Protokol Izin Usaha Perdagangan Secara Elektronik Di Indonesia.

PROTOKOL IZIN USAHA PERDAGANGAN
SECARA ELEKTRONIK DI INDONESIA

PIZAINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Protokol Izin Usaha
Perdagangan Secara Elektronik di Indonesia adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, November 2015
Pizaini
NIM G651130501

i

RINGKASAN
PIZAINI. Protokol Izin Usaha Perdagangan Secara Elektronik di Indonesia.
Dibimbing oleh SUGI GURITMAN dan HERU SUKOCO.
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan sebuah dokumen yang
diterbitkan pemerintah sebagai salah satu legalitas usaha di bidang perdagangan.
Legalitas usaha tersebut diberikan dalam bentuk cetak dan cukup mudah untuk
dipalsukan baik isi dokumen maupun tanda tangannya. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah gagasan yang mampu mengatasi permasalahan pemalsuan serta
mampu menjamin integritas maupun keabsahan dokumen SIUP. Protokol izin
usaha perdagangan yang dibuat merupakan bentuk digital dari proses
penandatanganan dan verifikasi surat izin usaha perdagangan dengan media
kertas. Tanda tangan yang digunakan adalah tanda tangan digital (digital
signature) yang dapat diverifikasi baik sebelum atau sesudah dokumen dicetak.
Salah satu algoritme tanda tangan digital adalah Digital Signature Algoritm

(DSA). Untuk verifikasi dokumen cetak maka diterapkan QR Code, yaitu sebuah
struktur dua dimensi yang dapat mentransmisikan data dengan cara dipindai
(scan). Tujuan dari penelitian ini adalah membangun protokol SIUP elektronik
dengan menerapkan algoritme tanda tangan yaitu DSA dan menerapkan QR Code
untuk verifikasi jika dokumen telah dicetak.
Metodologi pada penelitian ini terdiri dari analisis permasalahan,
perancangan protokol kriptografi, membuat simulasi dan analisis keamanan
informasi. Rancangan protokol kriptografi yang dibangun terdiri dari protokol
penandatanganan dan protokol verifikasi. Protokol penandatanganan terdiri dari
penandatanganan QR Code dan penandataganan file Portable Document Format
(PDF). Sedangkan protokol verifikasi terdiri dari verifikasi QR Code dan
verifikasi PDF. Rancangan protokol ini menerapkan digital certificate yang
mengikat identitas penandatangan dan sebagai jaminan kepemilikan kunci publik.
Untuk menjamin keabsahan dokumen, diterapkan time-stamp signature yang
ditandatangani oleh pihak ketiga terpercaya (trusted third party) agar dokumen
dinyatakan valid selama masa berlaku dokumen. Untuk proses verifikasi melalui
QR Code, dilakukan verifikasi terhadap QR Code menggunakan digital certificate
milik penandatangan dokumen dan Certification Authority (CA). Sedangkan
verifikasi melalui file PDF, diperlukan tambahan informasi hierarki digital
certificate milik Time Stamp Authority (TSA).

Simulasi protokol izin usaha perdagangan secara elektronik ini dibuat
menggunakan bahasa pemrograman Java dan library (pustaka) pendukung yaitu
Bouncy Castle, Google ZXing dan Apache PdfBox. Simulasi ini menggunakan
algoritme DSA dengan parameter p = 2048 bit dan q = 256 bit serta fungsi hash
Secure Hash Algorithm (SHA) 256. Berdasarkan simulasi yang dibuat, protokol
penandatanganan dan verifikasi dapat diterapkan pada dokumen usaha
perdagangan dengan proses verifikasi melalui QR Code dan PDF. Penerapan QR
Code memungkinkan dokumen dapat diverifikasi jika dokumen dicetak.
Sehingga, rancangan ini mudah dan layak untuk diimplementasikan di Indonesia.
Kata kunci: digital certificate, digital signature, QR Code, surat izin usaha
perdagangan, time-stamp signature

ii

SUMMARY
PIZAINI. An Electronic Trade Business License Protocol in Indonesia.
Supervised by SUGI GURITMAN and HERU SUCOKO.
The trade business license (SIUP) is a paper-based license issued by the
government as the legality to carry out business activities. The protocol of
electronic trade business license is a digital form of the signing process and

verifying process of the trading license. It applied the digital signature that can be
verified either before or after the document is printed. This research aimed to
build an electronic trade business license protocol by implementing the digital
signature algorithm (DSA) and the QR Code.
The methodology in this study included the problems analysis, the design of
the cryptographic protocol, builded the prototype, and the security analysis. The
design of cryptographic protocols included the signing protocol and the
verification protocols. Signing protocol consisted of the QR Code signing and the
signing of Portable Document Format (PDF). The verification protocol consisted
of the QR Code verification and the PDF verification. This protocol implemented
the digital certificate that binds the signatory's identity and the public key
ownership. To ensure the documents validity, this study applied time-stamp
signature signed by a trusted third party to ensure the validity of the document.
First, the verification process through QR code, utilized a digital certificate
belonging to the document signatory and certification authority (CA). Second, the
verification through a PDF file, included the digital certificate hierarchy of the
time stamp authority (TSA).
The prototype of electronic trade business license was built utilizing the
Java programming language and some libraries included Bouncy Castle, Google
ZXing and Apache PDFBox. This prototype applied the DSA algorithm with

parameters p = 2048 bits and q = 256 bits and Secure Hash Algorithm (SHA) 256
as the hash function. Based on the prototype, the signing protocol and verification
could be applied to the document of trade business license including a verification
process through the QR Code and PDF. This study implemented the digital
signature, the QR Code, the digital certificates, and the timestamp signature. It
guaranteed the document integrity, authentication, and nonrepudiation.
Implementation of QR Code allows the document can be verified after the
document is printed. Thus, this design is easy and feasible to be implemented in
Indonesia.
Keywords: digital certificate, digital signature, QR Code, timestamp signature,
trade business license

iii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

iv
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PROTOKOL IZIN USAHA PERDAGANGAN
SECARA ELEKTRONIK DI INDONESIA

PIZAINI

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR


v

2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sri Wahjuni, MT

vi
Judul Penelitian
Nama
NIM

Protokol Izin Usaha Perdagangan Secara Elektronik di
Indonesia
Pizaini
G651130501

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr Drs Sugi Guritman
Ketua

DrEng Heru Sukoco, SSi MT
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Magister Ilmu Komputer

Dekan Sekolah Pascasarjana

DrEng Wisnu Ananta Kusuma, ST MT

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 16 November 2015

Tanggal Lulus:


vii

PRAKATA
Alhamdulillah, ungkapan rasa syukur penulis kepada Allah subhanahu wa
ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Penelitian ini mengambil tema keamanan informasi yang
dilaksakanan sejak bulan Januari 2015 dengan judul Protokol Izin Usaha
Perdagangan Secara Elektronik di Indonesia.
Terima kasih penulis kepada istri tercinta, Widia Fuji Hastuti atas semangat
dan perjuangannya mendampingi penulis selama menyelesaikan karya ilmiah ini
serta Ayah, Ibu dan seluruh keluarga penulis atas do’a dan dukungan yang
diberikan. Ungkapan terima kasih penulis kepada Bapak Dr Drs Sugi Guritman
dan Bapak DrEng Heru Sukoco, SSi MT selaku pembimbing serta Ibu Dr Ir Sri
Wahjuni, MT selaku penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan
pada penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis kepada seluruh dosen
dan staf Departemen Ilmu Komputer yang telah membantu selama pelaksanaan
penelitian. Ungkapan rasa bangga penulis kepada rekan-rekan S2 Ilmu Komputer
angkatan tahun 2013 atas semangat dan motivasi yang diberikan serta terima
kasih penulis kepada seluruh pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung

dari penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2015
Pizaini

viii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kriptografi dan Protokol Kriptografi

Tanda Tangan Digital
QR Code
Digital Certificate
Digital Signature Algorithm (DSA)
Time Stamp Signature
Portable Document Format (PDF)
3 METODE PENELITIAN
Analisis Permasalahan
Perancangan Protokol
Membuat Simulasi Protokol
Analisis Keamanan Protokol
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancangan Protokol Izin Usaha Perdagangan Elektronik
Rancangan Protokol Kriptografi
A. Pembangkitan Pasangan Kunci (key pair generation)
B. Penandatanganan (Signing)
C. Abstract Syntax Notation 1 (ASN.1)
D. Verifikasi (Verification)
Verifikasi Sertifikat Digital
Verifikasi Masa Berlaku Dokumen
Persiapan Simulasi
Simulasi
Analisis Keamanan Protokol
Integritas
Autentikasi
Non-repudiasi
Analisis Ukuran Data
Pengujian Ukuran QR Code
5 SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
3
3
3
3
4
4
4
5
7
8
8
9
11
11
12
12
12
13
13
13
14
15
17
17
19
19
20
23
32
32
34
36
37
37
38
39
42
50

ix

DAFTAR TABEL
1 Percobaan Penandatanganan Dokumen SIUP
2 Pengujian Ukuran QR Code

37
37

DAFTAR GAMBAR
1 Perbandingan QR Code dan Barcode
2 Struktur Hierarki CA Indonesia
3 Skema Time Stamp Signature
4 Struktur Umum PDF
5 Struktur Tanda Tangan Digital pada PDF
6 Metode Penelitian
7 Rancangan Protokol SIUP Elektronik
8 Rancangan Protokol Kriptografi
9 Protokol Penandatanganan QR Code (QR Code Signing)
10 Protokol Penandatanganan PDF File (PDF Signing)
11 Protokol Verifikasi Melalui QR Code (QR Code verification)
12 Protokol Verifikasi Melalui File PDF (PDF verification)
13 Sertifikat Digital Root CA
14 Sertifikat Digital CA
15 Sertifikat Digital Kepala PTSP
16 Antarmuka Utama
17 Simulasi Input Data
18 Input Password untuk Private Key
19 QR Code Hasil Penandatanganan SIUP
20 Simulasi SIUP yang Telah Ditandatangani
21 Memilih Image QR Code
22 Verifikasi Berdasarkan QR Code
23 Menampilkan Dokumen yang Telah Diverifikasi
24 Memilih File Dokumen
25 Verifikasi Dokumen Melalui File
26 Informasi Sertifikat Penandatangan
27 Informasi Time Stamp
28 Validasi Menggunakan Nitro PDF
29 Perubahan Data Pada QR Code
30 Analisis Integritas pada QR Code
31 Analisis Integritas pada PDF
32 Analisis Autentikasi pada QR Code
33 Analisis Autentikasi pada PDF
34 Analisis Non-repudiasi pada PDF

6
8
9
10
10
11
13
14
15
16
18
18
21
22
22
23
23
24
24
27
28
28
29
29
30
30
31
32
32
33
33
34
35
36

DAFTAR LAMPIRAN
1 Contoh SIUP
2 Pengujian Ukuran QR Code
3 Time Stamp Response (TSR)

42
43
47

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan surat izin untuk dapat
melaksanakan kegiatan usaha dan merupakan salah satu bentuk legalitas yang
diberikan pemerintah kepada pelaku usaha di bidang perdagangan. Setiap
perorangan atau badan usaha perdagangan kecil, menengah atau besar wajib
memiliki SIUP yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh pemerintah setempat di
mana usaha tersebut dijalankan. SIUP diterbitkan oleh pemerintah daerah melalui
pejabat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (Kemendag 2007).
Legalitas usaha tersebut diberikan dalam bentuk cetak atau hardcopy kepada
para pelaku usaha. Dokumen hardcopy cukup mudah untuk dipalsukan baik isi
dokumen maupun tanda tangannya. Sebagaimana diketahui, pemalsuan surat izin
usaha dapat merugikan pelaku usaha sendiri serta pemerintah selaku pihak yang
menerbitkan SIUP. Oleh karena itu, diperlukan sebuah gagasan yang mampu
mengatasi permasalahan pemalsuan serta mampu menjamin integritas maupun
keabsahan (authentication) dokumen SIUP yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Beberapa pendekatan telah dilakukan dari beberapa penelitian terkait
proteksi maupun integritas dokumen cetak. Salah satu bentuk keamanan dokumen
cetak adalah dengan menampatkan produk tertentu pada kertas misalnya
watermark. Pendekatan lain yang telah dilakukan adalah dengan menampatkan zat
kimia tertentu agar tanda pada dokumen tidak dapat dihapus maupun
dimanipulasi. Pendekatan ini tergolong mahal dan membutuhkan bahan khusus
(Eldefrawy et al. 2012).
Pendekatan lainnya untuk memverifikasi dan autentikasi dokumen cetak
adalah menggunakan QR Code, yaitu sebuah struktur dua dimensi yang dapat
mentransmisikan data dengan cara dipindai (scan). Pada sistem verifikasi
dokumen hardcopy, verifikasi dilakukan dengan memindai (scan) dokumen dan
membandingkan data di QR Code yang tertempel pada dokumen (Salleh dan Yew
2009). Autentikasi dokumen cetak menggunakan enkripsi kunci publik dan QR
Code juga dikemukakan oleh (Eldefrawy et al. 2012), yaitu dengan menyimpan
data di dalam QR Code yang terdiri dari hash value dari dokumen, nomor
dokumen, timestamp dan tanda tangan. Autentikasi menggunakan QR Code dan
digital signature pada dokumen cetak juga dikenalkan oleh (Warasart dan
Kuacharoen 2012). Pada skema ini, tanda tangan disisipkan ke dalam QR Code.
Proses autentukasi dan verifikas dilakukan dengan membandingkan hasil scan
dokumen dengan hasil decoding data di QR Code.
Autentikasi dokumen juga dilakukan berdasarkan pada tanda tangan yang
tertera pada dokumen tersebut. Skema yang dikenalkan oleh (Garain dan Halder
2008), proses autentikasi melalui pendekatan artificial intelligent dengan
melakukan scanning tanda tangan pada dokumen. Pendekatan autentikasi tanda
tangan secara offline dengan artificial intelligent membutuhkan model tanda
tangan asli sebagai pembanding, namun tingkat akurasinya masih perlu
ditingkatkan (Mushtaq dan Mir 2013).
Teknik penyisipan QR Code pada dokumen cetak seperti di atas, dapat
dilakukan untuk autentikasi dan verifikasi. QR Code dipatenkan pada tahun 1994

2
(ISO/IEC 18004 2006) oleh Denso Wave Incorporated. QR Code telah digunakan
pada aplikasi tracking produk ikan yang dikombinasikan dengan digital signature
(Seino et al. 2004). Kemampuan QR Code tidak hanya pada kapasitas data yang
mampu ditampung, tetapi juga mampu menyimpan beberapa jenis atau tipe data
seperti kontak, alamat web dan beberapa jenis data lainnya (Narayanan 2012).
Kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai watermark dokumen (Cho
2013). Aplikasi tracking product juga dikemukakan oleh (Melgar dan Santander
2014). Proses verifikasi dan autentikasi produk dengan cara men-scan QR Code
lalu mencocokkan dengan data yang tersimpan server internet. Aplikasi ini
bertujuan agar konsumen dapat memverifikasi kebenaran merek, nomor serial dan
tanggal produksi.
Proses autentikasi dokumen yang diajukan pada penelitian ini
memanfaatkan digital signature. Digital signature yang diterapkan melekat pada
dokumen yang ditandatangani, sehingga setiap dokumen diberikan tanda tangan
yang unique (Munir 2006). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2012 dijelaskan bahwa Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri
atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi. Dijelaskan pula bahwa digital signature merupakan kumpulan data
string yang menghubungkan pesan dengan entitas asal (Menezes et al. 1996).
Digital signature menggunakan algoritme kriptografi kunci publik. Salah
satu algoritme kunci publik yang didesain khusus untuk tanda tangan digital
adalah Digital Signature Algorithm (DSA). DSA dikenalkan oleh National
Institute of Standards and Technology (NIST) pada tahun 1991. DSA merupakan
varian dari skema ElGamal dan merupakan skema digital signature pertama yang
dikenali oleh pemerintahan (Menezes et al. 1996).
Keamanan DSA terletak pada faktorisasi bilangan prima dan sulitnya dalam
komputasi logaritma diskret. DSA memiliki kompleksitas
, yang berarti
bahwa DSA merupakan algoritme tanda tangan yang efisien di dalam operasi
pembangkitan dan verifikasi tanda tangan (Situmorang 2006). Setiap algoritme
tanda tangan digital menggunakan fungsi hash satu arah sebagai integritas data
(Ariyus 2008). DSA telah diimplementasikan pada protokol surat kuasa elektronik
(Sholihah 2013). Selain itu, DSA juga digunakan pada sistem tanda tangan digital
pada naskah dinas (Somad 2013).
Pada digital signature, kunci publik harus diketahui oleh penerima dokumen
untuk verifikasi. Namun, distribusi kunci publik sangat rentan dipalsukan oleh
orang lain yang menimbulkan ketidakpercayaan penerima pesan. Untuk itu,
diperlukan sertifikasi kunci publik oleh pihak ketiga terpercaya (trusted third
party) untuk menjamin identias pemilik kunci publik.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dokumen SIUP
dapat diimplementasikan secara elektronik menggunakan algoritme digital
signature. Secara khusus, algoritme digital signature didesain untuk menandai
dan memverifikasi berkasi berupa file atau softcopy. Pada penelitiain ini, dokumen
SIUP juga harus dapat diverifikasi maupun autentikasi pada dokumen yang telah
dicetak yaitu menggunakan QR Code. Suatu dokumen SIUP dapat dilihat dan
diverifikasi oleh siapapun. Namun, isi dokumen SIUP harus tetap orisinil (tidak
berubah) yang menentukan kepemilikan dokumen, serta SIUP harus otentik
diterbitkan dan ditandatangani oleh pihak yang benar.

3
Rumusan Masalah
Bagaimana agar proses penerbitan SIUP dapat dilakukan secara elektronik,
aman dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu, autentikasi dan verifikasi SIUP
tidak hanya melalui file, tetapi juga dapat dilakukan melalui QR Code.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membangun protokol SIUP elektronik dengan
menerapkan Digital Signature Algorithm (DSA) dan QR Code untuk memberikan
jaminan keabsahan dokumen dan tanda tangan sebagai legalitas usaha
perdagangan.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Proses menerbitan SIUP menjadi lebih aman dan lebih cepat
2. Tanda tangan pemberi izin tidak mudah dipalsukan
3. Integritas dan keabsahan surat izin dapat terjamin
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Protokol SIUP yang dibuat tidak termasuk cap (stempel)
2. Telah tersedia QR Code reader pada perangkat verifier (pihak yang ingin
melakukan verifikasi)

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kriptografi dan Protokol Kriptografi
Kriptografi merupakan seni (art) dalam merahasiakan sebuah pesan agar
tidak diketahui maknanya oleh orang lain yang tidak berhak (Ariyus 2008).
Algoritme kriptografi saling berkaitan antara enkripsi dan dekripsi. Hal ini karena
algoritme kriptografi merupakan fungsi matematika dan dapat dibuktikan
keterkaitannnya. Secara umum, kriptografi terdiri dari algoritme simetris dan
algoritme asimetris (kunci publik). Perbedaan antara keduanya terletak pada kunci
yang digunakan. Algoritme simetris menggunakan kunci yang sama antara
enkripsi dan dekripsi. Sedangkan pada algoritme asimetris, kunci untuk enkripsi
adalah kunci private (rahasia) dan untuk dekripsi menggunakan kunci publik
(Schneier 1996).
Protokol kriptografi terdiri dari langkah-langkah (urutan) untuk komunikasi
antara dua orang atau lebih yang mengadopsi algoritme kriptografi dalam
langkah-langkahnya (Schneier 1996). Tujuan umum protokol kriptografi adalah
kerahasiaan. Namun, protokol juga dibangun untuk memudahkan komunikasi
dalam sebuah kelompok seperti penandatangan surat elektronik, kontrak dan lain
sebagainya. Kegagalan protokol (protocol failure) dapat terjadi jika tujuan
protokol tersebut tidak tercapai atau gagal (Menezes et al. 1996)
Tanda Tangan Digital
Menezes et al. (1996) mendefinisikan bahwa digital signature merupakan
sekumpulan data string yang terasosiasi (terhubung) dengan pesan aslinya. Digital
signature dihasilkan oleh algoritme tertentu yang secara umum terdiri dari
penandatanganan (sign) dan verifikasi (verify). Definisi lainnya, dijelaskan bahwa
tanda tangan digital merupakan kumpulan bit yang bisa melakukan fungsi
elektronik yang memakai fungsi hash satu arah (Ariyus 2008). Penggunaan digital
signature banyak digunakan pada berbagai bidang. Salah satunya adalah
pemanfaatan digital signature di surat kuasa elektronik (Sholihah 2013).
Legalitas penggunaan digital signature di Indonesia diatur dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Eletronik.
Namun implementasin digital signature masih belum maksimal. Di dalam
undang-undang tersebut dijelaskan beberapa istilah elektronik serta mekanisme
atau aturan traksaksi secara elektronik di Indonesia.
Salah satu algoritme tanda tangan digital dalam Digital Signature Standard
(DSS) adalah Digital Signature Algirithm (DSA). Secara umum algoritme DSA
terdiri dari tiga bagian yaitu pembangkitan kunci, pembangkitan tanda tangan dan
verifikasi. Berdasarkan Federal Information Processing Standar Publication (FIPS
PUB) 186-4 tahun 2013, agloritme DSA dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Pembangkitan kunci:
1. Pilih bilangan prima , dimana
. adalah panjang bit
2. Pilih bilangan prima , dimana
. adalah panjang bit
dengan membangi
3. Pilih generator yang berorder dimana
.
i. Pilih bilangan
, dimana
dan hitung

5
ii. Jika
, kembali ke langkah 3.i
4. Pilih bilangan secara acak, dimana
5. Hitung
6. Parameter
merupakan parameter publik yang harus
disebarluaskan. Sedangkan paramater adalah parameter yang rahasia
B. Pembangkitan tanda tangan
1. Pilih bilangan secara acak, dimana
2. Hitung
3. Hitung
4. Tanda tangan adalah untuk pesan adalah
C. Verifikasi tanda tangan
1. Verifikasi tanda tangan memerlukan pesan
, parameter publik
dan tanda tangan
2. Periksa apakah
dan
. Jika tidak, maka tanda tangan
ditolak
3. Hitung
4. Hitung
5. Hitung
6. Hitung
7. Jika v = r, maka tanda tangan terverifikasi
Berdasarkan standar FIPS-PUB 186-4 dijelaskan bahwa panjang parameter
(panjang parameter ) dan
(panjang paramater ) berpasangan sebagai
berikut:
= 1024 bit, = 160 bit
= 2048 bit, = 224 bit
= 2048 bit, = 256 bit
= 3072 bit, = 256 bit
Sedangkan HASH() merupakan fungsi hash yang digunakan berdasarkan
FPIS 180-4 tentang Secure Hash Standard (SHS). Pada penelitian ini, algoritme
DSA yang digunakan adalah panjang L = 2048 bit dan panjang N = 256 bit
dengan fungsi hash SHA-256. Fungsi hash SHA-256 merupakan standar SHS
yang memproses blok dengan panjang 512 bit dengan output 256 bit hash value.
QR Code
QR Code merupakan struktur dua dimensi yang digunakan untuk
mentransmisikan informasi melalui cetak print yang dapat dipindai (scan).
Terdapat 40 jenis simbol QR Code. Setiap jenis menandakan versi dengan
kapasitas data yang berbeda pula. Untuk versi satu terdiri dari 21 x 21 modul
dengan kapasitas data 72 hingga 152 bit. Sedangkan versi 40 terdiri dari 177 x
177 modul dan mampu menampung data hingga 23.648 bit. QR Code
menggunakan Reed-Solomon sebagai algoritme error correction. Jika semakin
tinggi error correction level yang digunakan, maka semakin sedikit data yang
mampu disimpan (Melgar dan Santander 2014). Jika dibandingkan dengan
barcode, QR Code juga dikenal sebagai barcode 2D yang dapat menampung lebih
banyak data.

6

Gambar 1 Perbandingan QR Code dan Barcode (Narayanan 2012)
Perbandingan QR Code dan Barcode seperti yang digambarkan pada
Gambar 1, bahwa data yang tersimpan baik secara horizontal maupun vertikal.
Sehingga, QR Code dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada barcode.
Beberapa kelebihan QR Code diantaranya adalah:
1.
QR Code dapat dipindai (scan) dari berbagai arah hingga rotasi 360 derajat.
Hal ini karena terdapat titik pada tiga sudut QR Code sebagai penanda
posisi.
2.
QR Code dapat menyimpan informasi hingga 7.089 angka (200 kali lebih
banyak dari barcode 1D)
3.
QR Code dapat menyimpan informasi dengan beberapa tipe data dan
simbol, seperti karakter alfanumerik, huruf kanji dan tipe data biner
4.
QR Code menggunakan error correction level yang digunakan untuk
melakukan recovery data hingga 30% kerusakan gambar
Berdasarkan ISO 18004:2006, tahapan utama pembangkitan (encoding) QR
Code terdiri dari:
1. Data analysis
Pada tahap ini, data yang akan diproses akan dianalisis jenis karakter (angka,
alfanumerik, kanji atau mix-mode). Di tahap ini, data akan dikonveri menjadi
binary string, menambahkan informasi error correction level dan menghitung
versi terkecil yang mampu menampung data.
2. Data encodating
Data dikonversi menjadi bit berdasarkan hasil analisis. Penambahan mode
indicator dan penambahan padding karakter
3. Error correction coding
Pada tahap ini akan ditambahkan error correction codeword yang digunakan
untuk mengembalikan (recovery) data jika terjadi kerusakan.
4. Structure final message
Data akan distrukturkan dengan menggabungkan data dan error correction
codeword
5. Module placement in matrix
Module codeword akan diletakkan ke dalam matrik yang merepresentasikan
data 0 dan 1
6. Data Masking
Pada tahap ini, data masking akan membentuk pola untuk membentuk simbol
dan mengevaluasi keseimbangan warna putih dan hitam.
7. Format and version information
Tahap akhir encoding adalah membangkitkan informasi format dan versi dari
simbol

7
Sedangkan tahapan utama pembacaan (decoding) QR Code berdasarkan ISO
18004:2006 terdiri dari:
1. Recognize black/white modules
Tahap awal proses decoding adalah membaca informasi berdasarkan warna
hitam/putih untuk menentukan data 0 dan 1.
2. Decode format information
Mengidentifikasi format yang digunakan, error correction level dan masking
pattern
3. Determine version
Membaca informasi versi yang digunakan oleh QR Code yang dipindai (scan)
4. Release masking
Masking yang telah dibaca akan diproses menggunakan operasi XOR.
5. Restore data
Pada tahap ini, karakter akan dibaca bersama dengan error correction
codeword
6. Detect error using the error correction
Jika terjadi error, data akan diperbaiki berdasarkan error correction
codeword yang telah dibaca.
7. Decode data
Tahap akhir proses decoding adalah membangkitkan kembali data yang
diproses berdasarkan mode yang digunakan.
Digital Certificate
Penerapan kriptografi kunci publik membutuhkan pendukung yang dikenal
dengan Publik Key Infrastructure (PKI). PKI sendiri merupakan pengaturan yang
menjamin penggunaan kunci publik secara aman bagi pihak-pihak yang ingin
berkomunikasi. Salah satu komponen PKI adalah digital certificate. Digital
certificate dikeluarkan oleh Certification Authority (CA). Di dalam sertifikat,
terdapat informasi seperti nama subjek (individu atau perusahaan), kunci publik
milik subjek, tanggal kadaluarsa dan beberapa informasi penting lainnya.
Adanya informasi tersebut memungkinkan sertifikat digital mengikat kunci
publik dengan identias pemilik kunci. Sertifikat tidak bersifat rahasia dan dapat
diverifikasi oleh siapapun. Dengan demikian, kunci publik milik CA harus
dikatahui secara luas sebagai jaminan kepemilikan kunci publik yang tertera
dalam sertifikat (Munir 2006).
Digital certificate juga telah diatur dalam Undang-Undang ITE (Indonesia
2008). Mekanisme penerbitan digital certificate dan penyelenggara sertifikasi
elektronik juga diamanatkan dalam Pertaturan Pemerintah (Indonesia 2012).
Sebagai langkah awal dalam implementasi digital certificate di Indonesia,
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meluncurkan Root Certification
Authority (Root CA) pada Desember 2014. Dimana, CA yang ada di Indonesia
harus berada dibawah root CA nasional dan memiliki sertifikat digital yang
ditandatangani oleh pemerintah. Dengan hadirnya CA di Indonesia, baik
pemerintah maupun swasta dapat memiliki sertifikat digital di bawah pengawasan
pemerintah pusat (Mantra 2014).
Secara umum, hierarki CA di Indonesia dapat digambarkan sebagai
berikut:

8
Root CA Nasional

Intermediate CA

End user

Gambar 2 Struktur Hierarki CA Indonesia
Berdasarkan Gambar 2, Root CA membawahi beberapa intermediate CA
yang berhubungan langsung dengan end user. Sertifikat end user, diterbitkan oleh
intermediate CA yang telah disertifikasi oleh root CA nasional.
Digital Signature Algorithm (DSA)
Digital signature terbagi menjadi dua kelas utama yaitu digital signature
dengan appendiks dan digital signature dengan message recovery. Pada digital
signature dengan appendiks, proses verifikasi signature memerlukan pesan asli.
Sedangkan pada skema message recovery, proses verifikasi tidak memerlukan
pesan asli karena pesan asli dipulihkan dari tanda tangan itu sendiri. Algoritme
tanda tangan yang menggunakan skema appendiks diantaranya adalah DSA dan
ElGamal (Menezes et al. 1996).
Kekuatan DSA terletak pada Discrete Logarithm Problem (DLP). Sukarnya
mengkalkulasi logaritme diskrit sama dengan sukarnya menguraikan bilangan
bulat yang besar. Metode Silver-Pohlig-Hellman hanya efektif pada bilangan
prima yang relatif kecil. Tetapi tidak efektif pada bilangan prima yang cukup bisar
misalnya 100 digit. Metode Baby Step – Giant Step dan Giant Calculus juga
dinyatakan tidak efektif untuk memecahkan DLP (Kromodimoeljo 2009).
Parameter kunci DSA yang digunakan pada penelitian ini adalah
.
Hal ini sesuai dengan standar penggunakan algoritme DSA saat ini (NIST 2013).
Secara khusus, parameter yang digunakan adalah L = 2048 bit dan N = 256 bit.
Dengan demikian, maka fungsi hash yang harus digunakan adalah fungsi hash
yang memiliki output 256 bit, yaitu Secure Hash Algorithm (SHA) 256.
SHA-256 adalah salah satu standar fungsi hash yang digunakan untuk
algoritme DSA (NIST 2013) dari beberapa algoritme hash yang terdapat pada
standar fungsi hash (NIST 2012). SHA-256 memiliki level keamanan yang lebih
baik dari fungsi hash pendahulunya. Hingga saat ini, publikasi terhadap serangan
(attack) terhadap SHA-256 telah menemukan collusion pada round 38 dari 64
round milik SHA-256 (Mendel et al. 2013). Dengan demikian, fungsi hash ini
masih relevan untuk digunakan saat ini.
Time Stamp Signature
Time-Stamp Signature (TSS) merupakan mekanisme tanda tangan digital
berdasarkan waktu (time-stamp). TSS ditandatangani oleh pihak ketiga terpercaya
yang bertindak sebagai Time Stamp Authority (TSA). TSA menandatangani

9
sebuah permintaan time-stamp (request) dari user menggunakan kunci private
milik TSA setelah ditambahkan informasi timestamp. Response dari TSA berisi
informasi time stamp dan signature yang dikemas dalam format time-stamp
response (Adams et al. 2001). Keunggulan time stamp adalah jika user
menandatangan sebuah dokumen, maka dokumen tersebut tetap valid walaupun
sertifikat kunci publik milik user sudah tidak berlaku atau revoked.
Requester

Time Stamp Authority (TSA)

Time stamp
(plain text)

c9b4bfdcf6
Generate hash
Send to
Data

Generate hash

c9b4bfdcf6
a7c5afdaf1

Store with

Private key
of the TSA

Encrypt
(digitally sign)

0c6f9f0a7b

Send to

0c6f9f0a7b

Truested
timestamp

Gambar 3 Skema Time Stamp Signature (Gipp et al. 2015)
Skema validasi menggunakan time stamp signature pada Gambar 3 di atas,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengguna membangkitkan nilai hash dari suatu dokumen dan dikirim ke
server TSA terpercaya.
2. Nilai hash dokumen disisipkan informasi-informasi time stamp, kemudian
TSA menghitung nilai hash gabung informasi tersebut dan mengenkripsi
dengan kunci private milik TSA.
3. Hasil enkripsi tersebut disisipkan time stamp dan dikirimkan kepada penguna
4. Selanjutnya, pengguna menyisipkan time stamp signature tersebut ke
dokumen asal. Sehingga terdapat tiga komponen yang terdiri dari signature,
time stamp dan dokumen itu sendiri.
Portable Document Format (PDF)
PDF merupakan salah satu format dokumen yang populer karena
fleksibelitasnya yang diluncurkan oleh Adobe System pada tahun 1991. PDF telah
menjadi standar pertukaran dokumen termasuk tujuan tertentu dari dokumen PDF
(ISO 32000-1 2008). Struktur umum pdf dibagi menjadi beberapa bagian seperti
pada Gambar 4.

10

PDF Document
Digital ID
Private Key

% PDF

 (PDF content)

Signature dictionary

Certificate:



Public Key
Identity
info

(stored on computer or
security device)

/ByteRange {...}
/Contents


Certificate



Signed massage digest



Timestamp

Signature
value

% EOF

Gambar 4 Struktur Umum PDF
Standar ini untuk menjamin agar pembaca (reader) pdf dapat membaca isi
dokumen serta komponen yang disisipkan seperti tanda tangan, sertifikat digital
dan time stamp. Sedangkan struktur tanda tangan digital terdapat pada bagian
ByteRange. Yaitu empat angka positif yang menandai posisi sebuah tanda tangan
digital pada dokumen PDF (Gambar 5).
PDF Document

Example:

byte
0

% PDF

840 bytes

/ByteRange
[0,840,960,240]

/Contents <

840

Signature hash value
computed for these
bytes

Signature value

240 bytes

960
>

%% EOF

1200

Gambar 5 Struktur Tanda Tangan Digital pada PDF

11

3 METODE PENELITIAN
Metodologi pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu analisis
permasalahan yang merujuk pada studi pustaka, pembuatan protokol SIUP
elektronik yang terdiri dari protokol penandaan (sign) dan verifikasi (verify),
membuat simulasi dan analisis keamanan protokol yang dibangun. Metode
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Mulai

Analisis
permasalahan

Perancangan
protokol

Membuat Simulasi
Protokol

Analisis Keamanan
Protokol

Selesai

Gambar 6 Metode Penelitian
Berdasarkan Gambar 6, metodologi pada penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Analisis Permasalahan
Tahap awal pada penelitian ini adalah melakukan analisis permasalahan
yang yang timbul karena penggunaan kertas cetak sebagai bukti legalitas kegiatan
usaha. Penggunaan kertas untuk surat izin usaha perdagangan memiliki beberapa
kelemahan seperti tanda tangan mudah dipalsukan dan tidak adanya jaminan
integritas isi surat tersebut. Oleh karena itu, penggunaan media kertas pada SIUP
dapat digantikan dengan surat izin elektronik. Namun demikian, penggunaan
media kertas belum bisa digantikan secara masif. Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan yang mampu menjembatani penggunaan SIUP elektronik dan media
kertas, namun tetap menjamin integritas dan autentikasi dokumen tersebut.
Analisis permasalahan juga ditunjang dengan tahapan studi pustaka yaitu
tahapan pembelajaran mengenai referensi yang berkaitan dengan SIUP, kebijakan
pemerintah, penggunaan digital signature dan algoritme-algoritme digital
signature, digital certificate, QR Code, time stamp signature dan analisis
keamanannya. Literatur atau referensi yang digunakan meliputi buku, jurnal
terkait hingga peraturan pemerintah tentang teknologi informasi dan pelayanan
perizinan.

12
Perancangan Protokol
Perancangan protokol pada penelitian ini terdiri dari protokol izin usaha
perdagangan elektronik dan protokol kriptografi yang meliputi protokol
penandatanganan (signing) dan protokol verifikasi (verifiy) baik verifikasi QR
Code maupun verifikasi file. Protokol kriptografi memiliki ruang lingkup antara
kepala PTSP selaku penandatangan dokumen (signatory), pihak ketiga terpercara
(TTP: trusted third party) dan pihak yang memverifikasi (verifier). TTP
merupakan pihak ketiga yang menjamin keabsahan serifikat digital milik kepala
PTSP mapupun time stamp signer. Pihak ketiga dimaksudkan agar verifier dapat
memastikan keabsahan tandatangan, memberikan kepercayaan (trust) kepada
verifier dan menjamin agar pihak lain tidak mudah untuk memalsukan
tandatangan serta dokumen yang diterbitkan.
Membuat Simulasi Protokol
Pada penelitian ini dibuat sebuah simulasi berdasarkan rancangan protokol
SIUP elektronik dengan membangun perangkat lunak yang mengimplementasikan
algoritma DSA dan pustaka (library) pendukung menggunakan bahasa
pemrograman Java berbasis desktop dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Input data
Simulasi input data siup yang terdiri dari field-field SIUP seperti nama
perusahaan, nama pemilik, tanggal terbit hingga penandatangan dokumen
2. Penandatanganan (signing)
Data yang telah diinputkan ditandatangani menggunakan DSA private key.
Selanjutnya dibangkitkan QR Code dan file dokumen berdasarkan input data,
tanda tangan, sertifkat digital dan time stamp.
3. Verifikasi
Proses verifikasi dapat dilakukan baik melalui QR Code maupun file dengan
memverifikasi dokumen, tanda tangan digital, sertifikat digital.
Analisis Keamanan Protokol
Pada tahapan ini, dilakukan analisis keamanan protokol SIUP elektronik
yang digunakan oleh pemerintah serta menganalisis keamanan informasi yang
meliputi algoritme tanda tangan, QR Code dan sertifikat digital. Pada praktiknya,
SIUP elektronik dipandang layak jika memenuhi aspek-aspek kriptografi sebagai
berikut:
1. Autentikasi
Memastikan bahwa surat izin usaha elektronik ditandatangai oleh orang yang
benar (sah)
2. Integritas Data
Surat izin usaha elektronik yang telah diserahkan kepada pemohon, dapat
dipastikan bahwa surat izin masih asli dan tidak ada perubahan
3. Non-repudiation
Jika surat izin usaha perdagangan telah ditandatangani, pihak yang
menandatangani dokumen tidak dapat menyangkal telah memberikan
legalitas usaha

13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancangan Protokol Izin Usaha Perdagangan Elektronik
Rancangan protokol izin usaha perdagangan secara elektronik dapat
dijelaskan pada gambar berikut:

Pemohon

Pemrosesan
Dokumen

Protokol
Kriptografi

(1)
Input data

(2)
Verifikasi
permohonan

(3)
Protokol
Penandatanganan

SIUP elektronik

Gambar 7 Rancangan Protokol SIUP Elektronik
Pada Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa (1) pemohon memasukkan (input)
data yang terdiri dari nama perusahaan, nama penanggung jawab dan jabatannya,
alamat perusahaan, nomor telepon, fax dan modal (dalam rupiah). Sedangkan
jenis kelembagaan dan kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
akan dilengkapi oleh petugas PTSP pada saat pemrosesan permohonan untuk
menghindari kesalahan input. Pemohon juga diminta untuk mengunggah (upload)
beberapa dokumen persyaratan seperti KTP, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan beberapa dokumen lainnya berdasarkan Permendagri No. 36 Tahun 2007.
Selanjutnya, (2) petugas PTSP akan memverifikasi berkas dan kelangkapan
permohonan termasuk melakukan peninjauan lapangan (jika ada). Jika
permohonan dinyatakan diterima, maka dokumen dapat ditandatangani dan (3)
diproses pada protokol kriptografi. Pemohon juga melihat informasi dokumen
yang diajukan apakah diterima atau ditolak. Jika dokumen telah ditandatangani
oleh kepala PTSP, dokumen akan dikirim kepada pemohon berupa file PDF.
Rancangan Protokol Kriptografi
Protokol kriptografi yang dibangun melibatkan tiga pihak yaitu
penandatangan (signatory), pihak yang memverifikasi (verifier) serta certification
authority (CA) dan time stamp authority (TSA) sebagai pihak ketiga terpercaya
(trusted third party). Secara umum, rancangan protokol kriptografi dapat
digambarkan sebagai berikut:

14

Signatory

Certification
Authority (CA)

Time Stamp
Authority (TSA)

Verifier

M

(3.1)
Sign QR Code

Certificate

(3.2)
Sign PDF document

Certificate
Time
Stamp
SIgnature
Signed PDF
document

(3.3)
Verify PDF

Certificate

Certificate
Is verified?

Y

Valid

N
invalid
Printed
document

Certificate

(3.4)
QR Code verifying

Is verified?

Y

M

N

invalid

Gambar 8 Rancangan Protokol Kriptografi
Berdasarkan Gambar 8, protokol kriptografi yang dibangun terdiri dari
protokol penandatanganan (siging) yaitu (3.1) penandatanganan QR Code (QR
Code signing) dan (3.2) penandatanganan file PDF (PDF signing) serta protokol
verifikasi (verification) yaitu (3.3) verifikasi melalui QR Code (QR Code
verification) dan (3.4) verifikasi pdf file (PDF verification). Pada protokol ini,
penandatangan terlebih dahulu membangkitkan pasangan kunci serta permohonan
sertifikat digital kepada CA.
A. Pembangkitan Pasangan Kunci (key pair generation)
1.
2.

Penandatangan membangkitkan pasangan kunci publik dan private secara
acak dengan parameter L = 2048 bit dan N = 256 bit.
Parameter publik
harus diketahui secara luas untuk proses
verifikasi. Agar kunci publik yang didistribusikan terjamin kepemilikannya,

15

3.

maka
harus disertifikasi oleh Certification Authority (CA). Parameter
private disimpan oleh A untuk menandatangani dokumen.
Penandatangan mengajukan Certification Signing Request (CSR) sebagai
permintaan digital certificate kepada CA. Proses pembangkitan kunci dan
pengajuan CSR tidak dilakukan setiap kali mendatangani dokumen.

B. Penandatanganan (Signing)
Penandatanganan (signing) merupakan protokol yang dijalankan pada
proses penandatanganan SIUP. Proses ini dibagi menjadi dua tahap yang
dijalankan secara berurutan.
Document
M
(3.1.1)
Compute digest

Hash
value h

(3.1.5)
Generate unsigned
PDF

M
Signature
Certificate s hash

(3.1.2)
Encrypt

(3.1.4)
Generate
QR Code

Certification Request
(3.1.3)
Compute digest

Certification
Authority (CA)

Public Key

Private Key

Gambar 9 Protokol Penandatanganan QR Code (QR Code Signing)
Berikut adalah tahapan pada QR Code signing (proses 3.1) berdasarkan
Gambar 9:
1. Penandatangan memproses pesan M yang terdiri dari field-field penting dari
SIUP, seperti nama pemilik, nama perusahaan, tanggal terbit dan lain
sebagainya. Field tersebut dibentuk format ASN.1 untuk mepermudah
penyusunan field-field dokumen dan mempermudah menampilkan data
setelah proses verifikasi.
2. Hitung hash value dari pesan M,
. Langkah ini bertujuan untuk
memastikan integritas pesan M dapat terjamin (3.1.1). Fungsi hash yang
digunakan adalah Secure Hash Algoritm (SHA-256).
3. Penanadatangan mengenkripsi h dengan kunci private (3.1.2). Hal ini
bertujuan untuk menjamin kerahasiaan pesan dan mencapai tujuan nonrepudiation. Kunci private adalah milik kepala PTSP dan tidak diketahui
pihak lain.
Dimana E adalah fungsi enkripsi dan S adalah signature.
4. Data D terdiri informasi (M), tanda tangan (S) dan certificate hash (Cert):
Data yang disimpan ke dalam QR Code terdiri:
a. Informasi dokumen (M). Informasi ini digunakan untuk memverifikasi
tandatangan (digital signature with appendiks). Selain itu, informasi ini

16
disampakan kepada verifier sebagai perbandingan dengan data yang
tertera pada dokumen cetak
b. Tanda tangan (S). S digunakan untuk verifikasi. Nilai hash hasil dekripsi
S akan dibandingkan dengan nilai hash dari informasi dokumen M
c. Certificate Hash (Cert) merupakan hash value dari sertifikat milik
penandatangan dibangkitkan dengan algoritme SHA-1 (3.1.4).
Penggunaan fungsi hash ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah data
yang disimpan ke dalam QR Code karena SHA-1 membangkitkan 160 bit
hash value dan masih relevan (aman) untuk digunakan.
5. Penandatangan membangkitkan QR Code berdasarkan data membangkitkan
file pdf yang berisi pesan M (3.1.5).
Certification
Authority (CA)

Private Key

certificates

(3.2.1)
Add Visual
Signature

(3.2.2)
Add signature info
and certificates

TSA
Time stamp reply

(3.2.3)
Document digest and
encrypt digest

(3.2.4)
Genenerate time
stamped document

(3.2.5)
Build Signature
Object
(3.2.6)
Generate PDF
file

Gambar 10 Protokol Penandatanganan PDF File (PDF Signing)
Pada Gambar 10 dijelaskan bahwa penandatanganan pdf (proses 3.2) oleh
kepala PTSP dilakukan setelah penandatanganan pada QR Code selesai dilakukan.
Langkah ini diawali dengan menambahkan QR Code sebagai visual signature
dokumen SIUP berdasarkan standar penandatanganan dokumen pdf. Berikut
adalah langkah-langkah yang dilakukan:
1. Signatory menyisipkan image QR Code ke dokumen pdf (3.2.1)
2. Signatory menambahkan informasi penandatanganan dokumen. Informasiinformasi tersebut terdiri dari informasi algoritme yang digunakan,
penambahan sertifikat digital ke file pdf hingga sertifikat root CA (3.2.2)
3. Signatory membangkitkan nilai hash dokumen menggunakan SHA-256 dan
mengenkripsi hash tersebut menggunakan private key (3.2.3).
4. Signatory mengirimkan time stamp request (TSQ) kepada time stamp
atrhority (TSA) dengan menyertakan informasi nilai hash dari dokumen.
Algoritme yang digunakan untuk membangkitkan hash TSQ adalah SHA-1.
Selanjutnya time stamp reply (TSR) diproses sebagai time stamp signature
oleh signatory dan disisipkan pada dokumen untuk digunakan pada proses
verifikasi (3.2.4).
5. Signatory membentuk objek tanda tangan (3.2.5) dan membangkitkan objek
file pdf yang telah ditandatangani. Selanjutnya, file pdf dapat diverifikasi oleh
verifier (3.2.6).

17
C. Abstract Syntax Notation 1 (ASN.1)
Dokomen yang ditandatanganai terdiri dari beberapa field yang memiliki
format tertentu dan bersifat tetap. Untuk mempermudah verifikasi dan
mempermudah untuk menampilkan data yang telah terverifikasi melalui QR
Code, maka dibentuk format ASN.1 untuk dokumen SIUP yaitu:
ASN1Siup ::= SEQUENCE {
nomor UTF8String,
namaPerusahaan UTF8String,
namaPenanggungJawab UTF8String,
jabatanPenanggungJawab UTF8String,
alamatPerusahaan UTF8String,
noTelp UTF8String,
fax UTF8String,
modal INTEGER,
kelambagaan UTF8String,
kbli UTF8String,
tanggalTtd UTF8String,
penandatangan UTF8String
}

ASN1Siup merupakan rangkaian dari tipe data sequance dari format ASN.1
yang berisi informasi dari SIUP. Format ini mempermudah proses mengambilan
kembali data yang telah ditandatangani. Sedangkan format ASN.1 untuk data
yang dimuat dalam QR Code merupakan sequence dari tipe data ASN1Siup,
informasi tandatangan (siupSignature) dan informasi nilai hash dari sertifikat
kepala PTSP (signatoryCertDigest).
ASN1QrData ::= SEQUENCE {
siup ASN1Siup,
siupSignature OCTET STRING.
signatoryCertDigest OCTET STRING
}

D. Verifikasi (Verification)
Protokol verifikasi merupakan skema saat melakukan verifikasi dokumen.
Protokol ini terdiri dari dua jenis input yaitu berdasarkan QR Code dan
berdasarkan file SIUP (proses 3.3). Berikut adalah skema protokol verifikasi
melalui QR Code:

18
(3.3.4)
Compute digest

M

Hash
value h’

Signature
Certificate’s
hash
(3.3.2)
Verify
certificate

(3.3.1)
scan QR code

Hash
value h

equal?

(3.3.3)
Decrypt
Valid ?

Invalid

Y

Document

Y

certificate

N

N

Certification
Authority (CA)

Invalid

Gambar 11 Protokol Verifikasi Melalui QR Code (QR Code verification)
Proses verifikasi dilakukan berdasarkan dokumen SIUP yang telah
disisipkan QR Code. Berdasarkan Gambar 11, jika dokumen tercetak maka input
berupa QR Code yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Verifier membaca data QR Code dengan QR Scanner (3.3.1). Hasil scanning
mengembalikan data asli D yang terdiri dari informasi dokumen M, tanda
tangan S dan sertifikat
2. Verifier memvalidasi sertifikat dan membandingkan dengan nilai hash
sertifikat yang diperoleh dari QR Code (3.3.2).
3. Jika valid, verifier memverifikasi tanda tangan S dengan mendekripsi S
menggunakan kunci publik
yang dari sertifikat milik kepala PTSP (3.3.3).
4. Verifier mengitung nilai hash h’ dari M (3.3.4) dan membandingkan dengan
h. Jika h dan h’ sama, maka verifikasi selesai. Selanjutnya, verifier
memperoleh informasi M yang digunakan sebagai pembanding antar M pada
QR Code dengan data dokumen yang telah dicetak. Sehingga verifier dapat
memutuskan apakah dokumen yang telah dicetak itu sah atau tidak.
Certification
Authority (CA)

Invalid

certificate
N

(3.4.1)
Verify signature
Signed PDF
document

Is validated?

(3.4.2)
Verify time stamp

Y

Valid

certificate

TSA

Gambar 12 Protokol Verifikasi Melalui File PDF (PDF verification)
Jika input berupa file berdasarkan Gambar 12 (proses 3.4), verifier
menjadikan file SIUP sebagai input verifikasi. Tahapan verifiakasi file pdf yaitu
dengan memverifikasi signature pada dokumen (3.4.1), verifikasi sertifikat digital

19
yang terdapat pada dokumen dan verifikasi time stamp yang diperoleh dari TSA
(3.4.2). Verifiaksi file pdf berdasarkan standar verifikasi dokumen pdf.
Komponen-komponen tersebut juga dibandingkan dengan sertifikat digital
yang dimiliki oleh verifier, yaitu sertifikat digital penandatangan dokumen dan
sertifikat TSA. Hal ini untuk memastikan bahwa penandatangan dan TSA adalah
pihak yang benar dan memiliki sertifikat digital yang sama seperti yang dimiliki
oleh verifier. Jika seluruh komponen tersebut valid, maka dokumen dinyatakan
valid atau terverifikasi.
Verifikasi Sertifikat Digital
Setiap melakukan verifikasi tanda tangan pada dokumen SIUP dengan input
QR Code maupun file, pihak yang memverifikasi harus memvalidasi keabsahan
sertifikat kunci publik tersebut. Hal yang dilakukan dalam validasi sertifikat kunci
publik adalah:
1. Certificate’s component
Komponen yang divalidasi antara lain issuer (penerbit sertifikat), subject
(pemilik sertifikat) dan komponen pendukung lainnya.
2. Authority's digital signature
Verifikasi ini bertujuan untuk memverifikasi sertifikat digital menggunakan
kunci publik milik CA. Jika suatu sertifikat digital ditandatangani oleh pihak
terpercaya, maka validasi sertifikat dapat dilakukan dengan menggunakan
kunci publik milik CA. Algoritme yang digunakan berdasarkan algoritme
yang digunakan untuk menandatangani sertifikat (terdapat pada sertifikat).
3. Priode sertifikat
Priode sertifikat menggambarkan masa berlaku sebuah sertifikat. Misalnya,
jika masa berlaku sertifikat adalah satu tahun terhitung tanggal 1 Januari 2015
s.d 31 Desember 2015, maka sertifikat tidak berlaku untuk tanggal sebelum 1
Januari 2015 dan setelah 31 Desember 2015.
4. Revoked status
Secara umum, untuk melihat status sebuah sertifikat telah dicabut (revoked)
oleh CA, dapat menggunakan Certification Revocation List (CRL) atau
Online Certificate Status Protocol (OCSP). Kedua fasilitas tersebut dapat
digunakan sesuai dengan fasilitas yang dimiliki oleh CA. Alamat CRL
disertakan di dalam se