Analisis kelayakan usaha sapi perah kelompok KANIA di Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH KELOMPOK KANIA
DI DESA TAJUR HALANG, KECAMATAN CIJERUK, KABUPATEN
BOGOR

SKRIPSI

DOLLYMA SINAMBELA
H34087013

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

72

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH KELOMPOK TERNAK KANIA
DI DESA TAJURHALANG, KECAMATAN CIJERUK, KABUPATEN BOGOR
Dollyma Sinambela ¹) dan Yusalina²)
)

¹ Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34087013
²) Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Dra.,MSi.
Abstraks
Livestock subsector is part of the agricultural sector has an important role in supporting
regional and national economies. Indonesia has the prospect of development of a dairy cattle
business which is relatively large, it is seen from the effective demand growing dairy cows
according to economic growth in Indonesia. One of the leading dairy cows in Bogor regency is
Tajurhalang village, Cijeruk. There are many dairy farmers who are members of several farmer
groups, namely Group Kania Dairy Cattle. Lack of farmers and others who perform feasibility
analysis of the dairy business, therefore, it is important to study how the feasibility of a dairy
farm in Dairy Cattle Group Kania. Enterprises dairy farm in Dairy Cattle Kania Group is
divided into three based on the scale of the business, which is small-scale, medium-scale
enterprises and large scale businesses. This study aims to analyze the feasibility seen from nonfinancial and financial aspects,. The analysis was conducted by means of qualitative and
quantitative. Qualitative analysis performed to determine the description of the aspects that were
examined, covering market aspects, technical aspects, management aspects, social, economic
and environmental aspects. The quantitative analysis performed to determine the financial
feasibility of investment eligibility criteri. descriptive. The result of financial aspect in dary catle
KANIA group who meet the eligibility criteria are Scenario 3, with value NPV: Rp
3,101,241,224, IRR: 68 percent, Net B/C: 5,08 dan PBP: 2,47
Key word : Dairy cow, Feasibility Study, Financial aspect, Non-financial aspect.


RINGKASAN
DOLLYMA SINAMBELA. Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah Kelompok KANIA di
Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah
bimbingan YUSALINA)..
Provinsi Jawa Barat memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha ternak sapi perah,
salah satu karakteristiknya adalah iklim yang cocok untuk sapi perah dalam berproduksi.
Kabupaten Bogor memiliki potensi usaha ternak sapi perah yang cukup baik, hal itu dilihat
dari rata-rata perkembangan populasi sapi perah dari tahun ke tahunnya yang terus meningkat
(2,94 persen). Salah satu wilayah penghasil susu sapi di Kabupaten Bogor adalah Desa
Tajurhalang, Cijeruk yang tergabung dalam Kelompok Ternak Sapi Perah KANIA. Adanya
IPS (Sugeng milk) yang memberikan harga susu lebih baik dari KPS Bogor memberikan
peluang kelompok ternak KANIA untuk memperoleh laba lebih besar dengan menjual susu
ke Sugeng milk, akan tetapi sebagai anggota KPS Kelompok ternak KANIA memiliki
kewajiban untuk menjual hasil produksi susu segar ke KPS. Usaha ini membutuhkan biaya
yang besar dan resiko yang cukup tinggi.
Berdasarkan permasalahan dan latar
belakang maka tujuan penelitian ini adalah : Menganalisis kelayakan usaha sapi perah di
Kelompok Ternak Sapi Perah KANIA pada setiap skala usaha dilihat dari aspek non finansial

meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan dan Menganalisis kelayakan usaha sapi perah di Kelompok Ternak Sapi Perah
KANIA pada setiap skala usaha dilihat dari aspek finansial. Analisis dilakukan dengan cara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai
aspek-aspek yang dikaji, meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui
kelayakan finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi (Net Present Value (NPV),
Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Periode dan
analisis sensitivitas.
Analisis aspek non finansial yang dilakukan terhadap usaha sapi perah di Kelompok
Ternak Sapi Perah KANIA meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan, dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut layak untuk
dilaksanakan. Analisis kelayakan finansial usaha sapi perah di Kelompok Ternak Sapi Perah
KANIA menggunakan enam skenario usaha, yaitu: 1) skenario 1 terdiri dari peternak usaha
skala kecil dengan menggunakan sumber modal sendiri. 2) skenario 2 terdiri dari peternak
usaha skala menengah dengan menggunakan sumber modal sendiri. 3) skenario 3 terdiri dari
peternak usaha skala besar dengan menggunakan sumber modal sendiri. 4) skenario 4 terdiri
dari peternak usaha skala kecil dengan menggunakan kombinasi 50 persen modal sendiri dan
50 persen modal pinjaman dari Bank. 5) skenario 5 terdiri dari peternak usaha skala
menengah dengan menggunakan kombinasi 50 persen modal sendiri dan 50 persen modal

pinjaman dari Bank. 6) skenario 6 terdiri dari peternak usaha skala besar dengan
menggunakan kombinasi 50 persen modal sendiri dan 50 persen modal pinjaman dari Bank.
Berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa skenario 3 paling layak untuk
dijalankan dengan NPV: Rp 310.598.190, IRR: 18 persen, Net B/C: 1,64 dan PBP: 7,71
tahun. Hasil análisis sensitivias menujukan usaha ini sangat sensitif (peka) terhadap
perubahan harga konsentrat. Kenaikan harga pakan konsentrat sebesar lima persen
memberikan pengaruh yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan kondisi normal. Hal
ini menunjukan perubahan kenaikan harga konsentrat sangat sensitif terhadap kriteria
kelayakan investasi usaha ternak sapi perah
73

74

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH KELOMPOK KANIA
DI DESA TAJUR HALANG, KECAMATAN CIJERUK, KABUPATEN
BOGOR

DOLLYMA SINAMBELA
H34087013


Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

75

Judul Skripsi

: Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah Kelompok KANIA di Desa
Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor

Nama

: Dollyma Sinambela


NIM

: H34087013

Disetujui,
Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi
NIP. 19660115 199003 2001

Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1002

Tanggal lulus:


76

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Analisis Kelayakan Usaha Sapi
Perah Kelompok KANIA di Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor”
adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Dollyma Sinambela

77

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 Mei 1984 sebagai anak
ketujuh dari delapan bersaudara keluarga Bapak P. Sinambela (Alm) dan Ibu N. Sumarni.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Pabrik Gas III Bogor

pada tahun 1996 dan pendidikan tingkat menengah diselesaikan pada tahun 1999 di SMP
Negeri 7 Bogor. Pendidikan tingkat atas di SMUN 4 Bogor diselesaikan penulis pada tahun
2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada program Studi
Diploma III Teknisi Peternakan, Fakultas Peternakan dan lulus pada tahun 2005. Selepas
menempuh program Diploma III, penulis pernah berkerja di ATM Farm Cisarua sebagai
tenaga medis ( Keswan). Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana
Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor.

78

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah Kelompok KANIA di Desa Tajurhalang,
Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor”. Sholawat serta salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, manusia paling sempurna di muka bumi ini. Penelitian ini bertujualn
untuk menganalisis kelayakan usaha perternakan kelompok ternak di Desa Tajurhalang dan
dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2013

Dollyma Sinambela

79

UCAPAN TERIMA KASIH
Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan sumbangan pikiran, bimbingan,
dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Juniar Atmakusuma,MS selaku dosen evaluator dan dosen penguji utama yang telah
memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ir. Harmini, MSi selaku dosen komdik yang telah memberikan koreksi pada teknik
penulisan juga saran kepada penulis.

4. Yannya Thibia atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi yang
telah memberikan masukan dan koreksi untuk penyempurnaan hasil skripsi ini.
5. Bapak P. Sinambela (Alm), Ibu N. Sumarni dan ibu Dedeh Nuraeni atas doa, dorongan
moril, materi, kesabaran dan kasih sayangnya yang telah diberikan.
6. Para peternak sapi perah di Tajurhalang, Suryana, Bpak Enoch, Ibu Yuyun, Bapak
Sarifudin, serta warga Desa Tajurhalang yang telah bersedia berbagi informasi dan
kerjasama yang baik.
7. Sekretariat Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, untuk pelayanan yang
diberikan kepada penulis. Mba Rahmi, Mba Maya, Mba Nur, Mba Liesca, Mas Aji dan
Mas Agus terima kasih banyak.
8. Teman-teman di AGB (Oski, Agus, Wahyu, Hafiz, Doni, Agung, Alfred, Nunug dan
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu), terimakasih atas kerjasama dan
kebersamaannya selama di Ekstensi. Semua pihak yang telah turut membantu dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT
membalas dan memberikan rahmat hidayah-Nya.
Bogor, Januari 2013

Dollyma Sinambela

80


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

ix

I.

PENDAHULUAN ......................................................................
1.1. Latar Belakang ......................................................................
1.2. Perumusan Masalah ..............................................................
1.3. Tujuan ...................................................................................
1.4. Manfaat .................................................................................

1
1
6
6
7

II.

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah ...............................................
2.2. Jenis – Jenis Sapi Perah ........................................................
2.3. Tatalaksana Pemeliharaan .....................................................
2.3.1. Perkandangan ..............................................................
2.3.2. Pembibitan ..................................................................
2.3.3. Pakan ...........................................................................
2.3.4. Produksi Susu .............................................................
2.3.5. Pemerahan ..................................................................
2.4. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................

8
8
9
10
10
10
11
12
12
13

III. KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................................
3.1.1. Studi Kelayakan ............................................................
3.1.2. Aspek Kelayakan ...........................................................
3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat ................................................
3.1.4. Analisis Finansial ..........................................................
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................

17
17
17
18
20
21
23

IV. METODE PENELITIAN ..........................................................
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................
4.2. Data dan Instrumentasi ..........................................................
4.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................
4.4. Metode Pengolahan Data ......................................................
4.4.1. Analisis Deskriptif ......................................................
4.4.2. Analisis Aspek Finansial .............................................
4.5. Asumsi Dasar yang Digunakan .............................................

26
26
26
26
27
27
27
29

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .....................
5.1. Deskripsi Lokasi ...................................................................
5.2. Kelompok Tani Ternak Baru Siruem ....................................
5.3. Karakteristik Peternak ...........................................................
5.3.1. Umur ...........................................................................
5.3.2. Pendidikan ...................................................................
5.3.3. Pengalaman .................................................................

31
31
31
31
33
33
34

V.

81

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Subsektor peternakan yang merupakan bagian dari sektor pertanian, memiliki peranan
penting dalam menopang perekonomian regional maupun nasional1. Selain itu, pembangunan
subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang dilakukan
untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa mendatang. Langkah yang dilakukan
yaitu dengan mengarah pada pengembangan peternakan yang maju, efisien, dan mempunyai
daya saing global.
Pembangunan subsektor peternakan memiliki nilai strategis, antara lain dalam
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk,
peningkatan rata-rata pendapatan penduduk serta menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini
juga sejalan dengan Kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang telah
dicanangkan oleh pemerintah. Perkembangan populasi ternak dan besarnya potensi
sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan untuk pengembangan subsektor
peternakan2. Perkembangan populasi ternak di Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010 dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2003 - 2010 ( 000 ekor).
Ternak

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

10,504

10,533

10,569

10,875

11,515

12,257

12,760

13,633

374

364

361

369

374

458

475

495

2,459

2,403

2,128

2,167

2,086

1,931

1,933

2,005

413

397

387

398

401

393

399

409

12,722

12,781

13,409

13,790

14,470

15,147

15,815

16,821

Domba

7,811

8,075

8,327

8,980

9,514

9,605

10,199

10,932

Babi

6,151

5,980

6,801

6,218

6,711

6,338

6,975

7,212

Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kuda
Kambing

2010*

Keterangan : * Angka Sementara
Sumber : BPS, 2011.

Subsektor peternakan terdiri dari berbagai jenis komoditi yang meliputi ayam, itik,
kambing, domba, babi, sapi potong, dan sapi perah. Masing-masing komoditi memiliki
peranan tersendiri dalam pemenuhan gizi seperti protein, lemak, kalori dan vitamin.
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya nilai gizi, membuat masyarakat
1
2

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Satistik Struktur PDB. http://www.bps.go.id/brs. [01 April 2012].
Persusuan Indonesia. Kondisi, Masalah dan Arah Kebijakan. http://www.worldpress/blog/from the
desk of areif daryanto. [10 Juli 2009].

82

lebih banyak mengkonsumsi pangan yang bergizi tinggi. Salah satu contohnya adalah susu.
Berdasarkan berbagai jenis komoditi pertanian yang dihasilkan untuk konsumsi pangan, susu
merupakan salah satu dari produk peternakan yang memiliki kandungan gizi lengkap. Susu
merupakan minuman bergizi dengan kandungan kalsium sebanyak 358 miligram, dilengkapi
dengan kandungan protein 8 gram, 9 gram dan energi 153 kalori gelas3. Permintaan susu sapi
di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 1,5 juta ton, sementara produksi nasional hanya
636,9 ribu ton atau sekitar 26,5 persen dari permintaan nasional, sedangkan 73,5 persen
dipenuhi melalui impor4.
Produksi susu sapi jauh di bawah permintaan konsumsi nasional, sementara
permintaan akan susu sapi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan (Tabel 2).
Konsumsi susu masyarakat di Indonesia terus meningkat dari 1.354.235 ton pada tahun 2006
menjadi 3.864.454 ton pada tahun 2010 atau terjadi peningkatan selama kurun waktu lima
tahun.
Tabel 2. Perkembangan Tingkat Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2006-2010.
Tahun

Produksi Susu (ton)

Tingkat Konsumsi (ton)

2006

616.000

1.354.235

2007

567.683

2.000.995

2008

646.952

2.125.327

2009

827.249

3.475.834

2010

909.532

3.864.454

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui adanya ketimpangan antara produksi susu
sapi yang dihasilkan dengan permintaan susu sapi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan pengembangan sapi perah untuk menunjang peningkatan produksi susu dalam
negeri. Hal ini dilakukan untuk menghindari impor susu yang berlebihan.
Dilihat dari segi konsumsi, sampai saat ini konsumsi masyarakat Indonesia terhadap
produk susu masih tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang
lainnya. Konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2009 yakni sekitar 10 liter/kapita/tahun.
Sedangkan konsumsi susu negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand rata-rata

3

4

Ali Khomsan. 2005. Rendah, Konsumsi Susu Cair. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak
/2005/0405/30/0605.htm. [3 Juli 2007].
http//:www.kapanlagi.com. Produksi Susu Nasional Baru 25% Dari Total Kebutuhan. Rabu, 28 Mei
2008.. [25 Desember 2009].

83

mencapai 30 liter/kapita/tahun serta Vietnam sebanyak 12 liter/kapita/tahun5. Seiring dengan
semakin tingginya pendapatan masyarakat dan semakin bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia, dapat dipastikan bahwa konsumsi produk-produk susu oleh penduduk Indonesia
akan meningkat6.
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan pengembangan
subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia 7.
Kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki
karakteristik yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah, seperti pada wilayah
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hal tersebut menyebabkan Pulau Jawa terus
menjadi wilayah utama peternakan sapi perah di Indonesia, mencakup 97 persen dari
produksi susu nasional di tahun 2008 (Tabel 3). Sementara itu produksi susu sapi perah di
Pulau Jawa pada tahun 2007 rata-rata mencapai 10,80 liter/ekor/hari.
Tabel 3. Produksi Susu Sapi di Indonesia Tahun 2005 - 2009
No

Provinsi

1

Pulau Sumatera

2

Pulau Jawa

3

Pulau Kalimantan

4
5

Tahun (ton)
2005

2006

2007

2008

2009*

9.273

10.444

6.356

3.069

2.316

526.360

362.656

558.916

359.658

672.399

159

216

360

186

228

Pulau Sulawesi

90

1.184

1.849

2.882

2.979

Pulau Irian Jaya

0

96

69

54

46

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2009
*Angka Sementara

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu penghasil susu sapi terbesar kedua di
Indonesia setelah Provinsi Jawa Timur. Sekitar 40 persen populasi ternak sapi perah
Indonesia berada di Jawa Barat dan 37,5 persen produksi susu segar nasional dihasilkan oleh
Provinsi Jawa Barat (Tabel 4). Provinsi Jawa Barat memiliki karakteristik yang cocok untuk
usaha ternak sapi perah, salah satu karakteristiknya adalah iklim yang cocok untuk sapi perah
dalam berproduksi.
Tabel 4. Produksi Susu Segar Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 - 2007.
Tahun
2000
5

6
7

Produksi 000 (ton)
184,52

Trend (%)
-

Kontribusi Terhadap Produksi Nasional (%)
37,23

Chairul Rahman. 2009. Konsumsi Susu Di Indonesia Masih Rendah. http:/www.depkominfo.go.id. [25
Desember 2009].
Ibid.
Persusuan Indonesia. Kondisi, Permasalahan Dan Arah Kebijakan. 2007.http//:www.google.com. [09
Mei 2008].

84

2001

184,83

0,17

38,51

2002

198,51

7,40

40,23

2003

207,86

4,71

37,56

2004

215,33

3,59

39,16

2005

201,86

-6,26

37,66

2006

211,89

4,97

34,37

2007

233,55*

5,50

35,10

Rata-rata

203,54

2,87

37,48

Keterangan : *Angka Sementara
Sumber : Ditjenak, 2009.

Menurut Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2008), Kabupaten Bogor merupakan
wilayah penghasil susu kelima setelah Bandung, Garut, Kuningan dan Sumedang. Kabupaten
Bogor memiliki potensi usaha ternak sapi perah yang cukup baik, hal itu dilihat dari rata-rata
perkembangan populasi sapi perah dari tahun ke tahunnya yang terus meningkat (Tabel 5).
Rata-rata perkembangan populasi sapi perah di Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan
sebesar 2,94 persen untuk setiap tahunnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usaha
ternak sapi perah di Kabupaten Bogor berpotensi untuk dikembangkan, sehingga diharapkan
dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan penduduk serta
pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.

85

Tabel 5. Perkembangan Populasi Sapi Perah di Kabupaten Bogor Tahun 2003-2008.
Populasi Sapi Perah (ekor)
Perkembangan (%)
Tahun
2003

5.150

-

2004

5.356

4,00

2005

1,47

2006

5.435
5.123

(5,74)

2007

5.268

2,83

2008

5.907

12,13

Sumber : Disnak Kabupaten Bogor, 2009.

Perkiraan peningkatan konsumsi susu sapi merupakan peluang yang harus
dimanfaatkan dengan baik. Kondisi produksi susu sapi di Indonesia saat ini sebagian besar
didominasi oleh usaha ternak sapi perah skala kecil dan menengah. Menurut Mandaka
(2005), sumbangan terhadap jumlah produksi susu segar dalam negeri adalah 64 persen oleh
peternak skala kecil, 28 persen oleh peternak skala menengah, dan 8 persen oleh peternak
skala besar.
Salah satu wilayah usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Bogor adalah
Kelompok Tani Sapi Perah KANIA yang terletak di Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk,
Kabupaten Bogor. Wilayah tersebut memiliki iklim dan geografis yang baik, hal ini sesuai
dengan dukungan sumber daya alam yang sangat memadai diantaranya iklim,ketersadian
HMT (Hijauan Makanan Ternak) dan lahan yang cukup tersedia karena berada di kaki
gunung salak yang memiliki iklim sejuk yang sesuai untuk usaha budidaya ternak sapi perah.
Kelompok ternak KANIA merupakan anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha
Peternakan (KPS) Bogor. Kondisi sebagian besar usaha ternak sapi perah di Kelompok Tani
Sapi Perah KANIA merupakan usaha keluarga dan pengelolaan yang masih tradisional,
namun dengan segala sumberdaya yang ada Kelompok Tani Sapi Perah KANIA telah
mencatat berbagai prestasi baik dilingkungan KPS Bogor, tingkat Kabupaten Bogor maupun tingkat
Propinsi jawa Barat yaitu dengan meraih penghargaan sebagai kelompok tani terbaik se-Jawa

Barat pada tahun 2007.

86

1.2.

Perumusan Masalah
Saat ini semakin banyak usaha bisnis atau perusahaan yang menawarkan produk

olahan susu. Salah satunya adalah perusahaan Sugeng Milk yang berada di daerah Ciomas
Bogor. Harga susu rata-rata yang diterima peternak sapi perah dengan menjual susu ke
Sugeng milk adalah Rp 4.050, harga susu yang diterima oleh peternak ini lebih besar
dibandingkan dengan harga rata-rata susu jika menjual KPS Bogor yaitu Rp 3.015. Kelompok
ternak KANIA sebagai anggota KPS Bogor memiliki kewajiban untuk menjual produksi susu
ke KPS Bogor, sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk dilakukan
analisis kelayakan pada perusahaan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha sapi
perah yang dilakukan Kelompok Tani Sapi Perah KANIA, mengingat adanya selisih harga
yang relatif besar yakni sebesar Rp. 1.035 serta penggunakan modal investasi yang cukup
besar. Dengan demikian, harus dapat diperhitungkan pengembalian investasi agar usaha yang
dijalankannya layak untuk beroperasi, jika tetap menjual seluruh produksinya ke KPS Bogor
Berdasarkan hal-hal tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1.

Bagaimana kelayakan usaha sapi perah pada Kelompok Tani Sapi Perah KANIA jika
dilihat dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek
lingkungan, dan aspek pasar?

2.

Bagaimana kelayakan finansial usaha sapi perah pada Kelompok Tani Sapi Perah
KANIA jika dilihat dari aspek finansial?

1.3.

Tujuan
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha sapi perah Kelompok Tani Sapi Perah KANIA dari aspek
non finansial (aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek
lingkungan, dan aspek pasar).
2. Menganalisis kelayakan finansial usaha sapi perah Kelompok Tani Sapi Perah KANIA
dari aspek finansial.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

87

1. Bagi penulis sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis
Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
2. Bagi pengusaha diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan terhadap
manajemen perusahaan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha sapi perah.
3. Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai analisis kelayakan usaha
bagi penelitian selanjutnya.

88

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Usaha Peternakan Sapi Perah
Usaha peternakan merupakan suatu usaha produksi yang didasarkan pada proses

biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia, maka
manusia campur tangan langsung untuk mengendalikan dan menguasai pertumbuhan hewan
ternak (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Menurut Mubyarto (1989), berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu : peternakan rakyat, peternakan semi komersil
dan peternakan komersil.
1) Peternakan rakyat dengan cara memelihara ternaknya secara tradisional. Pemeliharaan
cara ini dilakukan setiap hari oleh anggota keluarga peternak dimana keterampilan
peternak masih sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu terbatas.
Tujuan utama pemeliharaan sebagian hewan kerja sebagai pembajak sawah atau tegalan.
2) Peternakan rakyat semi komersil dengan keterampilan beternak dapat dikatakan cukup.
Penggunaan bibit unggul, obat-obatan, dan makanan penguat cenderung meningkat.
Tujuan utama pemeliharaan untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.
3) Peternakan komersil dijalankan oleh peternak yang mempunyai kemampuan dalam segi
modal, sarana produksi dengan teknologi yang cukup modern. Semua tenaga kerja
dibayar dan makanan ternak dibeli dari luar dalam jumlah besar.
Menurut Mandaka (2005), usaha ternak sapi perah kerakyatan di Indonesia memiliki
komposisi : peternak skala kecil (memiliki kurang dari empat ekor sapi perah) dengan
persentase 80 persen, peternak skala menengah (memiliki empat sampai tujuh ekor sapi
perah) dengan persentase 17 persen, dan peternak skala besar (memiliki lebih dari tujuh ekor
sapi perah) dengan persentase tiga persen.
Menurut Sutawi dalam Agustina (2007), kondisi peternakan sapi perah di Indonesia
saat ini, yaitu :
1) Skala usahanya kecil (2-5 ekor), motif produksinya adalah rumah tangga, dilakukan
sebagai usaha sampingan tanpa memperhatikan laba rugi dan masih jauh dari teknologi
serta didukung oleh manajemen usaha dan permodalan yang masih lemah, dan kualitas
secara umum bervariasi dan bersifat padat karya.
2) Secara klimatologis Indonesia beriklim tropis dan kurang cocok bagi perkembangan sapi
perah yang berasal dari daerah beriklim sub-tropis.
89

3)

Pemasaran susu yang terbesar adalah industri pengolahan susu dan hanya beberapa
peternak yang mampu menciptakan pasar langsung ke konsumen.

4) Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah.
2.2.

Jenis – Jenis Sapi Perah
Peternakan sapi perah telah dimulai sejak abad ke-19 yaitu dengan pengimporan sapi-

sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking Shorthorn dari Australia. Pada permulaan abad ke-20
dilanjutkan dengan mengimpor sapi-sapi Fries-Holland (FH) dari Belanda. Sapi perah yang
dewasa ini dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah sapi Fries-Holand (FH) yang
memiliki kemampuan produksi susu tertinggi (Sudarwanto, 2004).
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan
menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan
Ongole) dengan sapi perah Fries-Holand guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai
dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorthorn (dari
Inggris), Fries-Holand (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan
Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster
(dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukan bahwa jenis sapi perah yang
paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Fries-Holand 8.

8

Http://www.ristek.go.id. Budidaya Ternak Sapi Perah. 2009.[25 Desember 2012].

90

2.3.

Tatalaksana Pemeliharaan

2.3.1. Perkandangan
Pada umumnya, ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah
1,5x2 meter atau 2,5x2 meter, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 meter dan
untuk anak sapi cukup 1,5x1 meter per ekor, dengan tinggi kurang lebih 2-2,5 meter dari
tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-400C (rata-rata 330C) dan kelembaban 75%. Lokasi
pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 meter) hingga dataran tinggi
(lebih dari 500 meter).
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi
yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau
satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut
biasanya

dibuat

jalur

untuk

jalan.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai
penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran
sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh
bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu
dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
2.3.2. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a)
produksi susu tinggi, (b) umur 3,5 sampai 4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal
dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya
seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan
atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh
cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok,
puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu
pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun
beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang
menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan
cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara
kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting
baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.
91

Menurut Suherni dalam Sukmapradita (2008), upaya peningkatan produksi susu sapi
selain ditentukan oleh pakan yang diberikan, juga ditentukan oleh kondisi bibit yang tersedia.
Pada umumnya, di wilayah Jakarta dan Bogor peternak melakukan Inseminasi Buatan (IB)
dalam rangka perbaikan dan perbanyakan bibit. Angka menunjukan keberhasilan IB tersebut
sudah memadai dengan rata-rata Service per Conception (S/C) sama dengan 1,81 yang
artinya betina dewasa sudah dapat beruntung dengan dua kali IB.
2.3.3. Pakan
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan berupa jerami padi,
pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan
diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30 sampai 50 kg/ekor/hari. Pakan berupa
rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10 persen dari bobot badan (BB) dan
pakan tambahan sebanyak 1 sampai 2 persen dari bobot badan (BB).
Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25
persen hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar
sebaiknya

ditambah

dengan

jenis

kacang-kacangan

(legum).

Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa
serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan
konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1
- 2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10 persen dari berat
badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta
menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara
kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi
digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah.
Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna
memperkuat kakinya.
2.3.4. Produksi Susu
Menurut Sudarwanto (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan
susunan produksi susu sapi adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi,
besar sapi, estrus, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan
tatalaksana pemberian pakan.

92

Menurut Sudono dalam Sukmapradita (2008), puncak produksi susu sapi terjadi pada
bulan ketiga setelah beranak kemudian turun secara bertahap pada bulan berikutnya. Pada
bulan keempat produksi susu mengalami penurunan yang sangat jelas dari 10 liter/ekor/hari
menjadi 9,38 liter/ekor/hari. Sapi yang beranak pada umur lebih tua (3 tahun) akan
menghasilkan susu lebih banyak daripada sapi yang beranak pada umur muda (2 tahun).
Produksi susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sampai sapi berumur 7 tahun
atau 8 tahun, setelah itu produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi
berumur 11 - 12 tahun.
2.3.5. Pemerahan
Menurut Sudono dalam Handout Bahan Kuliah Ilmu Produksi Ternak Perah (1999) ,
sapi yang sedang berproduksi memiliki jadwal pemerahan setiap hari, yang pada umumnya
dilakukan dua kali sehari. Jadwal pemerahan yang teratur dan seimbang akan memberikan
produksi air susu yang lebih baik daripada jadwal pemerahan yang tidak teratur dan tidak
seimbang, misalnya jarak pemerahan terlalu panjang ataupun terlalu pendek. Sebagai contoh
jarak pemerahan antara 16 jam dan 8 jam hasilnya lebih rendah daripada sapi yang diperah
dengan jarak pemerahan 12 jam.
Faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain adalah jumlah pemerahan setiap
hari, lamanya pemerahan, dan waktu pemerahan. Jumlah pemerahan 3 - 4 kali setiap hari
dapat meningkatkan produksi susu daripada jika hanya diperah dua kali sehari. Pemerahan
pada pagi hari mendapatkan susu sedikit berbeda komposisinya daripada susu hasil
pemerahan sore hari. Pemerahan menggunakan tangan ataupun menggunakan mesin tidak
memperlihatkan perbedaan secara signifikan dalam produksi susu, kualitas ataupun
komposisi susu. Hubungan antara umur dan jumlah pemerahan (Tabel 6).
Tabel 6. Perbandingan Pemerahan 3 kali dengan Pemerahan 4 kali per Hari.
Pemerahan
Umur Sapi (Tahun)
3 kali sehari (%)
4 kali sehari (%)
2
> 20
> 35
3
> 17
> 30
4
> 15
> 26
Sumber : Saleh, 2004.

2.4. Kajian Penelitian Terdahulu
Hermanto (2010), Analisis kelayakan finansial usaha sapi perah di Kelompok Ternak
Baru Sireum menggunakan tiga skenario dengan penggunaan sumber modal berasal dari
93

modal sendiri. Skenario satu terdiri dari peternak usaha skala kecil dengan kepemilikan sapi
perah sebanyak tiga ekor, skenario dua terdiri dari peternak skala menengah dengan
kepemilikan sapi perah sebanyak tujuh ekor dan skenario tiga terdiri dari peternak skala besar
dengan kepemilikan sapi perah sebanyak 20 ekor. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi
didapatkan hasil: skenario 1 dengan NPV sebesar 9.749.415 lebih dari pada nol, IRR sebesar
11 persen lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan Net B/C sebesar 1,21, sedangkan
nilai Payback Period (PBP) melebihi umur proyeksi (10 tahun) yaitu 13 tahun 5 bulan.
Skenario 2 dengan NPV sebesar 143.061.052 lebih dari pada nol, IRR sebesar 42 persen lebih
dari tingkat diskonto yang digunakan, Net B/C sebesar 2,89 lebih dari satu dan PBP empat
tahun satu bulan. Pada skenario 3 dengan NPV sebesar 904.982.084 lebih dari pada nol, IRR
sebesar 74 persen lebih dari tingkat diskonto yang digunakan, Net B/C sebesar 5,07 lebih dari
satu dan PBP dua tahun lima bulan.
Analisis Sensitivitasterhadap peningkatan harga pakan yang dapat ditolerir pada
skenario 1 sebesar 5,80 persen, skenario 2 sebesar 38,75 persen dan skenario 3 sebesar 86,01
persen. Sedangkan penurunan harga susu sapi yang dapat ditolerir pada skenario 1 sebesar
3,54 persen, skenario 2 sebesar 22,06 persen dan skenario 3 sebesar 37,82 persen.
Perbandingan Sensitivitasketiga skenario menunjukan bahwa skenario 1 lebih sensitif (peka)
terhadap perubahan harga pakan dan perubahan harga susu.
Rofik (2005), meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah di Pondok
Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis pada kelompok
peternak I dengan tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp
74.420.770,00. NPV untuk kelompok peternak II sebesar Rp 152.071.340,00. NPV untuk
kelompok peternak III sebesar Rp 311.022.350,00. Nilai tersebut merupakan pendapatan
bersih yang diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk
kelompok peternak I sebesar 1,35, yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan
penerimaan sebesar Rp 0,35,00 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Untuk kelompok peternak II
nilai BCR sebesar 1,43, yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan
sebesar Rp 0,43,00 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Sedangkan kelompok peternak III nilai
BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp
0,52,00 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan
penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada kelompok
peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III sebesar 29,88 persen, yang
94

artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian
internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (14,85 persen). Secara
keseluruhan berdasarkan nilai-nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha
ternak sapi perah Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan.
Peneliti Wulandari (2007) yang berjudul analisis kelayakan proyek instalasi biogas
dalam mengelola limbah ternak sapi perah (Kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor).
Analisis kelayakan finansial proyek instalasi biogas kapasitas 3,5 m3 dengan tingkat diskonto
16 persen menunjukan nilai NPV positif sebesar Rp.10.797.029,96, Net B/C sebesar 1,41,
Payback Period selama 10,5 tahun. Hasil membuktikan proyek instalasi layak untuk
dilaksanakan dengan tingkat diskonto yang ada. Hasil analisis sensitivitasdengan tingkat
diskonto 16 persen menunjukan, bahwa proyek tidak akan layak pada penurunan penjualan
sebesar 3 persen dan peningkatan biaya variable sebesar 5 persen. Proyek instalasi biogas
dalam mengolah limbah ternak sangat peka terhadap penurunan harga penjualan dan
kenaikan biaya variabel. Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang kelayakan proyek yaitu
aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial dan aspek
finansial menunjukan bahwa proyek instalasi biogas di kelurahan Kebon Pedes layak untuk
dilaksanakan.
Heriyatno

(2009)

meneliti

tentang analisis

pendapatan

dan

faktor

yang

mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak (Kasus anggota koperasi serba
usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat).
Variabel yang diukur adalah jumlah produktivitas sapi perah peternak sebagai peubah terikat,
besarnya biaya usaha (X1), jumlah pemberian pakan konsentrat sapi berproduksi (X2), jumlah
pemberian pakan hijauan sapi berproduksi (X3) dan masa laktasi sapi berproduksi (X4)
sebagai peubah bebas.
KSU Karya Nugraha dalam upaya peningkatan produksi susu peternak, melakukan
kegiatan membuat, menyediakan dan mendistribusikan pakan, memberi pelayanan medis dan
inseminasi buatan kepada peternak serta menyalurkan pinjaman kepada peternak. Dengan uji
Mann-Whitney terhadap peternak yang mendapatkan pelayanan dari koperasi dengan
keuntungan dan tidak untung usaha sebesar 1,08 dan peternak yang tidak mendapatkan
pelayanan dari koperasi sebesar 1,29. Hasil ini menunjukan keuntungan usaha kedua
kelompok peternak berbeda, lebih menguntungkan peternak yang tidak membeli konsentrat
dari koperasi.

95

Penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di tingkat peternak
menunjukan jumlah pemberian pakan konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan dan masa
laktasi berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi perah sedangkan faktor besarnya biaya
usaha tidak berpengaruh nyata. 40,2 persen hubungan antara faktor-faktor produksi yang
digunakan dengan jumlah produksi susu di tingkat peternak dapat dijelaskan oleh fungsi
produksi tersebut. Usaha ternak sapi perah yang dijalankan oleh anggota KSU Karya
Nugraha memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,11 sehingga usaha tersebut layak untuk
dijalankan.
Peneliti Khaidar (2009) yang berjudul analisis pendapatan dan kepuasan peternak
sapi perah anggota KPS Bogor bertujuan untuk menganalisis pendapatan usaha ternak sapi
perah anggota KPS Bogor di Kelurahan Kebon Pedes dan KUNAK Cibungbulang, serta
menganalisis tingkat kelayakan harga susu koperasi bagi peternak dan tingkat kepuasan
anggota aktif terhadap pelayanan koperasi.
Menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis BEP, analisis Important
Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) didapatkan hasil pada
usaha ternak skala satu sampai sembilan ekor, pendapatan terbesar diterima oleh peternak
yang melakukan diversifikasi penjualan ke koperasi dan ke luar koperasi. Pada usaha ternak
dengan skala kepemilikan di atas sembilan ekor, nilai pendapatan dan R/C peternak yang
hanya menjual susu ke koperasi. Analisis kelayakan harga susu menunjukan bahwa harga
yang diterima peternak anggota hanya layak bagi peternak dengan skala kepemilikan di atas
sembilan ekor sapi perah yang menjual susu produksinya ke koperasi dan ke luar koperasi.
Berdasarkan analisis tingkat kepuasan secara umum, anggota berada pada kriteria cukup.
Untuk meningkatkan kepuasan, KPS Bogor harus memperbaiki kinerja dengan prioritas
utama pada atribut harga beli susu, kualitas pakan, dan transparan keuangan dan prioritas
kedua pada atribut kuantitas pakan sesuai dengan yang ditentukan, kepedulian menangani
keluhan dan penyediaan kredit sapi perah.

96

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan,
apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian
layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan
dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam
arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social benefit tidak selalu
menggambarkan layak dalam arti financial benefit, tergantung dari segi penilaian yang
dilakukan (Ibrahim, 2003).
Sofyan (2003) berpendapat bahwa tujuan yang ingin dicapai dari studi kelayakan
bisnis sekurang-kurangnya mencakup tiga pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Bagi pihak investor : Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari
kelayakan usaha untuk menjadi masukan berguna, karena sudah mengkaji berbagai aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional dan
aspek finansial secara komprehensif dan detail, sehingga dapat dijadikan dasar bagi
investor untuk membuat keputusan investasi secara lebih obyektif.
2. Bagi analisis : Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat dipakai sebagai
penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu rencana usaha,
usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usaha yang sudah ada.
3. Bagi masyarakat : Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat secara langsung
maupun muncul karena adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut.
4. Bagi pemerintah : Dari sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan bisnis ini bagi
pemerintah, terutama untuk tujuan pengembangan sumber daya, baik dalam pemanfaatan
sumber-sumber alam (SDA) maupun pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) berupa
penyerapan tenaga kerja, selain itu, adanya usaha baru atau berkembangnya usaha lama
sebagai hasil dari studi kelayakan bisnis yang dilakukan oleh individu atau badan usaha
tentunya akan menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai
(PPN) maupun dari pajak penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya perijinan, biaya
pendaftaran, administrasi dan lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan
berlaku. Secara makro, pemerintah dapat berharap dari keberhasilan studi kelayakan
97

bisnis ini mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional, sehingga tercapai
pertumbuhan penduduk domestik bruto (PDB) dan kenaikan penerimaan per kapita.
Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan
manfaat atas investasi yang ditanamkan. Studi kelayakan proyek menurut Umar (2003) ialah
suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Hasil
kelayakan merupakan perkiraan kemampuan suatu proyek menghasilkan keuntungan yang
layak bila telah dioperasionalkan. Husnan (2000) menyatakan studi kelayakan proyek adalah
penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil.
3.1.2.

Aspek Kelayakan
Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis,

aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan
aspek ekonomis (Kadariah, 2001). Sedangkan Gitinger (1986) membagi aspek-aspek dalam
analisis kelayakan mencakup aspek teknis, aspek institusional-organisasional-manajerial,
aspek sosial, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomi. Umar (2003) membagi
analisis kelayakan menjadi aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek
lingkungan dan aspek finansial. Husnan (2000) membagi aspek-aspek analisis kelayakan ke
dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan
sosial. Semua aspek tersebut perlu dipertimbangkan bersama-sama untuk menentukan
manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.
Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada enam aspek yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu:
1. Aspek Pasar
Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus menggunakan
alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran. Yang dimaksud dengan
bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus
menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Analisis aspek pasar pada studi
kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan
dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil
produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala oprasional untuk
mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses
produksi serta ketepatan penggunaan teknologi.
98

3. Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-aspek
manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa
pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi
masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur
organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat
diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertfikat, dan izin yang diperlukan
dalam menjalankan usaha.
5. Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa
negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanak