Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata

PELEPASAN FOSFOR DARI KERAMBA JARING APUNG
IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI WADUK CIRATA

MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul pelepasan fosfor dari
keramba jaring apung ikan mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Muhammad Aziz Baharsyah
NIM C24090074

4

ABSTRAK
MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH. Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring
Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Waduk Cirata. Dibimbing oleh
KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI
Waduk Cirata dibangun dengan fungsi utama sebagai PLTA serta perikanan
keramba jaring apung (KJA). Banyaknya jumlah keramba akan menyebabkan
banyaknya pakan yang diberikan serta pakan yang terbuang ke perairan Waduk.
Pakan yang terbuang akan menambah beban sedimentasi dan meningkatkan
kesuburan perairan. Peningkatan kesuburan perairan dapat terlihat dari pelepasan
unsur fosfor ke perairan. Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga Maret

2013. Jenis ikan yang dipelihara di keramba adalah ikan mas dengan masa
pemeliharaan selama 4 bulan. Ikan diberi pakan berupa pelet dengan FCR 2:1.
Kandungan fosfor pada pakan CF adalah 5.58% dan pada pakan PL sebesar
3.38%. Beban jumlah fosfor yang dikeluarkan dari keramba jaring apung ikan mas
untuk pakan CF adalah sebesar 104.6 kg per ton ikan dan untuk pakan PL sebesar
60,6 kg per ton ikan. Apabila keramba jaring apung ikan mas yang diberi pakan
CF dan ditambahkan jaring lapis kedua berisi ikan nila, fosfor yang dilepas ke
perairan adalah sebesar 95.6 kg per ton ikan sedangkan untuk pakan PL adalah
sebesar 51.6 kg per ton ikan. Dengan adanya pemeliharaan ikan nila di jaring lapis
kedua dapat menurunkan pelepasan fosfor sebesar 9 %.
Kata kunci : Ikan mas, Keramba jaring apung, Pelepasan fosfor.

ABSTRACT
MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH. Phosphorus loading from Common Carp
(Cyprinus carpio) Floating Net Cage Culture on Cirata Reservoir. Supervised by
KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI
Cirata Reservoir was built with the main function as hydropower and for
fisheries floating net cages (KJA). A large number of cages will increasing
amount of feed and will impact the discharged waste into the waters of the
reservoir. Wasted feed will increase the burden of sedimentation and improve

water enrichment. Increased of enrichment can be seen from the loading of
phosphor element. This study was conducted from January to March 2013.
Species of fish that are reared Common carp (Cyprinus carpio) with the rear
period for 4 months. The fish were fed with a pellet with 2:1 of FCR. The content
of phosphorus in CF feed is 5.58% and at 3.38% for PL feed. The calculations
showed that the amount of phosphorus loads from floating net cages for CF feed
is 104.6 kg per ton of fish and for PL feed is 60.6 kg per ton of fish. If the
common carp floating cages that fed by CF was added a second layer of tilapia
net, it will release phosphorus 95.6 kg per ton of fish, whereas the PL of 51.6 kg
per ton of fish. With the rear of tilapia in the second layer nets can reduce the
release of phosphorus by 9%.
Keywords : Common carp, Floating net cages, Phosphorus loading.

PELEPASAN FOSFOR DARI KERAMBA JARING APUNG
IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI WADUK CIRATA

MUHAMMAD AZIZ BAHARSYAH

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NIM

: Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas
(Cyprinus carpio) di Waduk Cirata
: Muhammad Aziz Baharsyah
: C24090074


Disetujui oleh :

Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi
Pembimbing I

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh:

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

atas segala karunia dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung Ikan Mas (Cyprinus carpio) di
Waduk Cirata dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga proses
penyusunan skripsi ini. Karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada,
1.
Bapak Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi dan bapak Dr Ir Sigid
Hariyadi, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan
banyak sekali masukan dan bimbingan untuk penyusunan
skripsi ini,
2.
Bapak Ali Mashar, SPi selaku penguji tamu dan Ibu Inna Puspa
Ayu, SPi, MSi selaku perwakilanprogram studi,
3.
Ibu Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi selaku pembimbing

akademik yang telah memberikan arahan,
4.
Keluarga penulis Bapak Drs Syahrul Sugito, MPd, Ibu Dra
Purwaningsih, Syafira Afiati, Irnia Syafitri, dan Anggia Imani S
Pi atas arahan, bimbingan, dan dukungan yang tidak pernah
berhenti pada penulis,
5.
Teman-teman Tim Cirata (Adam, Ananda, Zia, Julpah, Mba
Yuni, Mas Kahfi) atas bantuan dan dukungannya,
6.
Dudi, Panji, Fajar, Novita, Dwi, Mas Genta, Kak Dede, Mba
Widar, Mas Aji, Mang Unus, atas dukungan dan bantuannya,
7.
Teman-teman MSP 46, 44, 45, 47, 48, 49, keluarga besar MSP,
teman asrama dan kelas TPB, teman Wisma H.Azhar,
8.
serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi
pedoman penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Saran dan kritik sangat
penulis harapkan demi sempurnanya usulan penelitian ini.

Bogor, Februari 2014
Muhammad Aziz Baharsyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

1
1
2

2

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Pengumpulan Data
Penentuan Stasiun dan Pengumpulan Data
Penentuan data Total P
Penentuan data Ikan, dan Pakan
Pengambilan data kondisi keramba jaring apung (KJA)
Analisis Data
Analisis Perhitungan Total P ikan mas yang hilang ke perairan
Analisis Daya Dukung Berdasarkan limbah Total P
Analisis Keuntungan

3
3
3
3
3

4
4
4
5
5
5
6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Ketersediaan fosfor (P) di perairan Waduk
Kandungan total P pada ikan mas di Waduk Cirata
Kandungan total P pada pakan ikan mas di Waduk Cirata
Konversi pakan (FCR Food Conversion Ratio)
Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung
Daya dukung Waduk Cirata untuk KJA
Keuntungan keramba jaring apung (KJA)
Pembahasan
Pelepasan fosfor ke perairan
Daya dukung Waduk Cirata

Keuntungan keramba jaring apung (KJA)

7
7
7
7
8
9
9
10
13
13
13
15
17

KESIMPULAN

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

26

iii

DAFTAR TABEL
1. Nilai rata-rata total fosfor (mg/L) di Waduk Cirata
2. Kandungan Total P pada ikan Mas (Cyprinus carpio)
3. Persentase pakan dan nilai total P pada jenis pakan ikan mas
4. Persentase FCR yang dipakai pembudidaya KJA terhadap kondisi KJA
5. Data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata bagi
KJA
6. Perbandingan keuntungan KJA dengan dua pakan uji berbeda

7
7
8
9
10
12

DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi Penelitian
2. Grafik perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji berbeda dengan
dua sistem lapis jaring yang berbeda
3. Grafik perbandingan daya dukung dari dua pakan berbeda dengan dua
sistem lapis jaring berbeda
4. Perbandingan daya dukung KJA saat ini dan setelah restorasi dengan pakan
CF dan dengan dua sistem lapis jaring berbeda

3
10
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner wawancara kondisi KJA
2. Prosedur pengukuran kandungan P ikan dan P pakan (APHA 2005)
3. Tahapan perhitungan pelepasan P ikan mas ke perairan
4. Perhitungan daya dukung Waduk Cirata
5. Perhitungan keuntungan sistem keramba jaring apung ikan mas
6. Data total fosfor di Waduk Cirata (Januari, Februari, Maret 2013)

21
21
23
24
24
25

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Waduk merupakan suatu badan air yang berasal dari pembendungan
beberapa aliran Sungai sehingga dapat menampung air. Waduk banyak
dimanfaatkan untuk kegiaan manusia salah satunya perikanan budidaya (Krisanti
2004). Pemanfaatan Waduk sebagai sumberdaya perikanan budidaya memiliki
berbagai dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari adanya kegiatan
budidaya di Waduk yang paling dirasakan adalah penurunan kualitas air di
Waduk tersebut. Hal tersebut diakibatkan dari perkembangan pesat kegiatan
budidaya yang telah melebihi kapasitas daya dukung Waduk tersebut dari
keramba yang digunakan sebagai kegiatan budidaya, hal yang terjadi pula di
Waduk Cirata. Salah satu komoditas kegiatan budidaya di Waduk Cirata yaitu
ikan mas atau Cyprinus carpio. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan
yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan
maupun binatang renik. Ikan mas memiliki habitat di perairan tawar yang airnya
tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran Sungai,
danau maupun Waduk dengan menggunakan keramba jaring apung.
Pada tahun ke tahun, keberadaan keramba jaring apung (KJA) yang
memelihara ikan mas di Waduk Cirata mengalami peningkatan jumlah. Menurut
sensus Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) hingga tahun 2011 terdapat
53.031 petak KJA, sedangkan yang diperbolehkan hanya 12000 menurut SK
Gubernur Jawa Barat Nomor 41/2002. Semakin banyak jumlah keramba, maka
akan semakin banyak pula pakan yang diberikan pada ikan-ikan yang dipelihara di
keramba tersebut. Pada umumnya pakan yang diberikan mengandung banyak
nutrien, dan salah satu nutrien penting dalam pakan adalah mineral (P) fosfor
(Cho et al. 1985). Pakan ikan yang kaya N dan P tersebut, hanya 15-30% yang
akan diserap kedalam daging dan sisanya akan terbuang ke lingkungan dan akan
terurai menjadi bahan anorganik (Krisanti dan Imran 2006). Banyaknya pakan
yang diberikan tersebut dapat meningkatkan nutrien di perairan yang berasal dari
buangan kegiatan budidaya yang akan membebani perairan. Meningkatnya jumlah
fosfor di perairan tersebut dapat menyebabkan peningkatan pencemaran termasuk
eutrofikasi (Yosmaniar 2010).
Pengetahuan tentang besarnya penyerapan fosfor kedalam tubuh ikan mas
yang dimanfaatkan dari pakan belum banyak diketahui khususnya untuk perairan
Waduk seperti Waduk Cirata. Selain itu, peningkatan kegiatan budidaya ikan mas
di Waduk Cirata akan menambah beban fosfor yang keluar ke perairan. Beban
fosfor ini didapatkan dari selisih fosfor dalam pakan yang diberikan dengan fosfor
yang dapat diserap kedalam tubuh ikan mas, sehingga informasi jumlah beban
pelepasan fosfor yang berasal dari kegiatan keramba jaring apung di Waduk
Cirata perlu diketahui agar dapat dilakukan tindakan pengendalian dan
pencemaran yang masih belum banyak diketahui tentang pelepasan fosfor dari
kegiatan budidaya ikan mas, khususnya diperairan Waduk sehingga menjadi
penting untuk dapat menduga kandungan fosfor yang keluar ke perairan. Oleh
karena itu, mengetahui jumlah fosfor pada pakan, jumlah fosfor yang dapat

2

diserap tubuh ikan, pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan mas serta
kandungan fosfor dalam air menjadi tujuan dari penelitian ini.
Perumusan Masalah
Waduk Cirata merupakan pembendungan Sungai Citarum yang awalnya
merupakan perairan mengalir berubah menjadi perairan menggenang. Sebagai
perairan menggenang, Waduk Cirata memiliki arus yang tenang dan merupakan
perairan yang dalam sehingga sering dijumpai stratifikasi suhu berdasarkan
kedalaman. Apabila pada bagian permukaan terjadi penurunan suhu secara
mendadak maka masa air yang lebih rendah akan kebawah dan begitu pula masa
air yang hangat akan keatas yang disebut arus balik atau umbalan. Peristiwa ini
sangat mengkhawatirkan dan dapat merugikan pembudidaya karena bahan-bahan
toksik akibat penumpukan hasil penguraian sisa-sisa pakan dan feses akan keatas
permukaan disebabkan oleh umbalan sehingga mengakibakan kematian masal
pada ikan.
Persentase keberadaan pembudidaya ikan mas di Cirata sebesar 52%
berdasarkan jumlah petak yang digunakan. Hal ini menjadikan budidaya ikan mas
sebagai pemberi asupan limbah yang lebih banyak dibandingkan dengan
komoditas lain. Pengetahuan mengenai pelepasan fosfor dari keramba jaring
apung ikan mas diharapkan dapat memberikan informasi jumlah beban fosfor
yang terbuang dari kegiatan budidaya ikan mas.
Secara alami, kandungan fosfor di perairan relatif sedikit. Karena
keberadaan sisa pakan yang dimanfaatkan sebagai asupan tambahan makanan ikan
di dalam kegiatan budidaya keramba jaring apung dapat meningkatkan jumlah
fosfor di perairan. Jumlah fosfor yang semakin banyak ini apabila tidak
dimanfaatkan akan mengalami kelebihan akan menimbulkan blooming.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diperlukan suatu kajian yang
dapat memberi informasi mengenai kandungan fosfor dalam tubuh ikan.
Hubungan antara konsentrasi fosfor yang ada di dalam pakan yang dimanfaaatkan
ikan dengan keberadaan fosfor pada ikan. Ketersediaan fosfor yang ada di
perairan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk, menentukan fosfor pada ikan mas,
menentukan jumlah kandungan fosfor dalam pakan, menentukan pelepasan fosfor
dari keramba jaring apung ikan mas serta mengestimasi daya dukung Waduk
Cirata untuk pengembangan jaring apung ramah lingkungan.

3

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Waduk Cirata, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Januari hingga Maret 2013.
Analisis kandungan fosfor dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1. Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan mas yang
diperoleh dari keramba jaring apung, Waduk Cirata, Jawa Barat pakan buatan
berupa pelet. Bahan yang digunakan pada analisis pengabuan basah adalah
akuades, H2SO4, H2O2, dan H2O. Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah
GPS, perahu, cool box, kertas saring Whatman no. 541, hotplate, timbangan
analitik dengan kepekaan 1 mg atau 0.1 mg, cawan porselen, gelas piala 150 mL,
labu takar 250 mL.
Pengumpulan Data
Penentuan Stasiun dan Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi data total P, kandungan total fosfor pada ikan dan

4

pakan, dan data wawancara yang dilakukan ke petani KJA untuk mengetahui data
produksi KJA. Jenis data sekunder yang dikumpulkan dari Pembangkit Jawa Bali
(PJB) dan Badan Pengawas Waduk Cirata (BPWC) yaitu meliputi data fisik
waduk, produksi ikan, dan banyaknya pakan yang diberikan. Lokasi pengambilan
sampel terdiri atas 6 stasiun yang dianggap mewakili setiap lokasi pada Gambar 1.
Pengambilan contoh ditetapkan berdasarkan aliran masukan nutrien. Yaitu (1)
muara Sungai Cigundul, (2) area intake, (3) daerah batas KJA, (4) zona tengah
KJA, (5) muara Sungai Cisokan, dan (6) muara Sungai Citarum-Cimeta.
Penarikan contoh yang digunakan dalam pengumpulan responden yaitu dengan
metode purposive sampling (sampling berdasarkan tujuan dicapai).
Penentuan data Total P
Pengambilan contoh total P dilakukan di setiap titik pengamatan.
Pengambilan contoh dilakukan sekali setiap bulan selama Januari hingga Maret
2013. Parameter kualitas air untuk total P yang dianalisis dengan metode ascorbic
acid dengan menggunakan spektrofotometer menurut APHA (2005) yang
dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Data total P yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
pengamatan langsung kualitas air untuk total P mulai dari Januari hingga Maret
2013. Selain itu, untuk data total P juga menggunakan data PJB dari tahun 1984,
kemudian dilanjutkan dari tahun 2004 hingga tahun 2012.
Penentuan data Ikan, dan Pakan
Beberapa individu ikan dan jenis pakan komersil yang digunakan pada
kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung di Waduk Cirata diambil untuk
dianalisis. Penanganan sampel dimulai dengan menggiling seluruh bagian ikan,
dilanjutkan dengan pengeringan sampel dengan cara dioven, setelah itu
dihaluskan hingga menjadi bubuk. Kemudian dilakukan pengabuan basah yang
dilanjutkan dengan uji total fosfor menurut APHA (2005) (Lampiran 2). Analisis
dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Pendekatan beban fosfor akibat kegiatan perikanan
(pemberian pakan) dilakukan dengan menganalisis berbagai konversi pakan
(FCR: food conversion ratio) dari beberapa tingkatan yang paling dominan yaitu
FCR 2. Jenis ikan yang digunakan untuk model perhitungan adalah ikan mas
(Cyprinus carpio).
Pengambilan data kondisi keramba jaring apung (KJA)
Pengambilan data kondisi keramba jaring apung (KJA) didapat dari hasil
wawancara. Wawancara dilakukan kepada 56 responden yang diambil dengan
metode purposive sampling yang merujuk kepada pembudidaya ikan mas secara
langsung. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, didapatkan data identitas
narasumber, pemeliharaan ikan, ukuran keramba, biaya pembuatan keramba,
benih, pakan, waktu pemeliharaan, produksi dan kelembagaan dari pembudidaya.
Informasi kondisi KJA yang diwawancara kepada pembudidaya seperti pada
Tabel 1, sedangkan untuk isi pertanyaan wawancara seperti yang tercantum pada
Lampiran 1.

5

Analisis Data
Analisis Perhitungan Total P ikan mas yang hilang ke perairan
Kapasitas pengembangan budidaya keramba di Waduk berbeda antara
produktivitas di awal eksplorasi dan tingkat yang diperbolehkan pada keadaan
saat ini. Oleh karena itu diperlukan model prediksi yang dapat membantu
menentukan kesesuaian lingkungan untuk budidaya keramba bagi pengembangan
keramba jaring apung. Salah satu cara model prediksi dengan penentuan tingkat
produktivitas ini dapat dilakukan dengan pendekatan konsentrasi fosfor
(Beveridge 2004). Perhitungan total P yang hilang ke lingkungan perairan pada
Lampiran 3 dan tahapan perhitungan total P ikan mas yang hilang ke perairan
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kandungan P pada pakan (kg)
Penghitung kandungan P yang terdapat pada pakan dengan cara dihaluskan dan
dilakukan uji proksimat dan dilakukan pengujian fosfor
2. Menentukan kandungan P pada ikan (kg/ton ikan)
Penghitung kandungan P yang terdapat pada tubuh ikan yaitu dengan
menggunakan pengabuan basah yang dilanjutkan dengan pengujian fosfor
3. Menentukan FCR yang digunakan dalam budidaya
Penghitungan FCR digunakan selama pemeliharaan ikan dapat dilakukan
dengan cara membagi jumlah pakan yang habis dengan hasil panen yang
diperoleh
4. Menghitung kandungan P pada pakan dari perkalian dengan FCR (kg)
5. Menghitung P yang hilang ke perairan, yaitu selisih antara P pada pakan yang
telah dikali FCR dengan P pada ikan
Analisis Daya Dukung Berdasarkan limbah Total P
Analisis data daya dukung untuk KJA digunakan dengan pendekatan
model Beveridge (2004), Sukimin (2008) dan Per.Men.LH No.28 Tahun (2009)
untuk penilaian daya dukung lingkungan perairan bagi pengembangan budidaya
dengan perhitungan seperti pada lampiran 4 dan dengan langkah sebagai berikut :
a. [P]idiukur sebagai konsentrasi fosfor (steady state). Untuk daerah tropis, nilai
ini merupakan rata-rata tahunan melalui beberapa penarikan contoh.
b. [P]f ditentukan sebagai P maksimum yang dapat diterima badan air.
c. Menghitung kapasitas perairan dalam menopang budidaya ikan :
∆ P = P f− P

i

Karena ∆ P berhubungan dengan beban fosfor dari ikan yang dipelihara
(Lfish), luasan kolong, laju pembilasan (flushing rate) dan kemampuan badan
air untuk menerima beban fosfor maka:
∆P =
Lfish

Lfish . (1 − Rfish )
z .ρ
∆ P .z .ρ
=
(1 − Rfish )

6

Dengan :
1
(1 + ρ0,5 )
= x+ 1−x R

R =
Rfish

R untuk kondisi danau-danau secara umum dengan x adalah besarnya proporsi
total P yang hilang secara permanen ke dalam sedimen (x=0.45-0.55) dengan
x ditentukan sebesar 0.5.
Total allowable Loading (TAL) adalah:
TAL = Lfish x A
Keterangan :
∆[P]
: besarnya perubahan [P] yang dapat diterima oleh perairan (mg/m3)
[P]f
: konsentrasi P maksimum yang dapat diterima perairan (mg/m3)
[P]i
: rataan konsentrasi P (mg/m3)
R
: koefisien retensi fosfor
ρ
: flushing rate (kali/tahun), ρ=Q/V
Rfish
: total P yang larut hilang ke sedimen
Lfish
: P loading dari jaring apung (g m-3/thn)
z
: rataan kedalaman perairan (m)
x
: proporsi dari total P yang hilang permanen ke sedimen
d. Hitung P yang hilang ke perairan selama budidaya dalam KJA, dihitung
dengan:
PL = FCR x Ppakan − Pikan
Keterangan :
PL
: P yang hilang ke lingkungan dari aktifitas KJA
FCR : Food Conversion Ratio
Ppakan : kandungan P dalam pakan
Pikan
: kandungan P dalam ikan
e. Bila diketahui P L, maka Total Acceptable Production (TAP) didapat sebagai
daya dukung KJA :
TAL
TAP =
PL
Dengan mengetahui hasil dari setiap ukuran langkah-langkah tersebut,
maka dapat diketahui beban masukan unsur hara (P) dalam penilaian daya dukung
Waduk.
Analisis Keuntungan
Analisis keuntungan pada lamipan 5 menurut Hernanto (1989) dalam
Resmi (2007) digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh
dari usaha yang dilakukan dengan rumus :
π = TR − TC
Keterangan :
TR :Total Revenue (Total penerimaan) ; Hasil produksi (kg) x Harga ikan (Rp/kg)
TC :Total Cost (Biaya total) ; Banyaknya pakan yang digunakan (kg) x Harga
pakan (Rp/kg)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Ketersediaan fosfor (P) di perairan Waduk
Fosfor diperairan merupakan faktor pembatas, fosfor yang banyak
bersumber dari kegiatan KJA ini dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton.
Kegiatan KJA dapat meningkatkan kandungan fosfor diperairan yang diiringi pula
oleh peningkatan fitoplankton. Peningkatan jumlah fitoplankton ini dapat
mengakibatkan lapisan plankton dipermukaan perairan sehingga cahaya tidak
masuk ke perairan. Hal ini dapat menurunkan kandungan oksigen di perairan
sehingga mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan oksigen dimalam hari.
Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ikan dan berdampak pada penurunan
produksi perikanan. Berdasarkan data awal dan data tahunan hingga hasil
pengamatan pada penelitian ini, konsentrasi total P di Waduk Cirata mengalami
fluktuasi setiap tahunnya dilihat dari data-data pengamatan hasil monitoring
BPWC dari tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 1. Nilai rata-rata total fosfor (mg/L) di Waduk Cirata
Tahun
Total P
(mg/L)

1988

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

0.32

0.52

0.26

0.32

0.20

0.31

0.24

0.28

0.21

0.23

0.09

Sumber: Tahun 1988: Soermarwoto et al (1990); Tahun 2004-2012: Diolah dari data BPWC;
Tahun 2013: Data hasil pengamatan [Januari-Maret].

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian ini pada 6 stasiun pengamatan
selama 3 bulan (Lampiran 6) dan monitoring di Waduk Cirata pada Tabel 1, nilai
total P tertinggi adalah 0.516 mg/L pada tahun 2004 sedangkan untuk nilai total P
terendah sebesar 0.099 mg/L pada tahun 2013. Rata-rata konsentrasi total P dari
tahun ke tahun sebesar 0.271 mg/L. Rata-rata total P diperairan inilah yang akan
digunakan dalam perhitungan daya dukung Waduk Cirata.
Kandungan total P pada ikan mas di Waduk Cirata
Menurut Wiramiharja et al. (2007) untuk menunjang pertumbuhan dan
proses pembentukan tulang diperlukan fosfor dari makanannya. Kandungan total
P pada ikan mas maupun ikan nila memiliki perbedaan yang sama terhadap
kondisi lingkungan dan wilayah lingkungan yang berbeda. Hal ini dapat terjadi
karena penyerapan fosfor pada ikan dapat dipengaruhi oleh kondisi perairan. Oleh
karena itu, pada perhitungan pelepasan fosfor dan daya dukung Waduk Cirata
dihitung berdasarkan hasil analisis ikan yang ada di Waduk Cirata. Menghitung
pelepasan total P ke perairan diperlukan data kandungan total P pada ikan,
sehingga dapat diketahui besarnya fosfor yang lepas keperairan. Hasil analisis
kandungan total P dengan metode pengabuan basah (Lampiran 2) pada ikan mas
dan ikan nila dapat dilihat pada Tabel 2.

8

Tabel 2. Kandungan Total P pada ikan Mas (Cyprinus carpio)
Total P (%)
No

Jenis Ikan

Hasil
Analisis

Literatur

1

Ikan Mas
(Cyprinus carpio)

0.48 (j)

0.05-0.5 (k)

0.61 (l)

0.65 (m)

0.70 (o)

2

Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)

0.34 (j)

0.3-0.4 (k)

0.34 (l)

0.22 (n)

0.28 (p)

Sumber : (j) Hasil pengamatan (2013); (k) Yosmaniar (2010); (l) Triyanto dan Henny (2010);
(m) Jahan et al. (2003); (n) Pulatsu (2003); (o) Kaushik (1995); (p) Siddiqui dan Al-Harbi
(1991).

Fosfor merupakan mineral yang dibutuhkan ikan, karena sangat berperan
dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang (Wiramiharja et al. 2007) dan
defisiensi fosfor dalam tubuh ikan dapat menyebabkan laju pertumbuhan yang
rendah, bentuk tubuh yang abnormal, efisiensi pakan yang rendah dan
penumpukan lemak tubuh (Watanabe 1988). Kebutuhan mineral fosfor pada
formulasi pakan ikan per kilogram sebesar 0.7% (Wiramiharja et al. 2007),
sedangkan berdasarkan data hasil penelitian ini didapatkan kandungan fosfor pada
ikan mas 0.48% dan ikan nila 0.34%, hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, sehingga hasil analisis
padapenelitian ini yang digunakan dalam perhitungan pelepasan fosfor KJA ikan
yang masuk ke perairan.
Kandungan total P pada pakan ikan mas di Waduk Cirata
Fosfor merupakan salah satu unsur mineral yang merupakan unsur esensial
dalam pakan. Fosfor bersama sulfur merupakan mineral yang terkandung dalam
senyawa organik yang berperan sebagai penyusun berbagai protein (Kasmidjo
1992). Penggunaan unsur tersebut berpengaruh terhadap pembuatan pakan ikan.
Unsur mineral dikenal sebagai bahan anorganik atau kadar abu yang berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Berikut merupakan kandungan total fosfor
pada jenis pakan ikan mas dengan metode pengabuan basah (Lampiran 2).
Tabel 3. Persentase pakan dan nilai total P pada jenis pakan ikan mas
No

Sampel Pakan

Total P
(PO4-P) (%)

Persentase
Responden (%)
4
11
12
9
12
36

1
2
3
4
5

SP
TR
CF
LJ
MT

3.85
4.28
5.58
5.41
2.76

6

PL

3.38

Nilai total P pada jenis pakan ikan mas menurut hasil pengamatan pada
penelitian ini berbeda-beda, dengan nilai total P terendah pada jenis pakan MT
(12%) dengan nilai total P sebesar 2.76% dan tertinggi pada jenis pakan CF (12%)
dengan nilai total P sebesar 5.58%, sedangkan untuk jenis pakan dengan pengguna

9

terbanyak adalah PL (36%) dengan nilai total P sebesar 3.38%. Pakan ikan
sebagai makanan merupakan sumber utama fosfor karena lingkungan air tawar
rendah kandungan fosfornya (0.02 mg/L), sehingga dengan masukan pakan yang
besar dapat memberikan pengaruh besar terhadap lingkungan perairan. Salah
satunya untuk pendugaan daya dukung yang berguna untuk kegiatan perikanan.
Pendugaan daya dukung dilakukan dengan menggunakan nilai total P pakan yang
tertinggi. Nilai total P pakan yang tertinggi ini diharapkan mampu
menggambarkan keadaan pemberian pakan yang memiliki kandungan fosfor yang
berbeda-beda agar keseluruhan jenis pemberian pakan dapat tercakupi daya
dukung perairannya.
Konversi pakan (FCR Food Conversion Ratio)
Konversi pakan atau Food Conversion Ratio (FCR) merupakan
perbandingan antara bobot pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat.
Ketidaktauan pembudidaya menyebabkan sering terjadinya pemberian pakan yang
salah. Diketahui pemberian pakan di Waduk Cirata didominasi dengan sistem
pemberian pakan pompa. Berikut ini merupakan konversi pakan ikan mas jaring
utama dalam kegiatan keramba jaring apung di Waduk Cirata.
Tabel 4. Persentase FCR yang dipakai pembudidaya KJA terhadap kondisi KJA
Persentase
Responden
(%)

Kisaran
FCR

Padat Tebar
(kg/m3)

Panen
(kg/petak/MT)

Jumlah pemberian
pakan (kg)

9.3
5.3
12.0
44.0
14.7
14.7

1.0-1.2
1.3-1.5
1.6-1.8
1.9-2.1
2.2-2.4
≥2.5

0.19
0.15
0.17
0.19
0.36
0.28

1029
1406
1606
893
1007
869

1029
1875
2722
1797
2273
2227

Nilai FCR yang didapat dari hasil pengamatan pada penelitian ini beragam
dengan kisaran FCR 1.9-2.1 yang banyak digunakan pembudidaya keramba jaring
apung di Waduk Cirata dengan 44.0%. Selain itu berdasarkan hasil FCR 2 adalah
rata-rata FCR yang digunakan dan masuk kedalam kisaran FCR 1.9-2.1. Sehingga
FCR 2 yang akan digunakan dalam perhitungan pelepasan fosfor dan daya
dukung. Berdasarkan FCR 2 dalam kisaran FCR 1.9-2.1 didapat hasil rata-rata
padat tebar 0.19 kg/m3, sedangkan mendapatkan rata-rata hasil panen yang rendah
sebesar 893 kg/petak dan jumlah rata-rata pemberian pakan sebesar 1797 kg.
Berdasarkan hasil panen didapat rata-rata hasil panen tertinggi sebesar 1606
kg/petak pada kisaran FCR 1.6-1.8, sedangkan menurut jumlah pemberian pakan
terbanyak sebesar 2722 kg pada kisaran FCR 1.6-1.8
Pelepasan Fosfor dari Keramba Jaring Apung
Pelepasan fosfor dari keramba jaring apung adalah besarnya beban fosfor
yang masuk ke perairan dari sistem keramba jaring apung. Beban fosfor ini
berguna untuk menduga kapasitas sistem budidaya keramba jaring apung di
Waduk. Kapasitas pengembangan budidaya keramba di Waduk berbeda antara

10

produktivitas di awal eksplorasi dan tingkat yang diperbolehkan. Maka demikian
diperlukan model prediksi yang dapat membantu menentukan kesesuaian
lingkungan untuk budidaya keramba bagi pengembangan keramba jaring apung.
Salah satu cara model prediksi dengan penentuan tingkat produktivitas ini dapat
dilakukan dengan pendekatan konsentrasi fosfor (Beveridge 2004) dan contoh
perhitungan pada Lampiran 4 .
120

106.8

103.4

kg per ton ikan

100
80
62.8

59.4

PL

CF

60
40
20
0
satu lapis

dua lapis

Gambar 2. Grafik perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji berbeda
dengan dua sistem lapis jaring yang berbeda
Berdasarkan perhitungan pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan
mas yang diperoleh dari dua pakan yang berbeda kandungan fosfornya didapatkan
perbandingan yang dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan perbandingan
pelepasan fosfor dari dua pakan uji yang didapat dari penelitian ini didapatkan
kisaran yang cukup lebar antara PL dengan CF. Perbandingan pelepasan fosfor
keduanya dalam sistem keramba jaring apung satu lapis berkisar antara 62.8-106.8
kg per ton ikan, sedangkan untuk sistem lapis ganda atau jaring sekunder
didapatkan kisaran 59.4-103.4 kg per ton ikan. Kisaran ini menggambarkan
kisaran buangan beban fosfor yang ada dalam sistem keramba jaring apung dari
jenis pakan P tertinggi dan jenis pakan yang banyak digunakan pembudidaya.
Daya dukung Waduk Cirata untuk KJA
Perkembangan perikanan di KJA perlu memperhatikan daya dukung
lingkungan perairan. Daya dukung lingkungan perairan merupakan kemampuan
perairan untuk mendukung kehidupan biota yang terdapat didalamnya. Perubahan
yang terjadi didalam lingkungan perairan akan mempengaruhi daya dukung
lingkungan, salah satunya adalah aktivitas manusia. Berikut ini merupakan
beberapa data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata bagi
KJA yang ditampilkan pada Tabel 5.

11

Tabel 5. Data yang diperlukan untuk menghitung daya dukung Waduk Cirata bagi
KJA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Peubah
Volume awal (1988)
Volume saat ini
Luas
Kedalaman rata-rata awal
Kedalaman rata-rata
Flushing rate
Total P Waduk awal [P]f
Total P Waduk rata-rata [P]i
FCR ikan mas
P ikan mas
P ikan nila
P pakan ikan mas CF
P pakan ikan mas PL

Nilai
2.165
1.783
62
34,9
28,76
2,19
1000
271
2
0,48
0,34
5,58
3,38

Satuan
juta m3
juta m3
km2
m
m
th-1
mg/m3
mg/m3
%
%
%
%

Keterangan
PJB (2008)
Diolah dari PJB (2008)
PJB (2008)
Diolah dari PJB (2008)
Diolah dari PJB (2008)
Diolah dari PJB (2008)
PP No. 82/tahun 2001
Monitoring dan hitungan
Monitoring dan hitungan
Analisis laboratorium
Analisis laboratorium
Analisis laboratorium
Analisis laboratorium

Berdasarkan Tabel 5 dapat dihitung daya dukung Waduk Cirata untuk
memenuhi sistem keramba jaring apung dengan asumsi keseluruhan ikan
budidaya adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Analisis data daya dukung untuk
KJA digunakan dengan pendekatan model Beveridge (2004) dengan perhitungan
seperti pada Lampiran 4 untuk penilaian daya dukung lingkungan perairan bagi
pengembangan budidaya. Berdasarkan perhitungan daya dukung pada Lampiran 5
yang didapat dari pelepasan fosfor dari keramba jaring apung ikan mas yang
diperoleh dari dua pakan yang berbeda kandungan fosfornya didapatkan
perbandingan daya dukung yang dapat dilihat pada Gambar 3.
60000

53540

50642
ton per musim tanam

50000
40000
29778

30757

PL

30000
CF
20000
10000
0
satu lapis

dua lapis

Gambar 3. Grafik perbandingan daya dukung dari dua pakan berbeda dengan dua
sistem lapis jaring berbeda
Apabila pakan yang digunakan adalah pakan CF dan seluruh KJA
menggunakan jaring utama (1 lapis), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan
mas saat ini sebanyak 29778 ton/MT (24,815 keramba), sedangkan dengan asumsi
seluruh KJA menggunakan jaring sekunder (2 lapis jaring), maka daya dukung
Waduk Cirata untuk ikan mas sebanyak 30757 ton/MT (25631 keramba). Jika

12

pakan yang digunakan adalah pakan PL dan seluruh KJA menggunakan jaring
utama (1 lapis), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas saat ini
sebanyak 50642 ton/MT (42202 keramba), sedangkan dengan asumsi seluruh KJA
menggunakan jaring sekunder (2 lapis jaring), maka daya dukung Waduk Cirata
untuk ikan mas sebanyak 53540 ton/MT (44617 keramba). Berdasarkan
wawancara didapat rata-rata produksi adalah 1200 kg/petak/MT. Asumsi yang
digunakan adalah rata-rata petak dapat berproduksi 1.2 ton per musim tanam
(MT) dari hasil wawancara.
Peningkatan jumlah keramba jaring apung akan mengakibatkan
peningakatan jumlah pemberian pakan dan juga akan berdampak pada
peningkatan endapan sedimen didasar perairan. Hal ini dapat mengakibatkan
pendangkalan, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya volume Waduk yang
berdampak terhadap keberadaan KJA. Pendangkalan ini dapat diatasi dengan
kegiatan restorasi. Restorasi adalah upaya untuk mengembalikan kondisi Waduk
seperti semula.Salah satu kegiatan restorasi adalah pengambilan sedimen yang
berada di dasar Waduk untuk dijadikan pupuk. Restorasi diasumsikan dengan
penambahan kedalaman. Sebelum restorasi kedalaman Waduk saat ini sebesar
28.76 m, setelah restorasi diharapkan akan didapatkan kedalaman sebesar 33.05
m. Hal ini dengan asumsi bahwa pengerukan Waduk berhasil mengembalikan
kedalaman Waduk hingga 70% dari kedalaman awal yang sebesar 34.9 m atau
6.14 m lebih dalam dari kedalaman saat ini. Berikut merupakan grafik
perbandingan daya dukung sebelum dan sesudah diadakan restorasi.
50000
45000
ton per musim tanam

40000
35000

34228 35354
29778 30757

30000

satu lapis

25000
dua lapis

20000

15000
10000
5000
0
sebelum restorasi

sesudah restorasi

Gambar 4. Perbandingan daya dukung KJA saat ini dan setelah restorasi dengan
pakan CF dan dengan dua sistem lapis jaring berbeda
Jika melalui estimasi daya dukung Waduk Cirata untuk KJA setelah
dilakukan aktivitas restorasi dihitung dengan asumsi volume Waduk kembali
seperti awal Waduk dibentuk. Semua KJA yang diasumsikan menggunakan satu
lapis jaring, tanpa ada jaring sekunder didapatkan daya dukung Waduk Cirata
untuk KJA satu lapis jaring ikan mas sesudah restorasi yaitu sebesar 34228
ton/MT (17114 keramba), sedangkan jika diasumsikan semua KJA diasumsikan
menggunakan 2 lapis jaring, jaring utama ikan mas dan jaring sekunder berisiikan

13

ikan nila maka daya dukung Waduk Cirata untuk KJA dua lapis jaring ikan mas
dan ikan nila setelah restorasi yaitu sebesar 35354 ton/MT (17677 keramba).
Asumsi untuk semua jaring petak rata-rata dapat berproduksi 2 ton per musim
tanam. Hal ini didasarkan pada hasil produksi tertinggi yang dicapai di Waduk
Cirata pada tahun 2007 sebelum terjadinya penurunan produksi ditahun-tahun
selanjutnya hingga saat ini.
Keuntungan keramba jaring apung (KJA)
Keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan tidak dapat lepas
dai aspek permintaan dan penawaran (Resmi 2007). Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh data jumlah pakan yang digunakan dengan hasil panen yang didapat
serta harga jual ikan yang memenuhi aspek permintaan dan penawaran. Data yang
diperoleh dapat digunakan untuk mencari keuntungan yang didapat pembudidaya.
Keuntungan didapat dari selisih hasil produksi dengan biaya dalam pemberian
pakan. Keuntungan KJA dapat dilihat pada Tabel 6 dan perhitungannya dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 6. Perbandingan keuntungan KJA dengan dua pakan uji berbeda
Satu lapis jaring

Parameter

Dua lapis jaring

PL

CF

PL

CF

TR

Rp

12,175,000 Rp

16,625,000 Rp

20,841,667 Rp

25,625,000

TC

Rp

9,881,667 Rp

15,187,500 Rp

9,881,667 Rp

15,187,500

Keuntungan

Rp

2,293,333 Rp

1,437,500 Rp

10,960,000 Rp

10,437,500

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 6 pakan PL memiliki nilai
keuntungan yang lebih tinggi yaitu Rp 2,293,333 untuk satu lapis jaring dan Rp
10,960,000 untuk dua lapis jaring. Hasil ini menggambarkan semakin mahal
pakan yang digunakan maka akan semakin besar pengeluaran untuk membeli
pakan tidak diiringi keuntungan pendapatan yang dicapai. Hal ini dipengaruhi
oleh daya beli msayarakat yang sama mengakibatkan keuntungan yang diperoleh
tidak lebih baik karena pengeluaran untuk membeli pakan yang lebih tinggi tidak
diiringi hasil produksi yang tinggi juga.
Pembahasan
Pelepasan fosfor ke perairan
Fosfor sering dianggap sebagai faktor pembatas, yang didasarkan atas
kenyataan bahwa fosfor sangat diperlukan dalam transfer energi P didalam sel
organisme (Vollenweider 1968). Fosfor dalam jumlah yang sangat sedikit akan
menyebabkan defisiensi unsur hara yang dapat menekan pertumbuhan
fitoplankton, serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam suatu perairan.
Sumber fosfor dalam perairan dapat berasal dari kegiatan keramba jaring
apung. Dari hasil yang didapatkan, data yang akan digunakan dalam perhitungan
daya dukung untuk parameter rataan konsentrasi total P pada saat ini atau [P]i
adalah 0.271 mg/L atau 271 mg/m3. Rataan konsentrasi total P pada saat ini
adalah besarnya konsentrasi total P setelah adanya kegiatan KJA di Waduk Cirata.

14

Rataan konsentrasi total P juga digunakan untuk menghitung besarnya perubahan
total P yang dapat diterima oleh perairan dalam menopang budidaya ikan.
Pelepasan total P ke perairan ditentukan berdasarkan selisih antara
kandungan P dalam pakan dengan kandungan P pada ikan. Kandungan fosfor (P)
bersama dengan kalsium adalah penyusun tulang dan gigi yang sangat penting
bagi ikan. Fosfor juga terdapat pada semua sel hidup dan diperlukan untuk
pelepasan dan penyimpanan energi (Kasmidjo 1992) termasuk ikan pemeliharaan.
Ikan pemeliharaan yang dianalisis yaitu ikan ma dan ikan nila. Ikan mas
merupakan ikan komoditas utama di lapis pertama sedangkan ikan nila merupakan
ikan komoditas utama di lapis kedua. Dari hasil analisis didapatkan hasil 0.48%
untuk ikan mas dan 0.34% untuk ikan nila. Hasil yang didapatkan tidak jauh
berbeda dengan literatur yang didapatkan.
Nilai total P pada jenis pakan ikan mas berbeda-beda, dengan nilai total P
terendah pada jenis pakan MT dengan nilai total P sebesar 2.76% dan tertinggi
pada jenis pakan CF dengan nilai total P sebesar 5.58%, sedangkan untuk jenis
pakan dengan pengguna terbanyak adalah PL dengan nilai total P sebesar 3.38%.
Seperti yang didapatkan juga oleh Yormaniar (2010) bahwa untuk total P pada
pakan di Waduk Cirata berkisar antara 2.41-4.80% dari beberapa konversi pakan
ikan mas, bawal, dan nila. Namun ada beberapa yang tidak termasuk didalamnya
seperti pakan CF yang bernilai 5.58%. Hal ini diduga pakan-pakan diluar kisaran
tersebut merupakan pakan baru. Berdasarkan besarnya kandungan P dalam pakan
tersebut akan berdampak pada beban yang diberikan terhadap lingkungan yang
semakin besar. Selain itu berdasarkan wawancara didapatkan pakan CF
merupakan pakan dengan kandunngan total P tertinggi dan pakan PL merupakan
pakan dengan tingkat penggunaan terbesar di Waduk Cirata. Kedua pakan tersebut
yang akan digunakan dalam perhitungan pelepasan fosfornya, yaitu pakan CF
sebesar 5.58% dan PL sebesar 3.38%.
Sumber makanan yang besar dapat memberikan pengaruh besar terhadap
lingkungan perairan. Pengaruh tersebut dapat menimbulkan penurunan daya
dukung perairan Waduk, sehingga diperlukan pendugaan daya dukung yang
berguna untuk kegiatan perikanan. Pendugaan daya dukung diambil nilai total P
pakan yang tertinggi. Nilai total P pakan yang tertinggi ini diharapkan mampu
menggambarkan keadaan pemberian pakan yang memiliki kandungan fosfor yang
berbeda-beda agar keseluruhan jenis pemberian pakan dapat tercakupi daya
dukung perairannya.
Perhitungan daya dukung perairan dengan pendugaan total P didukung
pula oleh konversi pakan atau Food Conversion Ratio (FCR). FCR merupakan
perbandingan antara bobot pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat.
Ketidaktahuan pembudidaya menyebabkan sering terjadinya pemberian pakan
yang salah. Berdasarkan hasil wawancara hampir seluruh pembudidaya
melakukan pemberian pakan yang berlelebihan tanpa ada perhitungan yang jelas.
Hal ini yang sebenarnya memberikan dampak buruk bagi ikan, karena sisa pakan
akan mengendap dibawah dan suatu saat tertentu akan mengakibatkan umbalan
atau arus balik yang membawa racun dari sisa pakan yang terdekomposisi
sehingga membuat ikan mati mendadak.
Berdasarkan nilai FCR yang didapat terbanyak dalam penelitian berkisar
antara FCR 1.9-2.1 yang banyak digunakan pembudidaya keramba jaring apung di
Waduk Cirata. Hasil yang serupa juga didapatkan pada kegiatan KJA di Waduk

15

Cirata, Jawa Barat nilai FCR berada pada kisaran 1.25–1.93 dengan rata-rata FCR
1.51 (Garno dan Adibroto 1999) serta menurut Yosmaniar (2010) konversi pakan
ikan mas berkisar antara 1.72-1.90. Berdasarkan kisaran tersebut diambil FCR 2
yang merupakan nilai tengah dari kisaran tersebut. Selain itu, berdasarkan
wawancara FCR 2 merupakan konversi pakan yang dominan digunakan
pembudidaya KJA di Waduk Cirata. Oleh karena itu, FCR 2 yang akan digunakan
dalam perhitungan pelepasan fosfor dan daya dukung, dalam kisaran FCR 1.9-2.1
didapat hasil rata-rata padat tebar 0.19 kg/m3.
Berdasarkan kisaran FCR tersebut didapatkan rata-rata hasil panen yang
rendah sebesar 893 kg/petak dan jumlah rata-rata pemberian pakan sebesar 1797
kg. Berdasarkan hasil panen didapat rata-rata hasil panen tertinggi sebesar 1606
kg/petak pada kisaran FCR 1.6-1.8, dan merupakan jumlah pemberian pakan
terbanyak sebesar 2722 kg. Namun hasil pada FCR 1.6-1.8 memiliki sisa buangan
pakan yang besar hampir setengah dari pemberian pakan. Berdasarkan hasil
wawancara hampir seluruh pembudidaya melakukan pemberian pakan yang
berlelebihan tanpa ada perhitungan yang jelas. Hal ini yang sebenarnya
memberikan dampak buruk bagi ikan, karena sisa pakan akan mengendap
dibawah dan suatu saat tertentu akan mengakibatkan umbalan atau arus balik yang
membawaracun dari sisa pakan yang terdekomposisi sehingga membuat ikan mati
mendadak.
FCR 2 digunakan sebagai perhitungan pelepasan fosfor ke perairan.
Berdasarkan perbandingan pelepasan fosfor dari dua pakan uji didapatkan kisaran
yang cukup lebar antara PL dengan CF. Perbandingan pelepasan fosfor keduanya
dalam sistem keramba jaring apung satu lapis berkisar antara 62.8-106.8 kg per
ton ikan. Sedangkan untuk sistem lapis ganda atau jaring sekunder didapatkan
kisaran 59.4-103.4 kg per ton ikan. Kisaran ini menggambarkan kisaran buangan
beban fosfor dalam sistem keramba jaring apung yang berasal dari jenis pakan
dengan kandungan P tertinggi dan jenis pakan yang banyak digunakan
pembudidaya.
Saat ini, KJA ikan mas yang telah berkembang terdiri dari tiga ukuran
yaitu ukuran 7 x 7 m2, 7 x 14 m2, dan 14 x 14 m2 dengan padat penebaran 240015000 ekor dengan sistem jaring ganda. Setiap ekornya memiliki rata-rata bobot
8.7 gr. Ikan mencapai ukuran 5 ekor per 1 kg membutuhkan waktu selama 120
hari. Selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan sebanyak 1 ton, dalam 1
ton pakan yang diberikan terdapat P sebanyak 111.6 kg dengan FCR 2 untuk satu
musim tanam, maka akan menghasilkan sebanyak 106.8 kg P tidak termakan dari
jaring pertama (ikan mas). Namun, dengan adanya pemeliharaan ikan nila di
jaring lapis kedua dapat menurunkan pelepasan fosfor sebesar 9 %. Yaitu dari
sebelumnya 106.8 kg P yang tidak termakan dari jaring pertama (ikan mas)
menjadi sebanyak 103.4 kg P yang tidak termakan dari jaring kedua (ikan nila)
selama musim tanam untuk jenis pakan CF. Selama musim tanam akan terbuang
sebanyak 103.4 kg P ke dalam sistem perairan, apabila menggunakan sistem dua
lapis jaring.
Daya dukung Waduk Cirata
Perkembangan perikanan di KJA perlu memperhatikan daya dukung
lingkungan perairan. Daya dukung lingkungan perairan merupakan kemampuan
perairan untuk mendukung kehidupan biota yang terdapat didalamnya. Perubahan

16

yang terjadi didalam lingkungan perairan akan mempengaruhi daya dukung
lingkungan, salah satunya adalah aktivitas manusia. Banyak aktivitas manusia
yang dapat mempengaruhi daya dukung lingkungan, salah satunya adalah
kegiatan budidaya ikan dengan KJA. Limbah kegiatan budidaya ikan dengan KJA
dapat mencemari perairan yang dapat mengganggu keseimbangan (Tambunan
2010) sehingga perlu diketahui kemampuan perairan untuk menerima limbah
dalam hal ini bahan organik yang dapat dilihat melalui daya dukung lingkungan.
Limbah yang masuk ke perairan bersumber dari sisa pakan ikan serta
buangannya (feses). Fosfor sebagai hasil urai buangannya diambil sebagai
indikator yang bersumber dari pakan dan tubuh ikan, sehingga dengan diketahui
kandungan fosfor pada pakan dan tubuh ikan dapat diperkirakan kemampuan
lingkungan perairan dalam hal ini Waduk untuk menerima limbah sebagai
pendukung kegiatan perikanan. Sebelumnya juga perlu diketahui kemampuan
alami perairan dalam menerima limbah berdasarkan kondisi fisik perairan.
Apabila pakan yang digunakan adalah pakan CF dan seluruh KJA
menggunakan jaring utama (1 lapis), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan
mas saat ini sebanyak 29778 ton/MT (24,815 keramba), sedangkan dengan asumsi
seluruh KJA menggunakan jaring sekunder (2 lapis jaring), maka daya dukung
Waduk Cirata untuk ikan mas sebanyak 30757 ton/MT (25631 keramba). Jika
pakan yang digunakan adalah pakan PL dan seluruh KJA menggunakan jaring
utama (1 lapis), maka daya dukung Waduk Cirata untuk ikan mas saat ini
sebanyak 50642 ton/MT (42202 keramba), sedangkan dengan asumsi seluruh KJA
menggunakan jaring sekunder (2 lapis jaring), maka daya dukung Waduk Cirata
untuk ikan mas sebanyak 53540 ton/MT (44617 keramba). Berdasarkan
wawancara didapat rata-rata produksi adalah 1200 kg/petak/MT. Asumsi yang
digunakan adalah rata-rata petak dapat berproduksi 1.2 ton per musim tanam dari
hasil wawancara.
Kegiatan perikanan budidaya di Waduk Cirata tiap tahun mengalami
peningkatan jumlah KJA yang aktif maupun KJA yang telah ditinggalkan
pemiliknya. Peningkatan ini akan mengakibatkan peningkatan endapan sedimen di
dasar perairan berimbas pada berkurangnya kedalaman Waduk yang disebabkan
oleh kegiatan pemberian pakan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan
berkurangnya volume Waduk yang menjadikan ancaman bagi keberadaan KJA
endapan sedimen yang berada didasar perairan Waduk dapat menyebabkan
umbalan atau up welling yang akan mengakibatkkan kematian masal pada ikan
yang dapat merugikan pemelihara ikan. Salah satu cara untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan akibat endapan sedimenadalah dengan restorasi. Restorasi yang
dilakukan dapat menggunakan cara pengerukan ataupun pengambilan endapan
sedimen didasar perairan untuk dijadikan pupuk. Kegiatan restorasi ditujukan
untuk mengembalikan fungsi Waduk seperti semula. Restorasi diasumsikan
dengan penambahan kedalaman. Sebelum restorasi kedalaman Waduk sebesar
28.76 m. setelah restorasi didapatkan kedalaman sebesar 33.05 m. Kedalaman
tersebut didapat apabila asumsi Waduk diadakan pengerukan dengan keberhasilan
70% hingga didapat volume yang lebih besar.
Jika melalui estimasi daya dukung Waduk Cirata untuk KJA sesudah
dilakukan aktivitas restorasi dihitung dengan asumsi volume Waduk kembali
seperti awal Waduk dibentuk. Maka semua KJA yang diasumsikan menggunakan
satu lapis jaring ikan mas sesudah restorasi yaitu sebesar 34228 ton/MT (17114

17

keramba), sedangkan jika diasumsikan semua KJA diasumsikan menggunakan 2
lapis jaring, jaring utama ikan mas dan jaring sekunder berisi ikan ikan nila maka
daya dukung Waduk Cirata untuk KJA dua lapis jaring ikan mas dan ikan nila
setelah restorasi yaitu sebesar 35354 ton/MT (17677 keramba). Asumsi untuk
semua jaring petak rata-rata dapat berproduksi 2 ton per musim tanam. Hal ini
didasarkan pada hasil produksi tertinggi yang dicapai di Waduk Cirata pada tahun
2007 sebelum terjadinya penurunan produksi ditahun-tahun selanjutnya hingga
saat ini. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum
diadakan restorasi yaitu sebesar 29778 ton/MT (24,815 keramba) dan 30757
ton/MT (25631 keramba) bila semua KJA menggunakan dua lapis jaring. Hal ini
menggambarkan bahwa volume Waduk memiliki dampak yang besar bagi daya
dukung Waduk itu sendiri.
Nilai-nilai pembanding diatas yang dilihat dari besarnya jumlah petak
yang didapat setelah adanya kegiatan restorasi dan besarnya keuntungan yang
seharusnya dapat dirasakan pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata setelah
diadakannya kegiatan restorasi dengan melakukan menyedotan dan pengerukan
endapan sedimen, sehingga dihasilkan daya dukung dan keuntungan produksi
yang lebih besar. Selain itu, nilai-nilai terseb