Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda

PERTUMBUHAN SETEK BATANG POHPOHAN (Pilea trinervia
Wight.) PADA UMUR TANAMAN, BAGIAN BATANG, DAN
MEDIA TANAM YANG BERBEDA

NICHA MUSLIMAWATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Setek
Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang,
dan Media Tanam yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Nicha Muslimawati
A24090095

ABSTRAK
NICHA MUSLIMAWATI. Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia
Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda.
Dibimbing oleh KETTY SUKETI dan ANAS D SUSILA.
Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) merupakan salah satu sayuran
indigenous yang banyak tumbuh di daerah pegunungan Jawa Barat. Pemenuhan
kebutuhan bibit pohpohan dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang
singkat dapat dilakukan dengan perbanyakan vegetatif setek, tetapi perbanyakan
setek pada pohpohan belum banyak dikembangkan untuk saat ini. Penelitian
dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT)
Tajur, Bogor, dari Januari sampai Juli 2013. Penelitian ini terdiri dari dua
percobaan. Percobaan pertama yaitu memperoleh umur setek batang pohpohan
yang baik untuk pertumbuhan setek dan percobaan kedua yaitu memperoleh
bagian batang dan media tanam yang baik untuk pertumbuhan setek batang

pohpohan. Perlakuan pada percobaan pertama yaitu setek batang pohpohan yang
berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan
menunjukkan nilai rata-rata terbaik untuk pertumbuhan jumlah daun dan
pertambahan panjang batang. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada
percobaan pertama diberikan perlakuan untuk percobaan kedua yaitu perlakuan
bagian batang (pucuk, tengah, dan pangkal) dan perlakuan media tanam (topsoil,
rockwool, kombinasi 1:1 arang sekam dan kompos, serta kascing). Percobaan
terdiri dari 5 tanaman diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 720 satuan
percobaan dan diuji dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
faktorial. setek. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada bagian pucuk
paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun
11 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.94 cm. Setek batang pohpohan
pada bagian tengah paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos
dengan pertumbuhan jumlah daun 10 helai dan pertambahan panjang batang setek
2.67 cm. Setek batang pohpohan yang pada bagian pangkal paling baik ditanam
pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun 12 helai dan
pertambahan panjang batang setek yaitu 2.38 cm.
Kata kunci: arang sekam, indigenous, kompos, rockwool

ABSTRACT

NICHA MUSLIMAWATI. The Growth of Stem Cuttings Pohpohan (Pilea
trinervia Wight.) at the Different Age, Part of Stem, and Growing Media.
Supervised by KETTY SUKETI and ANAS D SUSILA.
Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) is one of indigenous vegetables that
grows in the mountain areas of West Java. Pohpohan in large quantities and in a
short time can be done with cuttings of vegetative propagation, but it has not been
developed at this time. The research was conducted at the Center for Tropical
Horticulture Studies Experimental Field Tajur, Bogor, from January to July 2013.

The research consisted of two experiments. The first experiment was to obtain the
plant age of pohpohan that was good for the growth of stem cuttings pohpohan
and the second experiment was to obtain the stem and growing media that was
good for the growth of stem cuttings pohpohan. Treatment on first experiment
was stem cutting pohpohan 3, 4, 5, and 6 months. Treatment of pohpohan 4 month
showed the best of number of leaves and the increase of stem length. Stem cutting
pohpohan 4 months on first experiment was gaved a treatment for second
experiment, that was part of stem (tips, central, and base) and growing media
(topsoil, rockwool, combination 1:1 of husk and compost, and vermicompost).
There were 5 cuttings per treatment and 3 replications in this way a total was 720
cuttings. The experiment was laid out in Randomized Completely Block Design

factorial.. The cutting pohpohan 4 month of stem tips were the best grown in husk
and compost media with 11 number of leaves and 3.94 cm the increase of stem
length. The cutting pohpohan of central stem were the best grown in husk and
compost with 11 number of leaves and 2.67 cm the increase of stem length. The
cutting pohpohan of base stem were best grown in husk and compost with 12
number of leaves and 2.38 cm the increase of stem length.
Key words: compost, husk, indigenous, rockwool

PERTUMBUHAN SETEK BATANG POHPOHAN (Pilea trinervia
Wight.) PADA UMUR TANAMAN, BAGIAN BATANG, DAN
MEDIA TANAM YANG BERBEDA

NICHA MUSLIMAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada
Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda
Nama
: Nicha Muslimawati
NIM
: A2409095

Disetujui oleh

Dr Ir Ketty Suketi, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Anas D Susila, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Pertumbuhan Setek Batang
Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan
Media Tanam yang Berbeda ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dr Ir Ketty Suketi, Msi dan Dr Ir Anas D Susila, MSi sebagai pembimbing
skripsi yang telah membimbing dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
2. Dr Ir Suwarto, MS sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.
3. Dr Sintho W Ardie, SP, MSi sebagai penguji yang telah memberi kritik
dan saran dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

4. Ibu Ade, Bapak Kardin, dan seluruh teknisi Kebun Percobaan Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor yang telah membantu dalam
pelaksanaan percobaan sampai dengan selesai.
5. Keluarga besar Bapak Mustopa (Alm) yang telah memberikan doa,
dukungan, dan kasih sayang selama ini.
6. Teman-teman AGH 46 yang telah membantu dan memberi dukungan
selama persiapan penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Nicha Muslimawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

Hipotesis

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Pohpohan

2

Perbanyakan Vegetatif Setek

2

Media Tanam

4

BAHAN DAN METODE

5


Tempat dan Waktu

5

Bahan dan Alat

5

Pelaksanaan Percobaan

6

Pengamatan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8


Kondisi Umum

8

Percobaan 1

8

Percobaan 2

10

KESIMPULAN DAN SARAN

14

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Jumlah daun dan pertambahan panjang batang setek batang
pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan
2 Pertumbuhan setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6
bulan saat 6 MST
3 Jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada
perlakuan bagian batang dan media tanam
4 Interaksi antara setek bagian batang dan media tanam terhadap
jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada
5 MST dan 6 MST
5 Pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur 4
bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanam
6 Interaksi antara bagian batang dan media tanam terhadap
pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur 4
bulan pada 6 MST

9
10
11

11
12

13

DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan saat
6 MST

10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pertumbuhan pohpohan di desa Calobak, Kabupaten Bogor
2 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,
5, dan 6 bulan pada peubah jumlah daun dan pertambahan panjang
batang
3 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,
5, dan 6 bulan pada peubah persentase hidup dan tinggi tunas
4 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,
5, dan 6 bulan pada peubah lebar daun dan diameter batang
5 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,
5, dan 6 bulan pada peubah jumlah cabang
6 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,
5, dan 6 bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanam
terhadap pertambahan panjang batang dan jumlah daun
7 Setek batang bagian pangkal pohpohan yang berumur 4 bulan pada
media tanam saat 6 MST

17

17
18
19
20

21
22

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang menghasilkan berbagai macam
sayuran. Salah satu sayuran yang tumbuh subur di Indonesia adalah sayuran
indigenous. Sayuran indigenous adalah sayuran asli suatu daerah di Indonesia
yang berasal dari daerah atau ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari
wilayah geografis lain yang telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah
Indonesia. Sayuran indigenous disebut juga sayuran lokal (Balitsa 2007).
Pohpohan merupakan salah satu sayuran indigenous yang banyak tumbuh
di daerah pegunungan Jawa Barat. Daun pohpohan sering dikonsumsi masyarakat
sebagai penganan dalam keadaan segar karena memiliki aroma yang khas dan
berbau harum. Di Jawa Barat sayuran ini dapat diperoleh di pasar tradisional dan
supermarket. Sementara itu daun pohpohan yang biasanya dikonsumsi hanya
diperoleh dari kebun rumah yang berskala kecil. Pohpohan dapat tumbuh di
daerah dengan sinar matahari penuh, dengan tanaman naungan, dan dapat tumbuh
sebagai penutup tanah (Mahyar 1994).
Menurut Balitsa (2007) pada umumnya pohpohan diperbanyak
menggunakan biji, tetapi terdapat beberapa kendala, yaitu perbanyakan melalui
biji (perkecambahan benih) membutuhkan waktu yang relatif lama, selain itu
kondisi benih yang rekalsitran menyebabkan benih pohpohan tidak dapat
disimpan terlalu lama. Menurut Muchtadi (2000) hal ini tidak seimbang dengan
permintaan produksi bibit pohpohan yang terus meningkat. Menurut Mahyar
(1994) untuk pemenuhan kebutuhan bibit pohpohan dalam jumlah yang banyak
dan dalam waktu yang singkat yaitu dengan teknik perbanyakan secara vegetatif,
salah satunya dengan setek, tetapi perbanyakan setek pada pohpohan belum
banyak dikembangkan.
Setek merupakan teknik perbanyakan alternatif dalam upaya pemenuhan
kebutuhan bibit, dilakukan dengan cara melakukan pemisahan atau pemotongan
bagian batang, akar atau daun dari pohon induknya. Perbanyakan yang dilakukan
dengan cara setek akan terbentuk individu baru dengan genotipe sama dengan
induknya (Hartmann dan Kester 2002). Menurut Rohadi dan Nurhasybi (2003)
faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek berakar dan tumbuh baik adalah
sumber bahan setek dan perlakuan terhadap bahan setek. Hal yang perlu
diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan setek adalah penggunaan jenis
media.
Tujuan
1. Memperoleh umur setek batang pohpohan yang baik untuk pertumbuhan setek.
2. Memperoleh bagian batang dan media tanam yang baik untuk pertumbuhan
setek batang pohpohan.

2
Hipotesis
1. Terdapat bagian batang yang baik untuk pertumbuhan setek batang pohpohan
(Pilea trinervia Wight.) pada umur bahan tanaman yang berbeda.
2. Terdapat media tanam yang baik untuk pertumbuhan setek batang pohpohan
(Pilea trinervia Wight.) pada umur bahan tanaman yang berbeda.
3. Terdapat interaksi bagian batang dan media tanam untuk pertumbuhan setek
batang pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada umur bahan tanaman yang
berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Pohpohan
Pohpohan merupakan tanaman terna, tumbuh tegak dan termasuk dalam
famili Urticaceae, dengan genus Pilea, dan nama spesis Pilea trinervia Wight.,
yang tingginya dapat mencapai 1–2 meter. Pohpohan berasal dari Himalaya
Tropis bagian timur dan Pulau Jawa. Penyebaran untuk tanaman ini cukup luas,
yaitu dari India dan Srilanka, Taiwan, Jepang, Filipina, dan Indonesia. Di daerah
Jawa dan Sumatera, pohpohan biasa digunakan untuk penganan dalam keadaan
segar. Daun muda dan bagian pucuk dari pohpohan merupakan bagian utama yang
dikonsumsi. Daun pohpohan berbentuk lebar memanjang atau bulat telur dengan
permukaan atas berbulu halus menyerupai urat sejajar yang sangat jelas. Tanaman
pohpohan dapat berbunga sepanjang tahun (Mahyar 1994).
Perbanyakan Vegetatif Setek
Setek dapat dibedakan berdasarkan bagian yang dijadikan bahan setek.
Setek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti setek pucuk dan setek
batang bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem perakaran baru.
Setek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti setek akar, bertujuan
untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman. Setek daun
bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman. Keuntungan
perbanyakan melalui setek diantaranya yaitu murah, dapat dilakukan dengan cepat,
sederhana dan tidak memerlukan tenaga terlatih. Selain itu perbanyakan vegetatif
setek juga dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun, dan
batang dalam waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya
(Hartmann dan Kester 2002).
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Setek
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek diantaranya jenis
tanaman, bahan setek, ketersediaan air, kandungan cadangan makanan dalam
jaringan setek, hormon endogen dalam jaringan setek, dan umur tanaman.
Beberapa jenis tanaman sayuran dapat diperbanyak dengan metode setek, yaitu
dengan setek akar, setek batang, setek pucuk, atau setek daun, tetapi beberapa

3
tanaman sayuran tidak dapat diperbanyak dengan metode setek. Bahan setek
memiliki nutrisi yang terkandung didalamnya, yaitu ketersediaan air dan
kandungan hormon endogen dalam jaringan setek (Hartmann dan Kester 2002).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan setek yaitu suhu,
media perakaran, kelembapan, dan intensitas cahaya. Kisaran suhu yang baik
untuk perbanyakan perakaran adalah 21–27 oC. Setiap jenis tanaman akan
mempunyai kisaran suhu yang berbeda-beda untuk merangsang pembentukan
primordia. Jenis media yang digunakan untuk media perakaran sangat
mempengaruhi kemampuan setek untuk membentuk akar. Media perakaran
memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan setek agar tetap berada dalam
tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembapan yang dibutuhkan oleh setek,
serta membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari setek (Mahlstede dan
Haber 2007).
Inisiasi Akar
Inisiasi merupakan salah satu aspek tumbuh tanaman dengan
menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Pertambahan jumlah akar
merupakan salah satu ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat
tumbuh dari akar utama (akar lateral) atau berasal dari jaringan batang tumbuhan
(akar adventif) yang dapat dipacu dengan pemberian zat pengatur tumbuh auksin
dalam jumlah tertentu (Mukherji dan Ghosh 2000).
Menurut Hidayat dan Rusdiana (2005) proses pembentukan akar pada
tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dari hasil perbanyakan secara setek
berbeda dengan hasil penyemaian benih. Akar sekunder memiliki ukuran lebih
panjang daripada akar primer. Setek batang bagian pangkal menghasilkan ratarata akar yang lebih panjang dibandingkan dengan setek batang bagian tengah dan
ujung.
Setek Batang
Setek batang merupakan hal yang perlu diperhatikan karena berpengaruh
terhadap kemampuan bahan setek membentuk akar. Panjang dan diameter setek
yang baik untuk masing-masing jenis tanaman berbeda satu dengan lainnya
(Hartmann dan Kester 2002). Menurut Santoso (2008) perbanyakan tanaman jarak
pagar secara vegetatif dapat dilakukan dengan setek batang berukuran panjang
berkisar 20–30 cm dengan diameter 2.5–3.0 cm atau dengan setek batang yang
berdiameter 2.0–2.4 cm atau 2.5–2.9 cm dengan panjang 30 cm.
Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh rootone F termasuk dalam kelompok auksin.
Rootone F aktif mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar sehingga
penyerapan air dan unsur hara tanaman akan bertambah dan dapat mengimbangi
penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah. Secara ekonomis
penggunaan rootone F dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya (Puttileihalat
2007). Menurut Magingo dan Murthy (2001) penggunaan rootone F terhadap
setek batang Alstonia scholaris yang terbaik dicapai pada dosis 100 mg. Semakin
sedikit dosis rootone F yang diberikan akan menghasilkan pertumbuhan yang
kurang optimal.

4
Media Tanam
Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan sayuran indigenous pohpohan. Menurut Yasman dan Smits (2009)
salah satu syarat media tanam yang baik adalah porositas, yaitu kemampuan
media dalam menyerap air dan steril. Tingkat porositas tanaman di tiap daerah
berbeda-beda. Di daerah dataran rendah yang berudara panas, tingkat
penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah
kering. Media sebaiknya bebas dari organisme yang dapat menyebabkan penyakit,
seperti: bakteri, spora, cendawan, dan telur siput.
Topsoil
Topsoil merupakan tanah lapisan teratas yang mengandung bahan organik,
berwarna gelap, dan memiliki kedalaman sampai 25 cm yang disebut dengan
lapisan olah tanah (Hardjowigeno 1992). Menurut penelitian Fatimah dan
Handarto (2008) perlakuan media tanam topsoil meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot segar total tanaman sambiloto.
Rockwool
Rockwool adalah bahan non-organik yang dibuat dengan cara meniupkan
udara atau uap ke dalam batuan yang dilelehkan. Hasilnya adalah sejenis fiber
yang memiliki rongga-rongga dengan diameter umumnya antara 6–10 µm.
Rockwool memiliki beberapa kemampuan yang baik untuk tanaman, yaitu:
mampu menahan air dan udara dalam jumlah yang banyak untuk mendukung
perkembangan akar tanaman, penyedia nutrisi yang dibutuhkan tanaman, dan
sebagai struktur penyangga yang baik untuk tanaman (Nowaks dan Kunka 2010).
Arang Sekam dan Kompos
Arang sekam adalah sekam atau kulit padi yang dibakar dengan teknik
tertentu sehingga menghasilkan sekam menjadi arang. Sekam merupakan lapisan
keras yang membungkus kariopsis butir gabah yang terdiri atas dua belahan yang
disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Deptan 2008).
Kompos merupakan pupuk organik buatan yang dibuat dari proses
pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (tanaman atau hewan) yang ramah
lingkungan, aplikasinya mudah, dan mengandung unsur hara makro dan mikro
(Darmosarkoro dan Sutarta 2010).
Hasil penelitian Komarayati (2002) menunjukkan bahwa komposisi arang
sekam dan kompos yang dicampurkan dengan tanah dapat memperbaiki kondisi
fisik, kimia, dan biologi tanah, serta sistem perakaran tanaman. Secara morfologi
arang mempunyai pori pada permukaannya yang sangat efektif untuk mengikat
dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan
konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release).
Kascing
Menurut Kale (1998) kascing adalah kotoran cacing tanah, disebut juga
vermicompost. Kascing digunakan untuk berbagai macam tanaman biji-bijian,
rempah-rempah, sayur-sayuran, buah-buahan atau tanaman hias. Pengaruh
kascing terhadap tanaman tergantung dari dosis, waktu pemakaian, jenis tanah,

5
dan jenis tanaman. Penelitian Darmi (2007) menunjukkan bahwa komposisi
kascing dan tanah 1:1 meningkatkan tinggi tanaman, jumlah buah, dan bobot hasil
panen pada tanaman cabai.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura
Tropika (PKHT) Tajur, Bogor, pada bulan Januari sampai Juli 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu bibit pohpohan berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan.
Media tanam yang digunakan yaitu topsoil dari Kebun Percobaan Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor, rockwool, kombinasi 1:1 arang sekam
dan kompos, serta kascing. Pupuk yang digunakan yaitu NPK 15:15:15.
Rootone F digunakan sebagai perangsang terbentuknya akar. Alat-alat yang
digunakan diantaranya yaitu paranet 75%, plastik, polybag, tray, gunting, pisau
cutter, gunting setek, penggaris, kamera, serta alat lainnya yang sering digunakan
dalam budidaya pertanian.

Metode Percobaan
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama bertujuan
memperoleh umur setek batang pohpohan yang baik untuk pertumbuhan setek dan
percobaan kedua bertujuan memperoleh bagian batang dan media tanam yang
baik untuk pertumbuhan setek batang pohpohan.
Percobaan 1
Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu umur tanaman. Rancangan ini
terdiri dari 4 perlakuan, yaitu setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6
bulan. Percobaan disusun dengan 5 tanaman masing-masing perlakuan dan
diulang 3 kali, sehingga terdapat 720 satuan percobaan.
Data yang diperoleh dilakukan analisis statistik menggunakan Uji F dan
jika hasilnya nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf uji 5%.

6
Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Уij = μ +αi+βj+ εij
Keterangan:
Уij = nilai pengamatan pada ulangan ke-i dan perlakuan ke-j
μ = rataan umum
αi = pengaruh ulangan ke-i
βj = pengaruh perlakuan umur bibit ke-j
εij = pengaruh galat percobaan
Percobaan 2
Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu bagian batang,
yang terdiri 3 taraf perlakuan, yaitu setek batang bagian pucuk, tengah, dan
pangkal. Faktor kedua yaitu media tanam yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu
topsoil, rockwool, arang sekam dan kompos, dan kascing. Percobaan disusun
dengan 5 setek masing-masing perlakuan dan diulang 3 kali, sehingga terdapat
720 satuan percobaan.
Data yang diperoleh dilakukan analisis statistik menggunakan Uji F dan jika
hasilnya nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf uji 5%.
Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Уijk = μ + αi + βj + ρk + (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Уijk = respon pada pengaruh bagian batang ke-i, media tanam ke-j, dan kelompok
ke-k.
μ = rataan umum
αi = pengaruh bagian batang ke-i
βj = pengaruh media tanam ke-j
ρk = pengaruh kelompok ke-k
αβij = interaksi dari bagian batang dan media tanam
εijk = galat percobaan, bagian batang ke-i, media tanam ke-j, dan kelompok ke-k.
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Bibit Tanaman
Pohpohan yang digunakan sebagai bibit awal berasal dari setek batang
bagian tengah yang diperoleh dari petani di desa Calobak, Kabupaten Bogor.
Pertumbuhan pohpohan di desa Calobak, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Lampiran 1. Bibit ditanam pada awal Desember 2012 dengan media tanam topsoil
dari Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor.
Jarak tanam yang digunakan yaitu 50 cm x 25 cm. Pemupukan bibit awal
dilakukan pada 3 MST, 6 MST, dan 8 MST menggunakan pupuk NPK 15:15:15
dengan dosis 100 kg ha-1 dan volume 10 g l-1.

7
Persiapan Bahan dan Alat
Pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan kemudian diambil untuk
dijadikan bahan setek. Setek batang pohpohan yang ditanam pada media topsoil,
arang sekam dan kompos, serta kascing dimasukkan ke dalam polybag ukuran
10 cm x 10 cm. Rockwool dipotong kecil-kecil berbentuk kubus dengan sisi 7 cm
dan setek batang pohpohan yang ditanam pada media rockwool dimasukkan
kedalam tray. Persiapan alat berupa paranet 75% dan plastik yang dipasang di
rumah pembibitan.
Setek Batang Pohpohan
Setek batang pohpohan dilakukan pada bagian pucuk, tengah, dan pangkal
batang dengan tinggi 7–8 cm. Setelah dilakukan setek bagian batang tersebut
direndam pada larutan Rootone F dengan konsentrasi 100 g l- dan dimasukkan ke
dalam polybag dan tray yang telah terisi media tanam.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan yaitu penyiraman, pemupukan,
penyiangan atau pencabutan gulma, serta pengendalian hama penyakit tanaman.
Penyiraman dilakukan setiap hari. Pemupukan dilakukan pada 3 MST
menggunakan pupuk NPK 15:15:15 dengan konsentrasi 24 g l-1 dan dilakukan
dengan cara dikocor. Penyiangan atau pencabutan gulma dilakukan di sekitar area
pembibitan, serta pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan hanya sebatas
membuang tanaman yang sakit karena terserang hama atau menyingkirkan
beberapa serangga pengganggu yang ada di tanaman tersebut.

Pengamatan
1. Persentase Hidup
Persentase setek hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah
setek yang masih hidup pada akhir pengamatan dengan jumlah setek yang
ditanam pada awal pengamatan.
2. Tinggi Tunas
Tinggi tunas diukur dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas dan
diukur pada 1 MST-6 MST.
3. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung dari banyaknya daun yang ada dalam satu tanaman
dan dihitung pada 1 MST sampai 6 MST.
4. Lebar Daun
Lebar daun diukur dari lebar daun tengah terpanjang dan diukur pada
1 MST sampai 6 MST.
5. Pertambahan Panjang Batang Setek
Pertambahan panjang batang dihitung dari ujung batang sampai titik
pangkal batang. Pertambahan panjang batang setek didapatkan dengan cara
menghitung selisih panjang batang setek MST saat ini dengan MST
sebelumnya.

8
6. Diameter Batang
Diameter batang diukur dari panjang lingkar batang tanaman dengan
menggunakan jangka sorong dan diukur pada 1 MST sampai 6 MST.
7. Jumlah Cabang
Jumlah cabang dihitung dari banyaknya cabang yang ada pada satu
tanaman dan dihitung pada 1 MST sampai 6 MST.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura
Tropika (PKHT) Tajur, Bogor. Menurut BMKG (2013) ketinggian daerah Tajur,
Bogor yaitu 250 m dpl.
Pada saat percobaan terdapat sedikit kendala seperti adanya penyakit yang
menyerang setek batang ± 5% dan adanya cendawan pada media rockwool.
Penyakit yang rawan menyerang pada setek batang pohpohan adalah busuk batang,
penyakit ini menyebabkan batang berwarna kehitaman dan berbau. Penyakit
busuk batang ditandai dengan berubahnya warna batang menjadi coklat kehitaman,
diameter batang mengecil dan mengakibatkan kematian. Gulma yang sering
ditemukan tumbuh di polybag yaitu gulma jenis rumput. Pengendalian gulma
dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh sehingga tidak mengganggu
tanaman pohpohan.

Percobaan 1
Jumlah Daun dan Pertambahan Panjang Batang Setek Batang Pohpohan
Perlakuan setek batang pohpohan yang berumur 3 bulan tidak
mempengaruhi jumlah daun dan pertambahan panjang batang dengan rata-rata
jumlah daun 16 helai dan pertambahan panjang batang 1.35 cm. Perlakuan setek
batang pohpohan yang berumur 4 bulan mempengaruhi jumlah daun dan
pertambahan panjang batang dengan rata-rata jumlah daun 21 helai dan
pertambahan panjang batang 3.61 cm. Perlakuan setek batang pohpohan yang
berumur 5 bulan tidak mempengaruhi jumlah daun dan pertambahan panjang
batang dengan rata-rata jumlah daun 24 helai dan pertambahan panjang batang
2.18 cm. Perlakuan setek batang pohpohan yang berumur 6 bulan tidak
mempengaruhi jumlah daun dan pertambahan panjang batang dengan rata-rata
jumlah daun 29 helai dan pertambahan panjang batang 3.01 cm. Jumlah daun dan
pertambahan panjang batang setek pada perlakuan setek batang pohpohan yang
berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan disajikan pada Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam
setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan terlampir pada
Lampiran 2 – Lampiran 5. Menurut Joseph dan George (2011) jumlah daun yang
banyak tidak cukup untuk mengindikasikan tanaman tersebut tumbuh dengan baik,
tetapi dapat dilihat salah satunya dengan keragaan fisik daun. Tanaman yang

9
kekurangan unsur hara makro dan mikro memiliki warna dan ukuran daun yang
abnormal. Menurut Wolf dan Janicke (2000) penurunan kemampuan batang untuk
tumbuh pada jaringan tanaman tua disebabkan oleh berkurangnya kandungan
senyawa fenol yang berfungsi sebagai kofaktor sitokinin, selain itu pada jaringan
tua telah terbentuk jaringan schlerenchym yang sering menghambat inisiasi akar
adventif. Menurut Hossain dan Bhuiyan (2006) bahan setek pada umur tanaman
muda memiliki juvenilitas tinggi serta kandungan auksin dan sitokinin yang juga
tinggi sehingga pertumbuhan batang mudah terbentuk. Auksin bergerak secara
polar dari ujung tajuk menuju akar, sebaliknya sitokinin bergerak dari ujung akar
ke ujung tajuk.
Tabel 1

Jumlah daun dan pertambahan panjang batang setek batang pohpohan
yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulana
Pertambahan panjang batang
(cm)
Umur tanaman (bulan)
3
6
4
5
6
11.38
2.14
2.03
1.32 1.21
11.22
2.03
1.56
1.29 1.43
13.48
2.19
1.27
1.08 1.92
14.11
2.31
2.18
2.32 1.28
16.27
1.08
2.31
2.16 2.15
16.31
1.35
2.47
2.15 2.03
17.29
2.91
2.21 2.01
17.48
2.93
2.36 1.32
18.21
3.27
2.48 1.49
19.49
3.61
2.03 2.38
21.03
3.01 2.43
21.51
3.12 2.12
24.83
2.17 2.19
25.14
2.18 1.48
26.19
2.12
27.11
2.97
27.62
2.36
28.05
3.01
tn
tn
*
tn
tn

Jumlah daun (helai)
MST
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Uji F
a

3
10.03
12.34
13.55
14.82
16.19
16.22
tn

4
12.45
15.33
15.54
16.27
17.35
19.21
19.54
20.39
21.14
21.32
*

5
12.11
13.34
13.67
14.58
16.92
17.11
18.23
18.36
19.93
21.02
21.27
22.49
24.19
26.39
tn

*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Umur Tanaman
Perlakuan setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan mempengaruhi
pertumbuhan jumlah daun dan panjang batang setek dengan nilai rata-rata jumlah
daun 12 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.87 cm. Perlakuan setek
batang pohpohan yang berumur 3, 5, dan 6 bulan tidak mempengaruhi
pertumbuhan jumlah daun dan pertambahan panjang batang setek. Perlakuan setek

10
batang pohpohan yang berumur 3 bulan menunjukkan jumlah daun 9 helai dan
pertambahan panjang batang setek 3.21 cm. Perlakuan setek batang pohpohan
yang berumur 5 bulan menujukkan nilai rata-rata jumlah daun 9 helai dan
pertambahan panjang batang setek 3.09 cm. Perlakuan setek batang pohpohan
yang berumur 6 bulan menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun 10 helai dan
pertambahan panjang batang setek 3.13 cm (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan dapat dijadikan sebagai
bahan tanam yang baik. Menurut Hartmann dan Kester (2002) umur bahan tanam
merupakan salah satu faktor terpenting dalam perbanyakan setek. Umur tanaman
yang terlalu tua atau terlalu muda menyebabkan setek gagal berkembang.
Tabel 2

Pertumbuhan setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan
saat 6 MSTa

Peubah
Jumlah daun (helai)
KK (%)
Uji F
Pertambahan panjang batang(cm)
KK (%)
Uji F
a

Umur bahan tanam (bulan)
4
5
6
11.83
8.46
8.13
15.03
17.82
20.11
*
tn
tn
3.87
3.09
3.13
5.41
7.73
9.12
*
tn
tn

3
9.16
16.21
tn
3.21
6.67
tn

*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Percobaan 2
Jumlah Daun Setek Batang Pohpohan yang Berumur 4 Bulan
Jumlah daun dihitung pada 1 MST – 6 MST. Bagian batang
mempengaruhi jumlah daun pada 4 MST – 6 MST. Setek bagian batang yang
ditanam pada media mempengaruhi jumlah daun pada saat 5 MST – 6 MST.
Terdapat interaksi antara bagian batang dan media tanam saat 5 MST – 6 MST
(Tabel 3). Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan pada perlakuan bagian
batang dan media tanam terlampir pada Lampiran 6. Setek batang pohpohan
bagian pangkal yang ditanam pada media arang sekam dan kompos saat 6 MST
menunjukkan jumlah daun terbanyak (Gambar 1 dan Lampiran 7).
a

Gambar 1

b

c

Pertumbuhan setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan saat
6 MST; a: bagian pucuk, b: bagian tengah, c: bagian pangkal.
M0: topsoil, M1: rockwool, M2: arang sekam dan kompos,
M3: kascing.

11
Tabel 3

Jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada
perlakuan bagian batang dan media tanama

Perlakuan
Bagian batang
Pucuk
Tengah
Pangkal
Uji F
Media
Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing
Uji F
Interaksi

1

2

2.19
0.27
0.22
tn

4.28
4.36
4.41
tn

2.33
2.16
2.23
2.35
tn
tn

4.74
3.31
4.42
4.49
tn
tn

MST
4
(helai)
6.28
6.72b
5.36
7.12b
5.41
7.48a
tn
*
3

6.74
4.31
6.42
6.49
tn
tn

7.49
4.12
8.04
7.85
tn
tn

5

6

8.72b
8.19b
9.68a
*

9.13b
9.58b
10.41a
**

9.49b
5.82c
10.13a
9.89b
*
*

10.72b
5.91c
12.98a
11.63b
*
**

a

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5% (uji selang berganda Duncan). *: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, **: berpengaruh
sangat nyata pada taraf uji 1%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%. AS: arang sekam.

Setek batang bagian pucuk menunjukkan jumlah daun 9 helai. Setek
batang bagian tengah menunjukkan jumlah daun 9 helai, dan setek batang bagian
pangkal menunjukkan jumlah daun 10 helai. Setek bagian batang yang ditanam
pada media arang sekam dan kompos menunjukkan jumlah daun tertinggi yaitu
13 helai. Setek bagian batang yang ditanam pada media rockwool menunjukkan
jumlah daun terendah yaitu 6 helai. Setek bagian batang yang ditanam pada media
topsoil dan kascing menunjukkan jumlah daun 11 helai (Tabel 3).
Setek batang bagian pucuk yang ditanam pada media arang sekam dan
kompos menunjukkan jumlah daun tertinggi yaitu 11 helai, setek batang bagian
tengah yang ditanam pada media arang sekam dan kompos menunjukkan jumlah
daun tertinggi yaitu 10 helai, dan setek batang bagian pangkal yang ditanam pada
media arang sekam dan kompos menunjukkan jumlah daun tertinggi yaitu
12 helai. Setek batang bagian pucuk yang ditanam pada media rockwool
mnunjukkan jumlah daun terendah yaitu 5 helai. Setek batang bagian tengah yang
ditanam pada media rockwool menunjukkan jumlah daun terendah yaitu 5 helai.
Setek batang bagian pangkal yang ditanam pada media rockwool menunjukkan
jumlah daun terendah yaitu 6 helai. Setek batang bagian pucuk, tengah, dan
pangkal yang ditanam pada media topsoil menunjukkan jumlah daun 10 helai.
Setek batang bagian pucuk yang ditanam pada media kascing menunjukkan
jumlah daun 9 helai. Setek batang bagian tengah yang ditanam pada media
kascing menunjukkan jumlah daun 10 helai. Setek batang bagian pangkal yang
ditanam pada media kascing menunjukkan jumlah daun 10 helai. Interaksi antara
setek bagian batang dan media tanam terhadap jumlah daun dan setek batang
pohpohan yang berumur 4 bulan pada 5 MST dan 6 MST disajikan pada Tabel 4.

12
Tabel 4

Interaksi antara setek bagian batang dan media tanam terhadap jumlah
daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada 5 MST dan
6 MSTa

Bagian batang

Media

Pucuk

Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing

Uji F
Tengah

Uji F
Pangkal

Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing
Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing

Uji F
a

Jumlah daun (helai)
5 MST
6 MST
9.45
10.31
5.09
5.48
11.07
11.82
8.48
9.12
tn
tn
9.72
10.12
5.38
5.93
10.21
11.95
9.56
10.21
tn
tn
10.80b
10.35b
5.42d
5.97d
12.22a
12.56a
9.65b
10.33b
*
**

sama dengan keterangan Tabel 3.

Pertambahan Panjang Batang Setek Batang Pohpohan yang Berumur
4 Bulan
Bagian batang mempengaruhi pertambahan panjang batang setek pada
4 MST dan 6 MST. Setek bagian batang yang ditanam pada media mempengaruhi
pertambahan panjang batang setek pada 5 MST – 6 MST. Setek batang bagian
pucuk menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu
3.62 cm, setek batang bagian tengah menunjukkan rata-rata pertambahan panjang
batang setek 2.79 cm dan setek batang bagian pangkal menunjukkan rata-rata
pertambahan panjang batang setek terendah 2.76 cm. Setek bagian batang yang
ditanam pada media arang sekam dan kompos menunjukkan rata-rata
pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 1.39 cm. Setek bagian batang
yang ditanam pada media rockwool menunjukkan pertambahan panjang batang
setek terendah yaitu 0.09 cm. Setek bagian batang yang ditanam pada media
topsoil dan kascing menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek
1.07 cm dan 1.30 cm. Terdapat interaksi antara bagian batang dan setek bagian
batang yang ditanam pada media pada 6 MST (Tabel 5).
Menurut Wahome et al. (2011) kombinasi media tanam mempengaruhi
beberapa parameter vegetatif pada bunga potong Gypsophila paniculata salah
satunya yaitu panjang batang. Bunga Gypsophila paniculata yang ditanam pada
media arang sekam dan kompos menunjukkan nilai panjang batang tertinggi. Hal
ini disebabkan arang sekam dan kompos memiliki nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan panjang batang bunga Gypsophila paniculata. Menurut Wilson et al.
(2001) kombinasi arang sekam dan kompos memiliki beberapa manfaat,
diantaranya pengunaan air dan pupuk yang lebih efisien, porositas yang baik,
ramah lingkungan, dan biaya yang murah.

13
Tabel 5

Pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur
4 bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanama

Perlakuan
Bagian batang
Pucuk
Tengah
Pangkal
Uji F
Media
Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing
Uji F
Interaksi
a

1

2

3

0.06
0.12
0.17
tn

0.09
0.35
0.29
tn

2.07
1.44
1.12
tn

0.12
0.07
0.19
0.04
tn
tn

0.17
0.29
0.17
0.11
tn
tn

1.07
0.13
1.07
1.04
tn
tn

MST
4
(cm)
2.10a
1.57b
1.48b
*
2.08
0.02
2.06
2.08
tn
tn

5

6

3.79
2.94
2.86
tn

3.62a
2.79b
2.76b
**

1.02b
0.34c
0.94a
0.95b
*
tn

1.07b
0.09c
1.39a
1.30b
*
**

sama dengan keterangan Tabel 3.

Setek batang bagian pucuk yang ditanam pada media arang sekam dan
kompos menunjukkan nilai rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi
yaitu 3.94 cm (Tabel 6).
Tabel 6

Interaksi antara bagian batang dan media tanam terhadap pertambahan
panjang batang setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada
6 MSTa

Bagian batang

Media

Pucuk

Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing

Uji F
Tengah

Uji F
Pangkal

Uji F
a

Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing
Topsoil
Rockwool
AS+kompos
Kascing

Pertambahan panjang batang (cm)
2.62
1.28
3.94
3.19
tn
2.27
1.07
2.67
2.32
tn
2.05b
1.13d
2.38a
2.05b
*

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). *: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5%. AS: arang sekam.

14
Setek batang bagian pucuk yang ditanam pada media rockwool
menunjukkan nilai rata-rata pertambahan panjang batang setek terendah 1.28 cm
Setek batang bagian tengah yang ditanam pada media arang sekam dan kompos
menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 2.67 cm
dan setek batang bagian tengah yang ditanam pada media rockwool menunjukkan
rata-rata pertambahan panjang batang setek terendah yaitu 1.07 cm. Setek batang
bagian pangkal yang ditanam pada media arang sekam dan kompos menunjukkan
rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 2.38 cm dan setek
batang bagian pangkal yang ditanam pada media rockwool menunjukkan nilai
rata-rata pertambahan panjang batang terendah yaitu 1.13 cm (Tabel 6).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bahan tanam yang berasal dari setek batang pohpohan berumur 4 bulan
menunjukkan nilai rata-rata yang baik untuk pertumbuhan jumlah daun dan
pertambahan panjang batang setek. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan
pada bagian pucuk paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos
dengan jumlah daun 11 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.94 cm.
Setek batang pohpohan pada bagian tengah paling baik ditanam pada media arang
sekam dan kompos dengan jumlah daun 10 helai dan pertambahan panjang batang
setek 2.67 cm. Setek batang pohpohan pada bagian pangkal paling baik ditanam
pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun sebanyak 12 helai dan
pertambahan panjang batang setek 2.38 cm.
Saran
Bagian batang pohpohan yang ukuran panjang batangnya berbeda perlu
disamakan terlebih dahulu sebelum ditanam untuk memudahkan pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arinda M. 2010. Pengaruh berbagai komposisi arang sekam dan kompos sebagai
media pertumbuhan sorgum. Bul Agron. 39(4):630–633.
[Balitsa] Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2007. Sayuran Indigenous Perlu
Digali dan Dimanfaatkan. [internet]. [diunduh 2012 September 19]. Tersedia
pada http://www.litbang.deptan.go.id.
Barnett V, Lewis T. 2004. Outliers in Statistical Data. New York (US): John
Wiley.

15
[BMKG] Balai Metereologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Data Iklim Bulanan
Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.[internet].[diunduh 2013 September 30].
Tersedia pada http://www.bmkg.go.id/ /Profil/stasiun-wilayah-bbmkg2.bmkg.
Darmi D. 2007. Pengaruh kotoran cacing tanah (Pontoscolex corethrurus)
terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman cabai (Capsicum annum)
[skripsi]. Bandung (ID). Universitas Padjajaran.
Darmosarkoro W, Sutarta ES. 2010. Pengaruh kompos terhadap sifat tanah dan
pertumbuhan tanaman kelapa sawit. J Pen Kelapa Sawit. 8(2):107-122.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Peluang Agribisnis Arang Sekam. Jakarta
(ID): Balai Penelitian Pascapanen Pertanian.
Fatimah S, Handarto BM. 2008. Pengaruh komposisi media tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sambiloto (Andrographis paniculata).
J Embrio. 5(2):131-139.
Hardjowigeno S. 1992. Pengantar Ilmu Tanah. Bogor (ID): IPB Pr.
Hartmann HT, Kester DE. 2002. Plant Propagation Principles and Practice 7th
Edition. New Jersey (US): Prentice Hall, Inc.
Hidayat Y, Rusdiana O. 2005. Respon pertumbuhan akar tanaman sengon
(Paraserianthes falcataria) terhadap kepadatan dan kandungan air tanah
podsolik merah kuning. J Man Hut Trop. 6(2):43-53.
Hossain MA, Bhuiyan MK. 2006. Clonal propagation guava (Psidium guajava
Linn.) by stem cutting from mature stock plants. J For Res. 17(4):301-304.
Ismail HE, Muslim I, Agus S. 2011. Pengaruh asal bahan dan media setek
terhadap pertumbuhan stek batang tambesu (Fragraea fragarans). Prosiding
Ekspose Hasil-hasil Penelitian [internet]. [2011 September 20; Padang].
Padang (ID): Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. hlm 201-206;
[diunduh 2013 Januari 21]. Tersedia pada http://worldcat.org/oclc/31906340.
Joseph L, George M. 2011. Pharmacognostical profiling of Geranum ocellatum
leaves. J Arom Plants. 1(3):351-354.
Kale RP. 1998. Earthworm: Nature Gift for Utilization of Organic Wastes. USA
(US): St.Lucie Pr.
Komarayati S. 2002. Pengaruh arang sekam dan kompos terhadap pertumbuhan
anakan tanaman bulian (Eusyderoxylon zwageri) dan gaharu (Aquilaria
malaccensis). J Pen Hut. 21(1):193-203.
Kusumo P. 2004. Pengaruh rootone F terhadap pertumbuhan anakan jelutung (Dyera
costulata). Bul Pen Hut. 14(7):27-34.
Landis TD, Nancy M. 2009. Growing media alternatives for forest and natives
plant nurseries. National Proceedings Forest and Conservation Nursery
Associations [internet]. [2008 Februari 12; Rocky Mountain]. United States
(US): Department of Agriculture, Forest Service, Rocky Mountain
Research.Station.p 26-31; [diunduh 2013 Januari 11]. Tersedia pada:
http://fs.fed.us./rm/pubs/rmrs_p058.html.
Magingo FSS, Murthy R. 2001. Propagation of two miombo woodland trees by
leafy stem cuttings. J Agrofor Syst. 51(4):49–55.
Mahlstede JP, Haber ES. 2007. Plant Propagation. NYC (US): John Wiley and
Sons, Inc.
Mahyar UW. 1994. Pilea lindley. Bogor (ID): Plant Resources of South-East Asia
No.8. PROSEA: Vegetables.

16
Muchtadi D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Sehat dan Antioksidan. Bogor (ID):
IPB Pr.
Mukherji S, Ghosh B. 2000. Plant Physiology. New Delhi (IN): Tata McGrow Hill
Pub Com Ltd.
Nowaks JS, Kunka M. 2010. Change of physical properties in rockwool and
glasswool slabs during hydroponic cultivation of roses. J Fruit Ornam Plant
Res. 18(2):349-360.
Puttileihalat M. 2001. Pengaruh rootone F dan ukuran diameter batang terhadap
pertumbuhan tunas setek batang pulai gading (Alstonia scholaris). J Man
Hut Trop. 6(2):43-52.
Rohadi D, Nurhasybi. 2003. Potensi Benih Generatif dan Vegetatif dalam
Pembangunan Hutan Tanaman. Makalah Temu Lapang dan Ekspose HasilHasil Penelitian UPT Badan Litbang Kehutanan Wilayah Sumatera; 2000
Juli 27; Palembang, Indonesia. Palembang (ID): Badan Litbang Kehutanan.
Santoso BB. 2008. Perbanyakan vegetatif tanaman jarak pagar (Jatropha culcas
L.) dengan setek batang: pengaruh panjang dan diameter setek. J Agron
Indonesia. 36(3):255-262.
Wahome PK, Oseni TO, Masarirambi MT, Shongwe VD. 2011. Effects of
different growing media on the vegetative growth, yield and cut flower
quality of gypsophila (Gypsophila paniculata L.). World J Agric Sci.
7(6):692-698.
Wilson SB, Stoffella PJ, Graetz DA. 2001. Use of compost and husk as a media
amendment for containerized production of two subtropical perennials.
J Environ Hort. 19(1):37-42.
Wolf JD, Janicke H. 2000. Propagation of Callindra calothyrus through cuttings:
Effect of stockplant shading. J Trop For Sci. 12(3):571-580.
Yasman I, Smits WTM. 2009. Metode Pembuatan Setek Dipterocarpaceae.
Samarinda (ID): Balai Penelitian Kehutanan.

17
Lampiran 1 Pertumbuhan pohpohan di desa Calobak, Kabupaten Bogor;
a: dengan media tanam topsoil, b: ternanungi beberapa tanaman
a

Lampiran 2

Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur
3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah jumlah daun dan pertambahan
panjang batanga
Jumlah daun

MST

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Uji F
a

b

3

4

5

16.32
16.18
17.61
17.19
15.05
17.28
tn

16.88
16.71
15.29
15.33
16.02
15.41
16.31
16.08
15.71
15.62
*

19.47
19.55
19.21
19.39
18.02
19.11
18.39
19.03
18.19
18.72
19.12
19.33
19.18
19.74
tn

Pertambahan panjang batang
Umur tanaman (bulan)
6
3
4
5
6
KK (%)
22.41
21.49
21.21
20.39
19.33
19.21
20.02
20.48
20.31
20.93
19.88
20.02
19.04
19.11
20.05
20.31
20.63
20.18
tn

6.18
6.44
7.28
7.19
6.32
5.01
tn

5.12
5.03
6.18
5.71
5.33
5.14
5.27
4.01
5.22
4.18
*

*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

8.19
8.21
7.59
8.13
8.82
7.34
7.21
8.19
8.11
8.37
8.81
7.73
7.48
8.01
tn

9.73
9.53
9.17
9.72
9.85
8.48
8.39
9.26
9.32
9.11
9.08
9.33
9.14
9.12
9.31
8.97
9.48
9.82
tn

18
Lampiran 3

Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur
3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah persentase hidup dan tinggi tunasa
Persentase hidup

MST

Tinggi tunas
Umur tanaman (bulan)

3

4

5

6

3

4

5

6

7.13
7.61
8.16
8.11
6.19
7.57
tn

7.33
8.1
8.27
8.14
7.13
8.11
7.13
7.12
7.10
7.92
tn

7.14
7.38
8.49
9.21
9.37
9.05
9.54
8.27
7.12
8.37
9.12
9.76
10.02
9.75
tn

9.21
9.36
9.47
9.12
8.11
8.39
9.27
9.63
9.14
9.09
9.38
9.11
9.57
9.38
9.11
9.27
9.22
9.26
tn

KK (%)
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Uji F
a

7.22
8.13
8.39
8.92
8.02
8.14
*

7.12
7.35
7.22
8.64
8.21
7.35
7.29
8.31
7.92
8.02
*

8.03
8.17
9.24
8.39
8.45
9.02
9.16
9.13
8.09
9.28
9.27
9.83
9.39
9.39
*

9.29
9.13
9.22
10.35
10.11
10.32
10.41
10.12
9.13
9.18
10.01
9.35
9.18
11.39
10.39
10.29
10.29
10.58
tn

*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

19
Lampiran 4

Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur
3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah lebar daun dan diameter batanga
Lebar daun

MST

Diameter batang
Umur tanaman (bulan)

3

4

5

6

3

4

5

6

4.23
4.57
4.18
5.12
5.12
4.12
tn

3.82
3.78
4.07
4.39
4.11
3.02
3.01
3.67
3.29
3.93
tn

5.12
5.33
5.92
6.11
5.49
5.37
5.62
5.31
4.04
5.31
5.92
6.11
6.02
5.48
tn

6.14
5.83
3.12
5.81
6.37
5.19
6.28
6.12
6.09
6.73
5.81
6.21
6.38
5.79
6.19
6.25
6.39
6.21
tn

KK (%)
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Uji F
a

15.12
15.09
16.23
15.31
16.33
16.49
tn

14.31
14.22
15.47
15.39
15.07
14.26
14.11
14.03
14.33
15.02
tn

16.21
16.07
16.23
15.48
16.32
17.81
17.23
16.33
15.27
16.23
16.31
17.02
17.37
16.26
tn

tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

18.46
16.73
16.03
18.11
17.23
17.39
18.29
18.22
17.36
18.28
18.31
18.38
17.99
17.03
17.89
17.02
18.14
17.37
tn

20
Lampiran 5

Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur
3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah jumlah cabanga
Jumlah cabang

MST

Umur tanaman (bulan)
3

4

5

6

16.21
16.07
16.23
15.48
16.32
17.81
17.23
16.33
15.27
16.23
16.31
17.02
17.37
16.26
tn

18.46
16.73
16.03
18.11
17.23
17.39
18.29
18.22
17.36
18.28
18.31
18.38
17.99
17.03
17.89
17.02
18.14
17.37
tn

KK (%)
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Uji F
a

15.12
15.09
16.23
15.31
16.33
16.49
tn

tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

14.31
14.22
15.47
15.39
15.07
14.26
14.11
14.03
14.33
15.02
tn

21
Lampiran 6

Umur
(bulan)
3

4

5

6

a

Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,
5, dan 6 bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanam
terhadap pertambahan panjang batang dan jumlah dauna

MST
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6

Bagian
batang
PPB
JD
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
*
*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Media
PPB
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

JD
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Interaksi
PPB
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

JD
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

KK (%)
PPB
5.79
3.41
5.13
3.97
5.15
7.51
3.85
3.67
3.04
3.97
3.21
3.44
8.21
7.21
7.45
7.02
7.31
8.23
9.31
8.16
8.13
9.86
9.48
9.42

JD
17.83
15.74
10.37
18.18
11.41
14.71
12.42
12.21
12.42
13.78
13.14
13.81
18.14
17.44
17.28
18.63
18.62
17.33
19.49
20.18
19.22
19.77
18.15
19.71

*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%, tn: tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5%. PPB: pertambahan panjang batang, JD: jumlah daun,

22
Lampiran 7

Setek batang bagian pangkal pohpohan yang berumur 4 bulan pada
media tanam saat 6 MST; a: topsoil, b: rockwool, c: arang sekam
dan kompos, d: kascing
a

b

c

d

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 2 November 1991
merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Mustopa (Alm) dan
Ibu Purminah (Alm). Penulis menempuh pendidikan terakhir di SMA Negeri 3
Bekasi, kemudian pada tahun 2009 diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasis

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stek Batang Secara In Vivo Dan Perbanyakan Mikro Pre Existing Meristem Tanaman Pohpohan (Pilea Trinervia Wight.) Dengan Berbagai Perlakuan Konsentrasi Zpt

2 50 58

Kemiripan Dan Potensi Produksi Aksesi Pohpohan (Pilea Trinervia Wight ) Dari Beberapa Lokasi Di Jawa Barat

0 15 54

Interaksi Intensitas Naungan dan Dosis Pemupukan pada Pertumbuhan dan Hasil Pohpohan (Pilea trinervia Wight.)

0 3 38

Hama dan Penyakit Tanaman Pohpohan (Pilea Trinervia Wight) di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor

0 7 47

PENGARUH KINETIN DAN ASAM 2,4 DIKLOROFENOKSIASETAT TERHADAP KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER KALUS DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia Wight).

0 3 15

SKRIPSI PENGARUH KINETIN DAN ASAM 2,4 DIKLOROFENOKSIASETAT TERHADAP KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER KALUS DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia Wight).

0 4 14

I. PENDAHULUAN PENGARUH KINETIN DAN ASAM 2,4 DIKLOROFENOKSIASETAT TERHADAP KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER KALUS DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia Wight).

0 2 7

II. TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH KINETIN DAN ASAM 2,4 DIKLOROFENOKSIASETAT TERHADAP KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER KALUS DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia Wight).

1 25 17

V. SIMPULAN DAN SARAN PENGARUH KINETIN DAN ASAM 2,4 DIKLOROFENOKSIASETAT TERHADAP KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER KALUS DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia Wight).

0 3 13

Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) dari Beberapa Daerah di Jawa Barat Similarity and Production Potential of Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) Landraces from Several Areas in West Java

0 0 8