Ai-Bi)-Xi)2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

23

Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rerata (X)
Σ
MSW

22

Lampiran 8 Hasil uji homogenitas F pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan penganalisis TPH

26

Lampiran 9 Hasil uji homogenitas profisiensi pengukuran TPH pada LCS konsentrasi rendah menggunakan penganalisis TPH
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

A
0.34
0.32
0.34
0.30
0.34
0.34
0.34
0.33
0.34
0.34

B
0.34
0.32
0.32
0.31
0.34
0.34
0.34
0.34
0.34
0.34

Xt
0.34
0.32
0.33
0.31
0.34
0.34
0.34
0.34
0.34
0.34

Xr

0.33

(Xt-Xr)2
0.0000
0.0003
0.0000
0.0007
0.0001
0.0000
0.0001
0.0000
0.0001
0.0000

Wt
0.01
0.00
0.01
-0.01
-0.01
0.00
0.00
-0.01
0.00
0.01

Wt2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00


SX
SX2
SW
SW2

0.0013
0.0120
0.0001
0.0038
0.0000



0.00
SS

0.0117

SDPA

0.0157

SW2/2

0.0000

SDPA’

0.0196

Xt-Xr
0.01
-0.02
0.00
-0.03
0.01
0.00
0.01
0.00
0.01
0.01

0.0047

Tidak homogen

0.0059

Tetap tidak homogen

Tetap < SS

23

27

Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

A
0.26
0.25
0.26
0.22
0.26
0.24
0.24
0.30
0.28
0.23
Rerata (Xi)
Σ
MSB
A
0.26
0.25
0.26
0.22
0.26
0.24
0.24
0.30
0.28
0.23
Rerata (X)
Σ
MSW

B
0.25
0.26
0.25
0.23
0.26
0.24
0.25
0.22
0.22
0.24

B
0.25
0.26
0.25
0.23
0.26
0.24
0.25
0.22
0.22
0.24

Ai+Bi
0.51
0.50
0.51
0.45
0.52
0.48
0.49
0.52
0.50
0.47
0.49
4.95

(Ai+Bi)-Xi
0.01
0.01
0.01
-0.04
0.02
-0.01
0.00
0.02
0.00
-0.02

((Ai+Bi)-Xi)2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Ai-Bi
0.01
-0.01
0.01
0.00
0.00
0.00
-0.01
0.08
0.06
-0.01
0.13
0.13

(Ai-Bi)-Xi
-0.12
-0.13
-0.11
-0.13
-0.13
-0.13
-0.13
-0.05
-0.06
-0.14

0.00
0.00
((Ai-Bi)-Xi)2
0.01
0.02
0.01
0.02
0.02
0.02
0.02
0.00
0.00
0.02
0.14
0.01

24