Analisis Risiko Produksi Buncis Perancis di Firma Raja Buncis Desa Tajur Halang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS
DI FIRMA RAJA BUNCIS DESA TAJUR HALANG
KECAMATAN TAJUR HALANG KABUPATEN BOGOR

HENRY JONATHAN ADIPUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Buncis Perancis di Firma Raja Buncis Desa Tajur Halang Kecamatan
Tajur Halang Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Henry Jonathan Adiputra
NIM H34104047

ABSTRAK
HENRY JONATHAN ADIPUTRA. Analisis Risiko Produksi Buncis Perancis di
Firma Raja Buncis Desa Tajur Halang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.
Buncis perancis merupakan komoditas sayuran yang dicari untuk memenuhi
kontinuitas permintaan pasar dengan standar kualitas yang cukup tinggi. Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko, peluang risiko,
dampak risiko serta alternatif strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk
menangani risiko produksi buncis perancis di Firma Raja Buncis. Hasil yang
diperoleh dari identifikasi sumber-sumber risiko produksi budidaya buncis
perancis antara lain sumber risiko hama, penyakit dan keterampilan tenaga kerja.
Risiko penyakit menunjukkan peluang tertinggi sebesar 44,8% yang diolah
dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score. Dampak risiko terbesar
juga disebabkan oleh risiko penyakit yaitu sebesar Rp. 5.283.132,388 yang diolah

dengan menggunakan metode value at risk atau VaR. Semua sumber risiko perlu
mendapat perhatian; perhatian paling besar diberikan kepada sumber risiko
penyakit. Alternatif strategi penanganan yang dilakukan untuk sumber risiko
hama dan keterampilan tenaga kerja adalah strategi penanganan preventif
sedangkan sumber risiko penyakit adalah strategi penanganan mitigasi.
Kata kunci: bogor, buncis perancis, risiko produksi, value at risk, z-score

ABSTRACT
HENRY JONATHAN ADIPUTRA. Production Risk Analysis of French Bean at
Raja Buncis Firm Tajur Halang District Bogor Regency. Supervised by AMZUL
RIFIN.
French bean is a vegetable comodition that people seek to supply market
demand with high quality standard. The objective of this research is to identify the
risk sources, the risk probability, the risk impact and handling strategy alternative
that can be done to handle the risk production of French bean cultivation in Raja
Buncis Firm. Results of risk sources identification are the risk sources of pests,
disease and labor skill. The risk source of disease showed the highest point of
probability which is 44.8%, as of the use of the z-score method. The biggest risk
impact also caused by disease which is Rp. 5.283.132,388, as of the use of value
at risk method or VaR. Every risk sources needs attention; most attention are

given to the risk source of pests. The alternative of handling strategy for the risk
source of pests and labor skill is preventive handling strategy while for the risk
source of disease mitigation handling strategy prefrerred.
Keywords: bogor, french bean, production risk, value at risk, z-score

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS
DI FIRMA RAJA BUNCIS DESA TAJUR HALANG
KECAMATAN TAJUR HALANG KABUPATEN BOGOR

HENRY JONATHAN ADIPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

© Hak cipta milik IPB, tahun 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Judul Skripsi: Analisis Risiko Produksi Buncis Perancis di Firma Raja Buncis
Desa Tajur Halang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor
Nama
: Henry Jonathan Adiputra
NIM
: H34104047


Disetujui oleh

Dr. Amzul Rifin, SP, MA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah Analisis
Risiko, dengan judul Analisis Risiko Produksi Buncis Perancis di Firma Raja
Buncis Desa Tajur Halang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA, Ibu
Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku

pembimbing, Ibu Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku penguji umum, Ibu Anita
Primaswari Widhiani, SP, M.Si selaku penguji akademik, Ibu Dr. Ir. Anna
Fariyanti, M.Si selaku evaluator, serta Ibu Dra. Yusalina, M.Si selaku
pembimbing akademik.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ekes, Bapak
Iwan Popoh, Bapak Tony serta seluruh pekerja di Firma Raja Buncis yang telah
membantu selama pengumpulan data serta memberikan ilmu dan pengetahuan
mengenai buncis perancis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Adiwinata T, Ibu
Rita E, Kasamira F, serta keluarga yang telah memberikan dukungan penuh
kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Hamonangan Marbun, Ibu Ai Lilah Yunani, Dameria Novandina, Winda Pratiwi,
Amelia Qodariyah, Zulfi, M. Noer Sugiono, Pradipta Dwiputra, Yudha Tri
Rizkianto, Agam Firdauza, Anugrah Ramadhani K, Rivant Diliano, Oemar
Naufal, Amanda M. Siregar, M. Januar Ilhamsyah, Ferry Purnama, Haldi Rusdino
dan seluruh teman-teman dari Bogor Fixed Faction yang selama ini telah memberi
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Tidak lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Mba Siti Nurhasanah, A.Md, Mba Maya Safitri, S.Kom, MM,

Mba Rahmi Awaliah, A.Md, Mas Aji Samsudin, Mas Agus Rahmat serta seluruh
staf kependidikan Alih Jenis Agribisnis yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan studi di Departemen Agribisnis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Risiko Produksi
Sumber Risiko
Peluang Risiko
Dampak Risiko

Pemetaan Risiko
Strategi Penanganan Risiko
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Peluang Terjadinya Risiko
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah dan Perkembangan Firma Raja Buncis
Wilayah Tanam Buncis Perancis Firma Raja Buncis
Keadaan Tanaman dan Produksi
Strukur Organisasi
Sumberdaya
Teknis dan Teknologi Produksi
Pemasaran Buncis Perancis
ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
Analisis Peluang Risiko Produksi
Analisis Dampak Risiko Produksi
Pemetaan Risiko Produksi
Strategi Penanganan Risiko Produksi

xi
xi
xii
1
1
4
7
7
7
7
7
9
10
11

11
12
13
13
17
19
19
19
19
20
20
26
26
27
27
28
28
29
33
34

34
38
39
41
45

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

47
47
48
49
51
62

DAFTAR TABEL
1 Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 g bahan yang
dapat dimakan
2 Produksi buncis menurut wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat
tahun 2012
3 Produksi dan produktivitas buncis perancis pada perusahaan Firma Raja
Buncis untuk 5.000 m2
4 Kategori tingkat kemungkinan risiko
5 Perbandingan peluang risiko dari sumber risiko produksi
6 Perbandingan dampak dari sumber risiko produksi
7 Status risiko dari sumber risiko produksi

2
2
5
24
38
41
42

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Grafik produktivitas buncis perancis pada Firma Raja Buncis
Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian
Proses strategi pengelolaan risiko
Kerangka pemikiran operasional risiko produksi buncis perancis pada
Firma Raja Buncis
Matriks frekuensi dan signifikan
Strategi preventif
Strategi mitigasi
Struktur organisasi firma raja buncis
Proses aktivitas produksi buncis perancis
Ulat grayak
Ulat penggerek polong
Ulat jengkal
Antraknosa
Karat daun
Bercak daun
Hasil pemetaan sumber risiko produksi
Pemasangan plastik mulsa
Penyemprotan pestisida/pupuk cair
Pemberian pupuk padat
Proses melubangi plastik mulsa
Pupuk organik
Tunas tanaman buncis perancis
Areal perkebunan buncis perancis
Persiapan sortasi/grading
Penyakit Antraknosa
Tanaman buncis perancis siap panen
Buncis perancis yang telah dikemas oleh ICDF
Pemusnahan tanaman yang terserang penyakit

6
14
16
18
23
25
26
28
30
34
35
35
36
36
37
43
60
60
60
60
60
60
61
61
61
61
61
61

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Data produksi buncis perancis untuk 5.000 m2
Analisis peluang sumber risiko keterampilan pekerja
Analisis peluang sumber risiko hama
Analisis peluang sumber risiko penyakit
Analisis dampak sumber risiko keterampilan pekerja
Analisis dampak sumber risiko hama
Analisis dampak sumber risiko penyakit
Tabel Z (distribusi normal)
Kuisioner penelitian
Dokumentasi Firma Raja Buncis

52
52
53
54
54
55
55
56
57
60

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran adalah salah satu produk hortikultura yang merupakan bahan
makanan penting bagi tubuh. Komoditi ini merupakan jenis makanan penting bagi
manusia untuk menjaga kesehatan. Sayuran hijau seperti daun selada, bayam,
buncis, kangkung, daun singkong, daun pepaya, dan yang lainnya sangat
bermanfaat bagi kesehatan manusia sehingga banyak dicari. Dilihat dari tingkat
konsumsi sayuran di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya menjadikan
kegiatan usaha budidaya sayuran di Indonesia sangat potensial untuk dilakukan.
Tingkat konsumsi ini ditunjukkan oleh pengeluaran rata-rata per kapita per bulan
untuk sayuran yang meningkat. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun
2010 ke 2011 yaitu sebesar 34,58 persen, dimana pengeluaran untuk sayuran pada
tahun 2010 adalah Rp 18.995,00 dan pada tahun 2011 adalah Rp 25.563,00 (BPS
2011b). Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia ini masih dapat terus
meningkat, dikarenakan standar konsumsi sayuran yang direkomendasikan Food
and Agricultural Organization (FAO) adalah sebesar 73 kg/kapita/tahun dan
standar kecukupan untuk sehat adalah 91,25 kg/kapita/tahun sementara tingkat
konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih 40,6 kg/kapita/tahun (Prabowo
H.E, 2010).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat mengetahui bahwa kegiatan budidaya
sayuran sangat prospektif. Hal ini membuat para petani meningkatkan usaha
budidaya sayuran. Peningkatan ini terlihat dari produksi sayuran pada tahun 2011
yang meningkat sebesar 3,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Kementan,
2012). Produksi sayuran ini diharapkan terus meningkat agar kebutuhan sayuran
dapat terus terpenuhi dan tidak terjadi kelangkaan yang dapat meningkatkan harga
komoditi ini.
Peningkatan produksi suatu jenis sayuran selalu berkaitan dengan adanya
peningkatan permintaan pasar terhadap jenis sayuran tersebut. Buncis merupakan
salah satu jenis sayuran yang mengalami peningkatan produksi pada tahun 2009
hingga tahun 2012. Berdasarkan data per tahun produksi sayuran di Indonesia
(BPS, 2013), produksi buncis dari tahun 2009 meningkat dan cenderung stabil
hingga tahun 2012. Pada tahun 2009 Indonesia hanya memproduksi buncis
sebanyak 290.993 ton, hingga pada tahun 2012 produksi tersebut meningkat
menjadi 322.145 ton.
Buncis banyak digemari karena selain rasanya yang cukup manis,
kandungan nutrisi yang terkandung dalam buncis juga tinggi. Buncis merupakan
sumber protein, vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat-zat lain
yang berkhasiat untuk obat dalam berbagai macam penyakit. Gum dan pektin
yang terkandung dapat menurunkan kadar gula darah, sedangkan lignin berkhasiat
untuk mencegah kanker usus besar dan kanker payudara. Serat kasar dalam
polong buncis sangat berguna untuk melancarkan pencernaan sehingga dapat
mengeluarkan zat-zat racun dari tubuh (Litbang Deptan, 2013). Zat-zat gizi yang
terdapat di dalam buncis dalam 100 g bahan yang dapat dimakan dapat dilihat
pada Tabel 1.

2
Tabel 1 Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 g bahan yang
dapat dimakan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis zat gizi
Energi/kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Serat
Besi
Vitamin A
Vitamin B1/Thiamine
Vitamin B2/Riboflavin
Vitamin B3/Niacin
Vitamin C
Air

Jumlah kandungan gizi
35 kal
2,4 g
0,2 g
7,7 g
6,5 g
4,4 g
1,2 g
1,1 g
630,0 SI
0,08 mg
0,1 mg
0,7 mg
19,0 mg
89 g

Sumber : Litbang Deptan (2013)

Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi buncis nasional dimana
Kabupaten Bogor memberikan kontribusi yang cukup besar pada produksi buncis
di Jawa Barat. Menurut Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2013), daerah sentra
buncis di Jawa Barat yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Bogor
merupakan daerah penghasil buncis kelima terbesar di Jawa Barat setelah
Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut. Kabupaten Bogor merupakan daerah
dengan karakteristik dataran tinggi yang memiliki suhu rendah sehingga cocok
bagi pertumbuhan buncis. Selain itu, letak geografis Kabupaten Bogor yang lebih
dekat dan akses yang lebih mudah dengan Ibu Kota Jakarta memungkinkan para
pelaku usaha buncis untuk memasok produknya ke wilayah tersebut dibandingkan
wilayah lain di Jawa Barat yang memiliki jarak lebih jauh. Data produksi buncis
untuk wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi buncis menurut wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat
tahun 2012
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kabupaten/Kota
Bogor
Sukabumi
Bandung
Garut
Cianjur
Ciamis
Subang

Produksi (Ton)
2008
5.646
5.462
8.101
13.767
11.253
1.174
1.585

2009
3.783
4.683
7.950
17.977
18.303
1.397
2.926

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2013)

2010
5.386
6.984
10.935
14.108
9.665
1.502
2.393

2011
10.015
7.614
13.645
11.419
23.066
2.203
3.943

2012
4.799
12.254
18.158
12.746
18.643
1.799
2.472

3

Berdasarkan kegunaannya, buncis terbagi menjadi 4 kelompok (Litbang
Deptan, 2013), yaitu:
1.
Buncis perancis: bagian yang dikonsumsi ialah polong berdaging yang
berwarna hijau, kuning, atau ungu yang mengandung biji yang belum
berkembang. Polong tidak mempunyai mempunyai urat samping atau
lapisan lir-kertas.
2.
Buncis filet haricot: polong mengandung urat samping (string), tetapi
polong muda berdaging yang dikonsumsi.
3.
Buncis haricot: biji segar adalah bagian yang dimakan, sedangkan polong
mengandung urat samping dan serat umumnya tidak dikonsumsi.
4.
Buncis bijian kering: biji kupasan kering adalah bagian yang dikonsumsi,
sedangkan polong mempunyai urat samping, serat, lapisan lir kerts, dan
tidak dimakan.
Buncis perancis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu varietas dari
jenis buncis yang memiliki prospek yang baik dan perlu dikembangkan. Buncis
perancis merupakan jenis sayuran buncis yang memiliki umur panen lebih muda
dibandingkan dengan jenis buncis biasanya. Umur panen buncis perancis yang
lebih muda yaitu 40-45 hari setelah tanam membuat buncis perancis banyak
ditanam oleh petani, karena petani dapat memiliki perputaran modal yang lebih
cepat dibandingkan dengan jenis tanaman yang lain. Buncis perancis atau yang
juga sering disebut french bean merupakan sayuran jenis kacang-kacangan yang
mengandung protein tinggi. Secara fisik bentuk buncis perancis berbeda dengan
buncis lokal, dimana bentuk buncis prancis lebih bulat dan ukurannya lebih kecil,
sedangkan buncis lokal lebih pipih dengan ukuran diameter yang lebih besar.
Tingkat produksi buncis diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
banyaknya permintaan ekspor buncis, terutama buncis perancis ke Negara lain
seperti Singapura. Dalam satu hari permintaan terhadap buncis perancis di
Singapura sedikitnya bisa mencapai lima ton. Selain Singapura, Negara-negara
lain yang menjadi tujuan ekspor buncis olahan antara lain Hongkong, Malaysia,
Inggris, Perancis dan Australia (Kementan, 2012).
Meski kebutuhan konsumen luar negeri terhadap buncis perancis sangat
tinggi, namun permintaan buncis perancis di dalam negeri masih cukup rendah.
Hal ini disebabkan karena buncis perancis belum banyak dikenal sebagai produk
makanan yang bergizi di Indonesia, selain itu harga buncis perancis yang lebih
mahal ketimbang buncis lokal juga menjadi salah satu penyebab utama mengapa
buncis perancis lebih diminati konsumen luar negri dibandingkan konsumen
dalam negri.
Karena harganya yang cenderung lebih mahal dibandingkan dengan buncis
lokal, sehingga segmen pasar buncis perancis di dalam negri lebih banyak ditemui
di pasar moderen dan pasar ekspor. Oleh karena itu buncis perancis yang
diproduksi harus memiliki kualitas yang baik, mampu mencukupi kontinuitas
permintaan serta mempunyai harga yang kompetitif.
Untuk itu pengelolaan yang baik dalam budidaya sayuran ini sangat
dibutuhkan, seperti pengelolaan dari segi teknis produksi. Hal ini dibutuhkan agar
dapat memenuhi kualitas dan kuantitas buncis perancis yang diinginkan oleh
pasar.

4
Para petani Indonesia cenderung belum dapat berproduksi secara efisien,
karena masih kurangnya kemampuan dalam hal manajerial budidaya petani.
Selain itu kurangnya informasi akan teknologi baru dalam berproduksi serta risiko
produksi yang berasal dari alam juga membuat kualitas dan kuantitas produksi
buncis perancis menjadi tidak stabil. Kemudian juga umumnya petani Indonesia
mengusahakan lahan yang belum terlalu besar sehingga pengelolaannya menjadi
tidak efisien. Untuk itu International Cooperation and Development Fund (ICDF)
banyak melakukan kerjasama dengan para petani khususnya di daerah Bogor.
International Cooperation and Development Fund merupakan sebuah
lembaga kerjasama internasional antar Indonesia dan pemerintah Taiwan yang
berkerjasama dengan para petani untuk mengembangkan beberapa komoditi
sayuran agar dapat memasuki pasar modern dan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani. ICDF berlokasi di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga.
Penawaran yang diberikan pihak ICDF bagi petani yang bekerjasama adalah
penyediaan benih, jaminan harga yang stabil dan lebih tinggi dibandingkan
dengan pasar tradisional, serta pelatihan teknis. Harga yang ditawarkan pihak
ICDF kepada petani cukup tinggi, akan tetapi hal ini sebanding dengan seleksi
yang sangat ketat yang ditetapkan pihak ICF kepada petani agar dapat memenuhi
standar yang ditetapkan.
Walaupun ICDF telah melakukan penyediaan benih serta pelatihan untuk
para petani, namun pada kondisi lapangan petani tetap menemui banyak kendala
dalam melakukan usaha tani buncis perancis. Kendala-kendala tersebut dapat
menjadi risiko yang mempengaruhi standar kualitas hasil panen yang ditetapkan
oleh ICDF. Untuk itu diperlukan analisis sumber-sumber risiko untuk setiap
kendala yang dihadapi petani agar yang hasil panen didapatkan oleh petani tidak
banyak terbuang karena tidak mampu memenuhi standar kualitas dari ICDF.

Perumusan Masalah
Firma Raja Buncis merupakan perusahaan yang bekerjasama ICDF. Firma
Raja Buncis adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya buncis
perancis di Kabupaten Bogor. Bentuk kerjasama antara Firma Raja Buncis dengan
ICDF adalah berupa kemitraan, dimana ICDF berperan sebagai penyedia bibit
serta memberikan keterjaminan harga yang stabil dan lebih tinggi dari pada pasar
tradisional serta pelatihan yang diberikan oleh pihak ICDF kepada petani. Harga
buncis yang diterima petani pada pasar tradisional adalah Rp 5.000/kg sedangkan
yang diterima petani dari ICDF adalah Rp 12.000/kg karena kualitas yang
dihasilkan baik dan dipasarkan di pasar modern.
Perusahaan ini dimiliki oleh tiga orang yang sama-sama menekuni bidang
hortikultura, yaitu Bapak Ekes, Bapak Toni dan Bapak Iwan. Tingkat keberhasilan
yang dimiliki usaha budidaya buncis perancis ini berbeda-beda di setiap hasil
produksinya. Pada umumnya fluktuasi dapat dijadikan indikator dari hasil
produksi yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan
periode sebelumnya maupun sesudahnya pada lahan dan luasan yang sama.
Fluktuasi tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil produksi buncis perancis yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan jumlah benih yang ditanam. Oleh

5
karena itu risiko produksi perlu diperhitungkan karena pada umumnya risiko akan
berdampak pada kerugian yang akan ditangung oleh pemilik usaha.
Pada bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2014, usaha budidaya buncis
perancis ini mengalami sepuluh kali siklus produksi dan hasil produksi tersebut
menghasilkan produktivitas yang bervariasi setiap siklusnya yang dapat dilihat
seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Produksi dan produktivitas buncis perancis pada perusahaan Firma Raja
Buncis untuk 5.000 m2
Siklus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Luas
Lahan
(ha)
Jan-Mar 2012
0,5
Apr-Jun 2012
0.5
Jul-Sept 2012
0,5
Okt-Des 2012
0,5
Jan-Mar 2013
0,5
Apr-Jun 2013
0,5
Jul-Sept 2013
0,5
Okt-Des 2013
0,5
Jan-Mar 2014
0,5
Apr-Jun 2014
0,5
Waktu

Panen
Aktual
(Ton)
1,279
2,109
1,913
1,284
1,522
1,874
1,908
1,564
1,986
2,012

Panen
Standar
(Ton)
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4

Produktivitas
Aktual
(Ton/ha)
5,12
8,44
7,66
5,14
6,08
7,50
7,64
6,26
7,94
8,04

Produktivitas
Optimal
(Ton/ha)
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6

Sumber: Firma Raja Buncis (2014)

Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa hasil yang diperoleh setiap produksi
dengan jumlah produksi yang sama, menghasilkan tingkat keberhasilan yang
berfluktuasi dari siklus yang ditanam oleh Firma Raja Buncis. Fluktuasi hasil
produksi buncis perancis yang diperoleh juga tidak sesuai dengan standar
keberhasilan yang diinginkan oleh Firma Raja Buncis. Berdasarkan produktivitas
aktual yang terjadi di perusahaan, didapat hasil yang lebih rendah dibandingkan
produktivitas optimal. Selain itu produktivitas yang dihasilkan pada awal tahun
2012 belum dapat mencapai produktivitas yang ditargetkan bahkan mencapai
produktivitas terendah sebesar 5,12 ton/ha. Produktivitas terendah terjadi pada
bulan Januari sampai dengan Maret 2012 dan Oktober sampai Desember 2012,
dimana pada waktu tersebut terjadi cuaca ekstrim dengan curah hujan yang tinggi
di kebun Firma Raja Buncis yang kemungkinan menyebabkan produktivitas
buncis perancis menjadi turun secara signifikan. Tingkat produktivitas tertinggi
baru bisa dihasilkan pada pertengahan bulan April sampai dengan Juni 2012
sebesar 8,44 ton/ha.
Produktivitas optimal ditetapkan Firma Raja Buncis sebesar 9,6 ton/ha lahan
berdasarkan hasil panen optimal yang diperoleh perusahaan. Penyebab tidak
tercapainya produktifitas sesuai standar perusahaan dapat menjadi dugaan indikasi
yang dapat menunjukkan adanya risiko produksi pada perusahaan Firma Raja
Buncis. Produktivitas buncis perancis pada Firma Raja Buncis dapat digambarkan
dengan grafik yang dapat dilihat pada Gambar 1.

6

Keterangan :

Panen Aktual
Panen Standar

Gambar 1 Grafik produktivitas buncis perancis pada Firma Raja Buncis
Pada Gambar 1 ditunjukkan produktivitas buncis perancis dari bulan januari
tahun 2012 sampai dengan Juni 2014. Produktivitas buncis perancis di Firma Raja
Buncis ini kemudian dibedakan antara produktivitas standar dan produktivitas
aktual untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi pasokan
buncis perancis di pasaran.
Fluktuasi produksi buncis perancis tersebut dapat disebabkan oleh sumbersumber risiko yang terdapat di Firma Raja Buncis sehingga hasil panen yang tidak
sesuai dengan kualitas yang diminta. Fluktuasi kualitas hasil panen yang tidak
stabil pada perusahaan Firma Raja Buncis sangat dipengaruhi oleh faktor manusia,
teknologi, dan alam sehingga sumber-sumber risiko tersebut sangat berhubungan
dengan jenis risiko pada kegiatan produksi.
Dengan adanya risiko produksi yang dihadapi dalam melakukan budidaya
buncis perancis, sangat mempengaruhi pemenuhan permintaan buncis perancis
oleh ICDF. Untuk itu pengelolaan risiko yang tepat sangat dibutuhkan untuk
memimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Untuk itu dibutuhkan penilaian
yang tepat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan
untuk pengelolaan risko produksi agar dapat mencegah kerugian yang semakin
besar. Strategi penanganan yang tepat perlu dilakukan untuk menghadapi risiko
produksi yang terjadi di perusahaan Firma Raja Buncis karena buncis perancis
merupakan sayuan yang bersifat perishable serta rentan terhadap hama dan
penyakit apabila tidak ditangani secara tepat. Ketika masalah tersebut
ditanggulangi secara tepat, maka akan membuat jumlah produksi buncis perancis
di perusahaan semakin meningkat, sehingga dapat memenuhi permintaan buncis
perancis oleh ICDF.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1.
Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko produksi dalam kegiatan
budidaya buncis perancis pada perusahaan Firma Raja Buncis?
2.
Berapa besar peluang dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi
dalam kegiatan budidaya buncis perancis pada perusahaan Firma Raja
Buncis?
3.
Bagaimana alternatif strategi penanganan yang diterapkan dalam mengatasi
sumber-sumber risiko produksi buncis perancis yang dihadapi perusahaan
Firma Raja Buncis?

7
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dilihat dari latar belakang maupun
perumusan masalah mengenai saluran tataniaga di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi buncis perancis yang
dilakukan oleh perusahaan Firma Raja Buncis.
2.
Menganalisis besar peluang dan dampak risiko produksi yang terjadi pada
kegiatan budidaya buncis perancis yang dilakukan oleh perusahaan Firma
Raja Buncis.
3.
Menganalisis alternatif strategi penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi risiko produksi buncis perancis yang dilakukan oleh perusahaan
Firma Raja Buncis.

Manfaat Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan penulis diharapkan mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1.
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam
mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan dapat mengambil
keputusan yang tepat.
2.
Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian
selanjutnya dapat menganalisis lebih baik lagi khususnya penulisan ilmiah
tentang risiko produksi buncis perancis.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Firma Raja Buncis, yang bergerak
dalam bidang pertanian buncis perancis. Ruang lingkup kajian masalah yang
diteliti adalah analisis sumber-sumber risiko yang mempengaruhi produksi buncis
perancis. Komoditi buncis perancis yang diteliti adalah buncis perancis yang
dihasilkan setelah tiga bulan dipanen. Data yang digunakan adalah data produksi
perusahaan dari Januari 2012 sampai dengan Juni 2014.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Risiko Produksi
Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak
kerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu mengandung
risiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakan
sesuatu yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis yang
merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha akan sangat
membutuhkan pengukuran risiko dan penanganan yang efektif.

8
Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
analisis seperti standard deviation, coefficient variation, VaR (value at risk) dan
analisis metode nilai standar (z-score). Pada penelitian Setyarini (2011),
Sembiring (2010) dan Situmeang (2011) menggunakan alat analisis standard
deviation, dan coefficient variation dalam penelitiannya. Sedangkan pada
penelitian Ramadhan (2013), Perengkuan (2011), dan Indah (2013) menggunakan
metode nilai standar (z-score) dan VaR (value at risk).
Metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil
standar. Metode ini dapat digunakan apabila terdapat data historis dan data dalam
bentuk kontinus (decimal). Sedangkan VaR (value at risk) digunakan untuk
menganalisis dampak dari terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. VaR
adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksi
dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri di atas observasi
statistik atas risiko pada kegiatan produksi dan permintaan. Penggunaan alat
analisis ini tentunya bertujuan memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan,
sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar
menghitung besar peluang terjadinya risiko pada suatu usaha, tetapi juga
mengukur dampak yang ditimbulkan risiko dari perusahaan.
Berdasarkan referensi penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan alat
analisis nilai z-score dan VaR. Pada penelitian ini metode nilai standar (z-score)
digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibat
hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar pada usaha budidaya buncis
perancis. Sedangkan VaR pada penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya
dampak dari risiko pada kegiatan budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis.
VaR adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksi
dengan tingkat kepercayaan tertentu. Setelah nilai z-score, dan VaR diperoleh,
maka selanjutnya akan dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko
dan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko.
Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan untuk memperkaya kajian dari
penelitian yang dilakukan, sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan
tidak hanya sekedar menghitung besarnya peluang risiko yang terjadi pada usaha
budidaya buncis perancis, tetapi juga mengukur dampak yang dapat ditimbulkan
oleh risiko yang dapat terjadi pada usaha ini.
Pemetaan risiko adalah proses yang harus dilakukan sebelum dapat
menangani risiko, sehingga menjadi bagian yang penting dalam penelitian
mengenai risiko. Peta risiko menggambarkan tentang kemungkinan terjadinya dan
dampak yang dapat ditimbulkan oleh suatu risiko. Berdasarkan hasil pemetaan
risiko tersebut, maka selanjutnya perusahaan menetapkan strategi penanganan
risiko yang tepat. Strategi penanganan risiko secara garis besar terbagi atas dua,
yaitu penghindaran risiko dan mitigasi risiko. Ramadhan (2013), Perengkuan
(2011), dan Indah (2013) menggunakan metode tersebut untuk menciptakan
strategi yang tepat untuk menangani risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang
menjadi objek penelitian.
Pada penelitian ini dilakukan pemetaan risiko yang berguna untuk
memetakan berbagai sumber risiko produksi yang muncul dalam usaha budidaya
buncis perancis pada Firma Raja Buncis, sehingga diharapkan dapat ditentukan
strategi penanganan risiko yang sesuai dengan status risiko. Sumber risiko yang

9
muncul dari aspek produksi ditangani sedemikian rupa sesuai dengan status
risikonya, sehingga risiko yang muncul dapat ditangani dengan tepat dalam usaha
meminimalkan risiko.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, persamaan yang paling terlihat
adalah persamaan pada analisis risiko produksi. Selain itu terdapat juga persamaan
pendekatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat risiko produksi dari usaha
yang dijalankan, yaitu metode nilai standar (z-score) dan Value at Risk (VaR).
Faktor yang membedakan pada penelitian ini terletak pada skala usaha yang
dimiliki, komoditas yang diteliti dan perbedaan tempat pelaksanaan penelitian.

Sumber Risiko
Sumber atau penyebab risiko sangat penting untuk diketahui karena dengan
mengetahui sumber risiko, akan lebih mudah untuk melakukan pencegahan atau
penanganan. Menurut Kountur (2006), risiko dapat disebabkan oleh faktor-faktor
operasional atau faktor-faktor keuangan. Risiko yang disebabkan oleh faktorfaktor operasional dapat berupa manusia, alam, teknologi, maupun aturan.
Sedangkan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan dapat berupa
harga, nilai tukar mata uang, maupun tingkat bunga. Pada penelitian Ramadhan
(2013) di Kelompok Tani Dewa Family, terdapat tiga jenis sumber risiko utama
usaha budidaya cabai paprika. Diantaranya sumber risiko yang berasal dari hama,
sumber risiko yang berasal dari penyakit dan sumber risiko yang berasal dari
perubahan suhu. Ketiga sumber risiko tersebut mampu memberikan dampak yang
cukup besar terhadap usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa
Family.
Sumber risiko lain yang lebih variatif terdapat pada jenis usaha budidaya
sayuran. Menurut Situmeang (2011) dan Sitorus (2011) usaha budidaya sayuran
tidak hanya memiliki sumber risiko yang berasal dari hama, penyakit dan cuaca
saja, tapi juga terdapat sumber risiko lain yang dapat memberikan dampak cukup
besar pada usaha budidaya sayuran. Pada penelitiannya di kelompok tani Pondok
Menteng, Situmeang (2011) menemukan bahwa usaha budidaya cabai merah
keriting tidak hanya dipengaruhi oleh faktor hama, dan penyakit, namun sumber
risiko lain seperti keterampilan pekerja serta kondisi tanah, juga amat
mempengaruhi produksi sekaligus menjadi sumber risiko dalam perusahaan
tersebut. Sedangkan pada Sitorus (2011), sumber risiko yang terdapat pada Parung
Farm menunjukkan bahwa selain diakibat oleh hama dan penyakit, sumber risiko
pada usaha bayam dan kangkung hidroponik juga dipengaruhi oleh keterampilan
tenaga kerja, cuaca, dan input yang digunakan.
Pada penelitian tentang buncis perancis di Firma Raja Buncis, diidentifikasi
seluruh sumber risiko yang mungkin dapat mempengaruhi produksi buncis
perancis dan ditetapkan sumber risiko mana yang mempunyai pengaruh paling
besar pada usaha budidaya buncis perancis. Setelah diperoleh data mengenai
sumber risiko, kemudian dianalisis peluang risikonya.

10
Peluang Risiko
Berdasarkan sumber-sumber risiko yang telah teridentifikasi, maka dapat
diidentifikasi peluang dari masing-masing sumber risiko yang terdapat pada suatu
usaha. Peluang risiko dapat dihitung dengan menggunakan metode nilai standar
atau biasa disebut dengan z-score dan ditampilkan dengan dengan menggunakan
nilai persentase disertai penetapan batas normal kegagalan yang diperbolehkan
oleh perusahaan.
Pada penelitian Ramadhan (2013) mengenai usaha budidaya cabai paprika di
Kelompok Tani Dewa Family, terdapat tiga sumber risiko dengan peluang gagal
produksi yang cukup besar, yaitu hama, penyakit dan perubahan suhu. Hama
merupakan sumber risiko yang mempunyai tingkat peluang paling besar diantara
sumber risiko yang lain, yaitu sebesar 44 persen. Nilai Z yang diperoleh untuk
sumber risiko akibat hama, dengan menggunakan nilai standar adalah sebesar 0,15.
Bila nilai tersebut dipetakan pada tabel Z (distribusi normal), maka akan
menunjukkan nilai 0,440 yang artinya kemungkinan peluang gagal produksi cabai
paprika akibat faktor kesalahan penanganan saat proses produksi yaitu sebesar 44
persen dengan batas normal kerusakan produksi cabai paprika akibat serangan hama
yang ditentukan oleh Kelompok Tani Dewa Family adalah sebesar 20 persen.
Parengkuan (2011) menemukan bahwa pada usaha budidaya jamur tiram
putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas terdapat empat sumber risiko dengan peluang
gagal produksi yang cukup besar, yaitu kesalahan penanganan, Perubahan suhu
udara, hama dan penyakit. Namun risiko akibat kesalahan penanganan saat proses
produksi memiliki tingkat peluang risiko terbesar pada usaha budidaya jamur tiram
putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Nilai Z yang diperoleh untuk sumber risiko
akibat kesalahan penanganan saat proses produksi dengan menggunakan nilai
standar adalah sebesar 0,12. Bila nilai tersebut dipetakan pada tabel Z, maka akan
menunjukkan nilai 0,452 yang artinya kemungkinan peluang gagal produksi jamur
tiram putih akibat faktor kesalahan penanganan saat proses produksi yaitu sebesar
45,2 persen, dimana nilai tersebut melebihi batas normal kerusakan log yang
ditentukan, yaitu sebanyak 4000 log per bulannya.
Penelitian yang dilakukan pada usaha budidaya jamur tiram putih di CV.
Wahyu Makmur Sejahtera oleh Indah (2013) menemukan bahwa terdapat tiga
sumber risiko dengan peluang gagal produksi yang cukup besar, yaitu
keterampilan tenaga kerja, hama dan penyakit, serta komposisi dan kualitas bahan
baku. Namun peluang terbesar urutan pertama terdapat sumber risiko tenaga kerja
dimana nilai Z yang diperoleh untuk sumber risiko keterampilan tenaga kerja
dengan menggunakan nilai standar adalah sebesar 0,19. Apabila nilai tersebut
dipetakan pada tabel Z, maka akan menunjukkan nilai 0,425 yang artinya
kemungkinan peluang gagal produksi jamur tiram putih akibat faktor keterampilan
tenaga kerja melebihi batas yang ditentukan adalah 42,5 persen. Batas normal
kegagalan produksi jamur tiram putih di CV. Wahyu Makmur Sejahtera adalah
sebanyak 6000 kg.
Peluang sumber risiko yang mungkin terjadi pada usaha budidaya buncis
perancis di Firma Raja Buncis dihitung dengan menggunakan metode nilai standar,
dan kemudian dipetakan pada tabel Z sehingga dapat dilihat seberapa besar
peluang sumber-sumber risiko yang telah diperoleh terhadap produksi buncis
perancis di Firma Raja Buncis.

11
Dampak Risiko
Dampak merupakan akibat yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko.
Dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko memiliki nilai yang
berbeda-beda. Pada penelitian Ramadhan (2013) di Kelompok Tani Dewa Family,
sumber utama risiko yang berasal dari alam pada usaha budidaya cabai paprika
adalah serangan hama. Akibat yang ditimbulkan oleh sumber risiko serangan
hama tersebut mampu memberikan dampak kerugian yang paling besar pada
usaha budidaya cabai paprika, yaitu Rp. 6.876.142. Sedangkan akibat yang
ditimbulkan oleh sumber risiko penyakit menempati dampak terbesar kedua pada
usaha budidaya cabai paprika yaitu sebesar Rp. 5.188.450. Berdasarkan kedua
angka tersebut sumber risiko akibat serangan hama dan penyakit merupakan
sumber risiko yang memberikan dampak paling besar terhadap usaha budidaya
cabai paprika.
Akibat yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko pada penelitian
Parengkuan (2011) di Yayasan Paguyuban Ikhlas, menemukan bahwa sumber
risiko iklim dan cuaca mampu memberikan dampak kerugian dengan nilai
terbesar hingga Rp. 17.053.516 pada usaha budidaya jamur tiram putih di
Yayasan Paguyuban Iklhas. Sedangkan dampak risiko hama menempati urutan
dampak kedua terbesar pada usaha budidaya jamur tiram putih yaitu sebesar Rp.
10.492.030.
Namun Indah (2013) menemukan dampak akibat yang ditimbulkan oleh
sumber risiko komposisi dan kualitas bahan baku di CV. Wahyu Makmur
Sejahtera memiliki nilai dampak yang tertinggi, yaitu sebesar Rp. 13.251.714.
Sedangkan dampak akibat keterampilan tenaga kerja menempati urutan kedua
yaitu sebesar Rp. 10.914.644 disusul dengandampak risiko akibat hama dan
penyakit dengan dampak pada perusahaan sebesar Rp. 10.069.894.
Dampak risiko pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung value at
risk pada sumber risiko yang didapatkan. Sumber-sumber risiko pada usaha
budidaya buncis perancis yang diperoleh dapat dilihat besaran dampaknya dalam
rupiah terhadap perusahaan Firma Raja Buncis yang sedang diteliti.

Pemetaan Risiko
Hasil perhitungan peluang dan dampak dari masing-masing sumber risiko
produksi yang telah dihitung dan dianalisis nilai-nilainya dapat dilakukan
pemetaan risiko. Pemetaan risiko dilakukan dengan maksud untuk mengukur
risiko dan menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko.
Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa
sumber risiko produksi yang telah teridentifikasi sebelumnya.
Ramadhan (2013) menemukan bahwa gangguan karena serangan hama pada
usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family merupakan sumber
risiko produksi dengan risiko terbesar diikuti dengan serangan penyakit, dan
perubahan suhu. Pada pemetaan yang dilakukan Ramadhan (2013), perubahan
suhu terletak pada kuadran tiga, yang meningindikasikan sumber risiko memiliki
peluang kecil dengan dampak yang kecil. Kuadran dua yang merupakan tempat
untuk sumber risiko yang memiliki peluang dan dampak yang besar diisi oleh

12
sumber risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit. Kuadran satu yang
merupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan peluang besar tetapi
dampak kecil tidak terisi begitupun dengan kuardan empat dengan peluang kecil
dan dampak besar tidak terisi oleh sumber risiko produksi.
Pada penelitian tentang jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas,
Parengkuan (2011) menemukan bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi log,
hama, dan penyakit masuk dalam kuadran satu yang merupakan tempat untuk
sumber risiko produksi dengan peluang besar, namun memiliki dampak yang kecil.
Kuadran dua yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan
peluang dan dampak besar tidak terisi oleh sumber risiko produksi, begitu juga
dengan kuadran tiga yang merupakan tempat bagi sumber risiko produksi dengan
peluang dan dampak kecil tidak terisi oleh sumber risiko produksi apapun.
Sementara itu perubahan suhu ruangan kumbung masuk pada kuadran empat yang
merupakan tempat untuk sumber risiko produksi yang memiliki peluang kecil,
tetapi memiliki dampak yang besar.
Sedangkan pada penelitian Indah (2013) tentang jamur tiram putih di CV.
Wahyu Makmur Sejahtera, keterampilan tenaga kerja dan hama dan penyakit
masuk ke dalam kuadran dua. Sedangkan komposisi dan kualitas bahan baku
masuk ke dalam kuadran tiga. Kuadran satu yang merupakan tempat untuk
sumber risiko produksi dengan peluang besar tetapi dampak kecil tidak terisi
begitupun dengan kuardan empat dengan peluang kecil dan dampak besar tidak
terisi oleh sumber risiko produksi.
Pada penelitian ini, pemetaan akan dilakukan dengan menggunakan bentuk
kuadran yang sama seperti yang terdapat pada teori Kountur (2006). Kuadran
tersebut akan mengarahkan sumber-sumber risiko yang terdapat pada usaha
budidaya buncis perancis kepada prioritas strategi penanganan risiko untuk
memimalkan terjadinya risiko pada perusahaan Firma Raja Buncis.

Strategi Penanganan Risiko
Strategi penanganan sumber-sumber risiko produksi dapat dilihat dari hasil
pemetaan risiko, acuan dari membuat strategi risiko adalah dengan melihat status
risiko dan menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yang
paling tidak berisiko mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. Strategi
penanganan yang dilakukan adalah dengan mencegah timbulnya risiko produksi
(preventif), serta dapat mengurangi kerugian akibat risiko (mitigasi).
Ramadhan (2013) menemukan bahwa gangguan karena serangan hama dan
penyakit pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family
merupakan sumber risiko produksi dengan status risiko terbesar, sehingga kedua
sumber risiko tersebut termasuk ke dalam kuadran dua. Strategi yang dilakukan
Ramadhan (2013) terhadap serangan hama dan penyakit, ditangani dengan
menggunakan strategi preventif. Sedangkan gangguan karena perubahan suhu
yang masuk ke dalam kuadran tiga ditangani dengan menggunakan strategi
mitigasi.
Pada penelitian tentang jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas,
Parengkuan (2011) menemukan bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi log,
hama, dan penyakit yang masuk dalam kuadran satu dapat ditangani dengan

13
menggunakan strategi preventif. Sementara itu perubahan suhu ruangan kumbung
yang masuk pada kuadran empat ditangani dengan menggunakan strategi mitigasi.
Sedangkan pada penelitian Indah (2013) tentang jamur tiram putih di CV.
Wahyu Makmur Sejahtera, keterampilan tenaga kerja dan hama dan penyakit yang
masuk ke dalam kuadran dua ditangani dengan menggunakan strategi preventif.
Sedangkan komposisi dan kualitas bahan baku yang masuk ke dalam kuadran tiga
ditangani dengan menggunakan strategi mitigasi.
Pada penelitian tentang buncis perancis di Firma Raja Buncis, pencegahan
terhadap sumber risiko terbesar juga dilakukan dengan menggunakan strategi
preventif dan mitigasi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari beberapa teoriteori yang relevan dengan penelitian. Teori-teori ini diperoleh dari ilmu-ilmu yang
dipelajari sebelumnya yang berasal dari teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti
yang dibangun berdasarkan pengalaman penelitian sebelumnya. Kerangka
pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas
pengetahuan, teori dan dalil dalam menjawab tujuan penelitian. Adapun kerangka
pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep, sumbersumber, manajemen, identifikasi, pengukuran, penanganan dan evaluasi risiko.
Konsep Risiko
Harwood et al (1999) mengatakan bahwa risiko merupakan kemungkinan
kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.
Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki
kemungkinan untuk terjadi dan tidak terjadi. Jika terjadi, ada akibat berupa
kerugian yang ditimbulkan. Salah satu bisnis yang mempunyai risiko tinggi yaitu
kegiatan pada bidang pertanian. Aktivitas sehari-hari petani sebagai pelaku bisnis
selalu dihadapkan dengan suatu perubahan yang terus menerus mengenai produk,
harga, pendapatan dan lainnya. Produksi yang dihasilkan mungkin lebih baik atau
lebih buruk dibandingkan dengan produksi yang diharapkan. Petani dan peternak
selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Ketidakpastian
ini menyebabkan bidang agribisnis sangat riskan dengan kerugian. Risiko
mempunyai dua karakteristik, yaitu: (1) risiko merupakan ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa dan (2) risiko merupakan ketidakpastian bila terjadi
akan menimbulkan kerugian. Secara makro, ketidakpastian bisa diklasifikasikan
kedalam tiga golongan. Pertama, ketidakpastian sosial, politik, ekonomi.
Misalnya; perubahan harga dan selera konsumen, konflik antar suku, dan
sebagainya. Kedua, ketidakpastian alam, yaitu ketidakpastian yang disebabkan
oleh alam. Misalnya; banjir, gempa bumi, kemarau, kebakaran hutan dan
sebagainya. Ketiga, ketidakpastian manusia. Misalnya; pencurian, pembunuhan,
korupsi, perang, dan sebagainya.

14
Risiko tidak cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara-cara yang
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Rangkaian kejadian
risiko dan ketidakpastian, disajikan dalam Gambar 2.
Probability dan hasil
dapat diketahui

Probability dan hasil
tidak dapat diketahui

Risiko
(Risk Events)

Ketidakpastian
(Uncertain Events)

Sumber: Debertin (2012)

Gambar 2 Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian
Debertin (2012) menyebutkan perbedaan konsep antara risiko dan
ketidakpastian. Ketidakpastian lingkungan, kemungkinan hasil dan kemungkinan
kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Gambar 1 menjelaskan bahwa peristiwa
dunia dapat digolongkan menjadi dua situasi yang ekstrim, yaitu kejadian yang
mengandung risiko dan kejadian yang tidak pasti atau uncertainty risk. Robison
dan Barry (1987) menyebutkan bahwa ketidakpastian menunjukkan peluang suatu
kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang yang secara
kuantitatif tidak dapat diketahui karena tidak ada data pendukung atau informasi
untuk menghitung peluang. Selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur
maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian.
Sumber-sumber Risiko
Menurut Harwood et al (1999), beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh
petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko
kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial. Sumber-sumber risiko tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Risiko Produksi
Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal
panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama
dan penyakit, curah hujan, kesalahan sumberdaya manusia, maupun teknologi.
2. Risiko Pasar atau Harga
Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual. Disebabkan oleh
perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi.
3. Risiko Kelembagaan
Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan terjadi karena perubahan
kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obatobatan, pajak, kredit.
4. Risiko Kebijakan
Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya
kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang
kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Kebijakan
dalam artian tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah
kebijakan tarif ekspor.

15
5.

Risiko Finansial
Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka
pendek kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga
menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.
Menurut Kountur (2006), risiko operasional merupakan risiko yang
umumnya bersumber dari masalah yang disebabkan faktor internal seperti
manusia, teknologi, aturan, serta disebabkan pula oleh faktor eksternal seperti
perubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit.
1.
Manusia
Terdapat tiga kelompok besar yang menjadi penyebab-penyebab kejadian
yang merugikan dari faktor manusia, yaitu: (a) kompetensi pekerja dalam
menjalankan tugasnya, misalnya pekerja yang kurang memiliki tanggung jawab
dalam bekerja, lalai dalam melaksanakan tugas, memiliki sakit (fisik ataupun
mental) maupun disebabkan lemahnya kontrol manajemen yang dilakukan pada
masa poduksi; (b) moral pekerja yang rendah dapat merugikan perusahaan,
misalnya pekerja yang buruk suka me