Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed Use Development Di PT. Pandega Desain Weharima (PDW))

EVALUASI MANAJEMEN PROSES PERANCANGAN
LANSKAP PERKOTAAN BERBASIS MIXED USE
DEVELOPMENT DI PT. PANDEGA DESAIN WEHARIMA
(PDW)

AHMAD RIFQI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

i

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Manajemen
Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed Use Development di PT.
Pandega Desain Weharima (PDW) adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Ahmad Rifqi
NIM A44110022

ii

ABSTRAK
AHMAD RIFQI. Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan
Berbasis Mixed Use Development di PT. Pandega Desain Weharima (PDW).
Dibimbing oleh KASWANTO.
Pembangunan dan perkembangan lahan yang pesat banyak dialami kotakota besar di Indonesia terutama kota-kota satelit yang berada disekitar Kota
Jakarta. Lahan merupakan suatu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
sehingga perlu adanya pengelolaan yang sesuai agar dapat dimanfaatkan secara
optimal. Salah satu bentuk pemanfaatan secara optimal dengan mengembangkan

konsep mixed use development dalam pembangunan dan pengembangan suatu
kawasan terutama dalam pengembangan kawasan atau kota-kota baru. PT.
Pandega Desain Weharima (PDW) merupakan salah satu konsultan arsitektur di
Indonesia yang bergerak di bidang urban designing consultant khususnya pada
lanskap perkotaan yang memperhatikan aspek ekologis kota dalam
perancangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, menganalisis, dan
mengevaluasi manajemen kerja dalam proyek perancangan lanskap perkotaan.
Metode analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi manajemen proses
perancangan adalah metode analisis SWOT dengan mengidentifikasi faktor secara
sistematis. Manajemen dalam proses perancangan lanskap perkotaan di PDW
Architects dipengaruhi oleh struktur organisasi, manajemen kerja, fasilitas, dan
waktu kerja. Berdasarkan analisis SWOT dari faktor-faktor tersebut diketahui
perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen proses perancangan dan tetap
mengembangkan sistem untuk meningkatkan kualitas proses perancangan lanskap
perkotaan. Dan evaluasi manajemen proses perancangan dilakukan berdasarkan
prinsip management plan yang mengacu pada hasil perangkingan alternatif
strategi.
Kata kunci: Analisis SWOT, Lanskap perkotaan, Mixed use development
ABSTRACK
AHMAD RIFQI. Management Evaluation of Urban Landscape Design ProcessBased Mixed Use Development at. Pandega Desain Weharima (PDW). Dibimbing

oleh KASWANTO.
The construction and development of rapid land many big cities
experienced in Indonesia especially satellite cities exist around the city of Jakarta.
Land is a resource that cannot be updated so that need for appropriate
management so that it can be utilized optimally. One form of optimal utilization
by developing the concept of mixed use development in the construction and
development of an area, especially in the development of the region or new cities.
PT. Pandega Desain Weharima (PDW) is one of the architectural consultant in
Indonesia in the field of urban designing consultant especially in urban landscape
ecological aspect of the city in its design. This research aims to study, analyze,
and evaluate the work in the project management of the design of urban
landscapes. Analytical methods used to formulate the strategy design process
management is a method of SWOT analysis by identifying the factors
systematically. Management in the process of designing urban landscapes in the

iii

PDW Architects influenced by organizational structure, management of work,
facilities and work time. Based on the SWOT analysis of the known factors the
company must improve the management system of process design and keep

develops a system to improve the quality of urban landscape design process.
Management evaluation of the process of designing is done based on the
principles of the management plan based on the results of the alternative order
strategy.
Key words: SWOT Analysis, Urban Landscape, Mixed use development

iv

EVALUASI MANAJEMEN PROSES PERANCANGAN
LANSKAP PERKOTAAN BERBASIS MIXED USE
DEVELOPMENT DI PT. PANDEGA DESAIN WEHARIMA
(PDW)

AHMAD RIFQI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
Pada
Departemen Arsitektur Lanskap


DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

v

Judul Magang

Nama
NIM

: Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan
Berbasis Mixed Use Development di PT Pandega Desain
Weharima (PDW)
: Ahmad Rifqi
: A44110022

Disetujui oleh,


Dr. Kaswanto, SP. M.Si
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Disetujui :

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik.
Penyusunan skripsi berlandaskan pada permasalahan yang banyak dialami kotakota besar di Indonesia karena peningkatan jumlah penduduk. Skripsi dengan
judul “Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis
Mixed use Development di PT. Pandega Desain Weharima (PDW)” merupakan
pelaksanaan magang di PT Pandega Desain Weharima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan beberapa pihak, dan pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, Irfan, Aulia dan Fahmi atas doa, motivasi,
dukungan, kasih sayang yang tidak pernah tergantikan bagi penulis.
2. Dr. Kaswanto, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, dan nasihat dalam penyusunan
proposal ini.
3. Dr. Ir. Setia Hadi, M.S selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan
saran dan bimbingan mengenai akademik.
4. PT. Pandega Desain Weharima (PDW), Bapak Punky Rahadianto selaku
pembimbing lapang yang memberikan arahan dan bimbingan selama proses
magang.
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi pedoman
dalam rangka pembelajaran bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.


Bogor, November 2015

Ahmad Rifqi

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat Magang
Kerangka Pikir
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Perancangan
Definisi Kota dan Perkotaan
Karakteristik Kota dan Kawasan Perkotaan
Lanskap Kota dan Permasalahannya

Mixed use Development
Konsultan Lanskap
Manajemen Proyek Lanskap
METODE MAGANG
Lokasi dan Waktu Magang
Metode Pelaksanaan Magang
Jadwal Kegiatan Magang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen PDW Architects
Profil Umum dan Ruang Lingkup Perusahaan
Struktur Organisasi Perusahaan
Penerimaan Proyek
Tahapan Proses Perancangan Perusahaan
Proyek Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang
Deskripsi Proyek
Tujuan Perancangan
Proses Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang
Analisis Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Penentuan Bobot Variabel

Pembuatan Matriks IFE dan EFE
Pembuatan Matriks Internal-Eksternal (IE)
Pembuatan Matriks SWOT
Perangkingan Alternatif Strategi
Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan
Struktur Organisasi
Tenaga Kerja
Alat dan Bahan
Jadwal Pelaksanaan
Biaya (budget)
Partisipasi Mahasiswa
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

1
1
1
2
2
3

3
4
5
5
6
6
7
7
7
8
11
12
12
12
12
13
14
15
15
16
16
25
25
28
28
29
30
31
31
32
32
33
33
34
34
38
38

viii

Saran
LAMPIRAN

38
40
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh Matriks SWOT
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Magang
Tabel 3 Fasilitas dan Teknologi Perusahaan
Tabel 4 Faktor Internal Proses Perancangan
Tabel 5 Faktor Eksternal Proses Perancangan
Tabel 6 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Tabel 7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Tabel 8 Matriks IFE
Tabel 9 Matriks EFE
Tabel 10 Matriks SWOT
Tabel 11 Perangkingan Alternatif Strategi
DAFTAR GAMBAR

11
11
15
27
28
28
28
29
29
30
31

Gambar 1 Kerangka Pikir
Gambar 2 Sistem Perancangan Linier
Gambar 3 Proses Perancangan Putaran
Gambar 4 Mixed Use Development Concept
Gambar 5 Lokasi Proyek Residensial Mixed Use Karawang
Gambar 6 Matriks Internal Eksternal
Gambar 7 Struktur Organisasi
Gambar 8 Diagram Proses Perancangan
Gambar 9 Peta Dasar
Gambar 10 Konten Inventarisasi
Gambar 11 Regional Context
Gambar 12 Regional Competitor
Gambar 13 Kondisi Eksisting Tapak
Gambar 14 Kondisi Eksisting Sisi Barat
Gambar 15 Kondisi Eksisting Sisi Timur dan Selatan
Gambar 16 Site Constraint
Gambar 17 Site Opportunity
Gambar 18 Vision Statement
Gambar 19 Concept Reference
Gambar 20 Matriks Internal-Eksternal (IE)
Gambar 21 Rekomendasi Struktur Organisasi dalam Proses Perancangan
Lanskap Perkotaan
Gambar 22 Skema Tenaga Kerja dalam Proses Perancangan
Gambar 23 List Pergantian Tanaman
Gambar 24 Contoh Konsep Green Wall
Gambar 25 Contoh Dokumen RKS
Gambar 26 Contoh Konsep 3D Water Feature
Gambar 27 Contoh 3D Bike Rack
Gambar 28 Contoh Konsep Cluster Gate
Gambar 29 Contoh Konsep 3D Main Entrance

2
3
4
6
8
10
13
16
17
18
19
20
20
21
21
22
23
24
24
29
32
33
35
36
36
36
37
37
37

ix

LAMPIRAN
Lampiran 1 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10
Lampiran 2 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan)
Lampiran 3 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan)
Lampiran 4 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan)
Lampiran 5 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan)
Lampiran 6 Volume Hardscape dan Softscape-Lot 10
Lampiran 7 Siteplan-Lot 10
Lampiran 8 Minute of Meeting (MOM)-MRMUK
Lampiran 9 Minute of Meeting (MOM)-MRMUK (Lanjutan)
Lampiran 10 Masterplan Proyek MRMUK Alternatif 1
Lampiran 11 Masterplan Proyek MRMUK Alternatif 2

41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat secara drastis dari tahun ke
tahun. Peningkatan jumlah penduduk telah membuat lahan pemukiman menjadi
lebih sempit, sehingga menciptakan peningkatan kebutuhan terhadap adanya
tempat tinggal yang baru dan lebih nyaman.
Kota sebagai konsentrasi permukiman dan kegiatan manusia tidak akan
terhindar dari berbagai permasalahan. Branch (1995) menyatakan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk, serta beban pembangunan wilayah termasuk
didalamnya tumbuh dan berkembangnya pemukiman, industri, dan pusat-pusat
kegiatan kota cenderung menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat perkotaan
itu sendiri. Pembangunan dan perkembangan yang pesat banyak dialami kota-kota
besar di Indonesia terutama kota-kota satelit yang berada disekitar Kota Jakarta.
Kota satelit seperti Karawang juga tidak luput dari perkembangan dan
pembangunan yang pesat karena sebagai kota pendukung dari ibukota negara
yang menimbulkan urbanisasi sehingga permasalahan di Karawang semakin
kompleks.
Lahan merupakan suatu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
sehingga perlu adanya pengelolaan yang sesuai agar dapat dimanfaatkan secara
optimal. Salah satu bentuk pemanfaatan secara optimal dengan mengembangkan
konsep mixed use development dalam pembangunan dan pengembangan suatu
kawasan terutama dalam pengembangan kawasan atau kota-kota baru. Konsep
mixed use development menekankan pada integrasi zonasi-zonasi ke dalam satu
kesatuan zonasi sehingga pemanfaatan lahan dapat dioptimalkan. Selain itu,
pengintegrasian beberapa zonasi menjadi satu juga dapat mengurangi penggunaan
energi secara berlebihan karena adanya konektivitas antar zonasi.
PT. Pandega Desain Weharima (PDW) merupakan salah satu konsultan
lanskap di Indonesia yang bergerak di bidang urban designing consultant
khususnya pada lanskap perkotaan yang memperhatikan aspek ekologis kota
dalam perancangannya. Kegiatan magang yang dilakukan ini dapat memberikan
masukan kepada pihak konsultan dalam perancangan lanskap kota dan
keikutsertaan dalam kegiatan studio saat proses perancangan lanskap diharapkan
dapat meningkatkan profesionalisme diri serta kompetensi sebagai arsitek lanskap.
Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang adalah untuk memperluas
pengetahuan, meningkatkan soft skill dan keterampilan kerja dalam lingkup
keprofesian arsitektur lanskap.
Tujuan khusus dari kegiatan magang, meliputi:
1. menganalisis proses perancangan lanskap perkotaan sesuai mekanisme kerja
PT. Pandega Desain Weharima (PDW)
2. menganalisis faktor pendukung dan penghambat kinerja pegawai dalam
proses perancangan lanskap perkotaan.
3. mengevaluasi manajamen kerja dalam proyek perancangan lanskap perkotaan
berbasis mixed use development di PDW Architects.

2

Manfaat Magang
Kegiatan magang dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk
mengembangkan wawasan, pengalaman nyata terutama bekerja dalam sebuah
team work, dan praktik pekerjaan lanskap. Manfaat hasil evaluasi dapat menjadi
masukan dan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses desain lanskap
berikutnya. Selain itu, kegiatan magang ini dapat menjadi media pertukaran
informasi dan teknologi di bidang arsitektur lanskap antara mahasiswa dan tempat
magang, serta membangun hubungan baik antara perusahaan dan Departemen
Arsitektur Lanskap. Skema kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.
Kerangka Pikir
Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap
Perkotaan di PT. Pandega Desain Weharima (PDW)

Kegiatan Magang

Pengumpulan Data
Pendukung

Data
Sekunder

Partisipasi Aktif
Mahasiswa

Wawancara/
Kuisioner

Tahapan
Proses
Perancangan

Sistem dan
Organisasi
Perancangan

Data
Pendukung

Data Hasil
Magang

Faktor-faktor:
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancanan

Analisis SWOT

Rekomendasi Strategi Manajemen
Proses Perancangan Lanskap Perkotaan
di PT. Pandega Desain Weharima

Gambar 1 Kerangka Pikir

3

Pandega Desain Weharima (PDW) merupakan salah satu konsultan yang
bergerak dalam bidang perancangan kawasan atau kota baru (urban design).
Proses perancangan yang melibatkan multidisiplin salah satunya landscape
menarik untuk dipelajari dengan kegiatan magang. Hal yang dipelajari dalam
kegiatan magang ini adalah manajemen proses perancangan lanskap perkotaan
yang dilakukan divisi urban design pada proyek Masterplan Residensial Mixed
Use Karawang (MRMUK).
Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung dan
kegiatan partisipasi aktif mahasiswa. Data pendukung diperoleh dari data
sekunder dan hasil wawancara maupun hasil dari kuisioner. Partisipasi aktif
mahasiswa dilakukan baik di kantor maupun di lapang. Kegiatan ini dilakukan
untuk mempelajari struktur organisasi dan tahapan proses perancangan lanskap
perkotaan yang akan menghasilkan data magang.
Berdasarkan data-data tersebut diperoleh faktor-faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat pada kegiatan proses
perancangan lanskap perkotaan. Selanjutnya dianalisis dengan metode analisis
SWOT untuk memperoleh rekomendasi berupa strategi manajemen proses
perancangan lanskap perkotaan di PDW.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Perancangan
Menurut Hakim (2006), pada dasarnya yang dimaksud proses perancangan
adalah tools, alat atau suatu proses yang membantu kita dalam menyelesaikan
problematika rancangan yang tersedia. Caranya sangat beragam tergantung dari
pendekatan yang diinginkan perancang, pola alir pikirannya, bentuk gambarnya,
waktu, banyaknya disiplin profesi yang terlibat, macam proyek, tujuan proyek,
manajemen, proyek swasta, proyek pemerintah (pusat, daerah, departemen,
sektoral), dan lain-lain. Setiap langkah proses pasti dan selalu dimulai dengan
langkah gagasan awal dan berakhir dengan tujuan/sasaran yang diinginkan. Oleh
karenanya, sebelum melangkah pada proses perancangan dibutuhkan perumusan
tujuan, sasaran termasuk didalamnya faktor waktu yang diperlukan untuk
merampungkan rancangan. Dalam garis besarnya hanya ada dua proses, yakni
sistem linier dan listem putaran. Sistem linier banyak digunakan pada proses
untuk menyelesaikan masalah desain atau engineering dengan sasaran akhir
menghasilkan sebuah keputusan (final). Gambar 2 menunjukan sistem
perancangan linier.

Gambar 2 Sistem Perancangan Linier

Sistem putaran lebih umum dipergunakan untuk tujuan perencanaan
jangka panjang yang memerlukan evaluasi, pembangunan berjangka,
pembangunan bertransisi, pembangunan sektoral yang menyangkut multi aspek

4

dan menghasilkan sebuah kesimpulan. Gambar 3 menunjukan proses perancangan
putaran.

Gambar 3 Proses Perancangan Putaran

Proses perancangan yang sistematis pada garis besarnya terbagi menjadi
dua bagian, yakni proses pemprograman (programming) dan proses rancangan
(design). Programming is analysis, design is synthesis yang artinya pada proses
pemrograman lebih ditekankan pada penganalisisan segala aspek yang terkait
pada rancangan hingga menghasilkan suatu konsep skematik yang nantinya
menjadi landasan pada proses design development. Pada setiap proses rancangan,
hal tersulit adalah pengambilan keputusan untuk menjadi dasar pijakan dalam
setiap langkah guna menyelesaikan karya rancangan lanskap. Pengambilan
keputusan ini harus dilandasi dengan landasan teori serta mengaplikasikannya di
dalam rancangan (Hakim, 2006).
Definisi Kota dan Perkotaan
Departemen Pekerjaaan Umum (2014) mendefinisikan pengertian
mengenai kota yang kemudian lebih sering dijadikan acuan di Indonesia adalah
tempat dengan konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena
terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau
aktifitas penduduknya. Dengan ungkapan yang berbeda, definisi kota yang lain
adalah pemukiman yang berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada
umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat
sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu
wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan
individualis.
Selain pengertian kota, dikenal juga perkotaan (urban) yang pengertiannya
lebih luas menunjukan ciri/karakteristik/sifat kekotaan. Dalam hal ini perkotaan
atau kawasan perkotaan adalah pemukiman yang meliputi kota induk dan daerah
pengaruh diluar batas administratifnya yang berupa daerah pinggiran sekitarnya.
Kawasan perkotaan merupakan daerah aglomerasi kota (otonom) dengan kotakota fungsional di wilayah sekitarnya yang memiliki sifat kekotaan, dapat
melebihi batas wilayah administrasi dari kota yang bersangkutan. Contohnya

5

kawasan perkotaan metropolitan Bandung mencakup Kota Bandung, Cimahi,
serta kawasan sekitarnya yang mempunyai ciri/karakteristik perkotaan yang
termasuk dalam batas administrasi Kabupaten Bandung (Iwan, 2009).
Karakteristik Kota dan Kawasan Perkotaan
Menurut Branch (1995), jika setiap unsur kota ditinjau satu per satu secara
terpisah, maka kota tampak tidak rumit. Namun pada kenyataannya kota memiliki
berbagai komponen dan unsur, mulai dari komponen yang terlihat nyata secara
fisik seperti perumahan dan prasarana umum, hingga komponen yang secara fisik
tidak terlihat, yaitu berupa kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan
kegiatan kota. Selain itu, berbagai interaksi antar unsur yang bermacam-macam,
memiliki tingkat kepentingan yang sama dengan unsur itu sendiri. Pada saat
unsur-unsur dan keterkaitan antar unsur dipandang secara bersama-sama, kota
yang cukup besar akan terlihat sebagai organisme paling rumit yang merupakan
hasil karya manusia. Dalam kaitan ini perencanaan kota secara komprehensif
diupayakan untuk memahami kerumitan tersebut, sehingga memungkinkan bagi
perencana memberikan rekomendasi yang bersifat membangun untuk
perkembangan kota.
Kota merupakan tempat yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang,
yang menggambarkan karakteristik, keberagaman, dan kompleksitasnya. Unsurunsur yang mempengaruhi karakteristik fisik kota antara lain, topografi tapak,
bangunan, struktur (bukan bangunan, ruang terbuka, kepadatan perkotaan, iklim,
vegetasi, kualitas estetika) (Iwan, 2009).
Kawasan perkotaan di Indonesia dibedakan berdasarkan status
administrasinya, yakni: (1) kawasan perkotaan berstatus administratif daerah kota;
(2) kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari daerah kabupaten; (3)
kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah
kawasan perdesaan menjadi kawasan perkotaan; (4) kawasan perkotaan yang
merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan (Iwan, 2009).
Lanskap Kota dan Permasalahannya
Beberapa permasalahan yang sering timbul dari perkembangan suatu kota
biasanya bermula dari proses migrasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke
kota. Fasilitas kota dengan jumlah yang sangat memadai dan beranekaragam
seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan industri menyebabkan
banyaknya penduduk desa pindah ke kota untuk memanfaatkan segala bentuk
fasilitas yang ada di perkotaan. Proses migrasi selain menyebabkan sempitnya
ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan juga menyebabkan padatnya lalu lintas
yang berakibat menimbulkan pencemaran udara (Fandeli, 2009).
Meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk, serta
berbagai aktivitas kota menyebabkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Kota
(RTHK) pada lanskap kota. Berkurangnya unsur alami dalam lanskap pada suatu
kawasan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Perubahan sifatsifat radioaktif termal, aerodinamik, dan hidrologi pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya perubahan iklim mikro. Dampak lain pembangunan fisik adalah kondisi
lanskap yang tidak teratur sehingga mengganggu tingkat kenyamanan pengguna.
Keberadaan unsur vegetasi yang berada di RTHK pada lanskap kawasan dapat

6

mempengaruhi kondisi atmosfer setempat, mampu merubah suhu, kelembaban,
dan mengurangi kecepatan angin (Fandeli, 2009).
Mixed Use Development
Mixed use development dapat diartikan sebagai suatu konsep
pengembangan kawasan yang mengintegrasikan beberapa zonasi dalam bentuk
satu kesatuan zonasi. Konsep pengembangan ini dapat bekerja dengan baik ketika
tumbuh dari rencana yang menekankan konektivitas dan link antara setiap
penggunaan. Hasil dari perencanaan dapat tidak sesuai ketika masyarakat
memungkinkan beberapa penggunaan tanpa memberikan pedoman tentang mixed
use dan bagaimana keterkaitan mereka secara spasial (Rabianski, 2007).
Mixed use terkonsentrasi pada pembangunan yang memudahkan
penggunanya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga
dipandang sebagai suatu kunci “Smart Growth” untuk mengurangi ketergantungan
terhadap lahan dan melestarikan ruang hijau. Oleh karena itu, banyak masyarakat
beralih ke mixed use yang mengacu pada penggabungan beberapa penggunaan
seperti perumahan, area komersial, ritel, restoran, dan kantor. Berikut gambar
konsep pada Gambar 4 (Rabianski, 2007).

Gambar 4 Mixed Use Development Concept

Konsultan Lanskap
Menurut Morrow (1988), konsultan lanskap adalah individu kunci atau
organisasi yang bertanggung jawab untuk memberikan saran dan mendesain
sebuah proyek. Dalam sebuah konsultan lanskap, terdapat kontrak, yaitu
persetujuan diantara pemilik dan desainer dalam menetapkan tanggung jawab
untuk mendesain sebuah proyek.
Konsultasi merupakan aktivitas penyedia saran dalam bentuk informasi,
rekomendasi, atau ide. Sebagai pertukaran pelayanan konsultan, klien membayar
konsultan dengan sejumlah biaya yang disepakati antara kedua pihak berdasarkan
spesifikasi dan ruang lingkup pekerjaan. Jenis aktivitas konsultasi meliputi riset,
investigasi, pendapat ahli, rekomendasi teknis, analisis dan evaluasi, perbaikan
anggaran biaya dan modal, atau rencana pelaksanaan proyek lanskap. Menurut
Ingels (2004), contoh servis yang diberikan oleh konsultan lanskap meliputi:
1. merekomendasikan material penanaman yang sesuai dengan kondisi tapak,
2. memberikan spesifikasi teknis material lanskap secara tertulis,
3. mempersiapkan program pemeliharaan lanskap,

7

4. memberikan pendapat dari seorang ahli,
5. mempersiapkan anggaran biaya dan rekomendasi (perbaikan) modal, dan
6. merencanakan pelaksanaan proyek yang diajukan.
Ingels (2004) menyatakan bahwa arsitek lanskap adalah profesional yang
mengonsepkan ruang luar. Para arsitek lanskap mencari keseimbangan yang
sempurna antara keinginan klien, kapabilitas sebuah tapak, dan hal yang menarik
dari lingkungan. Menurut Christensen (2005), konsultan merupakan suatu badan
yang melakukan rekrut anggota untuk bekerja dalam suatu keprofesian sebagai
pemberi saran atau pembuat desain. Dalam hal ini konsultan yang dimaksud
adalah konsultan yang bergerak di bidang jasa lanskap baik perencanaan,
perancangan, kontraktor, dan pengelolaan lanskap.
Manajemen Proyek Lanskap
Kegiatan manajemen adalah proses pelaksanaan teori, analisis, dan
terdapat kegiatan memimpin, mengatur serta menjalankan tujuan sesuai dengan
rencana secara sistematis, kordinatif, dan adanya kerja sama antar setiap pihak
(Oberlender, 1993). Pengertian proyek adalah serangkaian kegiatan yang
berlangsung dengan durasi tertentu, kompleksitas tertentu pada suatu area tertentu
yang harus diakhiri dengan suatu pencapaian. Manajemen proyek terdiri atas
tahap-tahap yaitu, perencanaan, desain, pengadaan (procurement), persiapan
eksekusi dan diakhiri dengan pencapaian tertentu yang ditandai dengan antara lain
deliverable (capaian yang dijanjikan). Sedangkan manajemen proyek adalah ilmu
dan seni dalam mengatur sumber daya manusia, waktu, barang, sampai biaya di
dalam lingkup pekerjaan proyek guna menciptakan hasil yang optimal dengan
pekerjaan yang terkoordinasi dengan baik.
Menurut Stoner (1992), manajemen memiliki proses yang mencakup
empat fungsi utama, yaitu:
1. Perencanaan (planning), merupakan konsep dasar dari suatu manajemen,
dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasaran
ditetapkan.
2. Pengorganisasian (organizing), suatu proses pengaturan dan diferensiasi
kerja, wewenang, dan sumber daya dalam anggota organisasi, sehingga
tujuan organisasi tercapai.
3. Pengarahan (directing), mencakup tahap mengarahkan, mempengaruhi,
dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya
dengan baik.
4. Pengendalian (controlling), ditujukan untuk penetapan standar kerja,
mengukur kinerja yang sedang berjalan, membandingkan kinerja ini
dengan standar yang telah ditetapkan.
Manajemen proyek lanskap pada hakikatnya merupakan sebuah proses
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya manusia, waktu,
barang, hingga biaya dalam suatu proyek yang ditangani profesional arsitek
lanskap (Stoner, 1992).
METODE MAGANG
Lokasi dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilakukan di konsultan lanskap PT. Pandega Desain
Weharima (PDW) yang berlokasi di Plaza 3 Pondok Indah Blok B-5, Jalan TB

8

Simatupang, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kegiatan magang ini berlangsung
selama 80 hari kerja yang dimulai pada bulan Februari-Mei 2015. Sementara
lokasi pelaksanaan proyek terletak di Karawang Timur, Jawa Barat. Gambar 5 di
bawah ini merupakan letak lokasi proyek.

Gambar 5 Lokasi Proyek Residensial Mixed Use Karawang
(Sumber: PDW Architects, 2015)

Metode Pelaksanaan Magang
Metode magang yang dilakukan di PT. Pandega Desain Weharima (PDW)
adalah mencakup semua kegiatan perancangan lanskap yang dilakukan dengan
cara:
1. Metode kualitatif berorientasi pada lembaga perusahaan lokasi magang
dengan mengamati dan mempelajari:
a. proses perancangan lanskap yang diterapkan
b. fasilitas peralatan kerja
c. mekanisme survei
d. manajemen kerja studio yang diterapkan
2. Metode kualitatif dengan melakukan penilaian terhadap berbagai kegiatan
untuk menganalisis faktor penghambat dan penunjang kegiatan
perancangan lanskap
3. Metode analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi manajemen
proses perancangan adalah metode analisis SWOT, yaitu identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti
1997). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui atau melihat proses
perancangan lanskap perkotaan saat ini dengan membandingkan faktor
internal dari kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness) dengan faktor
eksternal yang terdiri dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat).

9

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif
dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis terhadap
faktor-faktor internal dan eksternal Sedangkan analisis secara kuantitatif
dilakukan degan pembobotan dan pemberian rating (Sandy 2010).
Kerangka atau tahapan kerja dengan menggunakan analisis SWOT adalah
sebagai berikut:
a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal
Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui pengaruh
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan
semua faktor kekuatan dan kelemahan tersebut, serta memberikan
dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktorfaktor tersebut. Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk
mengetahui pengaruh peluang dan ancaman yang dimiliki dengan cara
mendaftarkan semua faktor peluang dan ancaman (David, 2008).
b. Penentuan Bobot Setiap Variabel
Faktor internal dan eksternal yang telah diketahui selanjutnya
dilakukan penentuan tingkat kepentingan. Pemberian nilai tingkat
kepentingan dilakukan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai
berikut (Kinnear dan Taylor, 1991):
5 = sangat penting
4 = penting
3 = cukup penting
2 = kurang penting
1 = sangat kurang penting
Faktor kekuatan dan peluang, semakin besar tingkat kepentingannya
maka akan bernilai semakin besar, sedangkan untuk faktor kelemahan
dan ancaman bernilai sebaliknya. Setelah mendapatkan nilai tingkat
kepentingan dari setiap faktor internal dan eksternal, selanjutnya
dilakukan pembobotan denagn menggunakan metode paired
comparison (perbandingan berpasangan). Penentuan bobot setiap
variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan penjelasan sebagai
berikut (David, 2008):
 Bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting
dibandingkan indikator faktor vertikal.
 Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting
dibandingkan indikator faktor vertikal.
 Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting
dibandingkan indikator faktor vertikal.
 Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting
dibandingkan indikator faktor vertikal.
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai
setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear
dan Taylor, 1991).
c. Penentuan Peringkat (Rating)
Nilai pembobotan pada setiap variabel kemudian dikalikan dengan
peringkat berdasarkan nilai tingkat kepentingannya untuk mendapat
skor pembobotan. Total skor pembobotan didapatkan dari hasil
penjumlahan skor pembobotan dari semua faktor strategis. Total skor

10

pembobotan berkisar antar 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa faktor
internal lemah, sedangkan jika berada diatas 2,5 maka dinyatakan
faktor internal kuat. Hal yang sama juga belaku untuk total skor
pembobotan EFE (David, 2008).
Nilai total skor pembobotan IFE dan EFE selanjutnya dipetakan
dalam matriks internal-eksternal (IE) (Gambar 4). Pemetaan ke matriks
IE bertujuan untuk mengetahui manajemen proses perancangan yang
ada saat ini berdasarkan fakor internal-eksternal. Matriks IE terbagi
menjadi sembilan kolom dengan pembagian kolom I, II, dan IV untuk
strategis yang tumbuh dan membangun (Growth and Build); kolom III,
V, dan VII untuk strategis yang mempertahankan dan memelihara
(Hold and Maintain); serta kolom VI, VIII, dan IX untuk strategis
pemanenan dan divestasi (Harvest and Divest) (David, 2008). Berikut
gambar dari matrik IE yang dapat dilihat pada Gambar 6.
TOTAL SKOR IFE

1.0 LEMAH 2.0 SEDANG 3.0 KUAT

TOTAL SKOR EFE

1.0

LEMAH

I

20.

SEDANG

3.0

KUAT

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

GROWTH and BUILD
HOLD and MAINTAIN
HARVEST and DIVEST
Gambar 6 Matriks Internal Eksternal

d. Penyusunan Alternatif Strategi
Alat bantu untuk menyusun strategi manajemen proses perancangan
adalah matriks SWOT yang berisi kemungkinan strategi alternatif yang
dapat digunakan. Terdapat empat jenis strategi yang dihasilkan, yaitu:
 Strategi SO, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan
untuk mengambil peluang sebesar-besarnya.

11





Strategi ST, yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman.
Strategi WO, yaitu dengan mendapatkan keuntungan dari
peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan.
Strategi WT, yaitu dengan meminimalisir kelemahan untuk
menghindari ancaman.

Tabel 1 Contoh Matriks SWOT
Eksternal
Internal

Opportunity

Threat

Strenght

SO

ST

Weakness

WO

WT

Tabel contoh matriks SWOT dapat dilhat pada Tabel 1 di atas.
Jadwal Kegiatan Magang
Tabel 2 di bawah ini menunjukan jadwal kegiatan magang yang telah
dilaksanakan di PT. Pandega Desain Weharima (PDW).
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Magang
Jenis
Kegiatan
Kegiatan Inti
1.

Februari
I

II

III

Maret
IV

I

II

III

April
IV

I

II

III

Mei
IV

Kegiatan
Studio
Proyek SCBD Lot 10

a.
b.

Design
Development
Document
Production
Proyek Masterplan Residensial Mixed Use Karawang

a.

Inception

b.

Inventaritation

c.

Analysis
Schematic
Desain
Design
Development
Kegiatan
Pendukung
Persiapan
Magang

d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.

Studi Pustaka
Pengenalan
kelembagaan
Penyusunan
Laporan

I

II

III

IV

12

Selama proses kegiatan magang berlangsung, mahasiswa dilibatkan dalam
beberapa proyek yang sedang berjalan di PDW Architects. Berdasarkan tabel di
atas, terdapat dua proyek yang sedang berjalan selama mahasiswa magang.
Mahasiswa dilibatkan dalam kedua proyek tersebut berdasarkan arahan dari
project manager.
Pada proyek SCBD lot 10, kegiatan perancangan telah memasuki tahapan
document production berupa gambar detail konstruksi ketika mahasiswa magang
di PDW Architects. Mahasiswa membantu beberapa pekerjaan detail konstruksi
dan perancangan konsep green wall berdasarkan revisi atau permintaan dari klien.
Proyek ini dijadikan sebagai penelitian skripsi bagi mahasiswa setelah
berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan pembimbing lapang.
Proyek masterplan residensial mixed use Karawang memulai tahapan
perancangan di bulan terakhir mahasiswa magang dan juga dilibatkan dalam
proyek ini. Mahasiswa membantu dalam pekerjaan skematik desain dan juga
pembuatan ilustrasi 3D. Proyek ini berkaitan tentang perancangan lanskap
perkotaan yang sesuai dengan penelitian mahasiswa, sehingga berdasarkan arahan
pembimbing lapang mahasiswa diharapkan menjadikan proyek ini menjadi bahan
penelitian skripsi. Proyek SCBD lot 10 yang sebelumnya menjadi bahan
penelitian diganti menjadi proyek masterplan residensial mixed use Karawang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen PDW Architects
Profil Umum dan Ruang Lingkup Perusahaan
Mohammad Danisworo Associates (MDA) - dengan PT. Pandega Desain
Weharima / Perencanaan & Workshop Pengembangan (PDW) sebagai suatu badan
usaha perencana dan konsultan desain yang mengkhususkan diri pada
perencanaan strategis, perencanaan kota dan lingkungan, serta karya-karya
arsitektur. Afiliasi PDW dengan konsultan profesional dari berbagai disiplin,
khususnya desainer interior, struktur, mekanikal, dan konsultan listrik.
MDA dan PDW mengembangkan pengalaman yang signifikan dalam
bekerja sama dengan badan-badan nasional, pemerintahan provinsi dan pelayanan
publik, serta perusahaan swasta. Proyek meliputi rencana induk kota-kota baru,
super blok dan real estate, desain/pedoman konservasi bersejarah dan revitalisasi,
pedoman desain perkotaan, serta desain arsitektur multi lantai.
Mohammad Danisworo, Ir., M. Arch., MUP, PhD., Profesor Arsitektur dan
Urban Design dari Departemen Arsitektur, Institut Teknologi Bandung (ITB).
MDA mendirikan perusahaan pada tahun 1997. Danisworo aktif memimpin MDA
dalam menjaga jaringan yang luas dan hubungan dengan perusahaan-perusahaan
dan konsultan di Indonesia dan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat,
Singapura dan Australia. Didirikan pada tahun 1997, PDW telah melayani klien di
seluruh dunia dari Dubai ke Vietnam, Medan ke Dili.
Struktur Organisasi Perusahaan
PDW Architects memiliki struktur organisasi untuk mengatur dan
mengarahkan hubungan kerja perusahaannya. Struktur organisasi yang ada juga
bertujuan untuk memberikan diferensiasi pekerjaan bagi para pekerjanya sesuai
dengan keahlian masing-masing pekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja dan

13

efesiensi kerja, serta produktivitas di dalam perusahaan. Terdapat tiga divisi
dalam perusahaan ini, yaitu divisi urban design, arsitektur, dan manajemen.
Setiap divisi memiliki tugas dan spesifikasi masing-masing dalam
melakukan pekerjaan. Divisi urban design dikhususkan dalam perancangan dan
perencanaan masterplan kawasan atau kota-kota baru. Divisi arsitektur dibagi
menjadi dua subdivisi yaitu divisi project dan divisi desain. Divisi project
meliputi pekerjaan di bidang perencanaan dan perancangan dan tim ahli yang
tergabung di dalam divisi ini memiliki peran dalam mengerjakan pekerjaanpekerjaan teknis yang berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan
sesuai arahan manajer produksi. Dan divisi desain difokuskan pada perancangan
arsitektural.
Divisi manajemen bertugas mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan kegiatan administrasi perusahaan seperti urusan perpajakan yang menjadi
kewajiban perusahaan, menyiapkan dan membuat kontrak proyek, membuat
rancangan anggaran biaya (RAB), dan mengarsipkan dokumen-dokumen
perusahaan. Selain itu, divisi ini juga bertugas mengelola kebutuhan studio proyek
perusahaan, perekrutan tenaga kerja dengan proses seleksi, dan tim pendukung
seperti drafter dan lain-lain. Struktur organinasi PDW Architects lebih jelasnya
pada Gambar 7 di bawah ini
Direksi

Urban Design

.

Landscape

Arsitektur

Design

Manajemen

Project

Gambar 7 Struktur Organisasi

Berdasarkan Gambar 7 di atas ini, divisi landscape berada di bawah divisi
urban design dan posisi mahasiswa berada dibawah divisi landscape. Posisi
landscape yang berada di bawah urban design sangat mempengaruhi pada
pekerjaan lanskap. Pekerjaan lanskap ditempatkan hanya sebagai pengisi atau
pelengkap. Konsep dan desain sepenuhnya dilakukan oleh divisi urban design.
Divisi urban design dipimpin seorang kepala bagian dan divisi landscape
dipimpin seorang project manager. Dan selama kegiatan magang di PDW
Architects, mahasiswa mendapat bimbingan dan arahan dari Project Manager
landscape .
Penerimaan Proyek
Proyek yang ditangani oleh PDW Architects mengenai perencanaan dan
perancangan lanskap diperoleh melalui tiga cara, yaitu:
1. Penunjukan langsung dari klien

14

Beberapa proyek yang telah ditangani oleh PDW Architects merupakan
proyek yang langsung diberikan oleh klien tanpa pengajuan penawaran
dari pihak perusahaan. Klien yang dimaksud merupakan klien baru
maupun klien yang telah mempercayakan proyeknya pada PDW
Architects.
2. Kerjasama dengan lembaga
PDW Architects juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga
baik lembaga swasta maupun lembaga pemerintahan dalam mendapatkan
proyek. Dinas pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan
dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di
Indonesia, sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau
kantor non pemerintah.
3. Mengajukan penawaran (tender) pada pihak-pihak tertentu
Pengajuan penawaran yang dilakukan oleh PDW Architects kepada
penyelengara proyek merupakan rancangan proyek yang akan
dilaksanakan beserta dengan rencana kerja dan syarat (RKS) dan
rancangan anggaran biaya (RAB). Penyerahan proyek kepada PDW
Architects sebagai pemenang tender dilakukan melalui proses penilaian
kesesuaian dengan nilai proyek dan berdasarkan penilaian-penilaian teknis
lainnya.
Tahapan Proses Perancangan Perusahaan
PDW Architects memiliki standar proses penanganan dan pengerjaan
proyek lanskap khususnya proyek perancangan lanskap. Standar proses yang telah
ditetapkan oleh PDW Architects meliputi kegiatan tahap persiapan, tahap
inventarisasi dan analisis, tahap skematik desain, tahap pengembangan desain, dan
tahap pembuatan gambar kerja. Pengembangan selanjutnya dapat muncul pada
masing-masing tahapan proyek berdasarkan kebutuhan klien dan kondisi lapang.
Pengembangan tersebut sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama sehinga
dapat menyebabkan bergesernya perubahan jadwal target yang ditentukan.
Tahapan kerja yang dilakukan oleh PDW Architets dalam perancangan
lanskap adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan (Inception), diawali penyusunan proposal dan penawaran
rancangan proyek, serta pertemuan dengan klien untuk kesepakatan dan
penyerahan proyek.
2. Tahap Inventarisasi dan Analisis (Site Inventory and Analysis), meliputi
kegiatan pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, baik data primer
ataupun data sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis guna
mengidentifikasi potensi dan kendala tapak. Pada tahap ini dilakukan
diskusi bersama di dalam perusahaan untuk menemukan solusi terbaik.
3. Tahap Skematik Desain (Schematic Design), meliputi penentuan ide secara
konseptual dan gambar ilustrasi. Penentuan tema untuk konsep dilakukan
dengan mempertimbangkan keinginan dari klien.
4. Tahap Pengembangan Desain (Design Development), pembuatan gambar
ilustrasi dilakukan untuk mendukung konsep yang telah dibuat guna
membantu planning application dan gambar detil.
5. Tahap Pembuatan Gambar Kerja (Document Production), produk akhir
berupa gambar kerja detil rancangan dan zonasi tapak, pembuatan gambar

15

teknis beserta penggunaan hardscape dan softscape, detil konstruksi, dan
informasi lainnya.
Fasilitas dan Teknologi Perusahaan
PDW Architects memiliki fasilitas peralatan kerja yang lengkap dalam
membantu pengerjaan proyek-proyek. Fasilitas berupa peralatan kerja yang
digunakan perusahaan antara lain berupa perlengkapan sebagai berikut yaitu : alat
gambar (marker, spidol, drawing pen, rapido dengan berbagai ukuran ketebalan,
serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan), tracing paper dan kertas kalkir,
kertas ukuran A3 dan A4, meja dan kursi kerja. Kegiatan studio PDW Architects
juga didukung dengan berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi berikut ini
pada Tabel 3.
Tabel 3 Fasilitas dan Teknologi Perusahaan

No
1
2
3
4
5

Sofware yang digunakan
AutoCad 2013, 2014
Google Sketch up 2015
Adobe Photoshop CS6
3D Studio Max 2015
MS. Office 2010

6 Google Earth

Kegunaaan
CAD Drawing
3D Rendering Animasi
3D Rendering
Animasi dan 3D Rendering
Presentasi kepada klien, daftar RAB dan lainlainnya
Mengetahui bentuk tapak sebelum kunjungan
lapang dan mengetahui lokasi proyek

Produk-produk yang dihasilkan perusahaan berkualitas baik dengan
memanfaatkan teknologi dan fasilitas tersebut. Setiap fasilitas yang dimiliki
perusahaan tetap dijaga dengan baik dan terus ditingkatkan dengan sistem
upgrade. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja perusahaan.
Proyek Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang
Deskripsi Proyek
Proyek desain masterplan Karawang merupakan pekerjaan desain
masterplan pada suatu kawasan baru. Rencana pembangunan masterplan
Karawang adalah sebuah integrated residential complex yang terdiri dari berbagai
penggunaan seperti residensial area (cluster dan fasilitas club house), komersial
area (hotel, apartemen, mall, ritel). Setiap area tersebut dirancang terhubung
antara satu penggunaan dengan penggunaan lainnya untuk mempermudah
penghuni memenuhi kebutuhannya tanpa perlu keluar dari kawasan tersebut.
Selain itu, kawasan ini memiliki area hijau yang dirancang sebagai area rekreasi
bagi penghuninya dengan menciptakan taman, jogging track, outdoor gym dan
lain-lain.
Keseluruhan pengerjaaan proyek masterplan karawang dikerjakan dalam
bentuk tim yang terdiri dari berbagai profesi yang dipimpin oleh seorang project
manager sebagai pimpinan proyek secara keseluruhan, sedangkan divisi
perancangan proyek ini dipimpin oleh seorang arsitek. Proses perancangan
tersebut juga melibatkan divisi landscape sehingga memerlukan koordinasi dalam
proses pengerjaannya.

16

Tujuan Perancangan
Menurut Simonds (2006), suatu perancangan arsitektural, arsitek lanskap
dan teknik harus memiliki pemahaman yang jelas atas apa yang telah dirancang
dan akan dirancang serta tujuan yang jelas. Hal tersebut dapat mempengaruhi
keberlanjutan suatu desain. Tujuan dari proyek masterplan Karawang adalah
untuk menciptakan suatu konsep kawasan residensial terpadu yang memiliki
berbagai zonasi penggunaan yang terhubung satu sama lainnya.
Konsep ini dirancang agar penghuninya dapat mengakses semua zonasi
penggunaan dengan berjalan kaki sehingga dapat mengurangi konsumsi energi
yang berlebihan, selain itu penghuni juga tidak perlu keluar dari kawasan untuk
memenuhi kebutuhannya karena semua sudah tersedia di dalam kawasan tersebut.
Proses Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang
Dalam perancangan proyek, perusahaaan PDW Architects mengikuti
mekanisme tahap perancangan pada umumnya yang sama dengan perusahaan
lainnya. Pada Gambar 8 disajikan dalam bentuk diagram proses perancangan
proyek pada perusahaan PDW Architects.

Gambar 8 Diagram Proses Perancangan
(Sumber: PDW Architects, 2015)

Menurut Hakim (2006), pada dasarnya yang dimaksud proses perancangan
adalah tools, alat atau suatu proses yang membantu kita dalam menyelesaikan
problematika rancangan yang tersedia. Berbagai cara dapat dilakukan dalam
proses perancangan tergantung pendekatannya. Setiap proses perancangan dimulai
dengan gagasan awal dan diakhiri dengan tujuan/sasaran yang diinginkan. Pada
proses perancangan juga dibutuhkan perumusan tujuan/sasaran termasuk
didalamnya faktor waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan rancangan.
Dalam garis besar ada dua proses perancangan, yakni sistem linier dan sistem
putaran (Hakim, 2006). Sistem linier banyak digunakan pada proses untuk
menyelesaikan masalah desain dengan sasaran akhir menghasikan sebuah
keputusan final. PDW Architects juga menggunakan proses perancangan sistem
linier dengan sedikit modifikasi pada proses dan penyelesaian desain. Pada proses

17

penyelesaian akhir desain tidak hanya menghasilkan sebuah keputusan desain
tetapi juga ditambahkan dengan pembuatan documentation production.
Documentation production berisi panduan dalam pelaksanaan proyek seperti
gambar detail, gambar konstruksi dan lain-lain.
a. Tahapan Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal suatu proyek, berbagai
persiapan yang berhubungan dengan teknis dan urusan administrasi
proyek. Estimasi waktu penyelesaian proyek, penyelesaian gambar sampai
final produk hasil perancangan dibicarakan pada tahap ini dengan tujuan
agar kedua belah pihak, yaitu klien dan perusahaan tidak terjadi kerugian
dan kesalahpahaman pada pelaksanaan proyek. Berikut peta dasar yang
dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Peta Dasar
Sumber: PDW Architects, 2015

Pada pertemuan pertama klien menyampaikan pada pimpinan
perusahaan dalam pertemuan mengenai keinginannya pada kawasan yang
akan dirancang. Klien menjelaskan tujuan dari pembangunan residensial
mixed use Karawang yaitu menciptakan integrated residential complex
yang terdiri dari beberapa penggunaan seperti area komersial dan area
residensial. Pada tahap ini pimpinan perusahaan mendapatkan peta dasar,.
peta dasar tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk dapat melanjutkan
ke tahap perancangan masterplan residensial mixed use Karawang
berikutnya.

18

Menurut Booth (1983), tahapan desain yang pertama adalah project
acceptance yang merupakan tahap usulan proyek telah diterima dan
disetujui oleh kedua belah pihak. Proses penerimaan proyek ini dilakukan
dengan proses tender. Proposal desain diajukan kepada pihak klien untuk
ditentukan pemenang tender berdasarkan proposal desain yang diajukan.
Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada
pimpinan perusahaan, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah
pihak. Penting sekali untuk memberikan perhatian yang lebih dalam
menyimak keinginan dan harapan klien mengenai proyek yang akan
dikerjakan. Komunikasi dan cara presentasi juga penting pada tahap ini,
hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman pada tahap
selanjutnya. Komunikasi yang baik dari pihak perusahaan dalam hal ini
pimpinan perusahaan dan juga staf menjadi kunci keberhasilan pada tahap
persiapan ini. Kemudian pihak perusahaan mempersiapkan usulan
kegiatan yang lebih rinci yang mencakup pelayanan, bentuk produk dan
biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak
kerja.
b. Tahap Inventarisasi
Proyek masterplan mixed use karawang berlokasi di Karawang
Timur yang memiliki luas total keseluruhan sekitar 36 ha (33 ha total area
dan 3 ha tanah kas desa). Lokasi proyek yang berada di daerah Karawang,
maka secara umum tapak memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang
cukup panas. Sebelum tahap perancangan yang dilakukan oleh arsitek,
kondisi eksisting tapak merupakan lahan yang masih kosong. Kondisi
topografi berdasarkan hasil inventarisasi merupakan area yang relatif datar
karena berada di dataran rendah.
Inventarisasi tapak dilakukan setelah proses kontrak pekerjaan
selesai. Pada tahapan sebelumnya, klien telah memberikan data-data yang
berkaitan dengan tapak. Kemudian proses inventarisasi pada tapak
dilakukan untuk ground check berdasarkan data-data yang telah diberikan
oleh klien. Kegiatan inventarisasi pada tapak dilakukan dengan mengambil
foto-foto didalam dan sekitar tapak. Selain itu, dilakukan pencatatan datadata dari lapangan yang masih belum diberikan oleh klien. Semua datadata yang masih kurang diberikan ketika meeting atau koordinasi dengan
semua konsultan terkait.

Gambar 10 Konten Inventarisasi

Tahap inventarisasi tapak yang dilakukan perusahaan dilihat dari
berbagai sudut pandang, mulai dari konteks regional, regional kompetitor,

19

kondisi eksisting, site constraint, dan site opportunity. Konten inventariasi
tersebut dapat disesuaikan dengan jenis proyek yang dikerjakan. Pro