Survei Tingkat Parasitisasi dan Upaya Pengembangbiakan Paratelenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae), Parasitoid Telur Brachyplatys sp. (Hemiptera: Plataspidae)

SURVEI TINGKAT PARASITISASI DAN UPAYA
PENGEMBANGBIAKAN Paratelenomus sp. (HYMENOPTERA:
SCELIONIDAE), PARASITOID TELUR Brachyplatys sp.
(HEMIPTERA: PLATASPIDAE)

RIZKI OKTAVKIANI BILQIS

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Survei Tingkat
Parasitisasi dan Upaya Pengembangbiakan Paratelenomus sp. (Hymenoptera:
Scelionidae), Parasitoid Telur Brachyplatys sp. (Hemiptera: Plataspidae) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 2014
Rizki Oktavkiani Bilqis
NIM A34090044

ABSTRAK
RIZKI OKTAVKIANI BILQIS. Survei Tingkat Parasitisasi dan Upaya
Pengembangbiakan Paratelenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae), Parasitoid
Telur Brachyplatys sp. (Hemiptera: Plataspidae). Dibimbing oleh AUNU RAUF.
Brachyplatys sp. (Hemiptera: Plataspidae) merupakan hama yang banyak
ditemukan pada turi (Sesbania grandiflora L.). Salah satu musuh alaminya adalah
parasitoid telur Paratelenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae). Penelitian
bertujuan menentukan tingkat parasitisasi Paratelenemus sp. pada kondisi
lapangan, dan mengupayakan pembiakannya di laboratorium. Survei kelompok
telur Brachyplatys sp. dilakukan di empat lokasi, yaitu Babakan Lebak,
Cikabayan, Cikarawang, dan Dramaga. Kelompok telur yang ditemukan dibawa

ke laboratorium untuk dipelihara, dan banyaknya parasitoid yang muncul dicatat.
Pembiakan parasitoid dilakukan dengan memasukkan kelompok telur kepik di
dalam tabung reaksi. Ke dalam tabung lalu dimasukkan imago parasitoid pada
kerapatan 3, 4, 5, dan 6 pasang sebagai perlakuan. Setiap perlakuan diulang enam
kali. Hasil penelitian menunjukkan tingkat parasitisasi Paratelenomus sp. yang
ditemukan di lapang pada setiap lokasi mencapai lebih dari 50 %. Kelompok telur
Brachypalatys sp. yang ditemukan paling banyak di Kampung Babakan Lebak
yaitu 3.801 butir telur dengan tingkat parasitisasi mencapai 55.14 % dan jumlah
telur yang paling sedikit di dapat di Kampung Cikabayan yaitu 1.136 butir telur
dengan tingkat parasitisasi 56.34 %. Upaya pembiakan parasitoid Paratelenomus
sp. di laboratorium belum berhasil dengan memuaskan, tingkat parasitisasinya
hanya berkisar 10 % sampai 24 %.
Kata kunci: Brachyplatys, Paratelenomus, parasitoid

ABSTRACT
RIZKI OKTAVKIANI BILQIS. Survey of Level of Parasitization and Rearing of
Paratelenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae), Egg Parasitoid of Brachyplatys
sp. (Hemiptera: Plataspidae). Supervised by AUNU RAUF.
Brachyplatys sp. (Hemiptera: Plataspidae) is an insect pest commonly found
on turi (Sesbania grandiflora L.). One of the important natural enemies of the pest

is an egg parasitoid Paratelenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae). Research was
conducted with the objective to determine level of parasitization under field
conditions, and to rear the parasitoid in the laboratory. Survey was conducted in
four sites i.e. Babakan Lebak, Cikabayan, Cikarawang, and Dramaga. Egg
masses of Brachyplatys were collected and brought to laboratory, and number of
parasitoids emerged were counted. Rearing of parasitoids was conducted by
introducing parasitoid adults into test tube at density of 3, 4, 5, and 6 pairs as
treatments. Each treatment was replicated six times. Our research revealed that
level of field parastization averaged 50%.
Higher number of eggs of
Brachypalatys sp. were found in Babakan Lebak i.e. 3.801 eggs with level of
parasitization 55.14 %, and fewer number in Cikabayan i.e. 1.136 eggs with level
of parasitization 56.34 %. Effort to rear the parasitoids in laboratory was
unsatisfactory, since level of parasitization only 10-24%.
Keywords : Brachyplatys, Paratelenomus, parasitoid

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB.

SURVEI TINGKAT PARASITISASI DAN UPAYA
PENGEMBANGBIAKAN Paratelenomus sp. (HYMENOPTERA:
SCELIONIDAE), PARASITOID TELUR Brachyplatys sp.
(HEMIPTERA: PLATASPIDAE)

RIZKI OKTAVKIANI BILQIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NIM

: Survei Tingkat Parasitisasi dan Upaya Pengembangbiakan
Paratelenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae), Parasitoid
Telur Brachyplatys sp. (Hemiptera: Plataspidae)
: Rizki Oktavkiani Bilqis
: A34090044

Disetujui oleh

Prof. Dr. Aunu Rauf, M.Sc.
Pembimbing


Diketahui,

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.
Ketua Departemen

Tanggal disetujui :

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NIM

: Survei Tingkat Parasitisasi dan Upaya Pengembangbiakan
Paratelenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae), Parasitoid
Telur Brachyplatys sp. (Hemiptera: Plataspidae)
Rizki Oktavkiani Bilqis
: A34090044

Prof. Dr. Aunu Rauf, M.Sc.
Pembimbing


Tanggal disetujui:

D5 mセ r@ 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Survei
Tingkat Parasitisasi dan Upaya Pengembanganbiakan Paratelenomus sp.
(Hymenoptera: Scelionidae), Parasitoid Telur Brachyplatys sp. (Hemiptera:
Plataspidae)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Aunu
Rauf, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
saran, arahan, dan motivasi sehingga penelitian ini dapat penulis selesaikan
dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dosen penguji
tamu Dr. Ir. Bonny Poernomo W. S., M.S. yang telah memberikan arahan dan
saran untuk perbaikan penulisan skripsi. Serta ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing akademik Dr. Ir. Suryo Wiyono, M. Sc. dan staff dosen yang telah
memberikan ilmunya selama belajar di Departemen Proteksi Tanaman.
Tak lupa ucapan terima kasih kepada orang tua Bapak Yana Gumilar T.

selalu membantu memberi dukungan dan teruntuk Ibunda Nina Bayyinah
(Almarhumah) yang selama masa hidupnya selalu memberikan doa serta
semangat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada M. Prio Santoso
yang selalu membantu dan memberikan semangat, Pritha, Diah, Azka, Fatur,
Diska, Fira, Cuya, Yuka dan teman-teman seperjuangan Proteksi Tanaman
angkatan 46 yang selalu memberikan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Rizki Oktavkiani Bilqis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................ 2
Manfaat .......................................................................................................... 2
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 3
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................ 3
Alat dan Bahan .............................................................................................. 3
Metode ...........................................................................................................3
Pengambilan Kelompok Telur Brachyplatys sp. di Lapang
3
Persentase parasitisasi Paratelenomus sp.
3
Kemunculan imago Paratelenomus sp. ................................................3
Imago Paratelenomus sp. yang gagal keluar dari telur .........................3
Persentase Kemunculan nimfa Brachyplatys sp.
4
Pembiakan Hama Brachyplatys sp.
4
Pemeliharaan Parasitoid Telur Paratelenomus sp.
4
Perbanyakan Paratelenomus sp. dalam tabung reaksi

4
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Tingkat Parasitisasi Paratelenomus sp. di Lapang
5
Karakteristik Hama Brachyplatys sp.
7
Hasil Perbanyakan Paratelenomus sp.
9
Perbanyakan Paratelenomus sp. di Laboratorium
10
Karakteristik Parasitoid Telur Paratelenomus sp. ....................................... 12
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 27

DAFTAR TABEL

Hasil survei telur Brachyplatys sp. terparasit di Babakan Lebak (BLB),
Cikabayan (CKB), Dramaga (DMG), dan Cikarawang (CKW)
6
2 Tingkat parasitisasi parasitoid telur Paratelenomus sp. di lapang
6
3 Rata-rata dan simpangan baku tingkat parasitisasi Paratelenomus sp.
pada tabung reaksi
11
4 Perbandingan telur terparasit, imago parasitoid yang muncul, dan
imago parasitoid tidak muncul pada setiap perlakuan
12
1

DAFTAR GAMBAR

1 Karakteristik Brachyplatys sp. (a) Kelompok telur Brachypatys sp.,
(b) Bagian tengah berwarna hitam bakteri simbion,
(c) Nimfa instar 1 Brachypatys sp. (d) Imago Brachypatys sp.
yang baru berganti kulit berwarna merah muda, (e) Imago
Brachypatys sp., (f) Sekumpulan nimfa Brachypatys sp. pada
turi
8
2 Kondisi telur dan hama di lapang (a,b) Telur Brachylpatys sp.
yang diletakkan pada batang (c) Imago Brachylpatys sp. pada bagian
pucuk (d) Sekumpulan imago Brachylpatys sp. pada batang
menyebabkan tanaman mati
9
3 Kelompok telur Brachyplatys sp. yang terparasit Paratelenomus sp.
pada setiap turi amatan
10
4 Karakteristik Paratelenomus sp. (a) Imago Paratelenomus sp.
yang sedang meletakkan telur pada inang, (b) Telur yang terparasit,
(c) Kemunculan awal imago parasitoid, (d) Imago parasitoid yang akan
keluar dari inang, (e) Ukuran imago parasitoid
13
5 Imago Paratelenomus sp. (a) jantan dan (b) betina
14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Pengamatan Telur Brachyplatys sp. di Kampung
Babakan Lebak
2 Hasil Pengamatan Telur Brachyplatys sp. di Kampung
Cikabayan
3 Hasil Pengamatan Telur Brachyplatys sp. di Desa Dramaga
4 Hasil Pengamatan Telur Brachyplatys sp. di Desa Cikarawang
5 Pengamatan banyaknya jumlah imago parasitoid yang muncul
dan imago yang gagal keluar dari telur
6 Jumlah kelompok telur Brachyplatys sp. yang terparasit pada
tanaman turi di Taman Prtoteksi Tanaman
7 Pengamatan tingkat parasitisasi Paratelenomus sp. pada tabung
reaksi di laboratorium

19
21
21

23
25
25

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hama Brachyplatys sp. termasuk ke dalam ordo Hemiptera, famili
Plataspidae yang biasanya disebut kelompok kepik. Serangga ini tersebar luas di
berbagai Negara di Asia seperti Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia,
Myanmar, Pakistan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam (Poplin dan
Hodges 2012).
Di Indonesia kepik Brachyplatys sp. dilaporkan menyerang tanaman Derris
gamal (Gliricida maculata), dan turi (Sesbania grandiflora). Pada tahun 1991
terjadi serangan berat pada tanaman G. maculata yang berfungsi sebagai tanaman
pelindung sementara pada kebun benih kakao di kebun Aek Pancur. Kepik
menyerang pucuk tanaman yang mengakibatkan terjadinya mati pucuk, bahkan
dalam serangan berat yang berkelanjutan dapat menyebabkan G. maculata mati.
Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan berbagai jenis insektisida
namun belum diketahui musuh alami yang tepat untuk hama Brachyplatys sp.
(Pardede 1991). Di antara musuh alami kepik Plataspidae adalah parasitoid
Paratelenomus spp (Johnson 1996).
Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya terjadi di dalam tubuh
serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar atau embun madu
sebagai makanannya. Serangga yang diparasit atau inangnya akhirnya mati ketika
parasitoid menyelesaikan perkembangan pradewasanya. Parasitoid biasanya
menyerang tahap kehidupan tertentu dari satu atau beberapa spesies tertentu.
Siklus hidup parasitoid yang lebih pendek dibandingkan serangga inangnya dapat
digunakan untuk menekan laju pertumbuhan inangnya. Sebagian besar parasitoid
merupakan ordo Hymenoptera. Hymenoptera parasit merupakan kelompok
terbesar dari serangga parasit yang larvanya berkembang pada atau dalam tubuh
inangnya yang juga berupa serangga yang lain. Hymenoptera parasit berjumlah
ribuan spesies di seluruh dunia dan memiliki biologi yang kompleks dan menarik.
Parasitoid mempunyai satu sifat yang sama yang membedakannya dari serangga
predator, yaitu hanya memerlukan satu individu inang selama perkembangannya,
sedangkan predator membutuhkan lebih dari satu mangsa untuk
perkembangannya (Pudjianto 1994).
Goodfray (1993) menyatakan bahwa berdasarkan perilaku makannya,
parasitoid dapat diklasifikasikan menjadi dua. Beberapa parasitoid berkembang
dan makan di dalam tubuh inang dan dikenal sebagai endoparasitoid. Parasitoid
yang lain makan dan berkembang di luar tubuh inang dan disebut ektoparasit.
Reproduksi pada Hymenoptera dapat digolongkan ke dalam thelyotoky,
deuterotoky, dan arrhenotoky. Thelyotoky merupakan tipe reproduksi dimana
imago betina yang tidak berkopulasi hanya menghasilkan keturunan betina dan
termasuk spesies uniparental. Tipe reproduksi deuterotoky dimana imago betina
yang tidak berkopulasi menghasilkan sebagian besar keturunan betina dan sedikit
jantan. Tipe reproduksi arrhenotoky dimana imago betina yang tidak berkopulasi
akan menghasilkan seluruh keturunan jantan, dan jika berkopulasi akan
menghasilkan keturunan jantan dan betina (Van den Bosch dan Messenger 1973).

2
Scelionidae merupakan salah satu famili yang termasuk ordo Hymenoptera
dan memiliki sekitar 1 010 spesies yang merupakan parasitoid. Famili ini
memiliki karakter morfologi penting termasuk antena menyiku 8 sampai 12
tersegmentasi, sayap biasanya tanpa stigma dan venasi sangat berkurang, gaster
luas atau oval memanjang dengan tajam. Tubuh kecil berukuran kurang dari 5
mm, berwarna gelap, dan antena imago betina pada ujung antena membesar
seperti gada sedangkan antena imago jantan tidak membesar pada bagian ujung
antena. Serangga parasitoid ini bersifat endoparasit telur primer dan soliter.
Scelionidae merupakan serangga parasitoid penting yang berperan untuk
pengendalian hayati dan biasanya beberapa spesies telah didistribusikan untuk
mengendalikan serangga hama Lepidoptera dan Hemiptera. Siklus hidup
parasitoid famili Scelionidae relatif pendek berkisar 8 sampai 15 hari dalam
kondisi yang optimal (Johnson 1988).
Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat keefektifan serta tingkat
parasitisasi parasitoid telur Paratelenomus sp. yang berada dilapang dalam
mengendalikan hama Brachyplatys sp. Survei dilakukan untuk melihat tingkat
parasitisasi musuh alami dan perbanyakan parasitoid yang dilakukan di
laboratorium dan di lapang.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengetahui persentase tingkat
parasitisasi Paratelenomus sp. pada telur kepik Brachyplatys sp. di lapang dan
memperbanyak parasitoid di laboratorium.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah memberikan informasi
mengenai tingkat persentase parasitisasi musuh alami Paratelenomus sp. pada
telur kepik Brachyplatys sp. dan dapat menjadi informasi yang bermanfaat di
Indonesia apabila terjadi ledakan populasi hama dari famili Plataspidae ini.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan survei pengambilan kelompok telur hama di
Kampung Babakan Lebak, Kampung Cikabayan, Desa Cikarawang, dan Desa
Dramaga Bogor. Pengamatan telur terparasit dilakukan di Laboratorium Ekologi
Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret hingga Oktober 2013.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan diantaranya cutter, kertas label, mikroskop
cahaya, lampu, botol plastik, tabung reaksi, cawan petri, pinset, kuas, dan kapas.
Bahan yang digunakan adalah madu yang sudah diencerkan.
Metode Penelitian
Pengambilan Kelompok Telur Brachyplatys sp. di Lapang
Kelompok telur Brachyplatys sp. dapat ditemukan pada pohon turi dan
pohon gamal. Pengambilan telur dilakukan dengan menggunakan cutter, bagian
yang terdapat kelompok telur dipotong secara perlahan agar kelompok telur utuh
tidak rusak. Setiap kelompok telur yang didapat disimpan dalam botol plastik
kecil kemudian diberi label dan setiap botol plastik berisi satu kelompok telur.
Telur yang berhasil dikumpulkan kemudian diamati di Laboratorium Ekologi
Serangga untuk diamati ada tidaknya telur yang terparasit. Pengamatan dilakukan
selama dua minggu dengan pengamatan berapa telur hama yang terparasit, imago
parasitoid yang muncul, imago parasitoid gagal keluar dari telur, dan nimfa
Brachyplatys sp. yang muncul.
Persentase parasitisasi Paratelenomus sp. Persentase parasitisasi (PP)
akan dihitung dengan rumus:
PP = ∑ telur terparasit x 100%
∑ total telur
Kemunculan imago Paratelenomus sp. Kemunculan imago dari telur
terparasit dihitung dengan rumus:
Kemunculan imago (%) = ∑ imago yang muncul x 100%
∑ telur terparasit
Imago Paratelenomus sp. yang gagal keluar dari telur. Pada telur
terparasit tidak semua imago parasitoid dapat keluar dari telur, sehingga imago
yang tidak muncul ini dihitung dengan rumus:
Imago tidak muncul (%) = ∑ imago gagal keluar x 100%
∑ telur terparasit

4
Persentase kemunculan nimfa Brachyplatys sp. Kemunculan nimfa dari
telur dihitung dengan rumus:
Kemunculan nimfa (%) = ∑ nimfa yang muncul x 100%
∑ total telur
Pembiakan Hama Brachyplatys sp.
Serangga Brachyplatys sp. yang didapat dari lapang kemudian
dikembangbiakan pada turi tanpa penutup di Taman Proteksi Tanaman untuk
diperbanyak. Setelah serangga hama cukup banyak kemudian parasitoid
Paratelenomus sp. dilepas untuk melihat kemampuan tingkat parasitisasi
parasitoid. Pengamatan langsung ada tidaknya parasitoid telur pada telur
Brachyplatys sp. dilakukan setelah satu bulan pelepasan Paratelenomus sp. pada
turi di Taman dan pengamatan berlangsung selama 10 minggu. Perbanyakan
kepik dilakukan untuk mempermudah pengambilan telur hama yang berumur satu
hari yang akan digunakan perbanyakan dalam tabung reaksi.
Pemeliharaan Parasitoid Telur Paratelenomus sp.
Imago parasitoid yang keluar dipelihara dalam tabung reaksi dan diberi
madu yang telah diencerkan sebagai pakan parasitoid. Imago parasitoid dalam
tabung reaksi diamati berapa lama kemampuan hidup dalam tabung reaksi.
Perbanyakan Paratelenomus sp. dalam Tabung Reaksi
Perbanyakan Paratelenomus sp. dalam tabung reaksi dilakukan untuk
melihat persentase parasitisasi Paratelenomus sp. Siapkan telur Brachyplatys sp.
berumur 1 hari untuk perlakuan. Apabila belum tersedia Paratelenomus sp. yang
akan diujikan, telur Brachyplatys sp. dapat disimpan terlebih dahulu ke dalam
lemari pendingin. Hal ini bertujuan agar embrio dalam telur tidak berkembang dan
telur masih dapat digunakan untuk perlakuan. Telur yang telah masuk pendingin
ketika akan digunakan, telur sebelumnya dikeluarkan dan disimpan pada suhu
ruangan kurang lebih selama 2 sampai 3 jam. Imago paarasitoid berumur 1 sampai
3 hari akan digunakan sebagai perlakuan. Perlakuan dilakukan dengan meletakan
1 kelompok telur pada setiap tabung reaksi dan imago parasitoid jantan dan betina
serta olesan madu yang diencerkan pada dinding tabung reaksi. Perlakuan dalam
tabung reaksi dengan meletakkan parasitoid, yaitu 3 imago jantan dan 3 imago
betina, 4 jantan dan 4 betina, 5 jantan dan 5 betina, dan 6 jantan dan 6 betina
dengan 6 ulangan pada setiap perlakuan. Pengamatan perbanyakan pada tabung
reaksi di amati selama 20 hari dan dilihat ada atau tidaknya imago parasitoid baru
yang muncul pada telur yang terparasit.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 untuk perbandingan 6
perlakuan dalam ANOVA, jika berbeda nyata uji lanjut dengan taraf nyata 5%.
Microsoft Excel 2010 digunakan untuk mengolah data survei lapang dalam bentuk
tabel dan perhitungan persentase parasitisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Parasitisasi Paratelenomus sp. di Lapang
Paratelenomus sp. merupakan parasitoid telur dari famili Scelionidae dan
subfamili Telenominae. Kelompok parasitoid telur ini biasanya memarasit telur
dari kelompok inang ordo Hemiptera dan Lepidotera. Paratelenomus sp. salah
satu parasitoid yang bersifat primer serta soliter (Rajmohana dan Narendran
2007) dan memarasit telur kepik famili Plataspidae, ordo Hemiptera diantaranya
spesies Brachyplatys sp., Coptosoma xanthogramma, dan Megacopta cribraria.
Kepik Brachyplatys sp. merupakan salah satu spesies yang menjadi inang
parasitoid telur Paratelenomus sp. dan parasitoid telur ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat parasitisasi Paratelenomus sp. terhadap inangnya
di lapang. Kelompok telur maupun imago Brachyplatys sp. banyak ditemukan
pada tanaman turi (S. grandiflora L.) (Ruberson, et al. 2012) dan tanaman gamal
(G. maculata) atau lebih dikenal sebagai tanaman pelindung. Turi umumnya
ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias, di tepi jalan sebagai pohon
pelindung, atau ditanam sebagai tanaman pembatas pekarangan. Manfaat turi
diantaranya bunga dapat dimakan sebagai sayur maupun lalap, pepagannya
digunakan sebagai obat tradisional dan pewarna, dan daunnya dapat digunakan
sebagai pakan ternak. Tanaman ini biasanya banyak ditemukan di Jawa Tengah
dan cukup sulit untuk ditemukan di sekitar Bogor sehingga sulit untuk
menemukan kelompok telur Brachyplatys sp.
Hasil survei turi ditemukan di Kampung Cikabayan, Desa Cikarawang, dan
Kampung Babakan Lebak, sedangkan gamal di Desa Dramaga, Kabupaten Bogor.
Jumlah pohon yang ditemukan tidak banyak dan telur kepik yang didapat hanya
berkisar 21 sampai 84 kelompok telur kepik pada setiap lokasi yang terdapat
pohon turi dan gamal. Gamal cukup mudah ditemukan di sekitar Bogor tetapi
kepik dan kelompok telur yang ditemukan tidak begitu banyak bahkan tidak
ditemukan sama sekali karena kelompok telur diletakkan tersembunyi pada
lekukan batang. Kendala lain pencarian kelompok telur Brachyplatys sp. pada
gamal yaitu tinggi pohon menyulitkan dalam pengambilan telur hama sehingga
telur yang diambil hanya telur yang berada di bagian bawah.
Hasil survei yang telah dilakukan (Tabel 1), kelompok telur Brachyplatys
sp. yang paling banyak ditemukan yaitu di Kampung Babakan Lebak karena telur
kepik yang ditemukan mencapai 84 kelompok telur dengan jumlah keseluruhan
telur 3 801 butir dari 9 turi. Telur yang terparasit mencapai 2 096 butir dan nimfa
yang muncul 1 705 individu. Kelompok telur kepik yang ditemukan di Kampung
Cikabayan yaitu 21 kelompok telur dengan jumlah telur 1 136 butir, nimfa yang
muncul 344 individu, dan terdapat telur yang tidak menetas 395 butir. Telur
Brachyplatys sp. yang ditemukan di Desa Cikarawang sebanyak 36 kelompok
telur dan jumlah telur 1 782 butir. Telur terparasit mencapai 1 043 butir dan nimfa
yang muncul 344 individu. Kelompok telur Brachyplatys sp. lainnya ditemukan
di sekitar Desa Dramaga (lingkar kampus), telur kepik ditemukan pada tanaman
gamal dan telur didapat 27 kelompok telur dengan jumlah telur 1 282 dari 6 pohon
gamal. Telur yang terparasit mencapai 687 dan nimfa yang muncul 595.

6
Tabel 1 Hasil survei telur Brachyplatys sp. terparasit di Babakan Lebak (BLB),
Cikabayan (CKB), Dramaga (DMG), dan Cikarawang (CKW)
Pengamatan
Kelompok telur kepik
Jumlah telur kepik (butir)
Telur terparasit (butir)
Nimfa kepik yang muncul
(individu)
Telur tidak menetas
(butir)
Banyaknya pohon
Kondisi lingkungan

BBL
84
3801
2096

Lokasi pengambilan telur Brachyplatys
CKB
DMG
21
27
1136
1282
640
687

1705
0
9
Dikelilingi
rumah
penduduk

496
0
1
Berada di
kebun
percobaan
IPB

595
0
6
Dikelilingi
bangunan
kampus

CKW
36
1782
1043
344
395

16
Dikelilingi
lahan
pertanian

Kondisi lingkungan sekitar tempat pengambilan telur di Kampung
Babakan Lebak dan Desa Dramaga, yaitu homogen. Keberadaan di sekitar adalah
rumah penduduk, dekat dengan bangunan kampus, dan keberadaan pohon lainnya
hanya sedikit. Ekologi lingkungan sekitar ini mempengaruhi tingginya telur yang
terparasit. Parasitoid ini memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap
lingkungan serta kemampuan menemukan inang baik. Keragaman jenis serangga
hama pun tidak banyak sehingga menyebabkan daya saing antar serangga tidak
begitu tinggi dan memudahkan parasitoid untuk menemukan inang.
Kondisi lingkungan di Kampung Cikabayan dan Desa Cikarawang yaitu
heterogen, karena lingkungan sekitar lahan pertanian, masih banyak terdapat
pohon-pohon, tanaman setahun lainnya. Faktor adanya telur tidak menetas di Desa
Cikarawang karena lokasi dekat lahan pertanian dan sebagian besar petani
menggunakan pestisida sintetik pada lahan pertaniannya. Dampak paparan
penggunaan pestisida yang berlebihan mengakibatkan adanya nimfa yang tidak
mampu untuk keluar dari telur. Berbeda dengan kondisi telur yang berada di
Kampung Cikabayan, walaupun berada pada kebun percobaan tetapi penggunaan
pestisida sintetik cukup rendah. Dampak paparan akibat pestisida pun tidak ada
dan telur kepik dapat menetas semua.
Tabel 2 Tingkat parasitisasi parasitoid telur Paratelenomus sp. di lapang
Pengamatan
Nimfa hama yang muncul (%)
Telur terparasit (%)
Imago parasitoid yang muncul (%)
Imago parasitoid gagal keluar dari
telur (%)

Lokasi pengambilan telur Brachyplatys
BBL
CKB
DMG
CKW
44.86
43.66
46.11
19.30
55.14
56.34
53.89
58.53
87.64
89.22
95.05
73.92
12.36
10.78
4.95
26.08

BBL: Babakan Lebak, CKB: Cikabayan, DMG: Dramaga, CKW: Cikarawang

7
Tingkat parasitisasi parasitoid telur Paratelenomus sp. di lapang dapat
dikatakan cukup tinggi pada setiap kelompok telur Brachyplatys sp. yang di dapat,
bahkan ada kelompok telur Brachyplatys sp. yang terparasit mencapai 100%.
Persentase rata-rata tingkat parasitisasi hasil survei (Tabel 2), yaitu Babakan
Lebak kelompok telur terparasit mencapai 55.14 % dengan imago parasitoid yang
muncul 87.64 % dan imago parasitoid gagal keluar 12.36 %. Tingkat parasitisasi
di Cikabayan mencapai 56.34 % dengan imago parasitoid yang muncul mencapai
89.22 % dan imago parasitoid gagal keluar 10.78 %, sedangkan untuk di
Cikarawang telur terparasit sebesar 58.53 % dengan imago parasitoid yang
muncul sebesar 73.92 % dan imago parasitoid gagal keluar 26.08 %. Kelompok
telur yang ditemukan pada pohon gamal di Dramaga memiliki tingkat parasitisasi
sebesar 53.89 % dengan jumlah imago parasitoid yang muncul sebesar 95.05 %
dan imago parasitoid gagal keluar 4.95 %.
Kemampuan parasitoid telur bertahan pun dapat dilihat dengan melihat
imago parasitoid yang gagal keluar. Hal ini karena kemampuan imago parasitoid
yang berusaha untuk dapat keluar dari telur tersebut. Setiap serangga hama di
lapang pada dasarnya memilliki musuh alami yang secara alami menekan populasi
hama tersebut. Musuh alami tersebut dapat berupa parasitoid, predator, maupun
agen hayati. Parasitoid telur ini akan meletakkan telur pada inang apabila telur
hama masih berumur 1 hari. Masa telur parasitoid yang telah diletakkan akan
berumur kurang lebih 1 sampai 2 hari, kemudian akan menjadi larva, dan pupa.
Masa pupa ini merupakam masa paling lama dan menentukan parasitoid ini akan
mampu bertahan keluar dari telur inang atau tidak. Oleh karena itu, walaupun
telur inang terparasit tetapi belum tentu imago parasitoid akan muncul semua,
sehingga dari pengamatan yang telah dilakukan selalu ada imago parasitoid yang
gagal keluar dari telur inang.
Karakteristik Hama Brachyplatys sp.
Imago Brachyplatys sp. berwarna hitam mengkilap, berbentuk lonjong dan
pipih dengan panjang 5 sampai 7 mm serta lebar 4 sampai 5 mm. Imago betina
pada umumnya lebih besar dari imago jantan. Imago betina meletakkan telurnya
pada batang, ranting muda, daun, dan buah secara berkelompok dan tersusun 2
baris. Jumlah telur pada setiap kelompok antara 25 sampai 75 butir. Telur
berumur satu hari berwarna putih cerah dan akan berangsur menjadi putih kusam
berbentuk seperti tabung dengan panjang 1 mm dan diameter 0.5 mm (Gambar
1a). Masa telur sekitar 7 sampai 10 hari. Nimfa Brachyplatys sp. yang baru keluar
berwarna coklat muda dan berangsur-angsur berubah menjadi coklat tua (Gambar
1c).
Nimfa instar 1 yang baru keluar dari telur akan segera mencari bakteri
simbion yang terdapat pada bagian tengah dan belakang telur kepik (Gambar 1b).
Bakteri ini berfungsi agar nimfa dapat berganti instar ke instar selanjutnya. Nimfa
instar 2 sampai instar 4 akan mencari makanan pada pucuk tanaman (Gambar 1f).
Serangga yang baru mengalami ekdisis awalnya akan berwarna merah muda
dengan tubuh serangga yang masih lunak dan berangsur mengeras kemudian
menjadi berwarna coklat (Gambar 1d). Alat mulut nimfa bertipe menusuk dan
menghisap sehingga hama ini mengambil makanan dengan menghisap jaringan
pucuk tanaman (Pardede 1991). Perkembangan nimfa sampai menjadi imago

8
ditandai dengan perubahan dari instar 1 sampai instar 5. Perkembangan nimfa
ditandai dengan perkembangan bakal sayap dan pada instar akhir perkembangan
bakal sayap sudah hampir lengkap (Beardsley dan Fluker 1967). Siklus hidup
Brachyplatys sp. sekitar satu bulan (Pardede 1991).
Brachyplatys sp. biasanya menyerang tanaman turi, gamal, kedelai, kacang
koro dan kelompok tanaman kacang-kacangan lainnya. Literatur yang membahas
tentang hama maupun parasitoid telur ini belum banyak ditemukan sehingga sulit
untuk mendapatkan informasi tentang hama dan parasitoid telur ini. Serangan
hama ini dalam jumlah yang sangat banyak pada bagian pucuk menyebabkan
pucuk menjadi layu dan mati (Pardede 1991). Tanaman yang terserang pada saat
tanaman muda akan menyebabkan tanaman kehilangan nutrisi sehingga
perkembangan tanaman tidak secara maksimal dan tidak akan menghasilkan biji
maupun bunga. Tingkat serangan yang tinggi pada tanaman menyebabkan
ranting-ranting akan menggugurkan daunnya kemudian mati. Serangga hama ini
biasanya ditemukan berkelompok pada setiap pangkal-pangkal ranting dan dapat
berpindah ke ranting lainnya.

1 mm

d

1 mm

b

a

5 mm

e

c

f

f

Gambar 1 Karakteristik Brachyplatys sp. (a) Kelompok telur Brachypatys sp. (b)
Bagian tengah berwarna hitam bakteri simbion (c) Nimfa instar 1
Brachypatys sp. (d) Nimfa instar 2 Brachypatys sp. yang baru berganti
kulit berwarna merah muda (e) Imago Brachypatys sp.
(f)
Sekumpulan nimfa Brachypatys sp. pada turi

9

a

c

b

d
Gambar 2 Kondisi telur dan kepik di lapang (a,b) Telur Brachylpatys sp. yang
diletakkan pada batang (c) Imago Brachylpatys sp. pada bagian pucuk
(d) Sekumpulan imago Brachylpatys sp. pada batang menyebabkan
tanaman mati
Hasil Perbanyakan Paratelenomus sp.
Perbanyakan kepik dilakukan pada turi di Taman Proteksi Tanaman depan
laboratorium pendidikan untuk perbanyakan parasitoid Paratelenomus sp.
Tanaman turi ini sebelum tidak terserang hama Brachyplatys sp. kemudian sekitar
9 sampai 10 imago kepik jantan dan betina diletakkan pada 2 turi agar
berkembangbiak. Perbanyakan kepik pada turi di taman berlangsung sekitar 4
bulan dengan sebaran kepik merata pada semua turi yang terdapat di taman.
Kepik ini tidak begitu aktif terbang dan akan menjatuhkan diri apabila
merasa tergangggu serta menyemprotkan cairan sebagai bentuk pertahanan diri
yang mengeluarkan bau seperti bau pada Coreidae maupun Alydidae. Setelah
perbanyakan kepik pada pohon turi berhasil kemudian dilihat ada atau tidaknya
musuh alami parasitoid Paratelenomus sp. yang memarasit telur Brachyplatys sp.
Imago parasitoid pun kemudian dilepas pada turi. Hal ini untuk melihat
kemampuan imago parasitoid memarasit telur kepik. Imago parasitoid mampu
memarasit telur hama walaupun telur yang terparasit hanya satu sampai tiga telur
pada setiap kelompok telur hama. Pengamatan dilakukan selama 10 minggu untuk
melihat perkembangan Paratelenomus sp. pada turi
Telur hama yang terparasit apabila dibandingkan dengan hasil survei tidak
banyak yang terparasit. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan sekitar yang cukup
berpengaruh terhadap ekologi serangga parasitioid. Banyaknya pohon-pohon dan
tanaman lainnya yang berdekatan dengan pohon turi dapat mempengaruhi laju
ekologi serangga parasitoid. Sehingga lingkungan sekitar yang digunakan untuk
perbanyakan dapat dikatakan heterogen. Berbeda dengan telur hama yang
terparasit yang ditemukan dilapang, kondisi lingkungan pada 2 tempat dapat
dikatakan homogen karena di sekitar tanaman inang hanya terdapat dua atau tiga

10

Jumlah kelompok telur terparasit

jenis tanaman yang berbeda. Faktor tersebut yang dapat memacu tingginya tingkat
parasitisasi dari Paratelenomus sp. tersebut.
Tingkat parasitisasi Paratelenomus sp. selama pengamatan 10 minggu
mengalami peningkatan terutama pada amatan turi 2, turi 1, turi 3, dan turi 7.
Kelompok serangga hama ini sudah menyebar pada turi yang ada di sekitarnya.
Namun kerusakan terparah terlihat pada turi 2 dengan banyaknya ranting-ranting
dan pucuk yang mati. Kerusakan yang terlihat tidak pada turi 2 saja tetapi pada
turi 1 dan turi 3 mengalami kerusakan yang dapat dikatakan cukup tinggi. Akibat
kerusakan ini pohon turi mengalami penurunan nutrisi karena nutrisi tanaman
banyak yang diambil oleh kepik sehingga tanaman hampir mati. Gejala lanjut
tanaman mengalami kematian total.
Parasitoid telur akan berkembang apabila terdapat inang dalam jumlah yang
banyak karena ketersediaan telur hama berumur 1 hari akan mudah pula
ditemukan oleh parasitoid telur ini. Perkembangan parasitoid pada turi 4 dan turi 5
selama 10 minggu pengamatan telur, hanya 1 sampai 3 telur yang terparasit dan
pada turi 6 tidak ada telur yang teparasit. Hal ini disebabkan karena jumlah kepik
yang masih sedikit sehingga pasitoid akan sulit menemukan telur inang yang
berumur 1 hari.
70

Turi 1

Turi 2

Turi 3

60

Turi 4

Turi 5

Turi 6

Turi 7

50

40

30

20

10

0
1

8

15

22

36

29

43

50

57

63

Hari pengamatan keGambar 3 Kelompok telur Brachyplatys sp. yang terparasit Paratelenomus sp.
pada setiap turi amatan
Perbanyakan Paratelenomus sp. di Laboratorium
Perbanyakan Paratelenomus sp. dilakukan di Laboratorium Ekologi, hal ini
untuk melihat parasitoid ini dapat diperbanyak atau tidak di laboratorium dalam
kondisi tempat yang terbatas. Perbanyakan dilakukan di dalam tabung reaksi yang

11
telah dimasukan masing-masing 1 kelompok telur berumur 1 hari pada setiap
ulangan perlakuan. Imago Paratelenomus sp. yang digunakan untuk masingmasing perlakuan adalah 3 imago jantan dan 3 imago betina, 4 imago jantan dan 4
imago betina, 5 imago jantan dan 5 imago betina, dan 6 imago jantan dan 6 imago
betina dengan 6 kali ulangan pada setiap perlakuan. Imago Paratelenomus sp.
yang digunakan didapat dari lapang dan umur imago yang digunakan sekitar 1
sampai 2 hari pada setiap perlakuan. Penggunaan imago parasitoid yang berumur
1 atau 2 hari ini karena imago tersebut masih aktif dalam memparasit telur dan
siklus hidup parasitoid ini relatif pendek berkisar 9 sampai 14 hari. Tabung reaksi
pada bagian pinggir diolesi madu yang diencerkan sebagai pakan parasitoid telur
tersebut. Semua perlakuan (Tabel 3) pada tabung reaksi yang telah dilakukan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan.
Persentase telur yang terparasit pada perlakuan 3 imago jantan dan 3 imago
betina hanya 10.66 %, imago parasitoid yang muncul hanya 5.88 %, dan imago
parasitoid gagal keluar dari telur mencapai 94.12 %. Perlakuan parasitoid 4 imago
jantan dan 4 imago betina hanya mampu memarasit telur 11.67 % tetapi pada
perlakuan ini pada telur yang terparasit tidak ada sama sekali imago parasitoid
yang muncul sehingga 100 % imago parasitoid tidak mampu keluar dari telur
inang. Persentase telur yang terparasit cukup tinggi yaitu pada perlakuan 5 imago
jantan dan 5 imago betina mencapai 24.42 % dengan kemunculan imago
parasitoid sebesar 30.95 dan imago parasitoid gagal keluar dari telur 69.05 %,
sedangkan perlakuan 6 imago jantan dan 6 imago betina persentase telur terparasit
hanya 14.54 %, imago parasitoid yang muncul hanya 2.04 %, dan imago
parasitoid gagal keluar dari telur mencapai 97.96 %. Tingkat parasitisasi terendah
yaitu pada perlakuan 3 imago jantan dan 3 imago betina.
Tabel 3 Rata-rata dan simpangan baku tingkat parasitisasi Paratelenomus sp.
pada tabung reaksi
Hasil
Telur Brachyplatys
(butir)
Telur terparasit
(butir)
Imago parasitoid
yang muncul
(individu)
Imago parasitoid
tidak muncul
(individu)

3 jantan
3 betina
53.33 ± 5.85a

Rata-rata ± SD
4 jantan
5 jantan
4 betina
5 betina
54.33 ± 6.62a
57.33 ± 2.50a

6 jantan
6 betina
56.17 ± 5.67a

N
(Ulangan
perlakuan)
6

5.67 ± 3.72a

6.33 ± 9.99a

14.00 ± 15.63a

8.17 ± 10.89a

6

0.33 ± 0.52a

0.0 ± 0.0a

4.33 ± 7.17a

0.17 ± 0.41a

6

5.33 ± 3.78a

6.33 ± 9.99a

7.50 ± 9.72a

8.00 ± 10.49a

6

Tingginya telur yang terparasit pada perlakuan 5 jantan dan 5 betina
(Tabel 4) karena penggunaan telur kepik yang berumur 1 hari langsung dilakukan
perlakuan. Perlakuan lainnya telur kepik berumur 1 hari ini sempat dimasukkan ke
dalam lemari pendingin karena belum tersedianya parasitoid untuk perlakuan.
Kesegaran telur kepik mempengaruhi rendah atau tingginya parasitoid dalam
memarasit inangnya. Perilaku awal parasitoid ini ketika akan memarasit inang
biasanya parasitoid akan berputar-putar pada telur inang mencari tempat yang
tepat untuk meletakan ovipositornya pada telur inang.

12
Tabel 4 Perbandingan telur terparasit, imago parasitoid yang muncul, dan imago
parasitoid tidak muncul pada setiap perlakuan
Pengamatan
Telur terparasit (%)
Imago parasitoid yang
muncul (%)
Imago gagal keluar dari
inang (%)

Perlakuan
3 jantan 4 jantan 5 jantan 6 jantan
3 betina 4 betina 5 betina 6 betina
10.66
11.67
24.42
14.54
5.88
0
30.95
2.04
94.12

100

69.05

97.96

Tingkat parasitisasi Paratelenomus sp. pada tabung reaksi persentasenya
cukup rendah apabila dibandingkan dengan tingkat parasitisasi di lapang. Tinggi
maupun rendahnya tingkat parasitisasi tidak bergantung pada berapa banyak
imago parasitoid yang diletakkan pada telur tetapi bergantung pada kemampuan
individu parasitoid yang siap untuk memarasit atau tidak. Faktor lainnya
rendahnya kemunculan imago parasitoid disebabkan kondisi cairan pada telur
inang yang masih cukup dingin karena telur yang sebelumnya dimasukkan ke
lemari pendingin dan telah didiamkan terlebih dahulu selama 2 jam pada suhu
ruangan sebelum diletakkan parasitoid. Karakteristik Paratelenomus sp. ini tidak
sama seperti Trichogramma sp. yang dapat dilakukan perbanyakan pada tabung
reaksi.
Karakteristik Parasitoid Telur Paratelenomus sp.
Parasitoid telur ini memiliki sifat soliter sehingga pada telur hama yang
terparasit hanya ditemukan satu spesies parasitoid telur dan telur hama yang
terparasit akan berwarna coklat gelap sampai kehitaman (Ruberson, et al. 2012).
Paratelenomus sp. akan memarasit telur inangnya yang berumur 1 sampai 2 hari
karena tekstur telur hama tersebut masih cukup lunak dan embrio dalam telur
hama belum terbentuk sempurna sehingga memudahkan parasitoid telur ini untuk
memarasit telur (Gambar 4a). Imago parasitoid akan muncul pada telur yang telah
terparasit berkisar pada hari ke-13 sampai hari ke-16 setelah telur hama terparasit.
Imago parasitoid yang muncul bertahap karena imago tidak secara langsung
keluar dari telur hama. Imago parasitoid yang siap untuk keluar awalnya akan
mendesak penutup telur hama sehingga penutup telur hama akan lepas dan imago
parasitoid tersebut pertama akan memunculkan antena terlebih dahulu (Gambar
4c). Kepala parasitoid Paratelenomus sp. setelah itu akan terlihat hari kedua
setelah kemunculan antena dan imago parasitoid akan keluar dari telur hama pada
hari berikutnya setelah terlihat munculnya kepala parasitoid.
Ciri-ciri apabila parasitoid tersebut hidup sebelum imago parasitoid keluar
dari telur inang adalah antena parasitoid akan bergerak jika diamati di bawah
mikroskop cahaya dan apabila disentuh akan memberikan respon gerakan. Jumlah
parasitoid yang muncul pada telur hama tersebut tidak menandakan bahwa semua
imago parasitoid tersebut hidup, tetapi ada beberapa parasitoid yang tidak mampu
untuk keluar dari telur hama tersebut (Gambar 4d). Faktor yang memungkinkan
imago parasitoid tidak dapat keluar diantaranya suhu dan kelembaban pada

13
penyimpanan telur hama selama pengamatan. Suhu dan kelembaban berpengaruh
pada ketahanan parasitoid untuk hidup (Takagi dan Murakami 2012) karena
ketika pengamatan beberapa kelompok telur di simpan di ruangan yang lembab
dan banyak kepala imago parasitoid yang muncul pada telur namun hanya
beberapa imago yang dapat keluar dari telur hama tersebut.

a

1 mm

c

1 mm

1 mm

b

1 mm

d
1 mm

e

d

Gambar 4 Karakteristik Paratelenomus sp. (a) Imago Paratelenomus sp. yang
sedang meletakkan telur pada inang, (b) Telur yang terparasit, (c)
Kemunculan awal imago parasitoid, (d) Imago parasitoid yang akan
keluar dari inang, (e) Ukuran imago parasitoid
Paratelenomus sp. memiliki siklus hidup yang cukup singkat yaitu dari telur
hingga imago keluar dari telur inang 13 sampai16 hari. Telur Paratelenomus sp.
berada di dalam telur inang, telur parasitoid berbentuk memanjang dan
meruncing, memiliki ukuran yang sangat kecil serta stadium telur berkisar satu
sampai dua hari. Larva parasitoid ini hidup di dalam tubuh inang dengan stadium
larva berkisar hari. Pupa tidak berkokon dan terdapat dalam telur inang yang
terparasit. Pupa parasitoid tidak berkokon karena embelan seperti bakal antena,
bakal sayap, dan bakal tungkai terlihat jelas. Pupa pada awalnya akan berwarna
putih kemudian menjadi coklat sampai kehitaman, sehingga terlihat pada bagian

14
luar telur inang akan bewarna gelap. Serangga dewasa memiliki stadium berkisar
9 sampai 14 hari.

1 mm

a

1 mm

b

Gambar 5 Imago Paratelenomus sp. (a) jantan dan (b) betina
Imago jantan (Gambar 5a) memiliki ciri-ciri antena dengan ruas berjumlah
11 ruas, pada toraks terlihat lebih menonjol dan lebih besar, pada sayap terdapat
stigma dan memiliki rambut-rambut halus, dan ukuran pangkal abdomen lebih
kecil dan ujung abdomen terlihat membesar dan tumpul. Imago betina (Gambar
5b) memiliki antena dengan ruas berjumlah sembilan ruas dan ujung bagian
antena menggada, pada sayap terdapat stigma dan memiliki rambut-rambut halus
pada sayap, pada toraks terlihat sejajar dengan kepala, dan pada abdomen terlihat
ovipositor di bagian ujungnya dan apabila tampak depan abdomen betina lebih
besar dibandingkan imago jantan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Persentase tingkat parasitisasi Paratelenomus sp. yang ditemukan di
lapang pada setiap lokasi yang mencapai lebih dari 50 % dapat dikatakan cukup
tinggi. Kelompok telur Brachypalatys sp. yang ditemukan paling banyak di
Kampung Babakan Lebak yaitu 3 801 butir telur dengan tingkat parasitisasi
mencapai 55.14 % dan jumlah telur yang paling sedikit di dapat di Kampung
Cikabayan yaitu 1 136 butir telur dengan tingkat parasitisasi 56.34 %. Tingginya
tingkat parasitisasi musuh alami parasitoid telur di lapang cukup efektif untuk
menekan laju pertumbuhan Brachyplatys sp.. Paratelenomus sp. yang
diperbanyak dalam tabung reaksi hasil persentase tingkat parasitisasinya rendah
hanya berkisar 10 % sampai 24 %. Musuh alami Paratelenomus sp. tidak begitu
cocok dikembangbiakkan di dalam tabung reaksi.

Saran
Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengetahui tingkat parasitisasi
Paratelenomus sp. pada telur hama Brachyplatys sp. yang diperbanyak pada turi
yang ditutup oleh kurungan.

DAFTAR PUSTAKA

Beardsley Jr JW, Fluker S. 1967. Coptosoma
xanthogramma (White),
(Hemiptera: Plataspidae) a new pest of legumes in Hawaii. Proc Haw
Entomol Soc. 19(3): 367-372.
Godfray HCJ. 1993. Parasitoids behavioral and Evolutionary Ecology. New
Jersey : Princenton University Press.
Johnson NF. 1988. Species of Australian Telenominae (Hymenoptera:
Scelionidae) of A. P.Dodd and A. A. Girault. Proc Entomol Soc Wash.
90(2): 229-243
Johnson NF. 1996. Revision of world species of Paretelenomus Dodd
(Hymenoptera: Scelionidae). Canadian Entomologist [Internet]. [diunduh
2012
Nov
17];
128:
273-291.
Tersedia
pada:
http://plazi.org:8080/dspace/bitstream/10199/15718/1/596.pdf.
Pardede Dj. 1991. Pengendalian kepik Brachyplatys sp. pada Gliricidia tanaman
pelindung kakao di kebun Aek Pancur. Buletin Perkebunan. 22(3): 191196.
Poplin A, Hodges A. 2012. Bean plataspid: Megacopta cribraria (Fabricius)
(Insecta: Hemiptera: Heteroptera: Plataspidae). [Internet] Florida(US):
Entomology and Nematology Department. [diunduh 2012 Nov 17].
Tersedia pada: http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/IN/IN93900.pdf.
Pudjianto. 1994. Psyllaephagus yaseeni Noyes (Hymenoptera: Encyrtidae) pada
kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana Crawford (Homoptera: Psyllidae).
[Tesis]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rajmohana K, Narendran TC. 2007. A New Species of Paratelenomus
(Hymenoptera: Scelionidae) from India. Zoos1 Print Journal [internet].
[diunduh 2012 Nov 17]; 22(1): 2522-25232. Tersedia pada:
http://www.zoosprint.org/ZooPrintJournal/2007/January/2522-2523. pdf.
Ruberson John R, Keiji Takasu, G. David Buntin, Joe E. Eger Jr., Wayne A.
Gardner, Jeremy K. Greene, Tracie M. Jenkins, Walker A. Jones, Dawn M.
Olson, Phillip M. Roberts et al. 2012. From Asian curiosity to eruptive
American pest: Megacopta cribraria (Hemiptera: Plataspidae) and prospects
for its biological control. Appl Entomol Zool. DOI 10.1007/s13355-0120146-2.
Suiter DR, Ames LM, Eger JE, Gardner WA. 2010. Megacopta cribraria as a
nuisance pest. Urban Entomology Pest Series. UGA-CAES Publications;
[diunduh
2012
Nov
17].
Tersedia
pada:
http://www.caes.uga.edu/applications/publications/files/pdf/C%20991_1.PD
F.
Takagi M, Murakami K. 1997. Effect of temperature on development of
Paratelenomus saccharalis (Hymenoptera: Scelionidae), an egg parasitoid
of Megacopta punctatissimum (Hemiptera: Plataspidae). Appl Entomol Zool
32(4):659–660.

17
Van Den Bosch, R. P. S. Messenger and A. P. Guitierrez, 1973. An Introduction
to Biological Control, Plenum Press, New York and London.

LAMPIRAN

19
Lampiran 1 Hasil Pengamatan Telur Brachyplatys sp. di Kampung Babakan
Lebak
Imago parasitoid
Sampel Jumlah
Telur
telur
telur
terparasit Keluar Gagal
keluar
BT 1
40
33
31
2
BT 2
44
15
15
0
BT 3
48
25
25
0
BT 4
19
19
18
1
BT 5
54
21
21
0
BT 6
74
34
34
0
BT 7
56
36
25
11
BT 8
61
0
0
0
BT 9
38
29
28
1
BT 10
66
48
44
4
BT 11
40
30
27
3
BT 12
58
24
21
3
BT 13
37
26
19
7
BT 14
47
15
12
3
BT 15
35
30
26
4
BT 16
23
23
22
1
BT 17
50
44
36
8
BT 18
56
40
35
5
BT 19
37
24
21
3
BT 20
46
26
25
1
BT 21
49
30
19
11
BT 22
49
38
36
2
BT 23
73
48
44
4
BT 24
35
17
17
0
BT 25
46
13
13
0
BT 26
55
42
35
7
BT 27
79
79
59
20
BT 28
38
18
17
1
BT 29
24
6
5
1
BT 30
50
24
16
8
BT 31
53
20
17
3
BT 32
59
20
12
8
BT 33
54
9
7
2
BT 34
41
20
20
0
BT 35
39
0
0
0
BT 36
39
18
18
0
BT 37
27
4
3
1
BT 38
51
0
0
0

Persentase
parasitoid
(%)
82,5
34,09
52,08
100
38,89
45,95
64,29
0
76,32
72,73
75
41,38
70,27
31,91
85,71
100
88
71,43
64,86
56,52
61,22
77,55
65,75
48,57
28,26
76,36
100
47,37
25
48
37,74
33,9
16,67
48,78
0
46,15
14,81
0

Persentase
Kemunculan
kemunculan
nimfa
nimfa (%)
7
17,5
29
65,91
23
47,92
0
0
33
61,11
40
54,05
20
35,71
61
100
9
23,68
18
27,27
10
25
34
58,62
11
29,73
32
68,09
5
14,29
0
0
6
12
16
28,57
13
35,14
20
43,48
19
38,78
11
22,45
25
34,25
18
51,43
33
71,74
13
23,64
0
0
20
52,63
18
75
26
52
33
62,26
39
66,1
45
83,33
21
51,22
39
100
21
53,84
23
85,19
51
100

20
BT 39
BT 40
BT 41
BT 42
BT 43
BT 44
BT 45
BT 46
BT 47
BT 48
BT 49
BT 50
BT 51
BT 52
BT 53
BT 54
BT 55
BT 56
BT 57
BT 58
BT 59
BT 60
BT 61
BT 62
BT 63
BT 64
BT 65
BT 66
BT 67
BT 68
BT 69
BT 70
BT 71
BT 72
BT 73
BT 74
BT 75
BT 76
BT 77
BT 78
BT 79
BT 80
BT 81
BT 82

52
58
64
50
50
54
53
60
30
57
51
49
45
59
65
24
47
57
30
57
57
26
26
22
20
17
17
23
39
53
49
24
44
50
49
63
34
37
39
57
45
37
56
47

37
17
0
42
39
28
53
47
0
42
27
49
37
59
50
24
22
14
0
48
39
0
0
22
20
0
5
10
12
20
37
24
19
22
13
51
34
23
32
12
28
30
15
23

35
11
0
41
39
28
52
47
0
33
23
49
37
36
43
24
16
14
0
45
39
0
0
22
15
0
3
10
8
11
25
23
18
22
9
40
28
21
29
12
27
29
15
15

2
6
0
1
0
0
1
0
0
9
4
0
0
23
7
0
6
0
0
3
0
0
0
0
5
0
2
0
4
9
12
1
1
0
4
11
6
2
3
0
1
1
0
8

71,15
29,31
0
84
78
51,85
100
78,33
0
73,68
52,94
100
82,22
100
76,92
100
46,81
24,56
0
84,21
68,42
0
0
100
100
0
29,41
43,48
30,77
37,74
75,51
100
43,18
44
26,53
80,95
100
62,16
82,05
21,05
62,22
81,08
26,79
48,94

15
41
64
8
11
26
0
13
30
15
24
0
8
0
15
0
25
43
30
9
18
26
26
0
0
17
12
13
27
33
12
0
25
28
36
12
0
14
7
45
17
7
41
24

28,85
70,69
100
12
22
48,15
0
21,67
100
26,32
47,06
0
17,78
0
23,08
0
53,19
75,44
100
15,79
31,58
100
100
0
0
100
70,59
56,52
69,23
62,26
24,49
0
56,82
56
73,47
19,05
0
37,84
17,95
78,95
37,38
18,92
73,21
51,06

21
BT 83
BT 84

33
35

0
22

0
20

0
2

0
62,86

33
13

100
37,14

Lampiran 2 Hasil Pengamatan Telur Brachyplatys sp. di Kampung Cikabayan
Sampel
telur
CBT 1
CBT 2
CBT 3
CBT 4
CBT 5
CBT 6
CBT 7
CBT 8
CBT 9
CBT 10
CBT 11
CBT 12
CBT 13
CBT 14
CBT 15
CBT 16
CBT 17
CBT 18
CBT 19
CBT 20
CBT 21

Imago parasitoid
Jumlah
Telur
telur
te