Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” Dalam Produksi Susu Karamel Kasus Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN
PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI
“KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL
(Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat)

DEBI WIRANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan Antara
Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania”
dalam Produksi Susu Karamel” adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Debi Wiranti
NIM I34120154

ABSTRAK
DEBI WIRANTI. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas
Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi Susu Karamel Kasus
Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di bawah
bimbingan MURDIANTO.
Kelompok wanita tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan
petani yang mana anggotanya terdiri dari wanita-wanita yang berkecimpung dalam
kegiatan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja
yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu
karamel; menganalisis tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu
karamel; menganalisis hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas
anggota KWT dalam produksi susu karamel. Metode penelitian ini menggunakan

kombinasi pendekatan kuantitatif dengan sensus kepada 25 responden dan kualitatif
dengan wawancara mendalam kepada informan. Analisis data menggunakan uji
korelasi Rank Spearman dan tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat produktivitas anggota kelompok tergolong sedang. Faktor yang
berhubungan dengan hal ini adalah frekuensi keterlibatan anggota dalam kelompok
wanita tani “kania” pada seluruh tahapan partisipasi.
Kata kunci: partisipasi, produktivitas, kelompok wanita tani

ABSTRACT
DEBI WIRANTI. Relation of Participation Rate with Member Productivity of
“Kania” Women Farmer Group in Caramel Milk Production, Case of Tajur Halang
Village, Cijeruk District, Bogor, West Java. Supervised by MURDIANTO.
Women farmers group is are institution consist of members of women famer
who are involved in agricultural activities. The purpose of this study is to identify
what factors are associated with the level of KWT members participation in the
production of caramel milk; to analyze the level of KWT members participation in
the production of caramel milk; to analyze the relation of KWT members’
participation level with members’ productivity in the production of caramel milk.
The method of this research is using a combination of quantitative approach with a
survey of 25 respondents and qualitative depth interviews with informants. Data

analyze using Rank Spearman correlation test and frequency table. The result shows
that productivities of members classifieds to middle class with identified by the
increasing of product production result. The factors that have relation are frequency
of members related with participation level to all stages.
Keywords: participation, productivity, women farmers group

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN
PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI
“KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL
(Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat)

DEBI WIRANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Usaha kecil menengah di wilayah pedesaan tentunya tidak terlepas dari
keikutsertaan masyarakat sekitar. Pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam
sebuah kegiatan dapat menjadi faktor keberhasilan kegiatan tersebut. Partisipasi
diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat
secara sukarela dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan
kelompok untuk mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Partisipasi akan terwujud
apabila terdapat kemampuan, kemauan dan kesempatan pada masyarakat yang
berasal dari dalam diri masyarakat sendiri. Tingkat partisipasi anggota dalam
penelitian ini diukur berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu:
tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap
evaluasi. Selanjutnya penulis akan membahas hubungan tingkat partisipasi dengan
produktivitas anggota kelompok.
Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen
pembimbing atas bimbingan, saran, dan curahan waktunya selama proses penulisan

hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
keluarga tercinta, yaitu Ayahanda Masno dan Ibunda Nanik Martini, kakak Bayu
Candra Winata Ssi, beserta kedua adik laki-laki Dimas Harya Winata dan Fhyan
Nanda Winata, yang telah memberikan segenap kasih sayang, motivasi, dukungan
dan untaian doa yang tidak pernah putus. Selain itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman satu bimbingan Dijako Rizki dan Tazkiyah Alkaff,
beserta teman-teman satu departemen SKPM angkatan 49, atas kebersamaan dalam
berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran selama penulisan skripsi.
Penulis berharap kajian mengenai Hubungan Antara Tingkat Partisipasi
dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi
Susu Karamel Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat
mampu memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2016

Debi Wiranti
NIM I34120154

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

v

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah


4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

PENDEKATAN TEORITIS

7

Tinjauan Pustaka

7

Partisipasi Masyarakat


7

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

11

Faktor Internal

12

Faktor Eksternal

13

Produktivitas

13

Kelompok Wanita Tani (KWT)


14

Kerangka Pemikiran

15

Hipotesis Penelitian

16

PENDEKATAN LAPANG

17

Metode Penelitian

17

Lokasi dan Waktu Penelitian


17

Teknik Penentuan Responden dan Informan

18

Teknik Pengumpulan Data

18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

19

Definisi Operasional

19

GAMBARAN UMUM DESA TAJURHALANG


23

Kondisi Geografis dan Demografi

23

Kondisi Ekonomi

24

Kondisi Sosial dan Budaya

25

Profil Kelompok Wanita Tani “Kania”

26

Pengolahan Produk Susu Kelompok Wanita Tani “Kania”
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KELOMPOK WANITA TANI
“KANIA”

26
29

Faktor Internal Kelompok Wanita Tani Kania

29

Usia

29

Tingkat Pendidikan

29

Tingkat Pendapatan

30

Faktor Eksternal Kelompok Wanita Tani “Kania”

31

Interaksi Anggota dengan Pengelola KWT

31

Pelayanan Pengelola KWT

32

TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI
“KANIA”

35

Tahap Pengambilan Keputusan

35

Tahap Pelaksanaan

36

Tahap Menikmati Hasil

36

Tahap Evaluasi

37

Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania”

38

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA”

41

Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok

42

Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota Dengan Produktivitas Kelompok
Wanita Tani “Kania”

50

SIMPULAN DAN SARAN

55

Simpulan

55

Saran

55

DAFTAR PUSTAKA

57

LAMPIRAN

61

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Tangga partisipasi Arnstein
Definisi operasional faktor internal
Definisi operasional tingkat partisipasi
Definisi operasional produkivitas anggota
Luas dan persentase lahan berdasarkan pemanfaatan lahan Desa
Tajurhalang
Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan mata
pencaharian tahun 2015
Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan
pemetaan tingkat kesejahteraan tahun 2015
Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan tingkat
pendidikan
Jumlah dan persentase usia anggota Kelompok Wanita Tani “Kania”
berdasarkan karakteristik individu
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan anggota Kelompok Wanita
Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu
Jumlah dan persentase tingkat pendapatan anggota Kelompok Wanita
Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu
Jumlah dan persentase tahap pengambilan keputusan anggota Kelompok
Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota
Jumlah dan persentase tahap pelaksanaan anggota Kelompok Wanita
Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota
Jumlah dan persentase tahap menikmati hasil anggota Kelompok Wanita
Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota
Jumlah dan persentase tahap evaluasi anggota Kelompok Wanita Tani
“Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota
Jumlah dan persentase produktivitas anggota Kelompok Wanita Tani
“Kania” berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan
Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap
pengambilan keputusan
Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat
partisipasi pada tahap pengambilan keputusan
Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap
pelaksanaan
Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat
partisipasi pada tahap pelaksanaan
Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap
menikmati hasil
Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat
partisipasi pada tahap menikmati hasil
Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap
evaluasi
Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat
partisipasi pada tahap evaluasi

11
20
21
22
23
24
25
25
25
25
29
30
30
30
30
35
35
36
36
37
37
37
37
38
38
42
42
43
44
45
46
47
48
49

25
26

Hubungan tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok 51
wanita tani “kania”
Koefisien korelasi spearman (rs) antara tingkat partisipasi anggota pada 52
masing-masing tahapan dengan produktivitas kelompok

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka Pemikiran

16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Peta Lokasi Penelitian
Jadwal Penelitian
Kerangka Sampling
Kuesioner
Panduan Wawancara Mendalam
Tulisan Tematik
Hasil Uji Statistik
Dokumentasi Penelitian

61
62
63
65
71
73
79
89

PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukan penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian serta kegunaan penelitian bagi pihak terkait. Latar
belakang berisi alasan mengenai pemilihan topik penelitian. Rumusan masalah
berisi permasalahan yang ingin diteliti, tujuan penelitian merupakan jawaban dari
masalah penelitian dan kegunaan penelitian berisi kegunaan untuk berbagai pihak
yang menjadi sasaran dari hasil penelitian.
Latar Belakang
Sektor industri memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Fakta ini terbukti dalam perhitungan produk domestik bruto, sektor industri
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada Tahun 2014 kontribusi sektor industri sebesar 21.02 persen lebih tinggi
dibandingkan tahun 2013 sebesar 20.98 persen. Sektor industri tidak hanya
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi akan tetapi juga berperan dalam
penyerapan tenaga kerja. Tahun 2013 sektor industri menyerap tenaga kerja sebesar
14 juta orang atau setara 70 persen tenaga kerja bekerja di sektor industri mikro dan
kecil (BPS 2015).
Industri mikro dan kecil dalam bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
juga memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Ditinjau dari segi
jumlah usaha (estabilishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Jumlah
unit UKM dan Tenaga Kerja UKM di Indonesia Berdasarkan data Kementerian
Koperasi dan UKM (2011) dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun
2006 jumlah UKM 49.021.803 menyerap tenaga kerja sebanyak 87.909.598 jiwa.
Tahun 2010 jumlah UKM 53.823.732 menyerap tenaga kerja sebanyak 99.401.775
jiwa. Akan tetapi ditingkat regional Jawa Barat khususnya kota Bogor pertumbuhan
UKM berdasarkan kementerian koperasi dan UKM (2012) mengalami fluktuasi,
yaitu pada tahun 2011 sebesar 6.582, naik sebesar 4.06 persen menjadi 6.849 pada
tahun 2012. Tahun 2013 jumlah UKM sebesar 6.640 menurun sebesar 3.05 persen
dibanding tahun 2012. Jumlah UKM tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0.56
persen menjadi 6.770 dibanding tahun 2013. Di beberapa tingkat regional, UKM
masih belum stabil karena belum optimal dalam pengembangan. Sehingga penting
untuk melakukan pengembangan UKM berdasarkan potensi masing-masing daerah,
sebagai usaha yang strategis untuk mempercepat pertumbuhan struktural dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dan sebagai wadah kegiatan usaha
bersama bagi produsen maupun konsumen. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki
Desa Tajurhalang memungkinkan pengembangan subsektor produksi sehingga
menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia. Salah satu
potensi yang dimiliki adalah peternakan sapi perah yang dikembangkan di Desa
Tajurhalang karena wilayah tersebut memiliki iklim dan geografis yang baik, hal
ini sesuai dengan dukungan sumber daya alam dan lahan yang cukup tersedia
karena berada di kaki gunung halimun salak yang memiliki iklim sejuk. Kelompok
tani peternak sapi perah menghasilkan susu sapi perah murni yang memiliki nilai
tinggi dan banyak di konsumsi oleh masyarakat.
Akan tetapi produksi susu jauh di bawah permintaan konsumsi nasional,
sementara permintaan akan susu sapi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami

2
kenaikan. Tahun 2006 produksi susu sebesar 616.000 ton, sedangkan konsumsi
susu masyarakat Indonesia sebesar 1.354.235 ton. Tahun 2007 produksi susu
sebesar 567.683 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 2.000.995 ton.
Tahun 2008 produksi susu sebesar 646.952 ton, sedangkan konsumsi susu
meningkat sebesar 2.125.327 ton. Tahun 2009 produksi susu sebesar 827.249 ton,
sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 3.475.843 ton. Tahun 2010 produksi
susu sebesar 909.532 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 3.864.454
ton (Direktorat Jendral Peternakan 2011). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat
adanya kesenjangan antara produksi susu sapi yang dihasilkan dengan permintaan
konsumsi susu sapi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan
pengembangan sapi perah untuk menunjang peningkatan produksi susu. Akan
tetapi pada tahun 2007 harga susu sapi perah rendah sedangkan harga pakan untuk
sapi semakin melambung tinggi. Sehingga muncullah pemikiran untuk mengolah
susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi.
Salah satunya adalah UKM di pedesaan yaitu Usaha Kelompok Wanita Tani
(KWT) yang berada di Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.
Kelompok Wanita Tani yang berada di Desa Tajur Halang adalah KWT
“Kania”. KWT ini memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan UKM
dengan melakukan berbagai kegiatan produktif. KWT “Kania” berperan dalam
menghasilkan olahan pangan berkualitas seperti produksi susu karamel dengan
menonjolkan keunggulan dari produk dengan mempertahankan cita rasa dari susu
sapi itu sendiri. Bahan dasar dalam pengolahan produk yang di produksi berasal
dari susu sapi perah yang berasal dari desa itu sendiri yaitu kelompok tani peternak
sapi perah “Kania”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usaha dari KWT
“Kania” di Desa Tajurhalang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini diharapkan
mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan
penduduk desa. Walau demikian usaha dalam peningkatan produksi susu karamel
terkait juga dengan keanggotaan kelompok yang memiliki hubungan terhadap
produksi. Dalam sebuah kelompok maka penting untuk melihat peran serta maupun
partisipasi antar anggota. Karena partisipasi dari anggota akan menentukan hasil
yang akan dicapai oleh kelompok. Hal inilah yang dapat diukur melalui tahapan
partisipasi yang dilakukan anggota dalam peranannya mengelola usaha produksi.
Partisipasi merupakan proses ketika, baik warga sebagai individu maupun
kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta dalam mempengaruhi
proses perencanaan, pelaksanaan, dan memantau kebijakan yang langsung
mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya bagaimana individu bisa
ikut serta dalam kegiatan, tetapi partisipasi adalah bagaimana agar individu dapat
turut serta dalam merancang kegiatan dan memiliki kesempatan untuk
mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan (Soemarto
dan Hetifah 2009). Selanjutnya, Cohen dan Uphoff (1977) menjabarkan mengenai
tahapan-tahapan partisipasi, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan,
tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Berdasarkan kasus penelitian
sebelumnya tahapan partisipasi peserta memiliki beberapa kategori. Seperti yang
diungkapkan Deviyanti (2013) partisipasi dalam Pembangunan di Kelurahan
Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah mayoritas cukup baik, yaitu
pengambilan keputusan dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang)
hanya melibatkan beberapa pihak yang dianggap mewakili masyarakat. Akan tetapi

3
dalam pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil pembangunan bidang fisik,
masyarakat setempat ikut berpartisipasi memberikan bantuan bentuk tenaga serta
ikut terlibat mengajukan usulan-usulan pembangunan. Apandi (2010) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi yang dilakukan oleh peserta program
Aku Himung Petani Banua mayoritas masih kurang baik, dimana partisipasi peserta
sebatas pada hadir dalam kegiatan rapat, pelatihan, maupun pertemuan-pertemuan
yang diadakan oleh perusahaan.
Partisipasi anggota dalam suatu kegiatan berhubungan dengan peningkatan
produktivitas berkenaan dengan usaha untuk menghasilkan barang yang berguna
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Produktivitas merupakan
hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan
waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang dihasilkan
dalam kurun waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas yang
dihasilkan memiliki nilai tinggi. Oleh karena itu, semakin terlibat anggota dalam
kegiatan produksi maka produk yang dihasilkan semakin tinggi, apabila
keterlibatan anggota sedikit maka produk yang dihasilkan menjadi rendah.
Penelitian Cahyantara dan Subudi (2015) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan
partisipatif, budaya kerja, dan disiplin kerja karyawan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan. Pengukuran tingkat produktivitas kerja yaitu
menggunakan enam variabel yang mencakup peningkatan hasil kerja, etos kerja,
mutu kerja, pengembangan diri, kemampuan kerja, dan efisiensi. Selanjutnya hasil
penelitian Andrianto (2014) melalui analisis data dan pengujian hipotesis yang
dilakukan, yaitu variabel masa kerja, usia, beban tanggungan, dan upah karyawan
memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Hal ini berarti
bahwa empat variabel pengujian memberikan dampak besar dalam meningkatkan
produktivitas kerja karyawan yang semakin menyempurnakan kualitas produk.
Semakin terlibat anggota untuk berpartisipasi dalam mengembangkan dan
melaksanakan kegiatan maka semakin tinggi kesempatan setiap anggota dalam
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti hubungan
antara tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok wanita tani
(KWT) dalam produksi susu karamel?

4
Rumusan Masalah
Menurut teori Cohen dan Uphoff (1977) suatu usaha dikatakan produktif
apabila seluruh anggota terlibat dalam kegiatan. Akan tetapi dalam praktiknya
partisipasi anggota masih mengalami banyak permasalahan yaitu masyarakat
lapisan bawah ditingkat komunitas tidak berdaya menghadapi lapisan yang lebih
kuat. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi anggota kelompok
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam anggota kelompok yang mencakup usia, tingkat pendidikan, dan
tingkat pendapatan. Sedangkan faktor eksternal menurut Pangestu (1995) meliputi
interaksi anggota dengan pengelola program, dan pelayanan pengelola. Oleh karena
itu penelitian ini ingin mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan
tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel?
Keterlibatan masyarakat dalam sebuah kegiatan dapat mempengaruhi proses
partisipasi pengambilan keputusan yang bermaksud untuk melihat kesadaran
masyarakat dalam menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu
sendiri. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka
dapat menegaskan kontrol secara efektif. Tingkat partisipasi masyarakat diukur
berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu: tahap pengambilan
keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Sehingga
muncul pertanyaan kedua, bagaimana tingkat partisipasi anggota KWT dalam
produksi susu karamel?
Partisipasi merupakan proses ketika warga sebagai individu maupun
kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses
perencanaan, pelaksanaan, dan memantau kebijakan yang langsung mempengaruhi
kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya bagaimana individu bisa ikut serta dalam
kegiatan, tetapi partisipasi adalah bagaimana agar individu dapat turut serta dalam
merancang kegiatan dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keputusan
dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan (Soemarto dan Hetifah 2009). Setiap
anggota kelompok memiliki keterlibatan untuk berpartisipasi dalam
mengembangkan dan melaksanakan kegiatan. Sehingga semakin terlibat anggota
untuk berpartisipasi maka semakin tinggi hasil yang diperoleh dalam memproduksi
suatu produk dan dapat meningkatkan produktivitas anggota kelompok.
Produktivitas anggota dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang
dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu
proses kerja (Yuniarsih 2009). Pribadiyono (2006) menjabarkan bahwa
produktivitas yaitu melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas
mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa
kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari
ini. Maka perlu dianalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota
dengan tingkat produktivitas anggota KWT dalam produksi susu karamel?

5
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana
tingkat partisipasi anggota KWT dalam produktivitas susu karamel. Tujuan utama
ini akan dijawab melalui tujuan khusus yang telah dirumuskan sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi
anggota KWT dalam produksi susu karamel;
2.
Menganalisis tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel;
3.
Menganalisis hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas
anggota KWT dalam produksi susu karamel.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak yang berminat maupun terkait dengan kajian tingkat partisipasi masyarakat,
khususnya kepada:
1.
Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana
peran pemerintah dan keterlibatan yang dilakukan oleh lembaga pengelola
program dalam aktivitas pengembangan masyarakat sebagai bentuk
kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi bahan untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan produksi terutama produksi
susu karamel.
2.
Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana
hubungan antara masyarakat dengan pihak pengelola program pada tingkat
partisipasi dengan produktivitas anggotanya. Sehingga dikemudian hari
diharapkan dapat memberikan kebijakan-kebijakan sesuai.
3.
Akademisi
Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber
informasi dan menambah pengetahuan mengenai hubungan tingkat
partisipasi dengan produktivitas anggota dalam sebuah produksi susu
dipedesaan.

PENDEKATAN TEORITIS
Bab ini menjelaskan mengenai berbagai pustaka yang dirujuk dalam
melakukan penelitian. Pustaka-pustaka tersebut diambil dari berbagai sumber
seperti buku, peraturan pemerintah, maupun hasil-hasil penelitian. Selain itu, bab
ini juga menjelaskan mengenai kerangka penelitian beserta dengan hipotesis
penelitian, dan definisi operasional dari masing-masing variabel yang dihitung.

Tinjauan Pustaka
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri,
dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan
proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara
efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: pertama, warga komunitas
dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan
dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan
kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah
memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut pada
subjek yang sadar (Nasdian 2014). Partisipasi merupakan proses ketika warga
sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta
ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan memantau kebijakan
yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya
bagaimana individu bisa ikut serta dalam kegiatan, tetapi partisipasi adalah
bagaimana agar individu dapat turut serta dalam merancang kegiatan dan memiliki
kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan (Soemarto dan Hetifah 2009). Deviyanti (2013) mengartikan partisipasi
sebagai keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi
yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan dan
berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif. Sehingga partisipasi masyarakat
yaitu hak atau kewajiban seseorang untuk memberikan kontribusi dan
berkesempatan menyumbangkan inisiatif serta kreativitasnya dalam mencapai
tujuan kelompok. Selanjutnya Faisal et al. (2013) menjelaskan bahwa seseorang
bisa berpartisipasi apabila menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok,
melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan,
kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.
Menurut FAO dalam Mikkelsen (2003) mengemukakan beberapa pengertian
partisipasi sebagai berikut:
1.
Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2.
Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan.
3.
Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang
atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.

8
4.

5.

Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan
para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar
supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak
sosial.
Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri.

Pengembangan partisipasi anggota kelompok, perlu pemahaman dasar
mengenai tahapan partisipasi untuk mengukur keterlibatan anggota dari masingmasing pihak. Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa
tahapan yaitu meliputi tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan program,
tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Pada penelitian Rosyida dan Nasdian
(2011) dijelaskan mengenai tahapan partisipasi berdasarkan teori Cohen dan
Uphoff, yaitu sebagai berikut:
1.
Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Proses
pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran
masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai
dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki
kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala
bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan
dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat
bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian.
2.
Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan
sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai
tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai
sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan
masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya.
Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom
up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut,
seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama
merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti
contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu
baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari
masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia
dan tidak berkelanjutan.
3.
Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut
berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini masyarakat sudah mampu
merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka
juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang
mereka miliki.

9
4.

Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan
masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil tidak berhasil, dan efektiftidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih
memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan
sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian
mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan
keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat
menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau
meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam
cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar.

Arnstein (1969) menjelaskan bahwa ada delapan tangga partisipasi
masyarakat, yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein. Selanjutnya pada
penelitian Mukti (2013) menjabarkan kembali mengenai tipologi Arnstein yaitu
sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

Manipulation (manipulasi)
Mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ’stempel karet’
dalam badan penasihat. Tingk ini dipakai sebagai formalitas semata dan untuk
dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi
masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat
publikasi oleh pihak penguasa.
Therapy (terapi/penyembuhan)
Tingkat therapy atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli
kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit
mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu
perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai
sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat
dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut
bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan
penyebab lukanya.
Informing (informasi)
Memberi informasi kepada masyarakat tentang hak, tanggung jawab dan
pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi
dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat
tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak
memiliki kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika informasi disampaikan
pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan
untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan
menggunakan media pemberitaan, pamflet dan poster.
Consultation (konsultasi)
Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju
partisipasi penuh. Akan tetapi konsultasi ini masih merupakan partisipasi
semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan.
Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat,
pertemuan warga dan dengar pendapat. Seperti halnya pemegang kekuasaan

10
membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut hanyalah merupakan
suatu partisipasi palsu. Masyarakat hanya dianggap sebagai abstraksi statistik,
karena partisipasi hanya diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan,
seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga dari seberapa banyak
kuesioner dijawab. Karena itu, pemegang kekuasaan telah merasa memiliki
bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat.
5.
Placation (penentraman/perujukan)
Tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam
beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan.
Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau
mengusulkan rencana tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk
menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat
miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga.
6.
Partnership (kerjasama)
Kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan
masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan dengan
melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami
perubahan secara sepihak. Partnership dapat berjalan efektif bila dalam
masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpinnya bertanggung
jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya
serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator
masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memiliki posisi
tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan mampu mempengaruhi suatu
perencanaan.
7.
Delegated Power (pelimpahan kekuasaan)
Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan
terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau
program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi,
sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu,
masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas
program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak
perlu meresponnya tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar.
8.
Citizen Control (kontrol masyarakat)
Masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk
mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung
jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa
mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga akan mengadakan perubahan.
Oleh sebab itu, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumbersumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak
ketiga.
Arnstein mengelompokkan lagi menjadi tiga tingkat yaitu: a)
Nonparticipation; b) Degree of tokenism, dan c) Degree of Citizen Power. Tingkat
nonparticipation adalah tingkat partisipasi yang bukan dalam arti sesungguhnya.
Tingkat ini terdiri dari jenjang terbawah dari tangga tersebut yaitu tingkat pertama
(manipulation) dan tingkat kedua (Therapy). Tingkat Tokenism, yaitu tingkat
partisipasi yang tidak serius, terdiri tiga jenjang yaitu tingkat ketiga (informing),
tingkat keempat (consultation) dan tingkat kelima (placation). Selanjutnya tingkat

11
keenam (partnership), tingkat ketujuh (delegated power) dan tingkat kedelapan
(citizen control) masuk dalam tingkatan Degree of Citizen Power, atau tingkat
dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Secara jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Tangga partisipasi Arnstein
Tangga/Tingkatan
Partisipasi
Manipulasi
(Manipulation)
Terapi (Therapy)
Pemberitahuan
(Information)
Konsultasi
(Consultation)
Penentraman
(Placation)
Kemitraan
(Partnership)
Pendelegasian
Kekuasaan
(Delegated power)
Kontrol Masyarakat
(Citizen control)

Hakikat Kesertaan

Tingkatan Pembagian
Kekuasaan

Permainan oleh Pemerintah
Sekedar agar masyarakat
tidak marah/mengobati
Sekedar pemberitahuan
searah/sosialisasi
Masyarakat didengar, tapi
tidak selalu dipakai sarannya
Saran masyarakat diterima
tapi tidak selalu dilaksanakan
Timbal-balik Dinegosiasikan
Masyarakat diberi kekuasaan
(sebagian/seluruh program)
Sepenuhnya dikuasai oleh
masyarakat

Tidak ada partisipasi
(Non-Participation)

Tokenism/sekedar
justifikasi
agar masyarakat
mengiyakan
(Degree of Tokenism)
Tingkatan kekuasaan
ada
Di Masyarakat
(Degree of Citizen
Power)

Sumber: Arnstein (1969)

Dari berbagai pendapat di atas, secara umum partisipasi diartikan sebagai
keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara sukarela
dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk
mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Sehingga dalam hal ini masyarakat harus
memiliki suara dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan
mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi dapat dilihat dari keterlibatan
masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang apa
yang dilakukan, dalam pelaksanaan kegiatan kelompok dan pengambilan keputusan
untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam kegiatan, berbagi manfaat
dari kegiataan kelompok dan evaluasi kegiatan kelompok. Oleh karena itu, tingkat
partisipasi anggota dalam penelitian ini akan diukur menggunakan parameter teori
Cohen dan Uphoff (1977) yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan,
tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Faktor-faktor yang menghambat pemberdayaan dan partisipasi serta menjadi
penyebab mengapa masyarakat lapisan bawah di tingkat komunitas tidak berdaya
menghadapi lapisan yang lebih kuat perlu dicermati dan diperhatikan dengan baik.
Kendala upaya pemberdayaan dan meningkatkan partisipasi warga komunitas pada
dasarnya dapat ditelaah dari dimensi struktural-kultural. Dimensi struktural

12
bersumber terutama pada struktur sosial yang berlaku dalam suatu komunitas.
Dimensi kultural adalah sikap pasrah dari anggota komunitas karena terjerat dalam
berbagai macam kekurangan sehingga warga komunitas terlihat tidak memiliki
inisiatif, gairah dan tidak dinamis untuk mengubah hidup mereka yang kurang baik.
Dimensi struktural-kultural mengandung makna berlakunya hubungan-hubungan
sosial dan interaksi sosial yang khas dalam komunitas yang mengakibatkan
berlangsungnya suatu kebiasaan yang dapat “membius” dan membatasi inisiatif dan
semangat warga komunitas untuk berkembang. Berlangsungnya sikap-sikap pasrah,
kurang kreatif, inisiatif dan berani dalam masyarakat secara langsung atau tidak
langsung dapat mengkekalkan bentuk-bentuk dan sifat hubungan sosial yang khas
dalam komunitas (Nasdian 2014).
Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri
dari faktor dari dalam masyarakat (internal) yaitu kemampuan dan kesediaan
masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal)
yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.
Faktor Internal
Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu
dengan lainnya. karakteristik individu merupakan faktor internal yang berasal dari
dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan
kelompok didalamnya. Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan mencakup usia, tingkat pendidikan,
dan tingkat pendapatan (Slamet 2003).
1.

2.

3.

Usia
Usia merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan hingga
tahun saat ia hidup. Usia diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi individu
atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau idenya. Usia juga
menentukan seseorang untuk dapat mengambil keputusan. Usia tua dianggap
memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga cenderung memiliki
pendapat yang lebih besar (Ainiya 2014). Pengelompokkan usia menurut
Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) membagi kategori usia, yaitu
dewasa awal berusia 18 – 29 tahun, usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun,
dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun.
Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang yang
memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik secara
formal maupun informal. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi partisipasi,
karena pengetahuan luas yang dimiliki individu cenderung memberikan
pendapat yang lebih banyak, sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi
seseorang untuk berpartisipasi (Ainiya 2014).
Tingkat pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu setelah bekerja.
Pendapatan dibagi menjadi pendapatan harian, mingguan dan bulanan.
Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena tingkat
pendapatan yang tinggi cenderung akan memberikan partisipasi berupa dana,
sementara individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung akan ikut
berpartisipasi dalam bentuk tenaga atau pikiran. Individu yang memiliki

13
pendapatan rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam
kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan dirinya (Ainiya 2014).
Faktor Eksternal
Menurut Sunarti (2003) menjabarkan bahwa faktor-faktor eksternal dapat
dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan
mempunyai pengaruh terhadap program. Petaruh kunci adalah siapa yang
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna
kesuksesan program. Seperti halnya faktor eksternal menurut Pangestu (1995)
meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola program dengan sasaran,
hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela
terlibat dalam suatu program jika sambutan pihak pengelola positif dan
menguntungkan mereka. Selanjutnya bila didukung dengan pelayanan pengelola
kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka tidak akan ragu-ragu
untuk berpartisipasi dalam program tersebut.
Faktor eksternal dalam penelitian ini akan dianalisis berdasarkan teori
Pangestu (1995) yaitu: interaksi anggota dengan pengelola KWT, serta pelayanan
pengelola KWT. Dalam hal ini pihak pengelola merupakan orang-orang yang
diharapkan mampu membawa anggotanya agar mau bersama-sama melakukan
kegitan dalam kelompok. Selain itu, pihak pengelola harus mampu memberikan
pelatihan kepada anggota, memfasilitasi, membagi informasi dan pengetahuan yang
diperoleh, serta memberikan keterampilan atau mampu membimbing anggota.
Sementara pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola sangat erat kaitannya
dengan peran yang diberikan seseorang untuk membuat orang yang didampingi
menjadi lebih mandiri. Pelayanan dari pengelola ini memiliki peran besar terhadap
berjalannya suatu kegiatan kelompok, karena peranan penting yang dimiliki oleh
pengelola memberikan stimulus yang besar untuk menarik partisipasi dari
anggotanya.
Produktivitas
Pribadiyono (2006) menjelaskan bahwa produktivitas secara terpadu
melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas mengandung pengertian
sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus
lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sinugan (2000)
mengatakan bahwa produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang
bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak
manusia, dengan membagi pengeluaran dengan masukan. Moelyono (1993)
berpendapat bahwa pengukuran terhadap hasil akhir yang dicapai oleh organisasi
tersebut akan menggambarkan tingkat produktivitas dalam organisasi. Dengan
demikian, produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya
diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Bain (1982)
Produktivitas merupakan suatu istilah yang seringkali disama artikan dengan kata
produksi. Faktanya antara produktivitas dan produksi mempunyai arti yang
berbeda. Karena pada saat produksi tinggi belum tentu produktivitasnya juga tinggi,
bisa jadi produktivitasnya malah semakin rendah. Tinggi rendahnya suatu
produktivitas berkaitan dengan efisiensi dari sumber-sumber daya (input) dalam
menghasilkan suatu produk atau jasa (output). Dengan demikian dapat dikatakan

14
bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam
memproduksi output (barang dan/atau jasa), sehingga rumusan produktivitas adalah
sebagai berikut:
Jumlah output
Produktivitas =
Satuan Waktu
Yuniarsih (2009) mengemukakan bahwa produktivitas kerja dapat diartikan
sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok,
selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang
dihasilkan dalam kurun waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa tingkat
produktivitas yang dihasilkan memiliki nilai tinggi. Produktivitas kerja memiliki
dua dimensi yaitu efektivitas dan efisiensi. Sedarmayanti (2001) dikutip Kamuli
(2012) menjabarkan bahwa dimensi efektifitas berkaitan dengan pencapain hasil
kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi efisiensi berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan
tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka produktivitas anggota
kelompok dalam penelitian ini akan diukur berdasarkan produk total perhari yang
dihasilkan oleh masing-masing individu dalam produksi susu karamel.
Produktivitas anggota kelompok juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
individu.
Kelompok Wanita Tani (KWT)
Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada
secara nyata, disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak
kegiatan anggotanya. Beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain,
seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usaha
tani (Hermanto 2007). Nuryanti dan Swastika (2011) menjabarkan bahwa secara
teoritis kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang terikat secara
informal atas dasar keserasian dan kepentingan bersama dalam usaha tani.
Kelompok tani mempunyai peran yang strategis dalam berbagai kegiatan pertanian
baik yang berkaitan dengan usaha tani maupun kegiatan sosial ekonomi petani.
Peningkatan pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis,
peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya
dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait
untuk mengembangkan usaha taninya. Pengembangan kelompok tani diarahkan
pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan
fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan
agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi kuat dan mandiri (Redono 2012).
Kelompok tani perlu ditumbuh kembangkan, berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian dikutip Hariadi (2007) Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Kebebasan, artinya menghargai kepada para individu para petani untuk
berkelompok sesuai dengan keinginan dan kepentingan. Setiap individu
memiliki kebebasan untuk menentukan serta memilih kelompok tani yang

15
mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap individu bisa tanpa
atau menjadi anggota satu atau lebih kelompok.
2.
Keterbukaan, artinya penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka
antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha.
3.
Partisipatif, artinya semua anggota terlibat dan memiliki hak serta kewajiban
yang sama dalam mengembangkan serta mengelola (merencanakan,
melaksanakan serta melakukan penilaian kinerja) kelompok tani.
4.
Keswadayaan, artinya mengembangkan kemampuan penggalian potensi diri
sendiri para anggota dalam penyediaan dana dan sarana serta penggunaan
sumber daya guna terwujudnya kemandirian kelompok tani.
5.
Kesetaraan, artinya hubungan antara penyuluh, pelaku utama, dan pelaku
usaha yang terjadi merupakan mitra sejajar.
6.
Kemitraan, artinya penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip saling menghargai, saling menguntungkan, saling
memperkuat, dan saling membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha
yang difasilitasi oleh penyuluh.
Sementara kelompok wanita tani (KWT) merupakan salah satu bentuk
kelembagaan petani yang mana anggotanya terdiri dari wanita-wanita yang
berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Berbeda dengan kelompok tani yang
lainnya, kelompok wanita tani dalam pembinaannya diarahkan untuk mempunyai
suatu usaha produktif dalam skala rumah tangga yang memanfaatkan atau
mengolah hasil-hasil pertanian maup