Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Bawal (Colosomma macropomum) di Waduk Cirata.

PELEPASAN FOSFOR DARI KERAMBA JARING APUNG IKAN
BAWAL (Colosomma macropomum) DI WADUK CIRATA

ANANDA LISTYA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pelepasan Fosfor
dari Keramba Jaring Apung Ikan Bawal (Colosomma macropomum) di Waduk
Cirata” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Ananda Listya
NRP C24090066

ABSTRAK
ANANDA LISTYA. Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan
Bawal (Colosomma macropomum) di Waduk Cirata. Dibimbing oleh
KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI.
Waduk Cirata mulai difungsikan untuk kegiatan perikanan Keramba Jaring
Apung (KJA) sejak tahun 1988. Salah satu ikan komoditas utama di Waduk Cirata
adalah ikan Bawal yang merupakan salah satu ikan konsumsi yang diminati.
Pemberian pakan dengan Food Convertion Ratio (FCR) yang tinggi menyebabkan
tingginya sisa pakan yang terakumulasi di dasar. Selain itu kandungan P pada
pakan buatan cukup tinggi sehingga berdampak pada tingginya pelepasan unsur P
ke perairan menyebabkan eutrofikasi. Penelitian bertujuan untuk menduga
pelepasan kandungan total P dari KJA ikan bawal ke lingkungan perairan serta
mengestimasi daya dukung perairan Waduk Cirata yang optimal untuk

pengembangan KJA yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan di
Waduk Cirata Jawa Barat dari Januari hingga Maret 2014. Pelepasan total P
dengan menggunakan pakan JT adalah 12.95-12.93% dari bobot ikan dan pakan
yang diberikan selama pemeliharaan sedangkan dengan pakan SP adalah 6.246.58% dari bobot ikan dan pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Daya
dukung meningkat bila menggunakan pakan dengan kandungan total P yang
rendah. Daya dukung yang didapatkan dengan menggunakan pakan JT,
menggunakan 1 lapis jaring sebesar 18 447 ton ikan/musim tanam (18 400 petak
KJA) sedangkan 2 lapis jaring sebesar 18 945 ton ikan/musim tanam (18 900
petak KJA).
Kata kunci: Ikan Bawal, Keramba Jaring Apung, Pelepasan Fosfor
ABSTRACT
ANANDA LISTYA. Loading Phosphor From Tambaqui (Colosomma
macropomum) Floating Net Cage in Cirata Lake. Supervised by KADARWAN
SOEWARDI and SIGID HARIYADI.
Waduk Cirata start to functioned for fishery of floating net cages activity
since 1988. One of the main commodities at Waduk Cirata is Black Prompet. It is
one of the most fish to consume. Feeding with high Food Conversion Ratio (FCR)
lead to high residual feed that accumulated at the base. Moreoverthe content of
Phospor (P) at artificial feed was high enough to affect the height of the element P
to waters causing eutrophication. This research aimed to estimate the total of P

content from Black Pomfret’s floating net cages to environment and to estimate
the optimal of carrying capacity at Waduk Cirata for the development of floating
net cages to eco-friendly. This research was conducted in Waduk Cirata, West
Java from January to March 2013. The release of total P was use JT’s feed is
12.95-12.93% of the weight of the fish and the feed given during maintenance
while the SP’s feed is 6.24-6.58% of the weight of the fish and the feed given
during maintenance. Carrying capacity was increased when using a feed with a
low content of total P. Carrying capacity was obtained using JT’s feed, use 1 layer
of net are 18 447 tonnes of fish/ growing season (18 400 plots KJA) while the 2
layer nets are 18 945 tonnes of fish/growing season (18 900 plots KJA).
Keywords : Black Pomfret, Floating Net Cage, Loading Fosfor.

PELEPASAN FOSFOR DARI KERAMBA JARING APUNG IKAN
BAWAL (Colosomma macropomum) DI WADUK CIRATA

ANANDA LISTYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan

pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NRP

: Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Bawal
(Colosomma macropomum) di Waduk Cirata.
: Ananda Listya
: C24090066

Disetujui oleh


Dr Ir Sigid Hariyadi, M Sc
Pembimbing II

Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, M Sc
Ketua Departemen

Tanggal lulus:

Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NRP

: Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Bawal
(Colosomma macropomum) di Waduk Cirata.
: Ananda Listya

: C24090066

Disetujui oleh

Dr Ir Sigid Hariyadi, M Sc
Pembimbing II

Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi
Pembimbing I

Ketua Departemen

Tanggallulus:

0 3 U '2. 2 u 1 4

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelepasan

Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Bawal (Colosomma macropomum)
di Waduk Cirata”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Bapak Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi serta Bapak Dr Ir Sigid Hariyadi,
M Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat
dan saran untuk penulis.
2. Bapak Dr Yonvitner, S Pi, M Si selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dalam perkuliahan.
3. Bapak Ali Mashar, S Pi, M Si selaku penguji tamu dan Ibu Dr Ir Yunizar
Ernawati, MS selaku perwakilan program studi.
4. Tim Cirata (Aziz, Adam, Julpah, Mas Kafi dan Mba Yuni) atas
kerjasamanya selama pengambilan data.
5. Keluarga penulis Bapak Kadarwanto, Ibu Hetmi (almh) dan Adik Ario
Bargas beserta keluarga besar Penulis yang telah memberikan banyak
motivasi, doa dan dukungan kepada Penulis.
6. Mba Widar dan Mba Ani atas segala bantuan dan dukungan kepada
Penulis.
7. Mohammad Lutfi Abrori atas doa dan dukungan kepada Penulis.

8. Teman seperjuangan (Anggia, Zia, Gilang, Atim, Gentha, Dewi, Ara,
Janty, Nisa, Ika, Tyas, Viska Arni, Dwi, Fau, Fatkur, Dudi, Syarief,
Tamimi, Conny, Arinta, Cumil, Nola, Selvia, Deasy, Panji, Devi, Allsay,
Rio, Syarif dan seluruh keluarga MSP 46)
9. Sahabat Penulis (Catur, Desy, Rahma, Sadiah, Lulu, Kak Dina, Kak Uul,
Kak Danuta, Radita, Ria, Asti, Amel, Faizah, Aris, Arynda, Tika, Abul,
Fajar, Yopy, Pandu, Wida, Laras, Erna, Awe dan Eva) atas semangat,
dukungan dan doa kepada penulis.
10. Seluruh teman MSP 46, MSP 45, dan MSP 47 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu atas semangat yang diberikan.
Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Ananda Listya

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Perumusan Masalah ......................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
METODE................................................................................................................. 2
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 2
Alat dan Bahan ................................................................................................. 3
Pengumpulan Data ........................................................................................... 3
Analisis Data .................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................ 7
Hasil ................................................................................................................. 7
Pembahasan .................................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 19
Kesimpulan .................................................................................................... 19
Saran .............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 20
RIWAYAT HIDUP............................................................................................... 25

DAFTAR TABEL

1. Asumsi dalam perhitungan daya dukung ............................................................ 6
2. Nilai total P (mg/m3) dari hasil analisis pada tahun 2013................................... 7
3. Nilai rata-rata total P (mg/m3) di Waduk Cirata ................................................. 7
4. Kandungan total P pada berbagai jenis pakan buatan ......................................... 8
5. Kandungan total P pada ikan bawal dan ikan nila .............................................. 9
6. Data perhitungan daya dukung Waduk Cirata .................................................. 11
7. Perbandingan daya dukung sebelum dan sesudah restorasi .............................. 12
8. Data perhitungan keuntungan ........................................................................... 13
9. Keuntungan KJA............................................................................................... 14

DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi Penelitian................................................................................................. 3
2. Presentase jenis pakan ikan bawal yang digunakan petani KJA ........................ 8
3. Evaluasi konversi pakan yang banyak digunakan petani KJA ......................... 10
4. Perbandingan pelepasan total P dari KJA ikan bawal dengan
menggunakan 2 pakan uji ................................................................................. 10
5. Perbandingan daya dukung dengan menggunakan 2 pakan uji ........................ 12

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner wawancara ........................................................................................ 22

2. Rekapitulasi hasil wawancara ........................................................................... 23
3. Prosedur pengukuran total P (APHA 2005) ..................................................... 23
4. Prosedur pengukuran kandungan P ikan dan P pakan (APHA 2005)............... 23
5. Contoh perhitugan pelepasan total P ke perairan.............................................. 24
6. Contoh perhitungan daya dukung ..................................................................... 24

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Waduk Cirata merupakan waduk yang dibangun dengan membendung
Sungai Citarum. Pada tahun 1987 Waduk ini mulai dioperasikan dengan tujuan
utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Waduk Cirata berada di 3
wilayah yaitu kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Bandung serta berada diantara 2
waduk, yaitu Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur. Pada tahun 1988 perairan
waduk mulai dikembangkan lahan budidaya perikanan dengan sistem Keramba
Jaring Apung (KJA) sebagai kompensasi bagi warga yang lahannya terkena
dampak pembangunan waduk (Sudrajat et al. 2010). Perkembangan KJA sangat
pesat dari tahun ke tahun. Menurut sensus Badan Pengelola Waduk Cirata
(BPWC), KJA aktif terdapat menyebutkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 53
031 unit KJA. Berdasarkan sensus BPWC tahun 2011 sebaran KJA aktif di
Waduk Cirata sebesar 38% untuk kabupaten Cianjur, 44% untuk kabupaten
Bandung Barat dan 18% untuk kabupaten Purwakarta. Selain dimanfaatkan untuk
kegiatan perikanan sistem KJA, selain itu waduk juga dimanfaatkan untuk usaha
perikanan tangkap, wisata dan transportasi.
Salah satu ikan komoditas utama dalam kegiatan KJA di Waduk Cirata
adalah ikan bawal Colosomma macropomum. Ikan ini tidak banyak menuntut
lingkungan bagus sebagai media hidupnya. Selain itu, ikan ini memiliki rasa
daging yang enak sehingga ikan ini menjadi salah satu ikan konsumsi yang
diminati oleh masyarakat. Satu hal yang menguntungkan dalam memelihara ikan
ini adalah tahan terhadap serangan penyakit sehingga permintaan ikan ini
meningkat dipasaran (Khairuman dan Amri 2011). Hal ini menyebabkan petani
KJA mulai membudidaya ikan ini. Pakan alami dalam budidaya di KJA kurang
untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ikan, sehingga kebutuhan ikan dipenuhi
melalui pakan buatan. Nutrisi yang dibutuhkan dalam pakan buatan adalah protein,
lemak, mineral dan vitamin dimana protein merupakan salah satu nutrien utama
yang dibutuhkan ikan (Lovell 1989 in Mamora 2009). Pemberian pakan dengan
Food Convertion Ratio (FCR) yang tinggi menyebabkan tingginya pelepasan
unsur P ke perairan yang pada akhirnya dapat menyebabkan eutrofikasi.
Fosfor merupakan faktor pembatas dalam perairan tawar dan elemen
esensial yang digunakan ikan untuk dapat tumbuh optimal. Unsur P yang
mengendalikan kelimpahan plankton di alam. Oleh karena itu, penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam menduga pelepasan total P ke perairan selama
masa pemeliharaan. Agar pengelolaan Waduk Cirata dapat lestari dan
berkelanjutan perlu adanya kajian mengenai kandungan total fosfor yang masuk
ke lingkungan perairan, sehingga dapat diantisipasi bagaimana cara pengurangan
pelepasan P ke perairan agar tidak terjadi eutrofikasi.

2
Perumusan Masalah
Waduk Cirata mulai di kembangkan untuk usaha budidaya perikanan
dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) sejak tahun 1988 sebagai
kompensasi bagi warga yang lahannya terkena dampak pembangunan waduk.
Kegiatan budidaya dalam KJA berkembang pesat karena menguntungkan (hasil
produksinya tinggi). Ketersediaan pakan alami tidak mampu memenuhi kebutuhan
ikan untuk tumbuh dengan optimal sehingga dibutuhkan pakan buatan untuk dapat
menunjangnya kebutuhannya. Untuk menunjang kebutuhan nutrisi ikan, petani
KJA memberikan pakan buatan yang mengandung protein yang relatif tinggi yang
kaya akan N dan P. Pemberian pakan dengan Food Convertion Ratio (FCR) yang
tinggi menyebabkan peningkatan pelepasan unsur P ke perairan yang akhirnya
dapat menyebabkan eutrofikasi. Fosfor (P) merupakan faktor pembatas dalam
perairan tawar dan elemen esensial yang digunakan ikan untuk dapat tumbuh
optimal. Unsur P yang mengendalikan kelimpahan plankton di alam. Semakin
banyak pakan yang diberikan, maka semakin banyak pula pakan yang terbuang,
karena tidak seluruh pakan yang diberikan dimakan oleh ikan. Pakan yang
terbuang disamping akan menambah beban sedimentasi yang menyebabkan
pendangkalan, juga meningkatkan penyuburan perairan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga pelepasan kandungan total
P dari KJA ikan bawal ke lingkungan perairan serta mengestimasi daya dukung
perairan Waduk Cirata untuk KJA ikan bawal.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat (Gambar 1). Kegiatan
penelitian meliputi dua tahap yaitu pengambilan data di lapang dan analisis data.
Pengambilan data di lapang yaitu berupa pengambilan sampel air, ikan dan pakan
serta wawancara yang dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2013 untuk
mengetahui kondisi saat ini. Sedangkan analisis data di Laboratorium
Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

3

Gambar 1 Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi plastik klip, spidol,
kuisioner, GPS, plastik clip, botol sampel, alat tulis dan coolbox. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi ikan bawal (Colosomma macropomum),
ikan nila (Oreochromis niloticus) dan beberapa jenis pakan buatan.

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi data total P, kandungan total P pada ikan dan
pakan, dan data wawancara yang dilakukan ke petani KJA untuk mengetahui data
produksi KJA. Jenis data sekunder yang dikumpulkan dari Pembangkit Jawa Bali
(PJB) dan Badan Pengawas Waduk Cirata (BPWC) yaitu meliputi data fisik
waduk, produksi ikan, dan banyaknya pakan yang diberikan.

Penentuan data total P
Data total P yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pengamatan
langsung kualitas air untuk total P mulai dari Januari-Maret 2013. Selain itu,
untuk data total P juga menggunakan data PJB dari tahun 1884, kemudian
dilanjutkan dari tahun 2004 hingga tahun 2012. Data pada tahun 2013
menggunakan data total P hasil pengamatan langsung. Analisis total P mengacu
kepada APHA (2005) (Lampiran 3).

4
Penentuan data kandungan total P pada ikan dan pakan
Data kandungan total P pada ikan dan pakan didapatkan dengan
menganalisis ikan bawal dan ikan nila. Analisis kandungan total P pada ikan dan
pakan mengacu kepada APHA (2005). Penanganan sampel dimulai dengan
menggiling seluruh bagian ikan, dilanjutkan dengan pengeringan sampel dengan
cara dioven, setelah itu dihaluskan hingga menjadi bubuk. Kemudian dilakukan
uji proksimat yang dilanjutkan dengan uji total P.

Data wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi KJA di Waduk Cirata.
Wawancara dilakukan secara langsung kepada 50 petani KJA dengan
menggunakan kuisioner (Lampiran 1). Pengumpulan responden diambil dengan
metode purposive sampling. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, didapatkan
identitas responden, komoditas budidaya, lama pemeliharaan ikan, pakan yang
habis dalam pemeliharaan, produksi KJA, ukuran keramba yang digunakan, biaya
pembuatan keramba, biaya penyediaan benih dan pakan, serta kelembagaan dari
pembudidaya. Rekapitulasi hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2.

Analisis Data
Analisis Perhitungan Total P Ikan Bawal yang Masuk Ke Perairan
Model prediksi penentuan kapasitas lingkungan untuk budidaya keramba
bermanfaat untuk membantu menentukan kesesuaian pengembangan budidaya
keramba secara bersama dan mengurangi resiko bagi pembudidaya ikan
(Beveridge 2004). Kapasitas pengembangan budidaya keramba di danau maupun
waduk pada dasarnya berbeda antara produktivitas di badan air awal eksploitasi
dan tingkat produktivitas yang diperbolehkan. Salah satu cara untuk menentukan
tingkat produktivitas perairan dapat ditentukan melalui kosentrasi fosfor
(Beveridge 2004). Menurut Beveridge (2004) tahapan perhitungan total P ikan
bawal yang hilang ke perairan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kandungan P pada pakan (kg)
Untuk menghitung kandungan P yang terdapat dalam pakan yaitu dengan
menghaluskan pakan selanjutnya dianalisis proksimat. Setelah itu masuk ke
pengujian fosfor.
2. Menentukan kandungan P pada ikan (kg/ton ikan)
Untuk menghitung kandungan P yang terdapat pada ikan yaitu dengan
menggunakan sampel basah ikan bawal, lalu dikeringkan (gunakan seluruh
bagian tubuh ikan) dilanjutkan analisis proksimat dan pengujian fosfor.
3. Menghitung FCR yang digunakan dalam budidaya
Untuk mengetahui FCR yang digunakan selama pemeliharaan dapat dihitung
dengan cara jumlah pakan yang habis selama waktu pemeliharaan di bagi
dengan hasil panen yang diperoleh.
4. Menghitung kandungan P pada pakan dengan di kali FCR (kg)
Untuk menentukan P yang hilang ke perairan yaitu selisih antara P pada pakan
yang sudah dikali dengan FCR dengan P pada ikan.

5
Analisis Daya Dukung Berdasarkan Limbah Total P
Penentuan daya dukung suatu perairan dilakukan dengan menduga batasan
fosfat yang boleh masuk ke dalam perairan sebagai landasan dalam pengelolaan
sumberdaya perairan untuk mencegah penurunan produksi ikan dalam kegiatan
budidaya dengan sistem KJA (Tambuan 2010). Tahapan pendugaan Daya Dukung
Lingkungan Sumber Daya untuk Aktivitas Budidaya KJA adalah sebagai berikut:
1. Mengukur konsentrasi fosfor (steady state) [P]i dari konsentarsi P total yang
ditentukan berdasarkan rataan konsentrasi P total dalam badan air, diperoleh
dari sejumlah sampel yang representatif selama penelitian.
2. Menentukan [P] maksimum yang dapat diterima oleh badan air [P] f akibat
adanya budidaya KJA
3. Menentukan kapasitas badan air untuk budidaya secara intensif ∆[P], yaitu
besarnya perubahan [P] yang dapat diterima oleh perairan dalam menopang
budidaya ikan. Merupakan selisih antara [P] maksimum yang dapat diterima
[P]f setelah keberadaan KJA dengan [P] rataan konsentrasi P [P]i, sehingga:
∆[P] = [P]f – [P]i
Karena ΔP berhubungan dengan beban P dari ikan yang dipelihara, yaitu Lfish,
(ρ) laju pembilasan (flushing rate) dan kemampuan badan air untuk menerima
beban P maka:
∆[P]=

Lfish (1- Rfish )


Lfish =

∆[P] z ρ
( 1- Rfish )

Keterangan:
Rfish : x + [(1-x)R]
R
: koefisien retensi fosfor di air
R
: 1/ (1 + ρ 0.5)
Untuk kondisi danau-danau secara umum dimana x adalah besarnya proporsi
Total P yang hilang secara permanen ke dalam sedimen (x = 0.45 – 0.55), x
ditentukan sebesar 0.5.
4. Penentuan Food Convertion Ratio (FCR) dengan menghitung jumlah pakan
yang digunakan (kg) untuk menjadi 1 kg daging.
5. Penentuan total P yang hilang ke perairan, dengan adanya aktivitas budidaya
ikan di KJA
PL = ( FCR × P pakan )- P ikan
Keterangan:
PL
: P yang hilang ke perairan dari aktivitas KJA (kg/ton ikan)
FCR
: Konversi pakan
P pakan
: kandungan P dalam pakan
P ikan
: kandungan P dalam ikan
6. Penentuan daya dukung. Total P yang diperbolehkan = Lfish x A . Bila telah
diketahui beban P yang hilang ke lingkungan perairan selama budidaya (kg
P/ton ikan), maka dapat dihitung jumlah ikan (ton/tahun) yang diperbolehkan
diproduksi, yaitu:

6
Lfish ×A
total P

Keterangan:
∆[P] : besarnya perubahan [P] yang dapat diterima oleh perairan dalam
menopang budidaya ikan (mg/m3)
[P]f : konsentrasi P maksimum yang dapat diterima dalam budidaya (mg/m3)
[P]i : rataan konsentrasi P (mg/m3)
Lfish : beban yang berasal dari kegiatan KJA (g/m2 /tahun)
z
: rataan kedalaman perairan (m)
ρ
: flushing rate ( /tahun), ρ = Q/V
Rfish : koefisien retensi fosfor di ikan
R
: koefisien retensi fosfor di air
x
: proporsi dari total P yang hilang ke sedimen
A
: luas permukaan waduk (km2)
Selain itu dibutuhkan asumsi untuk melengkapi perhitungan daya dukung.
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan daya dukung dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Asumsi dalam perhitungan daya dukung
No

Asumsi

1

Daya dukung berdasarkan KJA 1 lapis dan 2 lapis

2

Sisa pakan dari lapis pertama termakan habis oleh ikan di lapis kedua

3

Pakan yang digunakan adalah pakan dengan kandungan P tertinggi

4

FCR yang digunakan adalah 2

5

Produksi KJA sebesar 1 ton/unit/musim tanam

6

Dalam 1 tahun, terdapat 4 kali musim tanam
Dilakukan kegiatan restorasi (penyedotan sedimen) sehingga terjadi
penambahan kedalaman/volume
Komoditas budidaya di lapis pertama adalah ikan bawal dan di lapis
kedua adalah ikan nila

7
8

Analisis Keuntungan
Menurut Hernanto (1989) in Resmi (2007) analisis ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan
dengan rumus sebagai berikut:
� = TR − TC
Keterangan:
TR
: Total Revenue (Total penerimaan (Rp)).
TR didapatkan dari produksi ikan (kg) dikalikan harga jual ikan (Rp/kg).
TC
: Total Cost (Biaya total (Rp))
TC terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap meliputi
: Gaji tenaga kerja, SIUP, retribusi PLN, biaya
pemeliharaan dan biaya penyusutan.

7
Biaya variabel meliputi : Biaya pakan, biaya benih dan upah pegawai (saat
panen).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kandungan Total P di perairan Waduk Cirata
Fosfor (P) merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan plankton sehingga
peningkatan P yang berasal dari kegiatan KJA akan meningkatkan kelimpahan
fitoplankton. Pengambilan sampel total P pada tahun 2013 dilaksanakan dari
bulan Januari-Maret 2013 dan terdapat 6 titik sampling. Data nilai P hasil analisis
pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai total P (mg/m3) dari hasil analisis pada tahun 2013
Stasiun

Total P
(mg/m3)

Muara
cikundul

Area
intake

Daerah
berbahaya

Tengah
waduk

Muara
Cisokan

Muara
Citarum

Sampling 1

158

71

84

78

117

127

Sampling 2

135

92

83

95

74

92

Sampling 3

148

75

72

77

101

98

Dari hasil analisis, didapatkan rata-rata nilai total P dari sampling 1 hingga
sampling 3 pada tahun 2013 adalah 99 mg/m3. Selain menggunakan data dari hasil
analisis sendiri, penelitian ini menggunakan data total P pada tahun 1988
berdasarkan penelitian Soemarwoto (1988) dan tahun 2004-20012 berdasarkan
data dari PJB. Data nilai rata-rata total P dari tahun 1988 dan tahun 2004 hingga
tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai rata-rata total P (mg/m3) di Waduk Cirata
Tahun

1988

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Total P
(mg/m3)

316

516

262

315

200

306

241

279

214

234

99

Tabel diatas merupakan nilai rata-rata total P di Waduk Cirata. Untuk
perhitungan daya dukung dalam penelitian ini menggunakan nilai rata-rata dari
tahun 1988 kemudian dari 2004 hingga tahun 2013. Nilai rataan total P ([P]i)
adalah 271 mg/m3.

Kandungan total P pada pakan dan ikan
Upaya pengelolaan lingkungan antara lain dengan pengaturan penggunaan
pakan buatan yang berkuallitas. Pakan yang berkualitas buruk menyebabkan
limbah hara N dan P yang dibuang ke perairan akan tinggi sehingga kualitas air

8
memburuk dan menurunnya produktivitas (Yosmaniar 2010). Merek pakan buatan
digunakan dalam pemeliharaan ikan bawal di KJA Waduk Cirata dengan kandung
total P dapat dilhat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan total P pada berbagai jenis pakan buatan
No
1
2
3
4

Merek Pakan
Ikan
SP
CF
JT
PL

Total P
% per gram pakan
Total P/ton ikan (kg/ton)
3.85
38.5
5.58
55.8
5.62
56.2
3.38
33.8

Nilai kandungan total P pada jenis pakan ikan bawal berbeda-beda.
Kandungan total P tertinggi terdapat pada pakan jenis JT dengan nilai sebesar
5.58% per gram pakan dan kandungan total P terendah terdapat pada pakan jenis
PL dengan nilai sebesar 3.38% per gram pakan. Pada pendungaan pelepasan P ke
perairan diambil nilai kandungan total P pada pakan ikan bawal yang tertinggi.
Nilai total P yang tinggi diharapkan mampu mengestimasi kandungan P yang
masuk ke lingkungan perairan tertinggi. Banyak pakan buatan yang beredar
dipasaran yang dapat menunjang hasil produksi KJA. Jenis pakan buatan yang
digunakan di KJA Waduk Cirata tersaji pada Gambar 2.
JT
18%
SP
34%

CF
2%

DN
12%

PR
6%
PL
12%

EM
16%

Gambar 2 Presentase jenis pakan ikan bawal yang digunakan petani KJA
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa jenis pakan buatan SP lebih
banyak diminati oleh petani KJA dengan presentase sebesar 34% sedangkan
pakan jenis CF kurang diminati dengan presentase sebesar 2%. Harga pakan CF
Rp 6 750/kg, pakan CF merupakan pakan yang paling mahal diantara pakan yang
digunakan. Harga pakan SP Rp 5 900/kg merupakan pakan yang paling murah di
antara merek pakan yang lainnya, sedangkan harga merek pakan buatan JT degan
kandungan total P tertinggi berada diurutan kedua terbesar dengan presentase 18%
dan harga pakan JT Rp 6 000/kg.
Pakan merupakan sumber energi untuk hidup. Pakan yang diberikan
mengandung protein relatif tinggi yang kaya akan N dan P. Untuk menghitung

9
pelepasan total P ke perairan diperlukan data kandungan total P pada ikan,
sehingga dapat diketahui seberapa besar ikan bawal menyerap P dalam tubuhnya.
Kandungan total P pada ikan bawal dan ikan nila selama pemeliharaan dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kandungan total P pada ikan bawal dan ikan nila
Total P (%)
No

Jenis Ikan

1
2

Hasil
analisis

Literatur [Sumber]

Ikan Bawal
(Colosomma macropomum)

1.12

0.80-0.92 [Yosmaniar (2010)]

Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)

0.34

0.9 [Beveridge (2004)]

Kandungan total P dari hasil analisis didapatkan 1.12% untuk ikan bawal
dan 0.34% untuk ikan nila. Hasil ini tidak jauh berbeda dari literatur yang
didapatkan. Menurut Yosmaniar (2010) kandungan total P pada ikan bawal
berkisar antara 0.80-0.92%, sedangkan kandungan total P untuk ikan mas menurut
Beveridge (1982) adalah 0.9%. Perhitungan pelepasan total P ke perairan
menggunakan nilai hasil dari analisis.

Pelepasan total P dari KJA ikan bawal
Pada pakan buatan terdapat kandungan P dan N cukup tinggi, selain itu para
petani juga memberikan pakan dalam jumlah yang besar tanpa menggunakan
takaran atau perhitungan. Konversi pakan/Food Convertion Ratio (FCR)
menunjukan perbandingan bobot pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan
beratnya. Permasalahan yang terjadi pada budidaya ikan di KJA adalah pemberian
pakan pada ikan budidaya dengan menggunakan pakan buatan. Hal tersebut dapat
terjadi karena para petani belum memahami dalam manajemen pemberian pakan
(Insan 2009). Evaluasi konversi pakan yang digunakan dalam pemeliharaan dapat
dilihat pada Gambar 3.
FCR 2,1
16%

FCR 1
4%

FCR 1,4
10%
FCR 2,2
2%

FCR 1,5
18%

FCR 2
26%

FCR 1,8
12%

FCR 1,6
12%

10
Gambar 3 Evaluasi konversi pakan yang banyak digunakan petani KJA
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa FCR yang banyak digunakan oleh
para petani KJA adalah 2. Hal ini dikarena pemahaman petani yang masih kurang
mengenai konversi pakan, salah informasi yang didapatkan dari pabrik pakan.
Pabrik pakan sengaja melakukan hal tersebut agar pakannya laku sehingga pabrik
pakan mendapatkan untung lebih besar. Menurut Tambunan (2010), semakin
besar FCR yan digunakan dalam pemberian pakan, maka semakin besar pula
fosfat total yang masuk ke dalam perairan.
Perbandingan total P dengan menggunakan 2 pakan uji yang masuk ke
lingkungan perairan dalam pemeliharaan ikan bawal (Colosomma macropomum)
dapat dilihat pada Gambar 4 dan Lampiran 4.
140

129.3

125.9

120

Kg/ton ikan

100
80
65.8

62.4

JT

60
SP
40
20
0
1 Lapis

Keterangan

2 Lapis

: 1 lapis yaitu KJA dengan sistem 1 jaring yang diisi ikan bawal
: 2 lapis yaitu KJA dengan sistem 2 jaring (jaring pertama dan kedua), dimana jaring
pertama diisi ikan bawal dan jaring kedua ikan nila.

Gambar 4 Perbandingan pelepasan total P dari KJA ikan bawal dengan
menggunakan 2 pakan uji
Dari gambar diatas dapat dilihat hasil total P yang hilang selama
pemeliharaan ikan bawal dengan menggunakan dua pakan uji, yaitu pakan dengan
kandungan P tertinggi (JT) dan pakan yang dominan digunakan petani (SP)
dengan FCR 2. Total P yang masuk ke perairan tertinggi yaitu pada pakan JT. Hal
ini sesuai dengan kandungan P pada pakan JT yang tertinggi diantara pakan
lainnya yaitu 5.62%, sedangkan untuk pakan SP hanya sebesar 3.85%.
Total P yang hilang keperairan dengan pakan JT jika KJA diasumsikan 1
lapis kandungan P sebesar 129.3 kg/ton ikan sedangkan dengan asumsi KJA 2
lapis adalah sebesar 125.9 kg/ton ikan. Selanjutnya untuk pakan SP total P yang
masuk keperairan jika KJA diasumsikan 1 lapis total P sebesar 65.8 kg/ton ikan
sedangkan dengan asumsi KJA 2 lapis adalah sebesar 62.4 kg/ton ikan.

Daya dukung Waduk Cirata
Populernya budidaya ikan dengan sistem KJA berdampak pada semakin
meningkatnya produksi ikan, tetapi berdampak buruk terhadap lingkungan

11
perairan. Hardjamulia et al. (1991) mengatakan keramba jaring apung adalah
wadah yang semua sisi samping dan dasarnya dibatasi jaring yang dapat
menampung ikan didalamnya, terjadi pertukaran air dari dalam dan luar keramba,
serta kotoran dan sisa pakan keluar dari kermba ke perairan sekitarnya. Dalam
perkembangannya budidaya ikan di KJA perlu memperhatikan daya dukung
perairan. Data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata
dapat dilihat pada Tabel 6 dan contoh perhitungan daya dukung dapat tertera pada
Lampiran 5.
Tabel 6 Data perhitungan daya dukung Waduk Cirata
No Peubah
1

Volume awal (1988)

Lambang

Nilai

Satuan

v

2 165

juta m3
3

Keterangan
PJB (2008)
Diolah berdasarkan
hitungan dari PJB
(2008)
PJB (2008)

2

Volume saat ini

v

1 783

juta m

3

Luas

A

62

km2

4

Kedalaman rata-rata
awal

z

34.9

m

Diolah dari PJB (2008)

5

Kedalaman rata-rata
sekarang

z

28.76

m

Diolah dari PJB (2008)

6

Flushing rate

ρ

2.19

/tahun

Diolah dari PJB (2009)

7

Proporsi total P yang
hilang kesedimen

x

0.5

-

-

8

Total P waduk awal

[P]f

1000

mg/m3

PP RI No. 82 tahun
2002

9

Total P waduk ratarata

[P]i

271

mg/m3

monitoring dan
hitungan

10

P ikan bawal

P ikan

0.90%

berat basah

Yosmaniar (2010)

11

P ikan nila

P ikan

0.90%

berat basah

Beveridge (2004)

12

FCR ikan bawal

FCR

2

-

13

P pakan JT

P pakan

5.62%

berat basah

14

P pakan SP

P pakan

3.85%

Berat basah

monitoring dan
hitungan
monitoring dan
hitungan
monitoring dan
hitungan

Berdasarkan tabel di atas, dapat dihitung daya dukung Waduk Cirata
(Beveridge 2004). Daya dukung dapat dihitung setelah data dan asumsi
didapatkan. Perbandingan daya dukung dengan menggunakan 2 pakan uji yang
masuk ke lingkungan perairan dalam pemeliharaan ikan bawal (Colosomma
macropomum) dapat dilihat pada Gambar 5.

12
45000
38225

40000
36250
ton ikan/musim tanam

35000
30000
25000
JT
20000

18945

18447

SP
15000
10000
5000
0
1 lapis

Keterangan

2 lapis

: 1 lapis yaitu KJA dengan sistem 1 jaring yang diisi ikan bawal.
: 2 lapis yaitu KJA dengan sistem 2 jaring (jaring pertama dan kedua), dimana jaring
pertama diisi ikan bawal dan jaring kedua ikan nila.

Gambar 5 Perbandingan daya dukung dengan menggunakan 2 pakan uji
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat perbandingan daya dukung dengan
menggunakan 2 pakan uji, yaitu JT dan SP. Daya dukung untuk pakan JT dengan
asumsi 1 lapis sebesar 18 447 ton ikan/musim tanam atau setara dengan 18 400
petak KJA dan 2 lapis sebesar 18 945 ton ikan/musim tanam atau setara dengan
18 900 petak KJA. Sedangkan daya dukung untuk pakan SP dengan asumsi 1
lapis sebesar 36 250 ton ikan/musim tanam atau setara dengan 36 200 petak KJA
dan asumsi 2 lapis sebesar 38 225 ton ikan/musim tanam atau setara dengan 38
200 petak KJA.
Peningkatan endapan sedimen didasar perairan berdampak pada
berkurangnya kedalaman waduk (pendangkalan). Hal ini menyebabkan
berkurangnya volume waduk yang menjadikan ancaman bagi keberadaan KJA.
Pendangkalan dapat diatasi dengan kegiatan restorasi. Restorasi adalah upaya
untuk mengembalikan waduk kekondisi semula. Suatu rencana program restorasi
adalah mengambil sedimen dari dasar waduk untuk dijadikan pupuk.
Restorasi diasumsikan dengan penambahan kedalaman. Sebelum restorasi
kedalamannya sebesar 28.76 m, sedangkan restorasi dengan tingkat keberhasilan
50% kedalamannya sebesar 31.83 m, untuk 75% kedalamannya sebesar 33.36 m
dan untuk 100% kedalamannya sebesar 34.9 m. Perbandingan daya dukung
sebelum maupun sesudah restorasi dengan 3 skenario keberhasilan dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Perbandingan daya dukung sebelum dan sesudah restorasi
KJA

Sebelum Restorasi

Sesudah Restorasi (ton ikan/musim tanam)

(ton ikan/musim tanam)

50%

75%

100%

1 lapis

18 139

20 075

21 040

22 011

2 lapis

19 471

21 550

22 585

23 628

13
Berdasarkan tabel di atas, daya dukung semakin meningkat dengan
dilakukannya kegiatan restorasi. Daya dukung sebelum restorasi dengan sistem
KJA 1 lapis 18 139 ton ikan/musim tanam dan dengan sistem KJA 2 lapis 19 471
ton ikan/musim tanam. Daya dukung dengan tingkat keberhasilan 100%
merupakan yang paling tinggi dengan 22 011 ton ikan/musim tanam untuk 1 lapis
dan 23 628 ton ikan/musim tanam untuk 2 lapis. Daya dukung waduk meningkat
dengan dilakukannya kegiatan restorasi. Selain itu pemberian pakan yang tidak
berlebihan atau secukupnya akan mengurangi sumber cemaran yang dapat
mengurangi daya dukung waduk. Sisa makanan dan feses yang terbuang ke
lingkungan perairan merupakan potensi sumber cemaran organik berupa N dan P
yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan kelayakan air bagi kehidupan
ikan budidaya (Yosmaniar 2010).

Keuntungan KJA
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data seperti harga pakan,
banyaknya pakan yang digunakan, gaji tenaga kerja, harga jual ikan, serta
produksi yang didapatkan. Data yang diperlukan untuk menghitung keuntungan
KJA dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Data perhitungan keuntungan
Parameter

Satuan

Nilai

Sumber

Rata-rata gaji tenaga kerja

Rp

3 225 000

Resmi (2007)

SIUP

Rp

196 000

Resmi (2007)

TC
1. Biaya tetap

2. Biaya variabel
Biaya pakan SP

Rp/kg

11 800 000 Monitoring dan hitungan

Biaya pakan JT
Banyaknya pakan yang
digunakan
Biaya benih

Rp/kg

12 000 000 Monitoring dan hitungan

Kg

2 000

Monitoring dan hitungan

Rp

1 875 000

Monitoring dan hitungan

Rp/kg

12 000

Monitoring dan hitungan

Produksi dengan pakan SP

Kg

1 429

Monitoring dan hitungan

Produksi dengan pakan JT

Kg

1 500

Monitoring dan hitungan

TR
Harga jual ikan bawal

Berdasarkan tabel di atas, dapat dihitung keuntungan KJA. Keuntungan
KJA merupakan selisih antara parameter TR dengan TC. Perbandingan
keuntungan antara 2 pakan uji dapat dilihat pada Tabel 9.

14
Tabel 9 Keuntungan KJA
Parameter

JT

SP

TR

18 000 000

17 148 000

TC

17 296 000

17 096 000

704 000

52 000

Keuntungan (Rp)

Dari tabel diatas dapat dilihat, petani yang menggunakan pakan merek JT
lebih untung dibandingkan petani yang menggunakan pakan SP. Keuntungan jika
menggunakan pakan JT sebesar Rp 704 000 sedangkan jika menggunakan pakan
SP sebesar Rp 52 000. Keuntungan ini bukan termasuk keuntungan bersih karena
masih ada beberapa parameter yang diabaikan seperti biaya pemeliharaan, biaya
penyusutan, retribusi PLN dan produksi ikan dijaring lapis kedua.
Pembahasan
Kandungan total P di perairan Waduk Cirata
Fosfor sering dianggap sebagai faktor pembatas, hal ini didasarkan atas
kenyataan bahwa fosfor sangat diperlukan dalam transfer energi P di dalam sel
organisme. Dalam jumlah yang sangat sedikit akan menyebabkan defisiensi unsur
hara yang dapat menekan pertumbuhan fitoplankton, serta akhirnya mengurangi
produktivitas dalam suatu perairan (Wetzel 1975 in Effendie 2003). Jumlah KJA
yang semakin tidak terkendali menyebabkan kerusakan lingkungan perairan. Hal
ini disebabkan salah satunya oleh para pembudidaya yang belum paham mengenai
takaran dalam pemberikan pakan buatan. Menurut wawancara, kebanyakan para
petani KJA memberi pakan sekenyang ikannya, tanpa ada perhitungan mengenai
konversi pakan yang jelas.
Berdasarkan hasil analisis pada tahun 2013, didapatkan rata-rata nilai total P
dari sampling 1 hingga sampling 3 adalah 99 mg/m3. Selain menggunakan data
dari hasil analisis sendiri, penelitian ini juga menggunakan data total P pada tahun
1988 berdasarkan penelitian Soemarwoto (1988) dan tahun 2004-20012
berdasarkan data dari PJB. Data pada tahun 1988 dipilih karena pada tahun
tersebut adalah awal mula Waduk Cirata difungsikan sebagai perikanan keramba
jaring apung. Dari data yang didapatkan, data yang akan digunakan dalam
perhitungan daya dukung untuk parameter rataan konsentrasi total P pada saat ini
[P]i adalah 271 mg/m3. Rataan konsentrasi total P pada saat ini adalah besarnya
konsentrasi total P setelah adanya kegiatan KJA di Waduk Cirata. Rataan
konsentrasi total P juga digunakan untuk menghitung besarnya perubahan total P
yang dapat diterima oleh perairan dalam menopang budidaya ikan.
Kandungan total P pada pakan dan ikan
Ikan memerlukan pakan dengan nutrisi yang seimbang untuk dapat tumbuh
dengan optimal. Salah satu nutrisi yang diperlukan adalah protein. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Lovell (1989) in (Mamora) 2009 protein merupakan salah satu
nutrien utama yang dibutuhkan selain protein, lemak, mineral dan vitamin. Protein

15
terdiri atas fosfor dan nitrogen. Pakan terdiri atas 2 jenis yaitu, pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan yang tersedia di alam seperti
plankton, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia
contohnya pelet ikan. Ketersediaan pakan alami tidak mampu memenuhi
kebutuhan ikan agar dapat tumbuh dengan optimal sehingga dibutuhkan pakan
buatan untuk dapat menunjang kebutuhannya. Menurut Hickling (1971) in Tasena
(1989) pakan alami dalam budidaya intensif dianggap tidak ada, dan kebutuhan
ikan dipenuhi melalui pakan buatan. Dalam pembuatan pakan buatan perlu
diperhatikan kebutuhan yang diperlukan ikan tersebut, karena kebutuhan ikan
akan nutrisi berbeda-beda. Menurut NRC (1993) in Mamora (2009) pakan yang
terbuat dai bahan baku yang mengandung nutrien dan energi akan berguna dalam
pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan. Pakan yang banyak digunakan
petani KJA yaitu SP, JT dan PL. Kandungan total P pada pakan yang tertinggi
terdapat pada pakan JT sebesar 5.62%. Semakin tinggi kandungan total P pada
pakan buatan, maka akan semakin tinggi beban pelepasan total P ke perairan.
Pada pendungaan pelepasan P keperairan dipilih pakan JT dengan nilai kandungan
total P pada pakan ikan bawal tertinggi dengan tujuan dapat mengantispasi
kondisi terburuk dari kandungan total P pada pakan yang digunakan.
Selain dipilih pakan dengan kandungan total P tertinggi, dipilih juga pakan
yang banyak digunakan petani KJA untuk menduga pelepasan total P ke perairan
pada saat ini. Terdapat 7 merek pakan buatan yang biasa digunakan petani KJA
dalam memelihara ikan bawal. Pakan merek SP merupakan pakan yang dominan
digunakan petani KJA dengan presentase sebesar 31%. Pakan merek ini banyak
digunakan karena harga pakan merek SP yang paling murah diantara pakan
lainnya yaitu RP 5 900/kg dengan kandungan total P sebesar 3.85%. Untuk pakan
JT yang memiliki kandungan total P tertinggi berada diposisi kedua dengan
presentase sebesar 19%. Harga pakan JT yaitu Rp 6 000/kg. Pakan CF kurang
diminati petani KJA dengan presentasi terendah sebesar 2%, hal ini dikarenakan
harga pakan merek CF paling mahal diantara pakan lainnya yaitu Rp 6 750/kg.
Selain itu, jenis pakan buatan lainnya yang digunakan petani KJA adalah PL, EM
dan DN. Pada pakan buatan terkandung protein yang tinggi yang kaya akan N dan
P. Namun, terdapat pakan buatan yang khusus diformulasikan dengan mengadopsi
kebutuhan salah satu jenis ikan (Ramsseyer dan Garing 1977 in Yosmaniar 2010).
Oleh sebab itu, petani pun harus lebih teliti dalam menentukan pakan yang
digunakan untuk memelihara ikan budidaya dan tidak hanya memikirkan
mengenai keuntungan semata. Jika ikan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan akan
berdampak pada lambatnya pertumbuhan ikan. Hal ini juga diungkapkan NRC
(1993) in Mamora (2009) jika kebutuhan ikan akan protein tidak terpenuhi maka
pertumbuhan akan berhenti dan terjadi penurunan bobot tubuh karena protein
pada jaringan tubuh akan dipecah kembali untuk mempertahankan fungsi jaringan
tubuh yang lebih penting.
Untuk dapat menduga pelepasan total P ke perairan diperlukan kandungan P
pada ikan. Ikan yang dianalisis yaitu ikan bawal dan ikan nila. Ikan bawal
merupakan salah satu ikan komoditas utama di lapis pertama sedangkan ikan nila
merupakan ikan komoditas utama di lapis kedua. Dari hasil analisis didapatkan
hasil 1.12% untuk ikan bawal dan 0.34% untuk ikan mas. Hasil yang didapatkan
tidak jauh berbeda dengan literatur yang didapatkan. Menurut Halver (1989) in
Mamora (2009) mengatakan 65-75% berat kering tubuh ikan merupakan protein,

16
sehingga ikan membutuhkan protein yang didapatkan melalui pakan. Untuk itu,
ikan sangat membutuhkan protein yang cukup untuk dapat tumbuh optimal.
Tetapi tidak semua pakan yang diberikan akan diserap oleh tubuh ikan. Hanya
beberapa persen yang diserap ikan yang kemudian sisanya akan terbuang atau
akan dimanfaatkan oleh ikan di lapis kedua. Menurut Krisanti dan Imran (2006),
pakan ikan yang kaya akan N dan P hanya 15-30% yang diserap kedalam daging
dan sisanya akan terbuang ke lingkugan dan akan terurai menjadi bahan anorganik.

Pelepasan total P dari KJA ikan bawal
Konversi pakan/Food Convertion Ratio (FCR) adalah parameter yang
digunakan untuk melihat pertumbuhan ikan terkait demgan jumlah pakan yang
diberikan. Menurut Kumalasari (2003) konversi pakan dapat digunakan untuk
mengetahui jumlah berat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan atau
penambahan bobot ikan. Semakin intensif pemberian pakan maka akan semakin
banyak pakan yang tidak termakan/terbuang sehingga limbah akan semakin
meningkat. Petani KJA seringkali memberi makan dalam jumlah yang besar. Hal
ini dikarenakan petani belum mengerti teknologi budidaya ikan dalam KJA da
hanya tergiur keuntungannya saja. Salah satu upaya dalam pengelolaan
lingkungan yang lestari dan berkelanjutan adalah pengaturan konversi pakan.
Menurut Krismono (1992) in Kumalasari (2003), budidaya ikan dalam KJA
termasuk budidaya yang intensif, maka faktor pakan ikan, padat tebar dan jumlah
keramba yang relatif banyak dapat menyebabkan peningkatan pencemaran
perairan waduk. Berdasarkan hasil penelitian ini, FCR 2 merupakan yang
dominan yang digunakan pada pemeliharaan ikan bawal di Waduk Cirata, maka
dalam perhitungan pelepasan P ke perairan digunakan asumsi bahwa
pemeliharaan ikan bawal adalah FCR 2. FCR 2:1 dapat diartikan dari 2 kg pakan
yang digunakan akan menghasilkan ikan (panen) sebanyak 1 kg. Nilai konversi
pakan ini menunjukan seberapa efisien pakan yang dimanfaatkan oleh ikan
tersebut. Djajasewaka (1985) in Hidayah (1993) menjelaskan jumlah pakan dan
frekuensi pemberiannya setiap hari mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Dalam perhitungan total P ke perairan
digunakan FCR yang dominan digunakan petani dalam memelihara ikan bawal.
Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi waduk pada saat ini.
Total P yang masuk ke dalam perairan yang disebabkan oleh budidaya ikan
di KJA sangat tergantung pada FCR. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tambunan
(2010), semakin besar FCR yan digunakan dalam pemberian pakan, maka
semakin besar pula total P yang masuk ke dalam perairan. Berlebihnya jumlah
KJA menyebabkan sisa pakan dan feses yang setiap hari terbuang menghasilkan
limbah yang terakumulasi didasar perairan. Di dasar perairan dapat merupakan
keadaan dengan kandungan oksigen terlarutnya rendah dan penuh bahan-bahan
yang bersifat toksik yang dapat menyebabkan kematian masal bila terjadi
pencampuran massa air. Hal ini sama dengan yang diungkapkan Wicaksono
(2005), jika terjadi pengadukan pada waduk akan menyebabkan penurunan
oksigen terlarut secara drastis yang mengakibatkan kematian ikan
Pulatsu (2003) menyatakan, pendugaan total fosfor digunakan untuk
menentukan tingkatan nutrien di perairan, juga dapat digunakan untuk
mengestimasi biomassa maupun produktivitas seluruh komponen biologi di

17
perairan. Setelah didapatkan kandungan P pada pakan dan Ikan dan FCR dominan
yang digunakan petani, dapat dihitung pelepasan total P ke perairan. Perhitungan
pelepasan total P ke perairan menggunakan 2 pakan uji yaitu SP (merek pakan
yang dominan digunakan petani) dan JT (merek pakan dengan kandungan total P
tertinggi) dengan asumsi KJA menggunakan sistem 1 dan 2 lapis. KJA dengan
sistem 1 lapis adalah KJA terdiri hanya 1 jaring yang diisi ikan bawal, sedangkan
sistem 2 lapis adalah KJA yang terdiri atas 2 jaring yaitu jaring 1 untuk ikan
bawal dan jaring 2 untuk ikan nila. Dari perhitungan didapatkan hasil untuk total
P yang masuk ke perairan dengan pakan JT jika KJA dengan sistem 1 lapis adalah
129.3 kg/ton ikan sedangkan dengan sistem KJA 2 lapis adalah 125.9 kg/ton ikan.
Jadi, pelepasan total P dengan pakan JT adalah 12.59-12.93% dari bobot ikan dan
pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Selanjutnya untuk pakan SP total P ke
perairan jika KJA dengan sistem 1 lapis total P adalah 65.8 kg/ton ikan sedangkan
dengan sistem KJA 2 lapis adalah 62.4 kg/ton ikan. Jadi, pelepasan total P dengan
pakan SP adalah 6.58-6.24% dari bobot ikan dan pakan yang diberikan selama
pemeliharaan. Dapat dilihat pakan merek JT dengan kandungan total P tertinggi
melepas total P ke perairan lebih tinggi dibanding pakan merek SP. Hal ini
disebabkan, semakin tinggi kandungan dalam pakan maka semakin besar pula
limbah buangan dari pakan tersebut.
Kualitas pakan sangat menentukan disamping FCR yang digunakan agar
waduk dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kumalasari (2003) menyatakan pada budidaya ikan dalam jaring apung, efisiensi
pakan tergantung kepada kualitas pakan dan cara pemberiannya, walaupun jumlah
yang diberikannya sama. Pakan dengan kualitas buruk menyebabkan limbah
buangan ke perairan semakin tinggi dan menyebabkan memburuknya kualitas
lingkungan perairan. Banyak petani yang salah menggunakan pakan buatan untuk
ikan budidayanya. Strategi ini sering berhasil untuk memberi kemajuan untuk
pertumbuhan dan kesehatan ikan, tetapi beban limbah yang tidak diinginkan
meningkat karena nutrisi pakan melebihi nutrisi ikan tersebut (Yosmaniar 2010).
Daya dukung Waduk Cirata
Semakin meningkatnya KJA di Waduk Cirata dapat memberikan dampak
positif dan negatif. Dampak positifnya seperti terpenuhinya kebutuhan ikan air
tawar. Menurut Garno (2002) pengembangan budidaya ikan dengan sistem
intensif di waduk memberikan kepastian mengenai supplai ikan air tawar bagi
konsumennya yang berada di kota-kota besar di Jawa dan Sumatera. Dengan
demikian, meningkatkan pula pendapatan daerah dan menghidupkan
perekonomian daerah dan nasional. Sedangkan dampak negatifnya seperti
penurunan kualitas waduk, seperti mengalami degradasi lingkungan dan volume
waduk semakin lama akan semakin sempit dengan kedalam air yang semakin
berkurang karena sedimentasi di dasar waduk (Jamalwinanto 2006).
Waduk menjadi tercemar dan menurunnya daya dukung perairan. Daya
dukung adalah kemampuan perairan dalam menerima beban fosfor. Beveridge
(2004) menjelaskan, daya dukung dari