Karakterisasi Keragaman Genetik Beberapa Genotipe Tomat Lokal Hasil Induksi Mutasi

KARAKTERISASI KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA
GENOTIPE TOMAT LOKAL HASIL INDUKSI MUTASI

GALUH KUSUMA WARDHANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HOLTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi
Keragaman Genetik beberapa Genotipe Tomat Lokal hasil Induksi Mutasi adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
.

Bogor, Juli 2015
Galuh Kusuma Wardhani
A24110017

ABSTRAK
GALUH KUSUMA WARDHANI. Karakterisasi Keragaman Genetik beberapa
Genotipe Tomat Lokal Hasil Induksi Mutasi. Dibimbing oleh ANGGI NINDITA
dan SURJONO HADI SUTJAHJO.
Tomat adalah salah satu jenis sayuran terpenting di Indonesia yang
kebutuhannya terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang keragaan dan keragaman
karakter hortikultura dari beberapa genotipe tomat hasil induksi sinar gamma.
Materi genetik dari genotipe tomat diperoleh dari eksplorasi plasma nutfah dari
berbagai daerah di Indonesia. Genotipe lokal diinduksi mutasi sinar gamma pada
990 gray. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2014 sampai Januari 2015 di
Kebun Percobaan Leuwikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Karakterisasi dilakukan dengan

membandingkan keragaman antara genotipe tanpa radiasi (M0) dengan genotipe
tomat hasil radiasi (M1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keragaman
pada keragaan mutan tomat generasi M1 yaitu pada peubah : tinggi tanaman (cm),
diameter batang (cm), umur berbunga (HST), umur panen (HST), bobot buah (g),
rata-rata bobot buah (g), panjang pedisel (cm), panjang buah (cm), diameter buah
(cm), kelunakan buah (mm g-1 5s-1), dan padatan terlarut total (ºbrix). Keragaman
di dalam genotipe masih terjadi dilihat dari keragaan pada karakter kualitatif. Hasil
analisis pengelompokan berdasarkan jarak ketidakmiripan antara kelompok
genotipe M0 dan M1 adalah tidak berbeda pada tingkat 0.77, menunjukkan bahwa
ketidakmiripan adalah rendah (23%). Hasil koefisien ketidakmiripan menunjukkan
bahwa M1 dan M0 terbagi menjadi 2 kelompok besar. Hasil analisis
pengelompokkan pada keragaman kelompok genotipe M1 berdasarkan jarak
ketidakmiripan adalah tidak berbeda pada tingkat 0.5, menunjukkan bahwa
ketidakmiripan adalah (50%). Nilai heritabilitas arti luas bernilai tinggi jika lebih
dari 50%, bernilai sedang pada 20%-50%, dan bernilai rendah jika kurang dari 20%.
Kata kunci: genotipe, karakterisasi, iradiasi, Lycopersicon esculentum, sinar
gamma

ABSTRACT
GALUH KUSUMA WARDHANI. Characterization Genetic Variability of

Landrace Tomato Genotypes from Induced Mutation Process. Supervised by
ANGGI NINDITA and SURJONO HADI SUTJAHJO.
Tomato is one of the most important vegetables in Indonesia with increasing
demand by increasing its population. The objective of this research was to obtain
information of tomato genotype performance and morphological variability from
induced mutation process. Genetic material of tomato genotype was obtained by
germplasm exploration from different region in Indonesia. Local genotype was
mutated by gamma rays at level 990 gray. The experiment research was conducted
in September 2014 to January 2015 at Leuwikopo Experimental Field, Department
of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural Univer-

sity. The characterization was conducted through variability comparison between
tomato genotypes without irradiation (M0) and with irradiation (M1). The result of
this research elucidated that there are variability in the performance of mutant
tomato M1 generation i.e : plant height (cm), stem diameter (cm), flowering age
(DAP), harvesting age (DAP), weight of fruit (g), average fruit weight (g), length
of pedicel (cm), fruit length (cm), fruit diameter (cm) , fruit softness (mm g-15s-1),
and total dissolved solids (ºbrix). The variability in the genotype still occurs seen
from the variability performance of qualitative character. The genetic similarity was
analyzed by clustering analysis. Clustering analysis from dissimilarity distance

resulted that the genotype M0 and M1 is not different at the level of 0.77, indicated
that the dissimilarity is low (23%). Dissimilarity coefficient elucidated that M1 and
M0 is divided into two cluster. Value of heritability was varied between genotype
and character. Clustering analysis for group of genotype M1 resulted different at
level 0.5, indicated that the similarity is high (50%). Broad sense of heritability
value if more than 50% was stated as high criteria, medium at 20% - 50%, and low
if less than 20%.
Keywords: characterization, gamma rays irradiation, genotype, Lycopersicon
esculentum

KARAKTERISASI KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA
GENOTIPE TOMAT LOKAL HASIL INDUKSI MUTASI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HOLTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015 WARDHANI
GALUH KUSUMA

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang berjudul Karakterisasi Keragaman Genetik Beberapa Genotipe Tomat Lokal
Hasil Induksi Mutasi telah dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Januari
2015 di Kebun Percobaan Leuwikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Ibu Anggi Nindita, SP MSi selaku pembimbing pertama dan Prof Dr Ir Surjono
Hadi Sutjahjo, MS selaku pembimbing kedua yang telah memberikan saran dan
pengarahan selama kegiatan penyusunan karya ilmiah ini.
2. Kedua orang tua, Bapak Supardan dan Ibu Siti Kholipah, suami tercinta Viki
Radius Saputra, dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan agar
segera menyelesaikan pendidikan sarjana.

3. Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, Msi selaku dosen pembimbing akademik dan Ibu
Siti Marwiyah, SP MSi yang banyak memberikan nasehat selama perkuliahan.
4. Teman-teman fast track, Dandelion, dan Wisma Ayu, drh Rosita, drh Sri, drh
Nilla, Dyah Ayu, Iqbal, dll yang selalu memberikan semangat dan dorongan
selama perkuliahan dan penelitian.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian khususnya bangsa
Indonesia .
.

Bogor, Juli 2015
Galuh Kusuma Wardhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani dan Produksi Tanaman Tomat

2

Pemuliaan Tomat

3

Pemuliaan Mutasi

4

Heritabilitas


4

METODE PENELITIAN

5

Tempat dan Waktu Penelitian

5

Bahan dan Alat

5

Pelaksanaan

5

Analisis Data


6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Penelitian

7

Karakter Kuantitatif

8

Heritabilitas

17

Karakter Kualitatif


18

Analisis Gerombol

20

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1 Nilai daya berkecambah pada persemaian, daya tumbuh saat
transplanting pada tanaman M1 dan M0
2 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter tinggi
tanaman
3 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter diameter
batang
4 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter umur
berbunga
5 Nilai tengah, koefisien keragaman,dan ragam pada karakter umur panen
6 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter bobot buah
per tanaman
7 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter rata-rata
bobot buah
8 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter panjang
buah
9 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter diameter
buah
10 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter panjang
pedisel
11 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter kelunakan
buah
12 Nilai tengah, koefisien keragaman, dan ragam pada karakter padatan
terlarut total
13 Nilai presentase serangan layu bakteri dan pecah buah pada genotipe M0
dan M1
14 Nilai dugaan heritabilitas arti luas (h2bs) pada genotipe tomat M1 dan
M0
15 Keragaan tipe tumbuh, letak daun, tepi daun, warna bahu, dan bentuk
buah genotipe tomat M1
16 Keragaan buah genotipe tomat M1

7
8
9
10
10
11
12
13
13
14
14
15
16
17
18
19

DAFTAR GAMBAR
1 Keragaman bentuk buah genotipe M0
2 Dendrogram hasil pengelompokan melalui analisis gerombol terhadap
tanaman M1 dan M0
3 Dendrogram hasil pengelompokan melalui analisis gerombol terhadap
genotipe M1

19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Curah hujan, suhu rata-rata harian, dan kelembaban relatif selama
penelitian
2 Proyeksi hasil produksi genotipe M0 dan M1 dalam satu hektar

25
25

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tomat adalah salah satu jenis sayuran terpenting di Indonesia. Kebutuhan
tomat dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk. Produksi tomat nasional pada tahun 2014 mencapai 895 163 ton. Tetapi
produksi tersebut menurun dibandingkan produksi nasional tahun 2013 yang
mencapai 992 780 t. Produksi tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan tomat
nasional karena masih adanya impor tomat pada 2014, yaitu sebesar 53 099 ton
(BPS 2015). Menurut Kementerian Pertanian (2015) luas panen tomat di Indonesia
pada tahun 2014 adalah 56 095 ha dengan total produksi 895 163 ton dan
produktivitas sebesar 15.96 ton ha-1. Produktivitas tomat di tahun 2014 menurun
0.4% jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 16.61 ton ha-1.
Penurunan produksi tomat tersebut salah satunya karena masih rendahnya tingkat
penggunaan varietas unggul pada tingkat petani disamping teknik budidaya yang
kurang optimal serta serangan hama dan penyakit tanaman.
Peningkatan produksi tomat dapat dilakukan dengan penambahan luas area
tanam, peningkatan produktivitas tanaman, menekan kehilangan hasil selama
proses panen dan produksi, serta menggunakan varietas unggul. Varietas unggul
dapat diperoleh melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Menurut Mangoendidjojo
(2003) tujuan pemuliaan adalah untuk mendapatkan varietas unggul atau
mempertahankan keunggulan suatu varietas yang sudah ada. Menurut Purwati
(2007) sebuah varietas tomat dikatakan unggul jika memiliki sifat memiliki daya
hasil tinggi, tahan terhadap organisme pengganggu tanaman utama (OPT), toleran
terhadap lingkungan, berumur genjah, bentuk tanaman ideal, mutu hasil dan daya
simpan tinggi. Tomat merupakan sumber yang kaya kandungan mikronutrisi yang
baik untuk diet manusia. Tujuan pemuliaan tomat adalah mendapatkan tomat yang
berproduksi tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, dan mengandung banyak
nutrisi. Menurut Syukur et al. (2012) tahap-tahap kegiatan pemuliaan tanaman
adalah pengoleksian plasma nutfah, karakterisasi, seleksi, perluasan keragaman
genetik, seleksi setelah perluasan keragaman genetik, evaluasi dan pengujian, dan
yang terakhir pelepasan dan perbanyakan varietas. Keragaman genetik yang besar
dapat memberikan keleluasaan dalam pemilihan sehingga seleksi akan berjalan
efektif. Keragaman genetik dapat diperoleh dari rekombinasi gen melalui
hibridisasi atau rekayasa genetik, induksi mutasi, atau poliploidi.
Perluasan keragaman genetik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan melakukan persilangan atau hibridisasi, mutasi, fusi protoplas,
dan rekayasa genetika. Metode yang sering digunakan pemulia tanaman
diantaranya adalah mutasi. Menurut Poehlman (1979) mutasi adalah suatu
perubahan mewaris dalam sebuah sel. Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian
tanaman dan fase pertumbuhan tanaman, tetapi lebih banyak terjadi pada bagian
yang sedang aktif membelah seperti tunas dan biji (Aisyah 2013).
Kegiatan evaluasi keragaman merupakan salah satu tahapan dalam program
pemuliaan tanaman yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai karakterisik genotipe yang ada. Penelitian ini diarahkan untuk

2
mendapatkan deskripsi karakter-karakter hortikultura dari beberapa genotipe tomat
lokal hasil mutasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pengujian
selanjutnya sehingga dapat dilepas sebagai varietas baru.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keragaan dan
keragaman karakter hortikultura dari beberapa genotipe tomat hasil mutasi induksi
dengan sinar gamma.
Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan keragaan karakter antar kategori genotipe tomat hasil
iradiasi sinar gamma.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Produksi Tanaman Tomat
Tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam famili
Solanaceae dan memiliki ukuran genom sebesar 950 Mb (Saito et al. 2011). Tomat
merupakan tanaman asli Amerika Utara dan Amerika Selatan dimana kerabat
liarnya banyak tumbuh di Meksiko. Menurut Corrado et al. (2014) tanaman tomat
adalah tanaman sayur yang ditanam luas di dunia. Tomat sangat populer karena
mengandung serat yang tinggi, vitamin A, C , dan lycopen (Ikeda et al. 2013)
Tomat merupakan tanaman tahunan yang dapat mencapai ketinggian lebih
dari dua meter. Tanaman yang sama dapat dipanen selama beberapa tahun berturutturut di Amerika Selatan. Panen pertama sekitar 45-55 hari setelah berbunga atau
90-120 hari setelah tanam. Bentuk buah berbeda pada setiap kultivar. Warnanya
berkisar dari kuning ke merah. Tomat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
jenis indeterminate, semi indeterminate, dan determinate. Tipe indeterminate
adalah pilihan terbaik untuk masa panen yang panjang karena terus tumbuh setelah
berbunga. Namun, dalam kondisi tropis, penyakit dan serangan serangga akan
menghentikan pertumbuhannya (Naika et al. 2005).
Syarat tumbuh tanaman tomat salah satunya adalah tumbuh baik pada tingkat
kemasaman tanah 5.5-7.0. Curah hujan yang dibutuhkan tomat 750-1 250 mm
tahun-1, curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan banyak penyakit (Pracaya
2004). Tanaman tomat mempunyai ujung akar yang dapat mencapai kedalaman 0.5
m. Batang tanaman tomat berbentuk silinder dan ditutupi oleh bulu-bulu halus.
Tomat akan tumbuh optimal pada iklim dingin dan kelembaban rendah. Suhu
optimum tomat berkisar antara 21-24ºC (Naika et al. 2005).

3
Peningkatan produksi tomat yang diupayakan petani dalam usaha taninya
adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Adiyoga 2000). Penggunaan
varietas unggul merupakan salah satu cara meningkatkan produktivitas dengan
kualitas buah yang baik dan tahan terhadap gangguan hama dan penyakit, dan
mampu beradaptasi pada berbagai lingkungan tumbuh. Menurut AVRDC (2010)
luas tanaman tomat di China lebih dari 5 juta ha dengan produksi mendekati 129
juta t atau lebih dari 25% luas tanaman tomat di dunia. Menurut laporan FAO (2008)
luas tanaman tomat di Mesir dan India lebih dari 20% dari luas tanaman tomat di
dunia. Negara lain yang menghasilkan tomat adalah Turki dan Nigeria. Luas areal
tanaman tomat di Asia dan Afrika kira-kira 79% dari luas areal tomat di dunia dan
menghasilkan 65% kebutuhan tomat di dunia.
Pemuliaan Tanaman Tomat
Pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan mengetahui masalah serta
harapan konsumen. Tujuan pemuliaan tanaman secara lebih luas adalah
memperoleh varietas yang efisien dalam penyerapan unsur hara, tahan terhadap
cekaman biotik dan abiotik, berdaya hasil tinggi, dan menguntungkan bagi yang
menanam dan pemakai (Syukur et al. 2012). Menurut Pranita (2012) pemuliaan
tanaman hanya akan berhasil jika di dalam populasi terdapat keragaman genetik.
Sehingga kegiatan pertama dalam pemuliaan tanaman adalah mendapatkan
sebanyak mungkin keragaman genetik. Pemuliaan tanaman tomat dilakukan untuk
mendapatkan tomat dengan karakter tertentu sesuai tujuan pemuliaannya.
Pemuliaan tanaman memiliki beberapa langkah, yaitu koleksi plasma nutfah,
karakterisasi, perluasan keragaman genetik, seleksi, evaluasi, pelepasan varietas,
dan perbanyakan (Syukur et al. 2012). Patel et al. (2013) melakukan evaluasi
terhadap tiga belas genotipe tomat untuk mendapatkan genotipe yang berdaya hasil
tinggi dan berumur genjah.
Corjeno et al. (2013) melakukan evaluasi keragaman tomat lokal berdasarkan
karakter morfologi, parameter kualitatif, dan penanda DNA AFLP (Amplified
Fragment Lenght Polymorphisms). Kegiatan evaluasi tomat dapat dilakukan
dengan analisis gabungan (multiplevariate analysis). Emami dan Eivazi (2013)
melakukan evaluasi terhadap keragaman genetik tomat berdasarkan beberapa
karakter. Hasil penelitian menunjukan adanya interaksi antara musim tanam dan
genotipe tomat pada karakter jumlah buah, bobot buah, padatan terlarut total, dan
waktu panen. Hal tersebut dapat digunakan sebagai faktor seleksi untuk genotipe
unggul pada musim tertentu. Pemuliaan tomat juga dilakukan untuk mendapatkan
tanaman dengan kandungan ºbrix yang tinggi. Ikeda et al. (2013) melakukan
persilangan antara spesies liar Solanum penneli dengan varietas komersil dari
Solanum lycopersicum untuk mendapatkan genotipe tomat dengan kandungan ºbrix
yang lebih tinggi. Matteo et al. (2013) melakukan identifikasi terhadap beberapa
genotipe hasil persilangan Solanum penneli untuk mendapatkan tomat dengan
kandungan senyawa fenol yang lebih tinggi.

4
Pemuliaan Mutasi
lnduksi mutasi dapat terjadi secara alamiah atau melalui teknik kimia atau
fisik. lnduksi mutasi secara kimia atau fisik juga dapat memperluas keragaman
genetik tanaman melalui perubahan susunan gen yang berasal dan tanaman itu
sendiri. Mutasi spontan (alamiah) tidak mampu memberikan keragaman genetik
secara cepat dan akurat. Oleh karena itu, metode untuk menginduksi mutasi
merupakan masalah yang penting untuk diketahui dalam upaya perbaikan tanaman
dan meningkatkan produktivitas tanaman (Ahloowalia dan Maluszynsky 2001).
Sikder et al. (2013) melakukan mutasi pada tomat dengan mutagen berupa sinar
gamma dan Ethyl Methane Sulfonate (EMS). Dari mutagen tersebut memberikan
pengaruh terhadap bentuk buah, stigma bunga, pertumbuhan, serta peningkatan
klorofil pada M2.
Mutasi induksi sementara ini merupakan metode pemuliaan yang paling
efektif untuk perbaikan satu atau beberapa sifat yang tidak diinginkan (Sobrizal
2008). Handayati (2013) menambahkan bahwa salah satu alternatif untuk
meningkatkan keragaman tanaman agar dapat menghasilkan varietas baru adalah
melalui teknik mutasi. Menurut BB Biogen (2011) ada dua jenis bahan mutagen,
yaitu mutagen kimia dan mutagen fisika. Mutagen fisika merupakan radiasi energi
nuklir, seperti iradiasi sinar gamma. Peran utama teknologi nuklir dalam pemuliaan
tanaman terkait dengan kemampuannya dalam menginduksi mutasi pada materi
genetik. Kemampuan tersebut dimungkinkan karena nuklir memiliki energi cukup
tinggi untuk menimbulkan perubahan pada struktur atau komposisi materi genetik
tanaman. Perubahan tersebut terjadi secara mendadak, acak, dan diwariskan pada
generasi berikutnya.
Menurut Aisyah (2013), mutasi dapat disebabkan oleh agen atau wahana yang
disebut dengan mutagen. Mutagen dapat diklasifikasikan sebagai mutagen fisik,
mutagen kimia, dan mutagen biologis. Sinar gamma merupakan salah satu bahan
fisik yang banyak digunakan sebagai agen mutasi. Mutasi atau perubahan materi
genetik dapat dideteksi dengan melihat perubahan pada tingkat struktur gen atau
perubahan pada tingkat ekspresinya. Melihat perubahan tersebut dapat dilihat
dengan membandingkan antara mutan dan tipe liarnya (Pranita 2012). Menurut
Jusuf (2001) perubahan akibat mutasi dapat terlihat pada tingkat morfologi yang
dapat dilihat atau pada tingkat lain yang tidak nampak secara kasat mata. Hasil
mutasi yang paling mudah dilihat bila terjadi perubahan pada morfologinya seperti
bentuk, ukuran, atau warna.
Heritabilitas
Heritabilitas merupakan parameter genetik yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman dalam mewariskan karakter
yang dimilikinya. Pada penelitian ini menggunakan heritabilitas dalam arti luas
yaitu perbandingan antara varian genotip total dan varian fenotipe. Nilai
heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik lebih besar
dibanding faktor lingkungan (Sari et al. 2014).
Menurut Mangoendidjojo (2003) ada tiga kriteria nilai heritabilitas arti luas,
yaitu : tinggi bila nilai h2>0.5, sedang bila nilai h2 terletak diantara 0.2-0.5 dan

5
rendah bila nilai h2.0001**
4 Kuda 1 66.8±23.3
34.9 113.3±6.2 5.4 543.5 37.9 505.6 0.0001**
5 Lom 1 71.2±16.3
22.9 80.0±5.23 6.6 265.7 28.0 237.6 0.3672tn
6 Lom 2 42.7±25.0
58.6 74.5±12.0 16.2 625.3 145.0 480.3 0.0724tn
7 Lom 4 50.0±15.3
30.5 132.5±12.0 10.4 233.2 152.9 80.5