Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sansevieria (Sansevieria trifasciata Laurentii)

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
SANSEVIERIA (Sansevieria trifasciata Laurentii)

YAFQORI ARDIGUSA SAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ABSTRAK
YAFQORI ARDIGUSA SAR. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sansevieria (Sansevieria
trifasciata Laurentii). Dibimbing oleh DEWI SUKMA.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang banyak jumlahnya
termasuk tanaman hias. Tanaman hias yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan lebih lanjut, salah satunya adalah tanaman Sansevieria atau dikenal
dengan nama “Lidah Mertua”. Sansevieria termasuk tanaman hias populer yang
banyak dimanfaatkan sebagai penyerap polutan, obat, dan seratnya digunakan

dalam industri tekstil. Kendala budidaya Sansevieria yaitu penyediaan bibit dalam
jumlah banyak dan waktu singkat sulit dilakukan karena pertumbuhannya yang
lambat. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Sansevieria pada dua ukuran bahan tanam yang berbeda.
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial disusun dalam Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah bahan tanaman
yang terdiri atas dua ukuran bahan tanam, yaitu tanaman Sansevieria besar (B1)
dan tanaman Sansevieria kecil (B2). Kriteria tanaman besar (B1) yaitu tanaman
yang memiliki tinggi lebih dari 65 cm, sedangkan kriteria tanaman kecil (B2)
yaitu tanaman yang memiliki tinggi kurang dari 65 cm. Faktor kedua adalah
konsentrasi paclobutazol yang terdiri atas empat taraf, yaitu kontrol (P0),
Paclobutrazol 62.5 ppm (P2), Paclobutrazol 125 ppm (P3), dan Paclobutrazol 250
ppm (P3). Dengan demikian tedapat 8 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan
diulang sebanyak tiga ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Setiap
satuan percobaan terdiri atas satu tanaman.
Hasil analisis data menggunakan ANOVA (analisis of varience) pada taraf
5% untuk peubah-peubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman sansevieria
menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol dan ukuran bahan tanam
berpengaruh secara nyata terhadap peubah tinggi tanaman, namun tidak

berpengaruh nyata pada jumlah daun dan jumlah anakan. Konsentrasi
paclobutrazol tertinggi menghambat pertumbuhan tinggi tanaman sangat nyata
sebesar 19.4% dibanding kontrol. Interaksi antara ukuran bahan tanam dan
paclobutrazol hanya berpengaruh nyata pada peubah tinggi tanaman. Tanaman
Sansevieria trifasciata Laurentii dengan ukuran ≥ 65 cm (B1) lebih cepat
menghasilkan anakan pada konsentrasi Paclobutrazol 250 ppm (P3). Sansevieria
dengan ukuran tersebut juga lebih cepat menghasilkan bunga pada konsentrasi
Paclobutrazol 125 ppm.

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
SANSEVIERIA (Sansevieria trifasciata Laurentii)

YAFQORI ARDIGUSA SAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Sansevieria (Sansevieria trifasciata Laurentii)
Nama
: Yafqori Ardigusa SAR
NIM
: A24060996

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Sukma, SP. M.Si
NIP. 19700404 199702 2 001


Diketahui oleh
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Sansevieria (Sansevieria tnfasciata Laurentii)
Nama
: Yafqori Ardigusa SAR
NIM
: A24060996

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Sukma, SP. M.Si

NIP. 197004041997022001

Tanggal Lulus:

.

0

E8 2014

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman Sansevieria (Sansevieria trifasciata Laurentii) dilaksanakan terdorong
oleh keinginan untuk mengetahui konsentrasi paclobutrazol yang efektif.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan IPB di Cikabayan, Dramaga,
Bogor. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana dari Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ayah, Ibu, dan adik tercinta, beserta keluarga besar penulis untuk setiap
cinta, doa, dan dukungan yang tak hentinya kepada penulis. Semoga
skripsi ini dapat menjadi persembahan dan tanda bakti yang terbaik.
2. Dr. Dewi Sukma, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Sintho W. Arie, SP. M.Si selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si selaku dosen penguji komdik yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran kepada penulis
dalam perbaikan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Hajrial Aswidinoor, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.
6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah
begitu banyak memberikan ilmu, pengalaman, arahan, bimbingan, dan
bantuan proses pembelajaran penulis selama berada di kampus.
7. Teknisi kebun yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan
penelitian.
8. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura seperjuangan angkatan 43 atas

semangat dan kenangan selama perkuliahan dan penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan
dan kendala yang dihadapi. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat menjadi
karya yang bermanfaat bagi pembaca serta menjadi inspirasi dan bahan
pertimbangan untuk pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi berikutnya
yang lebih baik sehingga dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2014

Yafqori Ardigusa SAR

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
PENDAHULUAN ..........................................................................
Latar Belakang ...........................................................................
Tujuan ........................................................................................

Hipotesis ....................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
Botani Sansevieria ......................................................................
Ciri Morfologi Tanaman Sansevieria ..........................................
Lingkungan Tumbuh Sansevieria ...............................................
Kegunaan Sansevieria ................................................................
Perbanyakan Sansevieria ............................................................
Zat Pengatur Tumbuh .................................................................
Paclobutrazol..............................................................................
BAHAN DAN METODE ...............................................................
Waktu dan tempat.......................................................................
Alat dan bahan ...........................................................................
Metode Penelitian .......................................................................
Pelaksanaan dan Pengamatan .....................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
Tinggi Tanaman .........................................................................
Jumlah Daun ..............................................................................
Jumlah Anakan ...........................................................................
Waktu muncul bunga ..................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................

Kesimpulan ................................................................................
Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
RIWAYAT PENULIS ....................................................................

vi
vi
1
1
2
2
2
2
3
5
6
7
7
8
10

10
10
11
11
13
13
14
16
18
19
19
20
20
23

DAFTAR TABEL
Nomor
1
2
3

4
5
6
7
8
9

Halaman
Klasifikasi Sansevieria..................................................................
Rata - rata tinggi tanaman Sansevieria pada perlakuan
Paclobutrazol ................................................................................
Akumulasi Pertambahan Tinggi Tanaman.....................................
Rata - rata jumlah daun Sansevieria pada perlakuan Paclobutrazol
Akumulasi pertambahan jumlah daun ...........................................
Rata - rata jumlah anakan Sansevieria pada perlakuan
Paclobutrazol ................................................................................
Akumulasi Pertambahan Jumlah Anakan ......................................
Jumlah dan Persentase Waktu Tanaman Membentuk Anakan Baru
Jumlah dan Persentase Waktu Tanaman Berbunga ........................

3
13
14
15
16
17
17
18
19

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1
2
3
4

Halaman
Tanaman Sansevieria trifasciata Laurentii ....................................
Morfologi Sansevieria; akar dan batang, daun dan bunga. .............
Rumus bangun Paclobutrazol........................................................
Skema penghambatan sintesis giberelin oleh paclobutrazol ...........

3
4
9
9

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang banyak jumlahnya
termasuk tanaman hias. Tanaman hias yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan lebih lanjut, salah satunya adalah tanaman Sansevieria atau dikenal
dengan nama “Lidah Mertua”. Tanaman ini merupakan salah satu komoditi
hortikultura yang memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan dengan jenis
tanaman hias lainnya. Daya tarik tersebut antara lain bentuk daunnya yang
bervariasi (bulat lonjong, meruncing, bergelombang), motif dan warna daun,
bunga mekar hanya pada malam hari, dan memiliki manfaat ekologis sebagai
penyerap polutan.
Sansevieria tergolong dalam famili Agavaceae yang habitat aslinya adalah
daerah tropis yang kering dan mempunyai iklim gurun yang panas. Menurut
Purwanto (2006) Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang
mampu mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa
asam amino. Beberapa polutan yang mampu direduksi oleh Sansevieria adalah
kloroform, benzene, xylene, formaldehid, dan trichloro etilen. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)
menunjukkan bahwa daun Sansevieria mampu menyerap 107 jenis unsur
berbahaya.
Sansevieria termasuk tanaman hias populer yang banyak dimanfaatkan
sebagai penyerap polutan, obat, dan seratnya digunakan dalam industri tekstil.
Kendala budidaya Sansevieria yaitu penyediaan bibit dalam jumlah banyak dan
waktu singkat sulit dilakukan karena pertumbuhannya yang lambat (Ramadani
2007).
Salah satu spesies dari Sansevieria yang cukup terkenal adalah Sansevieria
trifasciata. Menurut Lingga (2005) Sansevieria trifasciata merupakan salah satu
spesies Sansevieria yang tersebar luas di berbagai daerah dan banyak diminati
masyarakat dan para hobiis. Sansevieria trifasciata memiliki daya adaptasi yang
lebih luas dibanding dengan spesies yang lain, tahan terhadap suhu dan
pencahayaan yang rendah, mempunyai beberapa subspesies dan kultivar yang
menarik untuk tanaman hias, sehingga lebih banyak dibudidayakan dan digunakan
untuk pemuliaan tanaman (breeding) dibandingkan dengan spesies lain.
Zat pengatur tumbuh pada tanaman mempunyai peranan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (growth and development). Zat
pengatur tumbuh pada tanaman (plant growth regulator) adalah senyawa organik
yang bukan hara (nutrient) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung
(promote), menghambat (inhibitor), dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan
(Abidin 1993). Zat pengatur tumbuh yang bersifat menghambat pertumbuhan
tanaman disebut sebagai retardan. Retardan dapat menekan pertumbuhan tanaman
agar tidak terlalu tinggi dan mudah rebah (Wattimena 1988). Retardan memiliki
kemampuan untuk menghambat sintesa Giberelin (Salisbury dan Ross 1995).
Paclobutrazol merupakan salah satu jenis retardan yang diharapkan dapat
menekan pertumbuhan vegetatif sehingga mengurangi pemanfaatan hasil
fotosintesis bagi pertambahan panjang ruas tanaman dan menyebabkan tanaman

2
menjadi lebih pendek, diameter batang menjadi lebih besar dan mencegah
kerebahan (Kwon dan Yim 1986).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Sansevieria
pada dua ukuran bahan tanam yang berbeda.

Hipotesis
a. Paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanaman Sansevieria
trifasciata.
b. Terdapat pengaruh interaksi antara ukuran bahan tanam dengan
konsentrasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Sansevieria trifasciata.

TINJAUAN PUSTAKA
Sansevieria tergolong dalam famili Agavaceae yang habitat aslinya adalah
daerah tropis yang kering dan mempunyai iklim gurun yang panas (Lingga 2005
dan Henley et al. 2006). Famili ini memiliki sekitar 60 spesies yang tersebar di
Afrika, tepatnya di dataran kering Zaire, Arabia, dan India. Sebagian besar spesies
dari genus ini merupakan tanaman hias yang komersial (Henley, Chase, dan
Osborne 2006). Nilai jual Sansevieria tergantung pada tipe pertumbuhan, tekstur,
dan warna dari tanaman tersebut.
Sansevieria adalah tumbuhan yang tumbuh menahun (perennial).
Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, sansevieria ini telah ada sejak puluhan
tahun lalu. Pada awalnya, Sansevieria yang dikenal secara luas adalah jenis
'ceylon bowstring hemp' (Sansevieria trifasciata 'lorentii mein liebling'), yang
banyak menghasilkan serat rami. Mengingat kualitas serat yang baik, maka
tumbuhan ini dibudidayakan.

Botani Sansevieria
Sansevieria mempunyai banyak nama. "Lidah mertua (mother-in-law
tongue)" merupakan julukan yang kerap diberikan pada tanaman tak berdahan ini.
Ada juga yang menamainya "tanaman pedang-pedangan" karena bentuk daunnya
yang runcing menyerupai pedang. Beberapa menyebutnya "tanaman ular" (snake
plant) karena pada beberapa jenis coraknya menyerupai sisik ular (Gambar 1).

3

Gambar 1. Tanaman Sansevieria trifasciata Laurentii
Para ahli biologi menjuluki tanaman sansevieria sebagai tanaman perintis
karena mampu hidup di tempat yang tidak bisa ditumbuhi tanaman lain. Julukanjulukan lainnya adalah "century plant", "lucky plant", "the devil luck", "judas
sward", dan "african's devil". Nama “sansevieria” merupakan bahasa latin untuk
genus yang terdiri dari beragam spesies. Tanaman sansevieria diklasifikasikan ke
dalam famili Agavaceae (century plant) yang umumnya mempunyai daun
berdaging tebal dan banyak mengandung air. Klasifikasi tanaman Sansevieria
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel Klasifikasi Sansevieria
Level
Latin
Hirarki
Kingdom
Plantae
Subkingdom

Tracheobionta

Superdivisi
Divisi

Sprematophyta
Magnoliopyhta

Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
a

Liliopsida
Liliidae
Liliales
Agavaceae
Sansevieria
Sansevieria trifasciata, Sansevieria cylindrica,
Sansevieria kirkii, dan lain-lain

Indonesia
Tumbuhan
Tumbuhan
berpembuluh
Tumbuhan berbiji
Tumbuhan berbunga
Monokotil (berbiji
tunggal)
Sansevieria
-

Purwanto (2006)

Ciri Morfologi Tanaman Sansevieria

Akar
Sansevieria merupakan tumbuhan berbiji tunggal (monokotil), sehingga
akar tanaman ini berbentuk serabut. Sansevieria yang baik dan sehat akan
menampilkan perakaran yang banyak dan berwarna putih. Akar berwarna putih ini

4
tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar ke segala arah di dalam tanah
atau yang biasa disebut rhizome atau rimpang (gambar 2), yang merupakan
modifikasi dari batang (Triharyanto dan Sutrisno 2007).
Rimpang (Rhizoma)
Pada tanaman ini terdapat organ yang menyerupai batang yang disebut
rimpang atau rhizoma. organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari
makanan hasil fotosintesis. Rimpang juga berperan dalam perkembangbiakkan.
Rimpang menjalar di bawah permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan
jaringan meristem yang selalu tumbuh memanjang (Triharyanto dan Sutrisno
2007).
Daun
Tanaman sansevieria dikenal dengan daunnya yang tebal dan banyak
mengandung air (fleshy dan succulent) sehingga dengan struktur daun seperti ini
membuat sansevieria tahan terhadap kekeringan (gambar 2). Hal tersebut
dikarenakan proses penguapan air dan laju transpirasi dapat ditekan. Daun tumbuh
di sekeliling batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun penjang dan
meruncing pada bagian ujungnya. Tulang daun sejajar. Pada beberapa jenis
terdapat duri.
Bunga
Lingga (2005) menyatakan bahwa mahkota bunga jantan dan betina
Sansevieria berwarna putih kekuningan. Bunga sansevieria terdapat dalam malai
yang tumbuh tegak dari pangkal batang. Purwanto (2006) menambahkan bahwa
bunga Sansevieria termasuk bunga uniseksual yaitu memiliki bunga betina dan
bunga jantan dalam satu tanaman. Bunga yang memiliki putik disebut bunga
betina, sedangkan yang memiliki serbuk sari disebut bunga jantan. Mahkota
bunga jantan dan betina Sansevieria berwarna putih kekuningan (gambar 2).
Bunga ini mengeluarkan aroma wangi, terutama pada malam hari.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2. Morfologi Sansevieria; (a) akar dan batang, (b) daun dan (c) bunga.
[ Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Sansevieria_trifasciata]
Biji
Biji dihasilkan dari pembuahan serbuk sari pada kepala putik. Biji
Sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya. Biji
Sansevieria ini akan masak setelah berumur 2-5 bulan atau tergantung spesiesnya.
Triharyanto dan Sutrisno (2007) menyatakan bahwa setiap jenis Sansevieria
memerlukan waktu yang berbeda – beda untuk kemasakan bijinya. Bagian paling

5
luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Pada
bagian dalam biji Sansevieria terdapat dua embrio yang merupakan bakal calon
tanaman. Hal ini memungkinkan akan menghasilkan dua jenis tanaman baru yang
berbeda.

Lingkungan Tumbuh Sansevieria
Suhu Lingkungan
Suhu optimal untuk pertumbuhan Sansevieria yaitu pada malam hari 15 –
o
21 C dan pada siang hari 21 – 27o C (Saraswati 2006). Menurut Triharyanto dan
Sutrisno (2007) suhu optimal untuk pertumbuhan Sansevieria adalah 24-29o C dan
suhu malam hari 18-21o C. Sansevieria memiliki kisaran suhu yang luas sehingga
perbedaan suhu yang signifikan dapat memberi dampak pertumbuhan yang baik.
Suhu udara sangat erat kaitannya dengan laju penguapan dari jaringan
tumbuhan ke udara. Semakin tinggi suhu udara, maka laju transpirasi akan
semakin tinggi. Jika suhu berada di bawah batas toleransi, kegiatan metabolisme
tumbuhan akan terganggu bahkan terhenti.
Curah Hujan dan Kelembaban Udara
Habitat asli sansevieria adalah daerah gurun yang memiliki curah hujan
rendah dengan jumlah bulan hujan sangat singkat. Curah hujan biasanya tidak
lebih dari 250 mm/tahun. Suhu pada siang hari yang sangat panas menyebabkan
daerah ini sangat kering karena penguapan lebih tinggi daripada curah hujan. Hal
tersebut yang menyebabkan tanaman ini tahan hidup di lingkungan dengan
kelembapan yang sangat rendah.
Cahaya
Tumbuhan hijau membutuhkan cahaya matahari untuk mensintesis
makanan melalui proses fotosintesis. Sansevieria membutuhkan cahaya matahari
yang cukup ( 1 000 – 10 000 fc ) untuk dapat tumbuh dengan baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Sansevieria dapat bertahan hidup pada segala kondisi
pencahayaan, meskipun idealnya sansevieria membutuhkan cahaya matahari 4
000 - 6 000 fc. (Purwanto 2006). Fibriyanti (2008) menambahkan bahwa
intensitas cahaya yang paling sesuai untuk tanaman Sansevieria trifasciata „Lime
streaker‟ yaitu sebesar 30 386.30 kal.cm-2/hari.
Terdapat dua jenis sansevieria berdasarkan kebutuhan terhadap cahaya
matahari. Pertama, jenis sansevieria yang membutuhkan cahaya matahari penuh
(full sun) seperti Sansevieria cylindrica., Sansevieria liberica., Sansevieria
trifaciata. Kedua, jenis sansevieria yang membutuhkan cahaya matahari tidak
langsung atau tipe shade. Tanaman ini tumbuh baik pada tempat yang ternaungi.
Sansevieria dalam katagori ini umumnya berdaun kuning, seperti Sansevieria
hyacinthoides. dan jenis 'hahnii'.
Media Tumbuh
Media tumbuh merupakan tempat berdiri tegaknya tanaman, akar-akar
tanaman dapat melekat erat sehingga memperkokoh tanaman. Menurut Andiani
(2012) komposisi media tanam arang sekam : tanah : kompos (1: 2: 1) merupakan

6
komposisi media tanam yang sesuai untuk budidaya Sansevieria trifasciata. Prain
„Laurentii‟, karena selain dapat memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan
tunas Sansevieria trifasciata Prain „Laurentii, bahan pada media tersebut mudah
diperoleh. Media tumbuh yang baik memiliki ciri antara lain mampu mengikat
dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik,
tidak menjadi sumber penyakit, tahan lama, dan mudah diperoleh (Purwanto
2006).
Sansevieria membutuhkan media tumbuh yang tidak terlalu lembab dan
beraerasi baik. Sobari (2012) menambahkan, dalam memicu pertumbuhan tunas
muda Sansevieria dibutuhkan media yang kaya hara untuk mencukupi kebutuhan
stek agar menghasilkan individu baru, dengan memperhatikan porositas media.
Media tumbuh yang umum digunakan berupa campuran dari bahan-bahan yang
porous, bahan organik, dan tanah. Media terbaik untuk memicu inisiasi tunas
muda Sansevieria adalah media campuran tanah dan pupuk kandang kambing
(Sobari 2012).

Kegunaan Sansevieria
Bahan Serat
Salah satu nama yang diberikan kepada Sansevieria adalah
"bowstringhemp" yang berarti serat yang digunakan untuk mengikat. Daun
tanaman memiliki serat daun yang panjang, mengkilap, kuat, elastistis dan tidak
merapuh meskipun terkena air. Keunggulan sifat-sifat serat daun sansevieria
digunakan sebagai bahan baku pakaian. Beberapa negara seperti Cina, dan
Selandia Baru membudidayakan Sansevieria sebagai bahan baku serat pada
industri tekstil. Jenis yang biasa ditanam untuk keperluan tersebut di antaranya
Sansevieria cylindrica 'aethiopica', Sansevieria kirkii 'perinii', Sansevieria
trifasciata 'lorentii mein liebling', dan Sansevieria zeylanica.
Obat Tradisional
Sansevieria digunakan oleh penduduk lokal Afrika sebagai penawar racun
akibat gigitan ular dan serangga. Beberapa daerah di Asia menggunakan getah
tanaman ini sebagai cairan antiseptik dan daunnya digunakan sebagai pembalut
luka pada tindakan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Daun tanaman
juga digunakan sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes. Jenis yang
digunakan adalah Sansevieria trifasciata 'lorenttii'.
Antipolusi
Penelitian NASA (National Aeronautics and Space Administration)
mengungkapkan bahwa Sansevieria mampu meyerap 107 unsur yang terkandung
dalam polusi. Tiap helai daun Sansevieria terdapat senyawa aktif pregnane
glykoside, yaitu zat yang mampu menguraikan zat beracun menjadi senyawa asam
organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Senyawa beracun yang bisa
diuraikan oleh tanaman ini diantaranya kloroform, benzen, xilen, formaldehid,
dan triklorotilen (Redaksi PS 2007). Sulianta dan Yonathan (2009) menyatakan
bahwa Sansevieria trifasciata “Lorentii” mampu mendekomposisi formaldehid,
benzena hingga 53% dan trikloroetilen hingga 13% dalam waktu 24 jam.

7
Kemampuan tanaman ini dapat digunakan dalam penghijauan lingkungan.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di dalam ruangan (indoor), sansevieria
bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat
akibat tingginya konsentrasi gas karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan
penggunaan AC dalam ruangan. Satu tanaman Sansevieria trifasciata 'lorentii'
dewasa berdaun 4-5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas
100 m2 (Purwanto 2006).

Perbanyakan Sansevieria
Sansevieria termasuk tanaman yang mudah dilakukan perbanyakan.
Menurut Purwanto (2006) Sansevieria dapat dibiakkan secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif dapat dilakukan dengan biji
ataupun secara vegetatif dengan stek, pemisahan anakan, cabut pucuk, dan kultur
jaringan. Pemisahan anakan umumnya dilakukan pada tanaman yang berumpun
banyak. Anakan muncul melalui mata tunas yang terdapat pada rimpang tanaman.
Tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini antara lain Sansevieria
sp., Cyperus sp., Aglaonema sp., Syngonium sp., Lili Paris. Inisiasi akar diawali
dengan pembuntukkan tajuk terlebih dahulu kemudian diikuti oleh pertumbuhan
akar. Saat konsentrasi sitokinin lebih tinggi dari auksin maka tajuk akan muncul.
Jika konsentrasi auksin lebih tinggi dari sitokinin maka akan terbentuk akar.

Zat Pengatur Tumbuh
Menurut Wattimena (1988) dikenal 2 macam hormon tumbuh, yaitu
fitohormon, dan zat pengatur tumbuh eksogen yang dibuat manusia (sintetis).
Hormon tanaman atau sering disebut oleh para ahli fisiologi tumbuhan sebagai zat
pengatur tumbuh tanaman merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif
dalam jumlah yang relatif kecil (10-6 – 10-5 mM) yang disintesis pada bagian
tertentu oleh tanaman. Pada umumnya zat pengatur tumbuh ini diangkut kebagian
lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia,
fisiologis, maupun morfologis (Wattimena 1988). Beberapa golongan senyawa
organik (fitohormon) merupakan zat-zat penggerak atau pemacu, yang mengawali
reaksi-reaksi biokimia mengubah komposisi di dalam tanaman. Perubahan
komposisi kimia, menyebabkan terjadinya pembentukkan organ-organ tanaman
seperti tunas, daun, akar, bunga, dan lain-lain.
Zat penghambat tumbuh (retardan) merupakan salah satu zat pengatur
tumbuh eksogen. Retardan adalah sekelompok senyawa pengatur tumbuh yang
dapat menghambat proses fisiologis dan biokimia dalam tumbuh tumbuhan
(weaver 1972). Cathey (1975) mendefinisikan zat penghambat tumbuh merupakan
suatu tipe senyawa organik baru yang menghambat perpanjangan batang,
meningkatkan warna hijau dari daun dan secara tidak langsung mempengaruhi
pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan abnormal. Menurut Dicks (1979),
zat penghambat tumbuh yaitu senyawa-senyawa organik sintetik yang bila
diberikan kepada tanaman yang responsif menghambat perpanjangan sel pada
meristem sub apikal, mengurangi laju perpanjangan batang tanpa mempengaruhi

8
pertumbuhan dan perkembangan daun atau tanpa mendorong pertumbuhan yang
abnormal. Retardan berkemampuan untuk menghambat biosintesis giberelin, oleh
karena itu senyawa retardan lebih banyak dikenal dengan nama anti giberelin
(Wattimena 1988).
Pemberian zat penghambat tumbuh pada beberapa tanaman, dapat
mempengaruhi sifat fisiologis tanaman antara lain menghambat pemanjangan sel
pada meristem sub apikal, memperpendek ruas tanaman, mempertebal batang,
mencegah kerebahan, menghambat etiolasi, mempertinggi perakaran stek,
menghambat senescence, memperpanjang masa simpan, meningkatkan
pembuahan, membantu perkecambahan dan pertunasan (Wattimena 1988).
Pemberian zat penghambat tumbuh secara tidak langsung menginduksi
pembungaan. Hal ini diduga sebagai akibat dari terhambatnya fase vegetatif
sehingga hasil fotosintesis dialokasikan untuk pembentukkan kuncup bunga.
Tanaman yang responsif terhadap retardan akan terjadi penghambatan
perpanjangan sel pada meristem sub apikal, sehingga mengurangi laju
perpanjangan batang tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun
(Dicks 1979; Khrisnamoorty 1981). Tanaman yang diberikan zat penghambat
tumbuh dalam konsentrasi yang sangat tinggi, maka dapat menghambat
pembungaan yang diduga disebabkan penghambatan sintesis giberelin yang
sangat besar. Oleh karena itu, ketepatan jumlah atau konsentrasi zat penghambat
tumbuh yang digunakan pada tanaman sangat penting untuk memperoleh hasil
yang optimal.
Khrisnamoorthy (1981) menyatakan bahwa pengaruh retardan pada
pembungaan merupakan pengaruh sekunder, sedangkan pengaruh primernya
adalah penekanan pertumbuhan vegetatif.
Respon tiap tanaman terhadap zat penghambat tumbuh berbeda-beda,
tergantung pada susunan kimia senyawa dan spesies tanaman (Weaver 1972).
Persistensi retardan dalam mempengaruhi tanaman juga bervariasi, dari beberapa
hari hingga beberapa tahun (Khrisnamoorthy 1981). Selain itu menurut
Menhennet (1979), respon tanaman terhadap zat penghambat tumbuh dapat
berbeda-beda karena disebabkan oleh :
1. Kemampuan yang berbeda-beda dari daun, batang, dan akar pada spesies
yang berbeda-beda untuk mengabsorpsi dan translokasi senyawa kimia.
2. Adanya mekanisme penonaktifan dalam beberapa spesies misalnya
kompartemenisasi dan metabolisme.
3. Perbedaan pola aksi zat penghambat tumbuh dalam hubungannya dengan
mekanisme endogen yang mengontrol perpanjangan ruas.

Paclobutrazol
Paclobutrazol merupakan salah satu dari zat penghambat tumbuh yang
banyak digunakan untuk meningkatkan produksi dan nilai ekonomi pada tanaman
hortikultura. Paclobutrazol merupakan turunan pirimidin yang memiliki rumus
empirik C15H20CIN3O dengan nama kimia ICI-PP-333 (2RS, 3RS)-1-(4cholorophenyl)-4, 4-dimethyl-2-(1H-1, 2, 4-triazol-1-yl)-pentan-3-ol). Rumus
bangun paclobutrazol (gambar 3), berdasarkan Wattimena (1988) yaitu :

9

Gambar 3. Rumus bangun Paclobutrazol

Paclobutrazol merupakan senyawa aktif yang bergerak relatif lambat
menuju meristem sub apikal, dan dapat diserap tanaman baik melalui daun
maupun akar, yang kemudian ditranslokasikan melalui xylem kebagian tanaman
lainnya (ICI 1984). Paclobutrazol merupakan retardan yang paling efektif
menghambat pertumbuhan dibandingkan jenis retardan yang lain.
Penggunaan paclobutrazol dapat melalui beberapa cara, antara lain dengan
penyemprotan pada daun tanaman (foliar spray), penyiraman pada media tumbuh
(media drench), serta melalui injeksi pada batang tanaman (injection).
Mekanisme kerja paclobutrazol yaitu menghambat produksi giberelin
dengan cara oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat, yang selanjutnya dapat
menyebabkan pengurangan kecepatan dalam pembelahan sel, pengurangan
pertumbuhan vegetatif, dan secara tidak langsung akan mengalihkan asimilat ke
perumbuhan reproduktif untuk pembentukkan bunga dan perkembangan buah
(Weaver 1972; ICI 1984).

Gambar 4. Skema penghambatan sintesis giberelin oleh paclobutrazol (ICI 1984)

10
Beberapa penelitian mengenai penggunaan paclobutrazol terhadap
berbagai jenis tanaman telah dilakukan, baik tanaman hias, tanaman buah maupun
jenis tanaman lainnya. Hagiladi dan Watad (1992) menyatakan bahwa aplikasi
paclobutrazol secara penyiraman pada media mempunyai efisiensi yang lebih baik
daripada aplikasi paclobutrazol secara penyemprotan pada daun.
Menurut Margianasari (1993), pemberian paclobutrazol efektif menekan
tinggi batang tanaman Pelargonium yang diaplikasikan secara spray dengan
konsentrasi 80 ppm. Selain itu Santi et.al.,(1998) konsentrasi paclobutrazol 300
ppm dapat memunculkan bunga sedap malam 20 hari lebih cepat. Hasil penelitian
Rochimah (1996) menunjukkan bahwa penggunaan cycocel, paclobutrazol dan
daminozide belum mampu mempercepat inisiasi kuncup bunga. Selain itu
menurut penelitian Sirait (2002) pemberian paclobutrazol melalui penyemprotan
pada daun, dengan konsentrasi paclobutrazol 75 ppm, 150 ppm dan 300 ppm pada
tanaman Gardenia tidak berpengaruh terhadap saat terbentuknya kuncup bunga.
Andayani (2004) menyatakan bahwa pemberian paclobutrazol 500 ppm dan 1000
ppm melalui penyemprotan pada daun, tidak berpengaruh secara nyata terhadap
diameter bunga melati.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca (Green House) Cikabayan,
Dramaga, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada bulan Februari sampai dengan Juli 2010. Ketinggian tempat
adalah 240 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan sebesar 300 mm per
bulan.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah media campuran sekam, pupuk kandang,
dan tanah dengan perbandingan 1:1:1 (v/v). Retardan yang digunakan adalah
paclobutrazol dengan merek dagang Patrol yang memiliki konsentrasi bahan aktif
paclobutrazol sebesar 250 g.L-1 (250 000 mg.L-1 = 250 000 ppm). Tanaman
Sansevieria yang digunakan dalam penelitian adalah Sansevieria trifasciata
lorentii yang dikelompokkan menjadi dua kelompok dengan tiga ulangan. Zat
pengatur tumbuh yang digunakan adalah Paclobutrazol dengan konsentrasi yang
berbeda-beda (ppm). Alat-alat yang digunakan adalah polibag hitam dengan
ukuran 50 cm x 50 cm, meteran, pisau, selang penyiraman, ember, cangkul, gelas
ukur, Agrept, Dhitane, Rooton-F dan alat tulis.

11
Metode Penelitian
Penelitian merupakan percobaan faktorial disusun dalam Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah bahan tanaman yang
terdiri atas dua ukuran bahan tanam, yaitu tanaman Sansevieria besar (B1) dan
tanaman Sansevieria kecil (B2). Kriteria tanaman besar (B1) yaitu tanaman yang
memiliki tinggi lebih dari 65 cm, sedangkan kriteria tanaman kecil (B2) yaitu
tanaman yang memiliki tinggi kurang dari 65 cm. Faktor kedua adalah konsentrasi
paclobutazol yang terdiri atas empat taraf, yaitu kontrol (P0), Paclobutrazol 62.5
ppm (P2), Paclobutrazol 125 ppm (P3), dan Paclobutrazol 250 ppm (P3). Dengan
demikian tedapat 8 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak tiga
ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri
atas satu tanaman.
Model linier aditif yang digunakan adalah:
Yijk = µ + i + βj + ( )jk + Kk + � ijk
Dimana:
Yijk
= Nilai pengamatan pada bahan tanam ke-i, konsentrasi Paclobutrazol
ke-j, ulangan ke-k
µ
= Nilai tengah umum
= Pengaruh bahan tanam ke-i
i
βj
= Pengaruh konsentrasi Paclobutrazol ke-j
( )jk
= Pengaruh interaksi antara bahan tanam pada taraf ke-i dengan
konsentrasi Paclobutrazol pada taraf ke-j.
Kk
= Kelompok/ulangan ke-k
� ijk
= Galat percobaan
Data pengamatan diuji dengan sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan
antar perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjutan menggunakan Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Percobaan
Persiapan tanam diawali dengan penyiapan media tanam. Media yang
digunakan adalah media campuran sekam, pupuk kandang, dan tanah dengan
perbandingan 1:1:1 (v/v) berdasarkan volume polibag. Media dimasukkan ke
dalam polibag dengan diameter 50 cm. Bahan tanaman Sansevieria diambil dari
kebun tanaman induk yang berumur 8 bulan setelah tanam, dihilangkan tanah
yang menempel dengan cara dicuci dengan air kemudian ditanam pada polibag
yang telah berisi media baru. Bahan tanaman dibedakan berdasarkan ukurannya
seperti disebutkan pada metode percobaan. Pangkal tanaman dicelupkan dalam
larutan Rooton-F selama 5 menit sebelum penanaman di polibag. Tanaman
diletakkan pada plotnya masing-masing sesuai dengan perlakuan. Pupuk NPK
mutiara (15 : 15 : 15) diberikan pada 0 minggu setelah tanam (MST) sebanyak 10
gram/tanaman.
Aplikasi paclobutrazol dilakukan dengan cara disiramkan ke media tanam
(soil drenching). Tiap polybag diaplikasikan paclobutrazol dengan volume siram

12
1 000 ml/polybag. Aplikasi ini dilakukan pagi hari sebanyak dua kali yaitu pada 0
MST dan 3 MST setelah transplanting.
Pembuatan larutan paclobutrazol diawali dengan pengambilan Patrol yang
memiliki konsentrasi 250 000 ppm untuk dibuat larutan stok paclobutrazol dengan
konsentrasi 62.5 ppm, 125 ppm, dan 250 ppm sebanyak 1 000 ml dengan cara :
Paclobotrazol dengan konsentrasi 62.5 ppm
V1 x M1
= V2 x M2
Vpatrol x 250 000 mg.L-1 = 1 000 mL x 62.5 mg.L-1
Vpatrol
= 0.25 ml
Paclobotrazol dengan konsentrasi 125 ppm
V1 x M1
= V2 x M2
Vpatrol x 250 000 mg.L-1 = 1 000 mL x 125 mg.L-1
Vpatrol
= 0.5 ml
Paclobotrazol dengan konsentrasi 250 ppm
V1 x M1
= V2 x M2
-1
Vpatrol x 250 000 mg.L = 1 000 mL x 250 mg.L-1
Vpatrol
= 1 ml
Paclobutrazol ditambahkan sebanyak 0.25 mL ke dalam 999.75 mL air
untuk mendapatkan 1 000 mL larutan paclobutrazol dengan konsentrasi 62.5 ppm.
Paclobutrazol ditambahkan sebanyak 0.5 mL ke dalam 999.5 mL air untuk
mendapatkan 1 000 mL larutan paclobutrazol dengan konsentrasi 125 ppm.
Paclobutrazol ditambahkan sebanyak 1 mL ke dalam 999 mL air untuk
mendapatkan 1 000 mL larutan paclobutrazol dengan konsentrasi 250 ppm yang
diaplikasikan pada tanaman sansevieria.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan
gulma, dan penyemprotan pestisida (bila diperlukan). Penyiraman dilakukan
setiap pagi dan sore hari sebanyak 1 000 mL/polibag. Selain penyiraman,
dilakukan juga pengendalian gulma yang dilakukan secara manual dengan
mencabut gulma yang mengganggu serta penyemprotan pestisida bila diperlukan.
Pengamatan meliputi :
1. Waktu tumbuh tunas
Waktu tumbuh tunas yaitu mengamati tunas yang muncul setiap
minggunya.
2. Waktu muncul bunga
Waktu muncul bunga yaitu mengamati bunga yang muncul setiap
minggunya.
3. Jumlah anakan
Anakan merupakan calon individu baru yang muncul secara vegetatif.
Jumlah anakan dihitung sejak tunas anakan keluar dari permukaan media.
Pengamatan dilakukan setiap minggu.
4. Jumlah daun
Jumlah daun dihitung mulai awal penanaman sampai akhir percobaan.
Pengamatan dilakukan setiap minggu.
5. Tinggi tanaman

13
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan media hingga pucuk daun
terpanjang. Pengamatan dilakukan setiap minggu.
Pengamatan dilakukan sejak setelah tanaman berumur 0 MST untuk
masing-masing peubah. Keadaan umum tanaman, warna daun, hama dan penyakit
tanaman diamati secara visual.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap peubah tinggi
tanaman menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan (ukuran bahan tanam
ataupun paclobutrazol) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Rata-rata
tinggi tanaman pada perlakuan seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata -rata tinggi tanaman Sansevieria pada perlakuan Paclobutrazol
Ukuran tanaman
Perlakuan Paclobutrazol (ppm)
0
62.5
125
250
rata - rata
Tinggi tanaman (cm) pada 1 MST
Besar (B1)
82.3
80.7
71.8
70.4
76.3a
Kecil (B2)
52.0
52.3
59.7
52.3
54.1b
Rata – rata
67.2a
66.5a
65.8a
61.4b
Tinggi tanaman (cm) pada 5 MST
Besar (B1)
83.7
81.7
73.1
71.0
77.4a
Kecil (B2)
53.5
53.1
60.6
53.2
55.1b
Rata – rata
68.6a
67.4a
66.8a
62.1b
Tinggi tanaman (cm) pada 10 MST
Besar (B1)
87.2
83.5
74.1
71.8
79.2a
Kecil (B2)
55.2
54.0
61.4
53.9
56.2b
Rata – rata
71.2a
68.8a
67.8a
62.9b
Tinggi tanaman (cm) pada 15 MST
Besar (B1)
90.0
84.9
75.1
72.5
80.6a
Kecil (B2)
57.4
55.1
62.1
54.4
57.2b
Rata – rata
73.7a
69.7ab
68.9b
63.5c

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama pada masing – masing
waktu pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%
a

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman paling tinggi
adalah pada bahan tanam besar (B1) yang memang pada awal tanam lebih tinggi.
Nilai rataan tertinggi pada jenis bahan tanam besar (B1) dan jenis bahan tanam
kecil (B2) terdapat pada 15 MST sebesar 80.6 cm dan 57.2 cm. Nilai rataan
terendah pada 1 MST sebesar 76.3 cm (B1) dan 54.1 cm (B2). Pada faktor
konsentrasi Paclobutrazol menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi

14
tanaman. Konsentrasi Paclobutrazol 250 ppm (P3) berpengaruh nyata pada
minggu ke-1, minggu ke-5, dan minggu ke-10 MST. Pada minggu ke-15 MST
konsentrasi paclobutrazol 125 ppm (P2) dan 250 ppm (P3) memberikan pengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman. Nilai rataan tertinggi terdapat pada konsentrasi 0
ppm (P0) pada minggu ke-15 MST sebesar 73.7 cm. Nilai rataan terendah terdapat
di minggu ke-1 pada konsentrasi 250 ppm (P3) sebesar 61.4 cm. Interaksi antara
faktor jenis bahan tanam dan konsentrasi Paclobutrazol yang menghasilkan tinggi
tanaman tertinggi adalah interaksi antara tanaman besar (B1) dengan konsentrasi
Paclobutrazol 0 ppm (P0) sebesar 90.0 cm.
Tabel 3. Akumulasi Pertambahan Tinggi Tanaman
Ukuran
Paclobutrazol
Pertambahan Tinggi dari Tinggi Awal (cm)
Tanaman
(ppm)
5 MST
10 MST
15 MST
B1
P0 (0 ppm)
1.4
4.9
7.7
P1 (62.5 ppm)
1.0
2.8
4.1
P2 (125 ppm)
1.3
2.3
3.3
P3 (250 ppm)
0.5
1.4
2.1
B2
P0 (0 ppm)
1.5
3.2
5.4
P1 (62.5 ppm)
0.7
1.7
2.7
P2 (125 ppm)
0.9
1.8
2.4
P3 (250 ppm)
0.9
1.6
2.1
Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa akumulasi pertambahan
tinggi paling besar pada tanaman ukuran besar (B1) tanpa perlakuan paclobutrazol
(P0). Makin tinggi konsentrasi paclobutrazol, pertambahan tinggi makin kecil.
Menurut Rosmanita (2008) pemberian paclobutrazol berpengaruh cukup baik
dalam menghambat tinggi tanaman anggrek Dendrobium ’Jiad Gold x Booncho
Gold‟. Paclobutrazol mampu mereduksi pertumbuhan tinggi tanaman Sansevieria
rata-rata sebesar 19.4% pada 15 MST jika dibandingkan dengan tanaman kontrol.
Menurut Nugroho (2012) Paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm mampu
mereduksi pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari rata-rata sebesar 31.3%
pada setiap minggunya jika dibandingkan dengan tanaman kontrol.
Pertambahan tinggi tanaman paling tinggi pada 5 MST sebesar 1.5 cm
pada bahan tanam kecil (B2) dengan konsentrasi Paclobutrazol 0 ppm (P0).
Pertambahan tinggi tanaman paling tinggi pada 10 MST sebesar 4.9 cm pada
bahan tanam besar (B1) dengan konsentrasi 0 ppm (P0). Pertambahan tinggi
tanaman paling tinggi pada 15 MST sebesar 7.7 cm pada bahan tanam besar (B1)
dengan konsentrasi 0 ppm (P0). Pertumbuhan tinggi tanaman terendah pada
tanaman besar (B1) terdapat pada konsentrasi 250 ppm (P3). Bahan tanam kecil
(B2), pertumbuhan tinggi tanaman terendah di 5 MST sebesar 0.7 cm pada
konsentrasi 62.5 ppm (P1). Pada 10 dan 15 MST pertumbuhan tinggi terendah
terdapat pada konsentrasi 250 ppm (P3) sebesar 1.6 dan 2.1 cm. Santiasrini (2009)
mengemukakan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi yang
semakin tinggi (100 sampai 400 ppm) akan menyebabkan tinggi tanaman
Gloksinia semakin rendah.

15
Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap peubah jumlah
daun menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan (ukuran bahan tanam ataupun
paclobutrazol) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman. Rata-rata
jumlah daun pada perlakuan seperti terlihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa faktor jenis bahan tanam tidak
berpengaruh nyata dalam parameter jumlah daun. Nilai rata – rata jumlah daun
tertinggi terdapat pada tanaman besar (B1) sebesar 5.6 pada 15 MST dan terendah
sebesar 3.4 pada tanaman kecil (B2) diminggu ke-1 MST. Pada faktor konsentrasi,
Paclobutrazol juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
jumlah daun. Hasil penelitian Rani (2006) dan Nugroho (2012) terhadap tanaman
bunga matahari menunjukkan bahwa secara statistik jumlah daun pada tanaman
bunga matahari yang diberi perlakuan paclobutrazol dan tanaman kontrol tidak
berbeda nyata. Hasil tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan Khrisnamoorthy
(1981), bahwa efek fisiologis retardan yaitu menghambat pemanjangan sel-sel di
meristem sub apikal sedangkan pertumbuhan daun terletak pada meristem apikal
sehingga jumlah daun tidak terpengaruh oleh pemberian paclobutrazol.
Tabel 4. Rata -rata jumlah daun Sansevieria pada perlakuan Paclobutrazol
Perlakuan Paclobutrazol (ppm)
Ukuran tanaman
0
62.5
125
250
rata - rata
Jumlah daun pada 1 MST
Besar (B1)
3.7
4.0
3.3
4.0
3.8a
Kecil (B2)
3.3
3.3
3.3
3.7
3.4a
Rata – rata
3.5a
3.7a
3.3a
3.8a
Jumlah daun pada 5 MST
Besar (B1)
4.3
4.7
3.7
4.3
4.3a
Kecil (B2)
3.7
3.7
4.0
4.3
3.9a
Rata – rata
4.0a
4.2a
3.8a
4.3a
Jumlah daun pada 10 MST
Besar (B1)
4.7
5.3
4.3
5.3
4.9a
Kecil (B2)
4.7
4.3
4.3
4.3
4.4a
Rata – rata
4.7a
4.8a
4.3a
4.8a
Jumlah daun pada 15 MST
Besar (B1)
5.3
6.0
4.7
6.3
5.6a
Kecil (B2)
4.7
4.7
4.3
5.0
4.7a
Rata – rata
5.0a
5.3a
4.5a
5.7a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama pada masing – masing
waktu pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%
a

Nilai rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada konsentrasi 250 ppm (P3)
sebesar 5.7 diminggu ke-15 MST. Nilai rataan jumlah daun terendah terdapat
pada minggu ke-1 MST sebesar 3.3 pada konsentrasi 125 ppm (P2). Interaksi
antara faktor jenis bahan tanam dan konsentrasi Paclobutrazol yang juga tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman.

16
Berdasarkan data pada tabel 5 terlihat bahwa akumulasi pertambahan
jumlah daun paling tinggi pada tanaman ukuran besar (B1) dengan konsentrasi
250 ppm (P3). Pertambahan jumlah daun paling tinggi pada 5 MST sebesar 0.7
pada bahan tanam besar (B1) dengan konsentrasi Paclobutrazol 0 ppm (P0), 62.5
ppm (P1) dan bahan tanam kecil (B2) dengan konsentrasi 125 ppm (P2) dan 250
ppm (P3). Pertambahan jumlah daun paling tinggi pada 10 MST sebesar 1.3 pada
bahan tanam besar (B1) dengan konsentrasi 62.5 ppm (P1) dan 250 ppm (P3),
sedangkan pada bahan tanam kecil (B2) pada konsentrasi 0 ppm (P0).
Pertambahan jumlah daun paling tinggi pada 15 MST sebesar 2.3 pada bahan
tanam besar (B1) dengan konsentrasi 250 ppm (P3). Pertumbuhan jumlah daun
terendah pada tanaman besar (B1) terdapat pada konsentrasi 125 ppm (P2) dan
250 ppm (P3). Bahan tanam kecil (B2), pertumbuhan jumlah daun terendah di 5
MST sebesar 0.3 pada konsentrasi 0 ppm (P0) dan 62.5 ppm (P1). Pada 10 MST
pertumbuhan jumlah daun terendah terdapat pada bahan tanam kecil (B2) dengan
konsentrasi 250 ppm (P3) sebesar 0.7. Pada 15 MST pertumbuhan jumlah daun
terendah terdapat pada konsentrasi 125 ppm (P2) sebesar 1.0.
Tabel 5. Akumulasi pertambahan jumlah daun
Ukuran
Paclobutrazol
Pertambahan Jumlah Daun dari Jumlah Daun Awal
Tanaman (ppm)
5 MST
10 MST
15 MST
B1
P0 (0 ppm)
0.7
1.0
1.7
P1 (62.5 ppm)
0.7
1.3
2.0
P2 (125 ppm)
0.3
1.0
1.3
P3 (250 ppm)
0.3
1.3
2.3
B2
P0 (0 ppm)
0.3
1.3
1.3
P1 (62.5 ppm)
0.3
1.0
1.3
P2 (125 ppm)
0.7
1.0
1.0
P3 (250 ppm)
0.7
0.7
1.3

Jumlah Anakan
Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap peubah jumlah
anakan menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan (ukuran bahan tanam maupun
paclobutrazol) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman. Ratarata jumlah anakan pada perlakuan seperti terlihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa faktor jenis bahan tanam tidak
berpengaruh nyata dalam parameter jumlah anakan. Jumlah rata – rata anakan
pada tanaman kecil (B2) sebesar 2.4 dan pada tanaman besar (B1) sebesar 2.2
anakan pada 15 MST yang berarti dalam 15 minggu terbentuk 1-2 anakan. Pada
faktor konsentrasi Paclobutrazol juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah anakan, menunjukkan bahwa paclobutrazol tidak
menghambat tumbuhnya anakan baru, namun menekan tinggi tanaman (Tabel 2).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitan Rosmanita (2008) yang menyatakan bahwa
pemberian paclobutrazol di atas 1 ppm dapat meningkatkan jumlah anakan
tanaman anggrek. Wattimena (1988) menambahkan bahwa salah satu efek
fisiologis retardan yaitu mendorong terbentuknya tunas. Akumulasi pertambahan

17
jumlah anakan seperti terlihat pada Tabel 7. Pada 0-5 MST, seluruh tanaman
berukuran besar (B1) sudah membentuk anakan, sebaliknya pada tanaman kecil
(B2) seluruh tanaman baru semuanya membentuk anakan antara 5-10 MST.
Tabel 6. Rata -rata jumlah anakan Sansevieria pada perlakuan Paclobutrazol
ukuran tanaman
Perlakuan Paclobutrazol (ppm)
0
62.5
125
250
rata - rata
Jumlah anakan pada 1 MST
Besar (B1)
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0a
Kecil (B2)
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0a
Rata – rata
1.0a
1.0a
1.0a
1.0a
Jumlah anakan pada 5 MST
Besar (B1)
1.5
1.5
1.4
1.7
1.5a
Kecil (B2)
1.1
1.1
1.6
1.4
1.3a
Rata – rata
1.3a
1.3a
1.5a
1.6a
Jumlah anakan pada 10 MST
Besar (B1)
2.0
1.7
1.9
2.1
1.9a
Kecil (B2)
2.0
1.9
2.1
2.1
2.0a
Rata – rata
2.0a
1.8a
2.0a
2.1a
Jumlah anakan pada 15 MST
Besar (B1)
2.2
1.9
2.1
2.5
2.2a
Kecil (B2)
2.4
2.1
2.6
2.3
2.4a
Rata – rata
2.3a
2.0a
2.3a
2.4a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama pada masing – masing
waktu pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%
a

Tabel 7. Akumulasi Pertambahan Jumlah Anakan
Ukuran
Paclobutrazol
Pertambahan Jumlah Anakan dari Jumlah Awal
Tanaman
(ppm)
5 MST
10 MST
15 MST
B1
P0 (0 ppm)
1.3
3.3
4.3
P1 (62.5 ppm)
1.3
2.0
3.0
P2 (125 ppm)
1.0
2.7
3.7
P3 (250 ppm)
2.0
3.3
5.3
B2
P0 (0 ppm)
0.3
3.0
5.0
P1 (62.5 ppm)
0.3
2.7
3.7
P2 (125 ppm)
1.7
3.3
5.7
P3 (250 ppm)
1.0
3.3
4.3
Berdasarkan data pada tabel 7 terlihat bahwa akumulasi pertambahan
jumlah anakan pada 5 MST sebesar 2.0 pada bahan tanam besar (B1) dengan
konsentrasi Paclobutrazol 250 ppm (P3). Pertambahan jumlah anakan paling
tinggi pada 10 MST sebesar 3.3 pada kedua jenis bahan tanam dengan konsentrasi
0 ppm (P0) dan 250 ppm (P3) untuk tanaman besar (B1), konsentrasi 125 ppm
(P2) dan 250 ppm (P3) untuk tanaman kecil (B2). Pertambahan jumlah anakan
paling tinggi pada 15 MST sebesar 5.7 pada bahan tanam kecil (B2) dengan

18
konsentrasi 125 ppm (P2). Pertumbuhan jumlah anakan terendah pada kedua jenis
bahan tanam terdapat pada konsentrasi 62.5 ppm (P1).
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa kombinasi perlakuan yang
menghasilkan anakan tercepat dengan persentase terbesar adalah B1P3 (tanaman
ukuran besar dengan perlakuan paclobutrazol 250 ppm), sedangkan perlakuan
yang menghasilkan anakan paling lambat dengan persentase terkecil adalah B2P0
(tanaman ukuran kecil tanpa perlakuan paclobutrazol) dan B2P3 (tanaman ukuran
kecil dengan perlakuan paclobutrazol 250 ppm). Kombinasi perlakuan B1P2
(tanaman ukuran besar dengan perlakuan paclobutrazol 125 ppm), B1P3 (tanaman
ukuran besar dengan perlakuan paclobutrazol 250 ppm), B2P1 (tanaman ukuran
kecil dengan perlakuan paclobutrazol 62.5 ppm), B2P2 (tanaman ukuran kecil
dengan perlakuan paclobutra