Pengelolaan Gulma dengan Herbisida Kontak Paraquat diklorida 283 g/l pada Tananman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan (TBM) di Kebun Cisalak Baru PTPN VIII Banten

PENGELOLAAN GULMA DENGAN HERBISIDA KONTAK
PARAQUAT DIKLORIDA 283 g/l PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN
(TBM) DI KEBUN CISALAK BARU PTPN VIII

BOYCE BUDIARTO NAINGGOLAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Gulma
Dengan Herbisida Kontak Paraquat diklorida 283 g/l Pada Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan (TBM) di Kebun Cisalak Baru
PTPN VIII Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Boyce Budiarto Nainggolan
NIM A24080173

ABSTRAK
BOYCE BUDIARTO NAINGGOLAN. Pengelolaan Gulma dengan Herbisida
Kontak Paraquat diklorida 283 g/l Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guieneensis Jacq.) Belum Menghasilkan (TBM) di Kebun Cisalak Baru PTPN VIII
Banten. Dibimbing Oleh HARIYADI.
Pengelolaan gulma pada tanaman belum menghasilkan kelapa sawit
dilaksanakan untuk mengurangi kompetisi antara tanaman kelapa sawit dengan
gulma dalam pengambilan unsur hara. Penggunaan herbisida salah satu teknik
dalam pengelolaan gulma untuk menekan pertumbuhan gulma. Paraquat diklorida
283 g/l merupakan herbisida kontak yang bekerja dalam menekan pertumbuhan
gulma dengan cara membunuh membran sel gulma. Gulma Ottochloa nodosa
merupakan gulma rumput dapat ditekan pertumbuhannya sampai dua belas minggu

setelah aplikasi dan gulma Mikania micrantha adalah gulma daun lebar yang
pertumbuhannya dapat ditekan oleh penggunaan herbisida paraquat diklorida 283
g/l samapi dua belas minggu setelah aplikasi dengan dosis herbisida 3 l/ha.
`
Kata kunci: Mikania micrantha, Ottochloa nodosa, Pengelolaan gulma,
Paraquat diklorida 283 g/l.

ABSTRACT
BOYCE BUDIARTO NAINGGOLAN. Management of Weed with Contact
Herbicide Paraquat dichloride 283 g/l in Immature Oil Palm (Elaeis guineensis
Jacq.) at Cisalak Baru Plantations PTPN VIII Banten. Supervised by HARIYADI.
Management of weeds in immature oil palm implemented to reduce
competition between oil palm plantations with the weeds in decision nutrients. The
use of herbicides in a weed management techniques to suppress weed growth.
Paraquat dichloride 283 g/l is a contact herbicide that works in suppressing the
growth of weeds by killing the cell membrane weeds. Weeds Ottochloa nodusa is
suppressed grass weeds can grow up to twelve weeks after the application and
weed of Mikania micrantha is growing broad leaf weeds can be suppressed by the
use of the herbicide paraquat dichloride 283 g/l till twelve weeks after herbicide
application with dosis 3 l/ha

Keywords : Management of weeds, Mikania micranta, Ottochloa nodosa,
Paraquat diklorida 283 g/l.

PENGELOLAAN GULMA DENGAN HERBISIDA KONTAK
PARAQUAT DIKLORIDA 283 g/l PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN
(TBM) DI KEBUN CISALAK BARU PTPN VIII

BOYCE BUDIARTO NAINGGOLAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Pengelolaan Gulma dengan Herbisida Kontak Paraquat diklorida
283 g/l pada Tananman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Belum Menghasilkan (TBM) di Kebun Cisalak Baru PTPN VIII
Banten
Nama
: Boyce Budiarto Nainggolan
NIM
: A24080173

Disetujui oleh

Dr Ir Hariyadi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan usulan skripsi yang berjudul
Pengelolaan Gulma dengan Herbisida Kontak Paraquat diklorida 283 g/l pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan ( TBM ) di
Kebun Cisalak Baru PTPN VIII Banten dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi strata satu
Agronomi dan Hortikultura IPB.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Hariyadi, M.S selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan sebagian
waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
proses pembuatan skripsi ini hingga selesai. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr. Eko sulistiyono dan Dr. Willy Bayuardi Suwarno selaku
penguji skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf PTPN
VIII.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Rosmihi Sianturi, Gembira
Nainggolan, Heppy Nainggolan, Khuman Nainggolan atas dukungan dan doa.

seluruh teman-teman AGH khususnya Indigenus’45, Faperta, IPB, serta seluruh
pihak atas segala, bantuan doa dan kasih sayangnya
Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Gusto, Erick, Nando, Anstyn,
Jonathan, Erick atas dukungan yang tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis.
Terimakasih juga saya sampaikan kepada Julius, Dody, Murdhani, May, Bagindo,
Jery, Sormin, Tony atas bantuan selama penelitian berlangsung.

Bogor, Februari 2014
Boyce Budiarto Nainggolan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma Perkebunan Kelapa Sawit

Pengelolaan Gulma
Pengendalian Gulma Secara Kimia
Pengendalian Gulma Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Paraquat
METODE
Tempatdan Waktu
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan
Pengamatan
Kriteria Efektifitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dominasi Gulma
Bobot Kering Gulma Total
Bobot Kering Ottochloa nodosa
Bobot Kering Mikania micrantha
Bobot Kering Commelina benghalis
Bobot Kering Ageratum conyzoides
Bobot Kering Borreria alata
Bobot Kering Axonopus compressus

Bobot Kering Gulma Lain
Fitotoksisitas
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
2
3
3

4
4
5
5
5
5
6
6
7
8
8
8
9
10
10
11
12
12
13
14

15
15
15
16
18
24

DAFTAR TABEL
1. Nisbah jumlah doninasi sebelumaplikasi
2. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Gulma Total
3. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Ottochloa nodosa
4. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Mikania micrantha
5. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Commelina benghalis
6. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Ageratum conyzoides
7. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Borreria alata
8. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Axonopus compressus
9. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Gulma Lain
10. Nilai Fitotoksisitas Kelapa Sawit

8

8
9
10
11
11
12
12
13
14

DAFTAR GAMBAR
1. Keracunan Kelapa Sawit

14

DAFTAR LAMPIRAN
1. Rekapitulasi sidik ragam
2. Sidik ragam bobot kering gulma total
3. Sidik ragam bobot kering gulma Ottochloa nodosa
4. Sidik ragam bobot kering Mikania micrantha
5. Sidik ragam bobot kering Commelina benghalis
6. Sidik ragam bobot kering Ageratum conyzoides
7. Sidik ragam bobot kering Borreria alata
8. Sidik ragam bobot kering Axonopus compressus
9. Sidik ragam bobot kering gulma lain
10. Gambar 1. Lay-out Percobaan
11. Gambar 2. Denah Petak Perlakuan

19
20
20
20
21
21
21
22
22
23
23

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk dalam tanaman berumah
satu atau monoecious dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu
pohon dan bisa menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa sawit
adalah tanaman monokotil yang batangnya lurus, tidak bercabang, dan tidak
memiliki kambium. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif
dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun.
Sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah
bunga dan buah (Lubis, 2008).
Kelapa sawit termasuk komoditas andalan perkebunan nasional.
Karakteristik lingkungan yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya
yang terdapat pada perkebunan tersebut menyebabkan jenis gulma yang tumbuh
dominan pada perkebunan kelapa sawit berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya (Yuniarko, 2010).
Menurut Asthon dan Monaco (1991) karakteristik lingkungan yang
mempengaruhi suatu gulma tumbuh dominan pada suatu tempat adalah iklim,
pisiografik, dan biotik. Faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air, angin,
atmosfer. Faktor pisiografik seperti edapik (pH, kesuburan, tekstur tanah, struktur
tanah, dan bahan organik), dan topografi. Faktor biotik seperti tanaman
(kompetisi, penyakit, dan zat alelopati), dan hewan (serangga, parasit, dan
mikroorganisme).
Penurunan hasil panen akibat pertumbuhana gulma sekitar 20 - 80 %.
(Moenandir, 1988). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dibagi ke
dalam pengendalian pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM). Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TBM
dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kelapa sawit. Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TM dilakukan
agar kualitas dan kuantitas hasil panen tetap baik.
Gulma Ottochloa nodosa termasuk gulma golongan rumput dan banyak
terdapat pada area piringin tanaman belum menghasilkan kelapa sawit. Proses
perkembangan gulma dengan cara tumbuh menjalar pada tiap buku, dapat
membuat akar dan tunas baru dan mengeluarkan bunga. Gulma ini menjadi
pesaing tanaman dalam memperebutkan unsur hara, air, serta ruang untuk penutup
tanah dan merugikan hingga 10% dari produksi tanaman (Syamsudin et al.,1992).
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui gulma yang tumbuh pada
perkebunan kelapa sawit. Hasil analisis vegetasi dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan gulma
meliputi penentuan jenis pengendalian gulma, penentuan jumlah tenaga kerja, dan
penentuan jenis herbisida yang akan digunakan.
Pengelolaan gulma dilakukan karena kehadiran gulma pada perkebunan
kelapa sawit untuk mengurangi persaingan dalam menggunakan unsur hara dan
faktor tumbuh antara tanaman budidaya dan gulma. Beberapa jenis gulma
mengeluarkan alelopati yang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal
tersebut menyebabkan kehilangan hasil dalam jumlah yang cukup besar, yang

2
meliputi kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Pengelolaan gulma yang baik akan
memperlancar pekerjaan pemanenan, pemupukan, pengawasan, dan pengendalian
hama / penyakit.
Pengendalian gulma dengan herbisida yang tidak terencana dan terarah
dapat menimbulkan kerugian waktu dan biaya. Kerugian terjadi karena tidak
memperhatikan komposisi gulma yang tumbuh, pergeseran jenis gulma dominan
karena perbedaan respon terhadap herbisida dapat mempengaruhi kebijaksanaan
dan strategi yang telah ditetapkan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tujuan Penelitian
Mengetahui efektifitas pengendalian gulma dengan herbisida kontak
golongan Paraquat diklorida 283 g/l pada berbagai dosis.
Hipotesis
1. Dosis herbisida Paraquat diklorida 283 g/l berpengaruh terhadap efektifitas
penghambatan pertumbuhan dan perkembangan gulma.
2. Tidak ada pengaruh Paraquat diklorida 283 g/l terhadap pertumbuhan kelapa
sawit

TINJAUAN PUSTAKA
Gulma Perkebunan Kelapa Sawit
Gulma pada perkebunan kelapa sawit adlah semua jenis tumbuhan yang dapat
menimbulkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit
(Mangoensoekardjo, 1982).
Kelapa sawit bersaing dengan gulma dalam penyerapan unsur hara, air, dan
cahaya matahari. Gulma yang tumbuh pada suatu areal perkebunan tergantung
lokasi dan iklim setempat. Pemeliharaan yang baik akan memperlancar
pemanenan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan lain-lain (Lubis,
2008).
Gulma yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit umumnya sesuai dengan
kondisi perkebunan tersebut. Pada perkebunan yang baru dibuka, penutupan
kanopi tanaman pokok belum penuh, jenis gulma yang tumbuh adalah gulma
semusim. Gulma tahunan banyak dijumpai pada perkebunan-perkebunan yang
telah menghasilkan. Penyebaran gulrna ditentukan pula oleh perbedaan ketinggian
suatu tempat. Di dataran tinggi populasi gulma cenderung lebih banyak
dibandingkan dengan di dataran rendah (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).
Gulma yang biasa terdapat di perkebunan kelapa sawit belum menghasilkan
yaitu: Chromolaena odarata (L.) Imperata cylmdrica (L.) Beauv., Axonopus
compressus (SW.) P.B., Echinochloa colonum (I.) LK., Panicum repens (L.),
Scleria sumateraensis Retz., Kyllingia monocephala Rottb., Mikania micrantha

3
H.H.K., Ageratum conyzoides I., Lamtama camara (L.), Mimosa invisa Mart. Ex
colla., dan Ottoclhoa nodosa (Kunth) Dandy (Lubis, 2008).
Pengelolaan Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak diinginkan kehadirannya
baik secara tempat maupun waktu. Gulma mempunyai sifat berasosiasi dan dapat
mendominasi lahan budidaya. Gulma tumbuh pada tempat yang kaya unsur hara
sampai yang kurang unsur hara. Gulma pada umumnya mudah dalam melakukan
regenerasi sehingga unggul dalam persaingan memperoleh ruang tumbuh, cahaya,
air, unsure hara, dan CO2 dengan tanaman budidaya (Pahan, 2008).
Gulma digolongkan dalam empat jenis yaitu gulma berdaun lebar, gulma
berdaun sempit, gulma pakis dan gulma teki. Analisis vegetasi dilakukan untuk
menegetahui ekologi gulma sehingga pengelolaan menjadi terarah. Gulma yang
tumbuh dominan pada tanaman belum menghasilkan adalah gulma semusim,
sedangkan tanaman menghasilkan adalah gulma tahunan (Tobing dan Hutauruk,
1999).
Pengelolaan gulma adalah tindakan pencegahan terhadap gulma,
pengendalian jumlah gulma, dengan cara yang sudah ditentukan. Pengelolaan
gulma dilakukan untuk mengurangi biji yang tersimpan dalam tanah, mencegah
kerusakan dari gulma terhadap tanaman budidaya, dan mengurangi persaingan
antara gulma dan tanaman budidaya (Aldrich, 1984).
Dasar pengelolaan gulma adalah usaha untuk meningkatkan daya saing
tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman
budidaya harus ditingkatkan sehingga gulma tidak mampu mengembangkan
pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan
tanaman budidaya. Pengelolaan gulma yang dilakukan harus tepat agar tidak
meningkatkan daya saing gulma (Pahan, 2008).
Pengabungan lebih dari satu metode pengendalian gulma dilakukan untuk
efektifitas pengendalian. Suatu metode dapat menekan spesies tertentu, akan tetapi
dapat menguntungkan spesies lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Spesies gulma yang dikendalikan dapat digantikan oleh spesies gulma lainnya.
Hal tersebut dapat mengakibatkan masalah baru dalam pengendalian gulma
(Pahan,2008).
Menurut Lubis (2008) pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit
dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman
Menghasilkan (TM). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit
dilakukan secara mekanis dan kimia. Menurut Sastroutomo (1990) gulma yang
tumbuh pada perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan kuantitas dan kualitas
hasil panen serta menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaannya di faktor
teknis, faktor ekonomis, dan dampak negatif yang dapat terjadi. Pengendalian
gulma harus dilakukan dengan memperhatikan ambang ekonomi. Selama kerugian
yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang
harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu
dilakukan (Pahan, 2008).

4
Pengendalian Gulma Secara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia adalah langkah terakhir yang dilakukan
dalam mengendalikan gulma. Pengendalian gulma secara kimia harus
memperhatikan lingkungan dan manusia agar tidak membahayakan .
Pengendalian gulma secara kimia harus tepat dilakukan agar gulma sasaran dapat
dikendalikan dan tidak menimbulkan pencemaran bahan kimia (Mangoensoekarjo
dan Semangun, 2005).
Aplikasi herbisida campuran mampu menekanan perkembangan gulma
yang lebih lama dibandingkan aplikasi tunggal. Hal ini terjadi karena herbisida
campuran mengendalikan lebih banyak jenis gulma baik untuk gulma golongan
berdaun sempit maupun gulma golongan berdaun lebar. Pada kelapa sawit TBM
biaya pengendalian gulma selama satu tahun menunjukan pengendalian
menggunakan herbisida kontak lebih rendah 13 % - 21 % jika dibandingkan
pengendalian manual. Herbisida sistemik lebih rendah 33 % - 42 % disbanding
menggunakan pengendalian manual (Kusnanto, 1991).
Pengendalian gulma secara kimia memerlukan tenaga kerja yang lebih
sedikit dibandingkan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dapat
memperkecil kerusakan struktur tanah, tidak mengganggu sistem perakaran
tanaman utama, serta waktu yang diperlukan lebih singkat. Indikasi yang
keberhasilan pengendalian gulma secara kimia adalah bahan aktif yang
digunakan, dosis, keadaan cuaca, stadia gulma, serta pelaksanaan pengendalian di
lapangan. Pengendalian gulma secara kimia seringkali berakibat suksesi atau
perubahan jenis gulma yang tumbuh dominan (Syamsuddin dan Hutauruk, 1999).
Pengendalian gulma secara kimia pada perkebunan kelapa sawit TM dan
TBM selama periode harus memperhitungkan biaya bahan, tenaga kerja, biaya
penyusutan alat, dan frekuensi pengendalian. Kebutuhan herbisida pada kelapa
sawit TBM lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelapa sawit TM (Kusnanto,
1991).
Pengendalian Gulma Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan pengendalian gulma
dilakukan untuk mengurangi kompetisi unsur hara antara kelapa sawit dengan
gulma (Pahan, 2008). Areal gawangan dan piringan pada perkebunan kelapa sawit
TBM dilakukan pengendalian gulma. Pembukaan piringan dilakukan setelah
tanaman kacangan menutup lahan tanaman kelapa sawit. Jari-jari piringan
bergantung pada umur tanaman, umumnya berkisar antara 0.75 - 2.50 m.
Pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati, baik secara manual maupun kimia
(Syamsuddin dan Hutauruk, 1999)
Pengendalian gulma secara kimia pada piringan dilakukan menggunakan
herbisida pra tumbuh. Penggunaan herbisida jenis ini harus dilakukan dengan
hati-hati karena dapat menimbulkan abnormalitas pada pertumbuhan tanaman dan
pembungaan seperti partenokarpi, hermaprodit, mantled dan androgynous (Lubis,
2008)
Pengendalian gulma pada gawangan secara kimia menggunakan herbisida
pra tumbuh yang diaplikasikan bersamaan pada waktu membangun tanaman
kacangan penutup tanah. Herbisida pra tumbuh pada umumnya dipakai dengan
bahan aktif Ametryne, Diuron, Atrazine dan Asulan. Penyemprotan dilakukan 1 -

5
2 hari sebelum atau setelah penananaman kacangan (Syamsuddin dan Hutauruk,
1999)
Paraquat
Paraquat (1,1-dimethyl-4,4'-bipyridylium chloride), bipyridyl compound,
merupakan suatu herbisida golongan bipyridylium. Komposisi kimia dari
paraquat adalah C12H14N2. Paraquat merupakan herbisida yang paling umum
digunakan dari golongan ini (Ginting et al., 2012).
Paraquat digunakan untuk mengendalikan gulma dengan pengaruh kontak,
penyerapannya melalui daun sangat cepat sehingga tidak mudah tercuci oleh air
hujan (Daud, 2008). Paraquat dapat mematikan tumbuhan dengan cara merusak
membran sel. Menurut Chung (1995) pemakaian paraquat memiliki keunggulan
dalam hal suksesi gulma, fitotoksisitas, dan rainfastness. Paraquat digunakan
untuk mengendalikan gulma dengan pengaruhn kontak, penyerapannya melalui
daun sangat cepat sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan. Senyawa ini
mempengaruhi sistem fotosintesis khususnya mengubah aliran elektron dalam
tumbuhan gulma. Umumnya pembentukan klorofil dihambat sehingga terjadi
klorosis.
Paraquat menyebabkan kematian pada bagian atas gulma dengan cepat
tanpa merusak bagian sistem perakaran, stolon, atau batang dalam tanah, sehingga
dalam beberapa minggu setelah aplikasi gulma tumbuh kembali (Purba, 2009).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Cisalak Baru, PTPN VIII, Banten
dan Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung pada bulan Agustus
2013 sampai bulan November 2013.

Bahan dan Alat
Bahan- bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kelapa
sawit usia 2-3 tahun, herbisida Paraquat diklorida 283 g/l, dan gulma pada lahan
sawit. Alat- alat yang digunakan pada penelitian ini adalah knapsack sprayer semi
otomatis, gelas ukur 100 ml dan 1000 ml, oven listrik, dan timbangan analitik,
pisau cutter, tali, plastik.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) yang terdiri dari tujuh perlakuan, tiga
ulangan. Setiap ulangan terdiri dari lima petak contoh, sehingga terdapat 105
satuan percobaan. Penelitian ini terdiri dari tujuh perlakuan, yakni Paraquat

6
diklorida 283 g/l 1.0 l/ha, Paraquat diklorida 283 g/l 1.5 l/ha, Paraquat diklorida
283 g/l 2.0 l/ha, Paraquat diklorida 283 g/l 2.5 l/ha, Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha, penyiangan manual, dan kontrol.
Pengolahan data dilakukan dengan uji F menggunakan perangkat lunak
SAS (Statistical Analysis System). Setelah uji F kemudian dilakukan uji lanjut
bagi perlakuan yang berpengaruh nyata dengan metode Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf nyata 5 %. Adapun model statistika yang digunakan adalah
sebagai berikut :

Keterangan :
i
= 1, 2, …, 7 ; j = 1, 2, 3
= Respon pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j
= nilai tengah umum
= pengaruh perlakuan ke-i
= pengaruh kelompok ke-j
= pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j

Pelaksanaan
Pada tahap awal dilakukan pengamatan kondisi pertanaman seperti
pertumbuhan yang seragam, jarak tanam kelapa sawit, dan pemeliharaan tanaman
dengan baik. Kondisi gulma sasaran terdapat dalam satuan petak percobaan,
distribusi gulma relatif merata, dan penutupan minimal 75%.
Cara penyemprotan herbisida dilakukan secara merata pada seluruh
permukaan menggunakan knapsack sprayer semi otomatis dengan nozel warna
biru (lebar semprot 1 m) bertekanan 1 kg cm-2. Penyemprotan herbisida yang diuji
tidak menggunakn bahan perekat. Volume air yang digunakan 400 l/ha.
Waktu aplikasi herbisida diharapkan tidak turun hujan satu jam setelah
aplikasi, dan banyaknya aplikasi hanya satu kali.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah contoh gulma pada setiap satuan
petak perlakuan, diamati sebanyak dua petak contoh dengan menggunakan
kuadran berukuran 0.5 m x 0.5 m yang ditetapkan secara sistemaik.
Waktu pengambilan sampel dilakukan sebelum aplikasi dan setelah
aplikasi. Sebelum aplikasi variable yang diukur pada pengambilan contoh gulma
adalah biomassa, kerapatan dan frekwensi untuk bahan analisis vegetasi
menggunakan metode SDR. Setelah aplikasi variabel yang diukur adalah
biomassa tiap spesies gulma empat minggu setelah aplikasi, delapan minggu
setelah aplikasi, dan dua belas setelah aplikasi.
Metode SDR (Summed Dominance Ratio)
=
KN (Kerapatan Nisbi) =

x 100%

7
FN (Frekuensi Nisbi)

=

DN (Domenasi Nisbi)

=

x 100%
x 100%

Pengambilan contoh dilakukan terhadap gulma sasaran dan biomassa
gulma. Gulma sasaran yaitu gulma yang menjadi target herbisida. Biomassa
gulma diambil gulma yang masih segar dipotong tepat setinggi permukaan tanah,
kemudian dipisahkan tiap spesiesnya, selanjutnya dikeringkan pada temperature
800C selama 48 jam atau mencapai bobot kering konstan dan kemudian
ditimbang.
Pengamatan fitoksisitas kelapa sawit dilakukan pada dua tanaman tiap
satuan petak percobaan yang diambil secara acak. Tingkat keracunan dinilai
secara visual terhadap populasi tanaman yang dilakukan perlakuan herbisida,
diamati pada umur dua minggu setelah aplikasi, empat minggu setelah aplikasi,
enam minggu setelah aplikasi, dengan nilai sebagai berikut:
0 = tidak ada keracunan, 0 - 5 % bentuk dan atau warna daun muda tidak
normal.
1 = keracunan ringan, > 5 % - 20 % bentuk dan atau warna daun muda
tidak normal.
2 = keracunan sedang, > 20 % - 50 % bentuk dan atau warna daun muda
tidak normal.
3 = keracunan berat, >50 % - 75 % bentuk dan atau warna daun muda
tidak normal.
4 = keracunan sangat berat, >75 % bentuk dan atau warna daun muda tidak
normal hingga mengering dan rontok sampai tanaman mati.
Kriteria Efektifitas
Suatu jenis herbisida dikatakan efektif mengendalikan gulma apabila
memenuhi efikasi sebagai berikut: biomassa gulma pada petak perlakuaan
herbisida relatif sama dengan perlakuan manual dan lebih ringan dibandingkan
dengan kontrol, dapat mengendalikan gulma hingga dua belas minggu setelah
aplikasi, fitotoksisitas yang ditolerir adalah keracunan ringan pada tanaman kelapa
sawit.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dominasi Gulma
Hasil analisis vegetasi yang dilakukan sebelum aplikasi herbisida pada
areal piringan kelapa sawit belum menghasilkan terdapat beberapa spesias gulma
dominan. Spesies gulma dominan ditunjukkan oleh besamya Nilai Jumlah
Dominan (NJD) yang menempati areal penelitian. Gulma dominan yang berada di
areal peneilitian sebelum apikasi herbisid adalah Ottochloa nodosa, Mikania
micrantha, Commelina benghalis, Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan,
Axonopus compressus.
Tabel 1 Nisbah jumlah dominasi sebelum aplikasi herbisida.
Spesiesgulma
KN ( % )
FN ( % )
DN ( % ) NJD ( % )
Ottochloa nodosa
55.18
20.49
45.35
40.34
Mikania micrantha
14.57
18.54
24.93
19.35
Comelina benghalis
10.56
14.15
6.52
10.41
Ageratum conyzoides
6.29
9.76
9.24
8.43
Boreria alata
5.12
9.27
6.02
6.80
Axonopus compresuss
4.93
8.78
5.24
6.32
Gulma lain
3.35
19.01
2.70
8.35
Total
100
100
100
100
Analisis vegetasi dilakukan sebelum aplikasi herbisida menunjukkan
gulma yang dominan pada areal piringan adalah Ottocloa nodosa yang termasuk
kedalam jenis gulma rumput. Gulma daun lebar didominasi gulma Mikania
micrantha (Tabel 1).
Bobot Kering Gulma Total
Hasil sidik ragam bobot kering gulma total terdapat pada Tabel Lampiran
2. Dari Tabel Lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan herbisida berpengaruh
sangat nyata pada 4, 8 dan 12 MSA. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering
gulma total ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Gulma Total
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l
1.0 l/ha
7.42a
9.13a
10.83a
Paraquat diklorida 283 g/l
1.5 l/ha
6.97a
8.57ab
10.66a
Paraquat diklorida 283 g/l
2.0 l/ha
5.42b
8.01b
10.64a
Paraquat diklorida 283 g/l
2.5 l/ha
4.44c
5.80c
8.21b
Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha
1.88d
4.10d
6.73c
Manual
1.33d
3.48e
5.24d
Kontrol
7.75a
9.12a
11.39a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.

9
Perlakuan kontrol merupakan pembanding dalam penekanan pertumbuhan
gulma yang dilihat dari bobot kering gulma. Pada minggu ke empat perlakuan
herbisida paraquat diklorida 283 g/l dengan dosis 1.0 l/ha dan 1.5 l/ha tidak dapat
menekan partumbuhan gulma. Minggu kedelapan setelah aplikasi perlakuan
herbisida paraquat diklorida 283 g/l dengan dosis 1.5 l/ha tidak berbeda nyata
dengan perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dengan dosis 2.0 l/ha. Minggu
keduabelas setelah aplikasi perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dosis 1.0, 1.5, 2.0
l/ha tidak dapat menekan pertumbuhan gulma.
Perlakuan paraquat diklorida 283 g/l yang dapat menekan pertumbuhan
gulma pada dosis 2.5 dan 3.0 l/ha sampai minggu ke duabelas setelah aplikasi,
karena perlakuan tersebut berbeda nyata dengan kontrol, perlakuan tersebut tidak
dapat dikatakan efektif dimana hasil bobot kering pada perlakuan tersebut masih
lebih besar dengan perlakuan manual. .
Bobot Kering Gulma Ottochloa nodosa

Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma Ottochloa nodosa
diperlihatkan pada Tabel Lampiran 3. Aplikasi herbisida paraquat diklorida
283 g/l memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma
Ottochloa nodosa pada 4,8 dan 12 MSA. Pengaruh perlakuan terhadap bobot
kering gulma total ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Ottochloa nodosa
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l
1.0 l/ha
19.91a
23.23a
27.95a
Paraquat diklorida 283 g/l
1.5 l/ha
18.41ab
22.11a
27.28a
Paraquat diklorida 283 g/l
2.0 l/ha
16.68b
22.23a
27.21a
Paraquat diklorida 283 g/l
2.5 l/ha
10.91c
16.24b
23.70b
Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha
4.43d
12.43c
20.98b
Manual
3.80d
10.01d
15.33c
Kontrol
19.67a
22.22a
27.17a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma Ottochloa nodosa menunjukkan
perlakuan paraquat diklorida 283 g/l pada minggu keempat setelah aplikasi semua
perlakuan dapat menekan pertumbuhan gulma kecuali perlakuan paraquat
diklorida 283 g/l pada dosis 1.0 l/ha dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan
paraquat diklorida 283 g/l pada dosis 1.5 l/ha. Perlakuan herbisida yang dapat
menekan pertumbuhan gulma adalah perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dengan
dosis 2.5, 3.0 l/ha hingga minggu 12 MSA, tetapi perlakuan tersebut tidak dapat
dikatakan efektif karena nilai bobot kering lebih besar dari perlakuan manual dan
lebih kecil dari kontrol.
Pengendalian gulma Ottochloa nodosa dengan herbisida paraquat
diklorida 283 g/l tidak ada yang dapat menunjukkan hasil efektif diakibatkan
herbisida yang disemprot tidak mengenai bagian stolon gulma. Menurut Suryani

10
(1991), keadaan ini diduga oleh penyemprotan herbisida yang tidak mematikan
semua stolon Ottochloa nodosa sehingga stolon ini masih bertahan hidup.
Bobot Kering Gulma Mikania micrantha
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma Mikania micrantha terdapat
pada Tabel Lampiran 4. Aplikasi herbisida Paraquat diklorida 283 g/l memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma pada 4, 8 dan 12 MSA.
Pengaruh perlakuan herbisida terhadap bobot kering gulma Mikania micrantha
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Mikania micrantha
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l
1.0 l/ha
8.44a
9.41ab
12.08a
Paraquat diklorida 283 g/l
1.5 l/ha
6.30b
10.26a
10.79ab
Paraquat diklorida 283 g/l
2.0 l/ha
4.32c
8.87b
10.55b
Paraquat diklorida 283 g/l
2.5 l/ha
4.9bc
6.88c
8.20c
Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha
1.81d
4.09d
6.06d
Manual
0.68d
3.00d
4.48e
Kontrol
9.33a
10.32a
11.08ab
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.
Perlakuan paraquat diklorida 283 g/l pada minggu ke 4 MSA yang tidak
dapat menekan pertumbuhan gulma Mikania micrantha yaitu perlakuan paraquat
diklorida 283 g/l pada dosis 1.0 l/ha. Perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dengan
dosis 1.5, 2.0 l/ha tidak berbeda dengan perlakuan kontrol pada 12 MSA.
Perlakuan paraquat diklorida 283 g/l pada dosis 3.0 l/ha tidak berbeda dengan
perlakuan manual hingga minggu kedelapan setelah aplikasi. Pengendalian gulma
Mikania micrantha dengan paraquat diklorida 283 g/l yang mampu menekan
pertumbuhan gulma hingga 12 MSA adalah dosis 2.5 dan 3.0 l/ha, tetapi tidak
dapat menunjukkan hasil yang efektif dimana perlakuan menunjukkan hasil yang
lebih besar dari perlakuan manual.
Gulma Mikania micrantha dapat berkembang biak mempergunakan
batang. Pengendalian gulma Mikania micrantha dengan herbisida paraquat
diklorida 283 g/l tidak ada yang dapat menunjukkan hasil efektif diakibatkan
herbisida yang diaplikasikan membunuh bagian daun gulma yang terkena saat
aplikasi dan daun gulma dapat menutupi batang, sehingga bagian batang gulma
tersebut dapat berkembang biak setelah aplikasi herbisida dilakukan.
Bobot Kering Gulma Commelina benghalis
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma Commelina benghalis terdapat
pada Tabel Lampiran 5. Aplikasi herbisida Paraquat diklorida 283 g/l memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma pada 4, 8 dan 12 MSA.
Pengaruh perlakuan herbisida terhadap bobot kering gulma Commelina benghalis
dapat dilihat pada Tabel 5.

11
Tabel 5. Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Commelina benghalis
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l
1.0 l/ha
3.41a
4.60ab
6.02ab
Paraquat diklorida 283 g/l
1.5 l/ha
2.85ab
3.84ab
6.07ab
Paraquat diklorida 283 g/l
2.0 l/ha
2.05b
3.60b
5.47ab
Paraquat diklorida 283 g/l
2.5 l/ha
0.86c
2.36c
3.42bc
Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha
0.41c
1.2d
2.65c
Manual
0.25a
0.84d
1.87c
Kontrol
3.48a
4.82a
6.42a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.
Pada Tabel 5 perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dapat menekan
pertumbuhan gulma Commelina benghalis pada dosis 2.5dan 3.0 l/ha dan tidak
berbeda nyata terhadap perlakuan manual, menunjukkan bahwa pada dosis 2.5
dan 3.0 l/ha herbisida efektif sampai 12 MSA.
Pengendalian gulma Commelina benghalis pada dosis 2.5 dan 3.0 l/ha
marnpu mengendalikan gulma dengan baik sampai 12 MSA, dimana butiranbutiran larutan herbisida mampu menjakau seluruh bagian gulma yang
dipengaruhi oleh kerapatan gulma tersebut.
Bobot Kering Gulma Ageratum conyzoides
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma Ageratum conyzoides terdapat
pada Tabel Lampiran 6. Aplikasi herbisida Paraquat diklorida 283 g/l memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma pada 4, 8 dan 12 MSA.
Pengaruh perlakuan herbisida terhadap bobot kering gulma Ageratum conyzoides
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Ageratum conyzoides
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l
1.0 l/ha
4.05a
4.72ab
5.73a
Paraquat diklorida 283 g/l
1.5 l/ha
3.13a
4.60ab
4.86ab
Paraquat diklorida 283 g/l
2.0 l/ha
1.78b
3.24bc
4.05bc
Paraquat diklorida 283 g/l
2.5 l/ha
0.95bc
2.42cd
3.24cd
Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha
0.53c
1.28c
2.64d
Manual
0.33c
1.01c
1.99d
Kontrol
3.19a
5.06a
5.33ab
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.
Pada Tabel 6 perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dapat menekan
pertumbuhan gulma Ageratum conyzoides pada dosis 2.5 dan 3.0 l/ha dan tidak
berbeda nyata terhadap perlakuan manual, menunjukkan bahwa pada dosis 2.5,
dan 3.0 l/ha herbisida efektif sampai 12 MSA.

12
Perlakuan paraquat diklorida 283 g/l yang tidak dapat mengendalikan
gulma Ageratum conyzoides hingga 12 MSA dengan dosis 1.0, 1.5, dan 2.5 l/ha.
Perlakuan tersebut tidak berbeda dengan perlakuan kontrol.
Dosis 2.5 dan 3.0 l/ha dapat mengendalikan gulma hingga 12 MSA,
dimana dosis tersebut mampu membunuh gulma Ageratum conyzoides.
Bobot Kering Gulma Borreria alata
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma Borreria alata terdapat pada
Tabel Lampiran 7. Aplikasi herbisida Paraquat diklorida 283 g/l memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma pada 4, 8 dan 12 MSA.
Pengaruh perlakuan herbisida terhadap bobot kering gulma Borreria alata dapat
dilihat pada Tabel 7.
Pada Tabel 7, perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dapat menekan
pertumbuhan gulma Borreria alata hingga 12 MSA pada dosis 2.5 dan 3.0 l/ha
dan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan manual dan berbeda nyata dengan
kontrol, menunjukkan bahwa pada dosis 2.5 dan 3.0 l/ha herbisida efektif sampai
12 MSA.
Tabel 7 Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Borreria alata
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l
1.0 l/ha
3.60a
4.26a
4.74ab
Paraquat diklorida 283 g/l
1.5 l/ha
2.57ab
3.57ab
4.25ab
Paraquat diklorida 283 g/l
2.0 l/ha
1.80b
3.22ab
3.71abc
Paraquat diklorida 283 g/l
2.5 l/ha
0.62c
2.26bc
2.76bcd
Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha
0.27c
1.37c
3.09cd
Manual
0.22c
0.96c
1.69d
Kontrol
3.14a
4.59a
4.83a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.
Perlakuan paraquat diklorida 283 g/l tidak dapat menekan pertumbuhan
gulma Borreria alata hingga 12 MSA pada dosis 1.0, 1.5 dan 2.0 l/ha dan tidak
berbeda nyata terhadap kontrol.
Bobot Kering Gulma Axonopus compressus
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma Axonopus compressus terdapat
pada Tabel Lampiran 8. Aplikasi herbisida Paraquat diklorida 283 g/l memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma pada 4, 8 dan 12 MSA.
Pengaruh perlakuan herbisida terhadap bobot kering gulma Axonopus compressus
dapat dilihat pada Tabel 8.
Pada Tabel 8, perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dapat menekan
pertumbuhan gulma Axonopus compressus pada dosis 3.0 l/ha dan tidak berbeda
nyata terhadap perlakuan manual, menunjukkan bahwa pada dosis 3.0 l/ha
herbisida efektif sampai 12 MSA. Dosis 2.5 l/ha dapat menekan pertumbuhan
gulma hingga 12 MSA tetapi tidak dapat dikatakan efektif dimana respon

13
perlakuan tersebut berbeda nyata dengan kontrol tetapi lebih besar dari perlakuan
manual.
Tabel 8 Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Axonopus compressus
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l 1.0 l/ha
2.52ab
3.81a
4.65ab
Paraquat diklorida 283 g/l 1.5 l/ha
2.51ab
3.26ab
4.47ab
Paraquat diklorida 283 g/l 2.0 l/ha
1.27bc
2.32bc
4.72ab
Paraquat diklorida 283 g/l 2.5 l/ha
0.63c
1.68cd
3.75bc
Paraquat diklorida 283 g/l 3.0 l/ha
0.40c
1.60cd
2.01cd
Manual
0.10c
0.94c
1.57d
Kontrol
3.42a
4.04a
5.94a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.
Perlakuan paraquat diklorida 283 g/l pada 12 MSA tidak berbeda dengan
kontrol pada dosis 1.0, 1.5, dan 2.0 l/ha. Dari Tabel 8 menunjukkan dosis tersebut
tidak efektif mengendalikan gulma.
Dosis 3.0 l/ha dapat menekan pertumbuhan gulma Axonopus compressus,
diduga gulma tersebut mempunyai kerapatan yang rendah sehingga larutan
herbisida dapat menjakau bagian pertumbuhan gulma.
Bobot Kering Spesies Gulma Lain
Hasil sidik ragam dari bobot kering gulma gulma lain terdapat pada Tabel
Lampiran 9. Aplikasi herbisida Paraquat diklorida 283 g/l memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap bobot kering gulma pada 4, 8 dan 12 MSA. Pengaruh
perlakuan herbisida terhadap bobot kering gulma Gulma lain dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 9 Pengaruh herbisida terhadap bobot kering Gulma lain
Perlakuan
Dosis
Minggu Setelah Aplikasi ( MSA )
4
8
12
Paraquat diklorida 283 g/l
1.0 l/ha
1.88a
2.75ab
3.54ab
Paraquat diklorida 283 g/l
1.5 l/ha
0.68b
2.31abc
1.91abc
Paraquat diklorida 283 g/l
2.0 l/ha
1.01bc
1.73bcd
2.18abc
Paraquat diklorida 283 g/l
2.5 l/ha
044bc
1.59cde
2.017abc
Paraquat diklorida 283 g/l
3.0 l/ha
0.18c
0.91de
1.28bc
Manual
0.16c
0.62e
1.02c
Kontrol
1.93a
2.98a
3.86a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT.
Pada Tabel 9, perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dapat menekan
pertumbuhan gulma lain pada dosis 3.0 l/ha dan tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan manual, menunjukkan bahwa pada dosis 3.0 l/ha herbisida efektif
sampai 12 MSA. Pada 12 MSA perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dosis 1.5,
2.0, 2.5 l/ha tidak berbeda nyata dengan perlakuan manual, dan perlakuan

14
paraquat diklorida 283 g/l dosis 1.5, 2.0, 2.5 l/ha tidak berbeda nyata dengan
perlakuan paraquat diklorida 283 g/l dosis 3.0 l/ha.
Dosis 1.5, 2.0, dan 2.5 l/ha mampu menekan pertumbuhan gulma, tetapi
tidak dapat dikatakan efektif, dimana nilai bobot kering tidak berbeda dengan
manual dan juga tidak berbeda dengan control. Hal tersebut diduga akibat dari
respon setiap spesies gulma berbeda. Menurut Fadhly dan Tabri (2004), bahwa
setiap golongan gulma memiliki respon yang berbeda atas penerimaan herbisida.
Fitotoksisitas
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian herbisida dalam
pengendalian gulma pada piringan tanaman belum menghasilkan kelapa sawit
adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, dapat mematikan gulma,
tetapi tanaman budidaya tidak mengalami permasalahan dalam pertumbuhan.
Keracunan tanaman oleh herbisida dapat diakibatkan dosis herbisida
terlalu tinggi, atau herbisida dengan dosis rendah dapat mengakibatkan keracunan
pada tanaman ( Mangoensoekardjo, 1976 ).
Pengamatan keracunan tanaman yang disebabkan oleh herbisida diamati
secara visual. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kelapa sawit, tanaman
yang keracunan diantara level 1 dan level 2. Keracunan terjadi akibat tinggi gulma
hampir sama dengan tinggi daun pertama kelapa sawit. Menurut (Saladin, 2003)
adalah herbisida yang diaplikasikan pada tanaman belum menghasilkan bisa
terkena semprotan herbisida dimana tinggi tanaman dapat dijangkau saat aplikasi.

Gambar 1. Keracunan pada kelapa sawit
Tabel 10. Nilai Fitotoksisitas Kelapa Sawit
Dosis
1.0 l/ha
1.5 l/ha
2.0 l/ha
2.5 l/ha
3.0 l/ha

2 MSA
2
1
1
2
2

Rata-rata Nilai Keracunan
4 MSA
6 MSA
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1

Rata-rata
1.3
1.0
1.0
1.3
1.7

15

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisis vegetasi pada lahan kelapa sawit menunjukan gulma yang
mendominasi adalah Ottchloa nodosa , Mikania micrantha, Borreria alata,
Ageratum conyzoides, Commelina benghalis, Axonopus compressus, dan spesies
gulma lain diisi oleh Elloecina indica, Ischaemun timorense, Pilantus nuriri,
Paspalum conjugatum.
Aplikasi herbisida Paraquat diklorida 283 g/l sampai dosis 2.0 l/ha tidak
mampu menekan pertumbuhan gulma sampai minggu keduabelas setelah aplikasi
karena perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.
Aplikasi herbisida paraquat diklorida 283 g/l pada semua taraf dosis
menunjukkan keracunan pada tanaman belum menghasilkan kelapa sawit.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan herbisida paraquat diklorida 283 g/l
pada spesies gulma yang termasuk golongan rumput atau daun lebar. diklorida
Selain itu perlu dilakukan penelitian pada areal tanaman menghasilkan.

16

DAFTAR PUSTAKA
Aldrich RJ. 1984. Weed Crop Ecology – Principles In Weed Management.Breton
Publishers. California. 465 p.
Ashton FM, Monaco TJ. 1991. Weed Science Principles and Practices. John
Wiley and Sons Inc. New York. 357 p.
Chung GF. 1995. The use of paraquat for weed management in oil palm
plantations. Paper presented in Technical Seminar Organised by CCM
Bioscience Sdn Bhd on 5th August 1995. Kuala Lumpur.
Daud D. 2008. Uji Efikasi Herbisida Glifosat Sulfosat dan Paraquatpada Systim
Tanpa Olah Tanah (TOT) Jagung. Prosiding Seminar Ilmiah dan
Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan.
http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2011/06/34DAVID-Uji-Efikasi-herbisda-Glifosat-Sulfosat-316-327.pdf. [ 8 april
2013]
Fadhly F, Tabri AF. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. Pusat
dan Pengembangan Tanaman Sereal, Maros. 12:243.
Ginting AW, Endang S, Marpaung S, Ginting F, Kembaren T, Rahimi A, Ginting
J.
2012
.Intoksikasi
Herbisida
(Paraquat).
http://ikaapda.com/resources/PTI/Reading-Assigemnt/INTOKSIKASIHERBISIDA.pdf. [ 8 april 2013 ]
Kusnanto U. 1991. Pengendalian gulma secara manual dan kimiawi di perkebunan
kelapa sawit: studi tentang efikasi, frekuensi aplikasi dan analisis biaya.
Bul. Perkebunan 22:163-182.
Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 362 hal
Mangoensoekarjo S. 1976.Keracunan Herbisida pada Kelapa Sawit. Prasaran dan
Pembahasan Seminar Kelapa Sawit 1976. Hal 229-234
Mangoensoekarjo S. 1982. Kerugian Akibat Gulma di Perkebunan Dalam
Tjitrosoedirdjo S, Utomo IH, J Wiroatmodjo (eds.). Kumpulan Kuliah
Penataran Manajemen Gulma di Perkebunan. Kerjasama BIOTROP –
HIGI. Hal 34-36
Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Moenandir J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers.
Jakarta. 122 hal.
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Purba E. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengendalian Gulma
Mengatasi Populasi
Gulma Resisten dan Toleran Herbisida.
http://www.usu.ac.id/Pidato%20Pengukuhan%20Guru%20Besar_Edison
%20Purba.pdf. [ 8 April 2013].
Saladin S. 2003. Studi Efektivitas Beberapa Formulasi Herbisida Glifosat pada
Berbagai Taraf Dosis Dalam Mengendalikan Gulma pada Piringan Kelapa
Sawit ( Elaeis guineensiss Jacq. ) Belum Menghasilkan. Skripsi.
Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 56 hal.

17
Sastroutomo SS. 1990. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaanya.
Gramedia. Jakarta. 186 hal.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
Suryani W. 1991. Studi Efektivitas Beberapa Perlakuan Herbisida dengan Dua
Alat Semprot untuk Mengendalikan Gulma di Jalur Tanaman Karet
Menghasilkan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54hal.
Syamsuddin E, Hutauruk CH. 1999. Pengendalian gulma dengan herbisida pada
tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Jur. PPKS. 09:1-3.
Syamsuddin E, Tobing TL, Lubis RA. 1992. Pemberantasan Gulma Terpadu
pada Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Buletin Pusat Penelitian
Marihat. Medan. 12 (2):30-40.
Tjitrosoedirdjo S, Utomo IH, Wiroatmodjo J . 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. Gramedia. Jakarta. 210 hal.
Tobing TL, Hutauruk CH. 1999. Identifikasi jenis gulma pada tanaman kelapa
sawit. Jur. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 08;1-2
Yuniakro Y. 2010. Pengelolaan Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT Jambi Agro Wijaya (PT
JAW), Bakrie Sumatera Plantation, Sarolangun, Jambi. Skripsi. Program
Sarjana, Intitut Pertanian Bogor. Bogor. 59 hal.

18

LAMPIRAN

19
Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi Sidik Ragam
Waktu
4 MSA
8 MSA
12 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA
4 MSA
8 MSA
12 MSA

Paraquat diklorida 283 g/l
Bobot Kering Gulma Total
**
**
**
Bobot Kering Ottochloa nodosa
**
**
**
Bobot Kering Mikania micrantha
**
**
**
Bobot Kering Commelina benghalis
**
**
**
Bobot Kering Ageratum conoyzides
**
**
**
Bobot Kering Borreria alata
**
**
**
Bobot Kering Axonopus compressus
**
**
**
Bobot Kering Gulma lain
**
**
**

Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata

kelompok

KK
(%)

tn
tn
tn

10.44
4.65
5.69

*
tn
tn

11.47
5.15
6.53

tn
tn
tn

16.49
9.11
8.86

*
tn
tn

30.94
18.74
32.85

tn
*
tn

31.01
30.19
18.65

*
tn
tn

33.62
26.61
32.60

tn
tn
*

45.65
24.74
31.02

*
*
tn

50.42
31.15
60.74

20
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Total
Waktu
4
MSA
8
MSA
12
MSA

Sumber
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat

Derajat
Bebas
2
6
12
2
6
12
2
6
12

Jumlah
Kuadrat
0.33984
123.1207
3.311991
0.434524
103.9038
1.232587
8.348552
102.9705
3.221111

Kuadrat
Tengah
0.16992
20.5201

Nilai F

Pr>F

KK
(% )

0.62
74.35

0.5565tn
0.0001**

10.44

0.21726
17.3173

2.12
168.59

0.1633tn
0.0001**

4.65

4.17427
17.1617

15.55
63.93

0.0005tn
0.0001**

5.69

Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Bobot Kering Ottochloa nodosa
Waktu
4
MSA
8
MSA
12
MSA

Sumber
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat

Derajat
Bebas
2
6
12
2
6
12
2
6
12

Jumlah
Kuadrat
1.1610167
889.148567
28.3594833
4.2404667
543.627874
10.8220833
19.1388095
392.150907
441.330274

Kuadrat
Nilai F
Tengah
0.5805083
0.25
148.19143 62.71

Pr>F

KK
(%)

0.786*
0.0001**

11.47

2.1202333
90.604646

2.35
100.47

0.1376tn
0.0001**

5.15

19.13881
65.358485

3.82
26.11

0.0519tn
0.0001**

6.53

Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Bobot Kering Mikania micrantha
Waktu
4
MSA
8
MSA
12
MSA

Sumber
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat

Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata

Derajat
Bebas
2
6
12
2
6
12
2
6
12

Jumlah
Tengah
1.7210167
184.384541
8.5251667
1.7583524
160.623824
5.6564476
55.5979357
147.626329
7.6964143

Kuadrat
Tengah
0.8605083
30.730757

Nilai
F
1.21
43.26

Pr>F

KK
(%)

0.3318tn
0.0001**

16.49

0.8791762 1.87
26.770637 56.79

0.1971tn
0.0001**

9.11

27.798968 43.34
24.604388 38.36

0.0001tn
0.0001**

8.86

21
tn = tidak nyata
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Bobot Kering Commelina benghalis
Waktu
4
MSA
8
MSA
12
MSA

Sumber
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat

Derajat Jumlah
Bebas Kuadrat

Kuadrat
Tengah

Nilai F

Pr>F

2
6
12
2
6
12
2
6
12

0.1382179
5.8716385

0.4
16.91

0.6801*
0.0001** 30.94

0.2811893
7.6200623

0.87
23.54

0.4444tn
0.0001** 18.74

12.634546
10.4206

5.63
4.64

0.0189tn
0.0115** 32.85

0.27643571
35.229831
4.16559762
0.56237857
45.7203738
3.88510476
25.2690929
62.5235976
26.9288738

KK
(%)

Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Bobot Kering Ageratum conyzoides
Waktu
4
MSA
8
MSA
12
MSA

Sumber
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat

Derajat Jumlah
Bebas Kuadrat

Kuadrat
Tengah

Nilai F

Pr>F

2
6
12
2
6
12
2
6
12

0.3611679
6.4808917

0.94
16.93

0.4164tn
0.0001** 31.01

0.1098583
8.420929

0.12
9.08

0.8894*
0.0007** 30.19

3.7333964
6.001702

6.78
10.91

0.0107tn
0.0003** 18.65

0.72233571
38.88535
4.59431429
0.21971667
50.5255738
11.1342333
7.46679286
36.0102119
6.60322381

KK
(%)

Keterangan :
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Bobot Kering Borreria alata
Waktu
4
MSA
8
MSA
12
MSA

Sumber
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat
Kelompok
Perlakuan
Galat

Keterangan :

Derajat
Bebas
2
6
12
2
6
12
2
6
12

Jumlah
Kuadrat
0.04449524
35.5963905
4.1440381
2.56785952
35.2194286
7.11835714
7.68349524
29.0847619
15.0626381

Kuadrat
Nilai F
Tengah
0.0222476 0.06
5.9327318 17.18

Pr>F

KK
(%)

0.9379*
0.0001**

33.62

1.2839298 2.16
5.8699048 9.9

0.1575tn
0.0005**

26.61

3.8417476 3.06
4.8474603 3.86

0.0843tn
0.0222**

32.6

22
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Bobot Kering Axonopus compressus
Waktu
4
MSA
8
MSA
12
MSA

Derajat
Bebas
Kelompok 2
Perlakuan 6
Galat
12
Kelompok 2
Perlakuan 6
Galat
1

Dokumen yang terkait

Analisa Unsur Hara Mg dalam Daun Kelapa Sawit dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) untuk meningkatkan Produksi Buah pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

16 121 49

Efikasi Kombinasi Crfentrazon dengan Beberapa Herbisida untuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Kelapa Sawit

2 37 64

Penambahan Sukrosa dan Glifosat Pada Carfentrazon Untuk Mengendalikan Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineemis Jacq) Belum Menghasilkan

1 22 55

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Kemampuan AntiFungi Bakteri Endofit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Ganoderma boninenese Pat

5 53 66

Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Mencit Jantan

9 61 110

Uji Lanjutan Fitotoksisitas dan Efikasi Herbisida Aminosiklopiraklor pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan

11 85 72

Efikasi Herbisida Metil Metsulfuron terhadap Gulma pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) Belum Menghasilkan (TBM)

4 45 57

Optimasi Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun Optimizing of Nitrogen and Phosphorus Fertilizer for One-Year-Old Plant of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.)

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) - Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PTPN III Kebun Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan)

0 1 8