Radiosensitivitas Dan Keragaan Tiga Genotipe Tomat Lokal Hasil Iradiasi Sinar Gamma

RADIOSENSITIVITAS DAN KERAGAAN TIGA GENOTIPE
TOMAT LOKAL HASIL IRADIASI
SINAR GAMMA

RAMDANA
A24100140

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Radiosensitivitas dan
Keragaan Tiga Genotipe Tomat Lokal Hasil Iradiasi Sinar Gamma adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Ramdana
NIM A24100140

ABSTRAK
RAMDANA. Radiosensitivitas dan Keragaan Tiga Genotipe Tomat Lokal
Hasil Iradiasi Sinar Gamma. Dibimbing oleh SURJONO HADI SUTJAHJO dan
SITI MARWIYAH.
Induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman. Iradiasi sinar gamma pada benih
tomat genotipe Lombok 4, Kudamati 1, dan Ranti dengan dosis 0 Gy, 100 Gy, 150
Gy, 200 Gy, 250 Gy, 300 Gy, 350 Gy, 400 Gy, 450 Gy, dan 500 Gy. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi Lethal Dosis 50 (LD50) tomat dan keragaan
karakter kualitatif dan kuantitatif tomat pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga genotipe tomat memiliki daya
berkecambah yang berbeda pada masing-masing dosis iradiasi yang diberikan.
Nilai LD50 genotipe Lombok 4, Kudamati 1, dan Ranti terdapat pada dosis 372,82

Gy, 971,08 Gy, dan 1.641,47 Gy. Perbedaan kuantitatif terjadi pada karakter
diameter batang yang mengalami pembesaran yaitu pada genotipe Kudamati 1
akibat dosis 100, 250, 300, 350, 450, 500 Gy dan pada genotipe Ranti akibat dosis
250, 300, 400, 450, 500 Gy yang berbeda dengan tanaman kontrolnya. Pengaruh
kualitatif yang terlihat yaitu perubahan fenotipik buah pada genotipe Lombok 4 dari
asal buah berbentuk pear lancip menjadi 3 bentuk buah yang berbeda yaitu bentuk
buah pear lancip, bentuk telur sungsang, dan bentuk pear. Genotipe Kudamati 1
menghasilkan 2 bentuk buah yaitu bentuk agak pipih dan bentuk bulat sedangkan
genotipe Ranti tidak mengalami perubahan bentuk buah.
Kata kunci : iradiasi sinar gamma, radiosensitivitas, LD50

ABSTRACT
RAMDANA. Radiosensitivity and Performance of Three Local Genotypes of
Tomato after Gamma-ray Irradiation. Supervised by SURJONO HADI SUTJAHJO
and SITI MARWIYAH.
Induced mutation by gamma ray irradiation is one of many ways to increase
the genetic diversity of plants. Gamma ray irradiation was given to the tomato seed
genotypes Lombok 4, Kudamati 1, and Ranti with doses of 0 Gy, 100 Gy, 150 Gy,
200 Gy, 250 Gy, 300 Gy, 350 Gy, 400 Gy, 450 Gy, and 500 Gy. This study aimed
to obtain information about lethal dose 50 (LD50) of tomatoes and to observe their

qualitative and quantitative characters at different doses of gamma-ray irradiation.
The result showed that all three genotypes of tomato have different germination rate
at each irradiation dose given. The value of LD50 of genotypes Lombok 4, Kudamati
1, and Ranti are 372,82 Gy, 971,08 Gy, and 1.647,47 Gy, respectively, quantitative
character showed some differences on enlarging stem diameter at doses of 100, 250,
300, 350, 450, 500 Gy for genotype Kudamati 1 and doses of 250, 300, 400, 450,
500 Gy for genotype Ranti, different to control plants. Qualitative change is seen
on genotype Lombok 4 from pointed pear-shaped fruit into three different fruit

shapes e.g pointed shape pear fruit, obovoid, and pear-shaped. Genotype Kudamati
1 produces two forms of the fruit is slightly flattened shape and round shape,
whereas genotype Ranti does not change the shape of fruit.
Key words: gamma ray irradiation, radiosensitivity, LD50

RADIOSENSITIVITAS DAN KERAGAAN TIGA GENOTIPE
TOMAT LOKAL HASIL IRADIASI
SINAR GAMMA

RAMDANA
A24100140


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Agustus 2014
ini adalah Radiosensitivitas dan Keragaan Tiga Genotipe Tomat Lokal Hasil
Iradiasi Sinar Gamma.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi

Sutjahjo, M.S. dan ibu Siti Marwiyah, S.P, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulis sampaikan terima kasih kepada ibu Dr. Ir.
Syarifah Iis Aisyah, M.Sc. sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberi saran
dan masukan kepada penulis. Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih
kepada bapak Dr. Ir. Supijatno, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan saran selama penulis belajar di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ibu, bapak, dan kakak atas segala doa dan kasih sayangnya, serta kepada Dita,
Nunu, Radhiya, Tri dan teman-teman Edelweiss AGH 47 yang telah membantu
selama penulis melakukan penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2016
Ramdana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tomat
Mutasi dalam Pemuliaan Tanaman
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Rancangan Percobaan
Prosedur Percobaan
Pengamatan Percobaan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Nilai Lethal Dose (LD50)
Karakter Pertumbuhan
Karakter Produksi
Karakter Kualitatif
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

v
v
1
1
1
2
2
2
3
5
5
5
5
6
7

9
9
9
10
13
16
25
27
27
27
27
31

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6

Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10

Nama genotipe tomat dan wilayah eksplorasinya
Persentase tanaman hidup bibit tomat pada 3 MSS
Nilai LD 50 pada tiga genotipe tomat lokal
Tinggi tanaman dan diameter batang tomat
Umur berbunga, umur berbuah, dan umur panen tomat
Jumlah dan bobot buah tomat per tanaman
Diameter dan panjang buah tomat
Bobot per buah dan ketebalan daging buah tomat
Kekerasan buah dan padatan terlarut total buah tomat
Bentuk membujur buah, bentuk ujung buah, dan jumlah rongga
buah tomat

5
10
12

14
16
17
19
21
24
25

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bentuk ujung buah tomat
Gambar 2 Bentuk buah tomat dalam penampang membujur
Gambar 3 Kondisi tanaman dan buah tomat di lapang
Gambar 4 Pola sebaran tanaman hidup pada tomat
Gambar 5 Tinggi tanaman tomat
Gambar 6 Diameter batang tanaman tomat
Gambar 7 Keraggan bentuk dan ukuran batang tanaman tomat
Gambar 8 Jumlah buah tomat per tanaman
Gambar 9 Bobot buah tomat per tanaman
Gambar 10 Diameter buah tomat
Gambar 11 Panjang buah tomat

Gambar 12 Bobot tomat per buah
Gambar 13 Ketebalan daging buah tomat
Gambar 14 Kekerasan buah tomat
Gambar 15 Padatan terlarut total buah tomat
Gambar 16 Bentuk buah tomat hasil iradiasi genotipe Lombok 4
Gambar 17 Bentuk buah tomat hasil iradiasi genotipe Kudamati 1

8
8
9
12
13
15
15
18
18
20
20
22
22
23
23
26
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura penting di Indonesia, selain cabai, bawang merah, dan lain-lain.
Keberadaannya di pasaran menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
mencukupi permintaan akan buah tomat tersebut. Produksi tomat di Indonesia tahun
2013 mencapai 947.398 ton (Deptan, 2014a) dengan luas lahan 53.847 ha (Deptan,
2014b). Indonesia masih melakukan impor tomat sebesar 12.157 ton pada tahun
2012 (Deptan, 2014c) dan menjadi 12.613 ton di tahun 2013 (Deptan, 2014d).
Kegiatan impor tersebut menandakan bahwa produksi dalam negeri belum mampu
memenuhi kebutuhan. Permasalahannya adalah ketersediaan benih berkualitas
yang masih rendah di pasaran, benih hibrida yang beredar di pasaran memiliki harga
yang cukup mahal untuk digunakan para petani terutama petani tradisional, serta
serangan layu bakteri yang menjadi penyakit serius dalam pertanaman tomat yang
dapat menurunkan produksi tomat. Menurut Purwati (1990) bakteri layu merupakan
penyakit utama yang mengakibatkan produksi tomat menurun.
Pengembangan varietas unggul melalui program pemuliaan merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan budidaya tomat dengan
menghasilkan tanaman tomat yang berkualitas baik, produksi tinggi, harga benih
yang lebih terjangkau oleh petani, tahan hama penyakit utama dan toleran cekaman
abiotik. Keberhasilan program pemuliaan tomat ini perlu didukung dengan adanya
keragaman genetik plasma nutfah tomat. Perbaikan tanaman tergantung seberapa
besar keragaman genetik dan seberapa besar sifat itu diwariskan (Sutjahjo et al.,
2015). Salah satu upaya peningkatan keragaman genetik yaitu dengan induksi
mutasi. Mutasi bisa dihasilkan oleh beberapa agen mutagenik seperti radiasi, non
radiasi maupun kimia. Sumber radiasi yang sering digunakan adalah sinar X, sinar
gamma, ultra-violet (Jusuf, 2001). Radiasi sinar gamma merupakan radiasi pengion
yang mempunyai kekuatan daya tembus tinggi (Poespodarsono, 1986) dan
kemampuan penetrasi yang cukup kuat ke dalam jaringan tanaman (Herawati dan
Setiamihardja, 2000) sehingga dapat menyebabkan perubahan baik pada tingkat
gen maupun kromosom. Perubahan yang terjadi pada gen maupun kromosom akan
mengakibatkan perubahan karakter tanaman, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan keragaman genetik pada ketiga genotipe yang di uji.
Penelitian ini merupakan dasar dalam rangkaian penelitian untuk
pengembangan varietas tomat produksi tinggi dan tahan penyakit layu bakteri
berbasis plasma nutfah lokal. Peningkatan keragaman genetik terhadap beberapa
genotipe yang memiliki potensi ketahanan terhadap layu bakteri melalui teknik
mutasi induksi diharapkan memberi peluang seleksi yang lebih besar dalam rangka
memperoleh kandidat varietas unggul.

Tujuan Penelitian
Memperoleh informasi LD50 tomat dan mempelajari keragaan karakter
kualitatif dan kuantitatif tomat pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma.

2
Hipotesis Penelitian
1. Dosis LD50 berada pada kisaran dosis iradiasi yang diberikan.
2. Keragaman pada populasi M1 lebih tinggi dibandingkan populasi M0.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tomat
Tanaman tomat berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama
Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman, dan negara-negara Eropa
lainnya. Awalnya buah tomat dianggap beracun, namun pada abad ke-18 sudah
mulai dimakan (Jonas, 2008). Peralta et al. (2006) menyatakan bahwa tomat telah
diintroduksi ke Eropa dari Amerika dan menjadi dikenal oleh kalangan ahli botani
sekitar pertengahan abad ke-16. Menurut Wijonarko (1990) tomat telah dijumpai di
dataran tinggi Indonesia pada tahun 1811.
Tomat tergolong tanaman perdu yang berbatang lunak, mudah patah, dan
berambut halus (Aguswardhono, 1999). Batang tanaman tomat berwarna hijau,
pada ruas-ruas batang mengalami penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh
akar-akar pendek (Cahyono, 2008). Perakaran tanaman tomat berupa akar tunggang
yang panjang dengan kedalaman perakaran tomat umumnya 30-40 cm, tetapi dapat
pula mencapai 50-70 cm (Saragih, 2008). Tipe pertumbuhan tanaman tomat terbagi
menjadi tiga yaitu determinate, indeterminate, dan semideterminate. Tanaman
tomat dengan tipe determinate pertumbuhan vegetatifnya akan berhenti setelah
keluarnya tandan bunga. Tanaman tomat tipe indeterminate mampu untuk tumbuh
terus dan tandan bunga akan terbentuk pada tiap ruas. Tipe semideterminate
mempunyai sifat di antara kedua tipe tersebut (Naika et al., 2005)
Bentuk daun tomat bercelah menyirip tanpa stipelae (daun penumpu),
jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai, di sela-sela pasangan daun terdapat 1-2
pasang daun kecil yang berbentuk delta (Tugiyono, 2007). Bunga tomat berbentuk
seperti roket yang dapat muncul pada ketiak daunnya atau berlawan. Mahkotanya
berwarna kuning yang berjumlah 6, bunga jantan juga berjumlah 6 bersatu dengan
kepala sari membentuk tabung sekitar 3-4 cm mengelilingi putik (Ashari, 1995).
Tanaman tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh pada hari panjang
maupun pendek dengan suhu rata-rata di atas 16oC (Csizinsky, 2005). Tanaman ini
menghendaki suhu siang panas dan suhu malam dingin untuk pembungan yang
terbaik, sehingga tomat di Indonesia banyak ditanam di dataran tinggi (Harjadi,
1989). Temperatur yang rendah akan menghambat penyerapan unsur hara dan
dalam pertumbuhannya tanaman tidak memberikan tanggapan terhadap unsur hara
nitrogen dan kalium. Sementara itu, temperatur yang tinggi akan menyebabkan
bunga rontok (Hidayat, 1997).
Cahaya untuk tanaman tomat sebaiknya moderat dan cahaya yang terlalu
terik dapat meningkatkan transpirasi sehingga memperbanyak gugur bunga dan
buah (Harjadi, 1989). Sebaliknya, kekurangan cahaya menyebabkan tanaman
tumbuh memanjang (etiolasi), kurus, lemah, dan pucat karena proses fotosintesis
tidak berjalan baik (Cahyono, 2008).

3
Tanaman tomat biasa digunakan sebagai model untuk mempelajari fisiologi,
seluler, biokimia, dan genetik karena mudah tumbuh, siklus hidupnya pendek, dan
mudah dimanipulasi. Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman yang
digunakan untuk menggali pengetahuan dalam budidaya tanaman hortikultura
(Costa dan Heuvelink, 2005).

Mutasi dalam Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik
tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Produk pemuliaan yang dihasilkan memiliki ciri khusus seperti
produksi tinggi, toleran terhadap kondisi lingkungan yang marjinal, resisten
terhadap hama dana penyakit, dan sebagainya (Nuraida, 2012).
Pemuliaan tanaman akan berhasil jika dalam populasi tersebut terdapat
banyak keragaman genetik. Keragaman genetik dapat diperoleh dengan beberapa
cara, yaitu eksplorasi, introduksi, hibridisasi, dan induksi mutasi (Crowder, 1986).
Pemuliaan tanaman secara konvensional dilakukan dengan hibridisasi, sedangkan
pemuliaan secara mutasi dapat diinduksi dengan mutagen fisik atau mutagen kimia.
Mutagen fisik dapat menyebabkan mutasi pada tahap kromosom, sedangkan
mutagen kimia menyebabkan mutasi pada tahapan gen atau basa nitrogen (Aisyah,
2013).
Mutasi adalah perubahan materi genetik, yang merupakan sumber pokok
dari semua keragaman genetik dan merupakan bagian dari fenomena alam (Aisyah,
2006). Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam, namun peluang terjadinya
sangat kecil, yaitu sekitar 10-7-10-6 (Aisyah, 2013). Mutasi juga dapat diartikan
sebagai perubahan struktural atau komposisi genom suatu jasad yang dapat terjadi
karena faktor luar (mutagen) atau karena kesalahan replikasi (Warianto, 2011).
Poehlman dan Sleper (1995) mengatakan bahwa mutasi adalah suatu proses
perubahan mendadak pada materi genetik dari suatu sel, yang mencakup perubahan
pada tingkat gen, molekuler, atau kromosom.
Mutasi dapat menghasilkan keragaman yang lebih cepat dibandingkan
pemuliaan secara konvensional. Selain itu, mutasi juga dapat menghasilkan
keragaman yang tidak dapat diprediksi dan diduga. Pemuliaan dengan mutasi,
selain memiliki keunggulan juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu sifat yangg
diperoleh tidak dapat diprediksi dan ketidakstabilan sifat-sifat genetik yang muncul
pada generasi berikutnya (Syukur, 2000).
Mutasi atau perubahan materi genetik dapat dideteksi dengan melihat
perubahan pada tingkat struktur gen atau perubahan pada tingkat ekspresinya.
Untuk melihat perubahan tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan antara
mutan dengan tipe liarnya. Perubahan dapat terlihat pada tingkat morfologi yang
terlihat oleh mata telanjang, atau pada tingkat lain yang tidak tampak oleh mata.
Secara garis besar penampilan mutan dapat dilihat dari liarnya dengan tiga cara;
perbedaan morfologi, perbedaan tingkat kimia, dan perbedaan tingkat adaptasi
terhadap lingkungan tumbuh. Hasil mutasi yang paling mudah dilihat ialah bila
terjadi perubahan morfologi secara bentuk, ukuran atau warna (Jusuf, 2001).
Induksi mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen kimia
(seperti EMS/ ethylene methane sulfonate, NMU/ nitrosomethyl urea, NTG/

4
nitrosoguanidine, dan lain-lain) dan mutagen fisik (seperti sinar gamma, sinar X,
sinar neutron, dan lain-lain). Akan tetapi, mutasi fisik pada bagian vegetatif
tanaman memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan dengan
mutagen kimia (Aisyah, 2009). Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian
pertumbuhan tanaman, namun lebih banyak terjadi pada bagian yang sedang aktif
mengalami pembelahan sel, misalnya tunas dan biji (Lubis, 2005).
Aplikasi induksi mutasi dengan mutagen fisik dapat dilakukan melalui
beberapa teknik, yaitu (a) iradiasi tunggal (acute irradiation), (b) chronic
irradiation, (c) iradiasi terbagi (frationated irradiation), dan (d) iradiasi berulang
(Aisyah, 2013). Iradiasi tunggal adalah iradiasi yang dilakukan hanya dengan satu
kali penembakan sekaligus. Chronic irradiation adalah iradiasi dengan
penembakan dosis rendah, namun dilakukan secara terus-menerus selama beberapa
bulan. Iradiasi terbagi adalah radiasi dengan penembakan yang seharusnya
dilakukan hanya satu kali, namun dilakukan dua kali penembakan dengan dosis
setengahnya, sedangkan radiasi berulang adalah radiasi dengan memberikan
penembakan secara berulang dalam jarak dan waktu yang tidak terlalu lama.
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber
energi. Radiasi dengan tingkat energi yang terukur atau diketahui dosisnya disebut
iradiasi. Iradiasi dengan energi yang tinggi dapat mengadakan reaksi dengan obyek
yang dikenai dengan cara ionisasi, yaitu dihasilkannya ion-ion dalam bahan yang
ditembus oleh energi tersebut (Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2009). Radiasi dapat
menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan terbebani oleh tenaga
kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan
kromosom tanaman (Poespodarsono, 1986).
Radiasi memiliki beberapa tipe yaitu radiasi sinar X, radiasi sinar gamma,
dan radiasi sinar ultra violet (Crowder, 1986). Sinar gamma merupakan salah satu
bahan fisik yang banyak digunakan aebagai agen mutasi. Radiasi sinar gamma
merupakan radiasi ionisasi. Bentuk radiasi ini dapat menembus sel-sel dan jaringan
dengan mudah (Pai, 1999). Sinar gamma diperoleh dari peluruhan zat radioaktif
yang dipancarkan dari atom dengan kecepatan tinggi karena kelebihan energi.
Panjang gelombang sinar gamma lebih pendek dari sinar X tetapi energinya lebih
besar. Radiasi sinar gamma dapat dipancarkan oleh cobalt-60 (60Co), cesium-137
(137Cs) dan lain-lain (Soeminto, 1985). Aisyah (2013) mengatakan bahwa sinar
gamma merupakan bentuk sinar yang paling kuat dari bentuk radiasi yang
diketahui, kekuatannya hampir 1 miliar kali lebih berenergi dibanding radiasi sinar
X.
Sinar gamma mempunyai kemampuan penetrasi yang cukup kuat ke dalam
jaringan tanaman. Dosis iradiasi yang dapat diterima oleh sel dibedakan atas dosis
acute yaitu dosis yang diterima dengan cara sekaligus pada laju dosis tinggi dan
dosis kronis yaitu dosis yang diterima dengan cara sedikit demi sedikit pada laju
dosis rendah. Dosis acute dapat menyebabkan sel mati atau mengalami perubahan
sifat (Wiryosimin, 1995). Dosis irradiasi yang diterapkan tergantung pada
sensitivitas dari spesies dan bagian tanaman (Broertjes dan Harten, 1998).

5

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pusat Aplikasi Iradiasi dan Radiasi (PAIR),
BATAN untuk iradiasi benih tomat dan Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut
Pertanian Bogor, untuk pengujian di lapangan. Periode penelitian dilaksanakan
pada bulan April sampai Agustus 2014.

Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan terdiri atas 3 genotipe tomat lokal hasil
eksplorasi dari beberapa provinsi di Indonesia. Nama genotipe tomat yang
digunakan dan wilayah eksplorasinya disajikan pada Tabel 1. Bahan lain yang
digunakan adalah pupuk, pestisida, dan fungisida. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk kandang, urea, SP-36, dan KCl.
Tabel 1. Nama genotipe tomat dan wilayah eksplorasinya
Nomor
1
2
3

Genotipe
Kudamati 1
Lombok 4
Ranti

Asal Daerah
Ambon
NTB
Riau

Tipe Buah
Mawar
Pear
Mawar

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain hand
refraktometer untuk mengukur padatan terlarut total buah, penetrometer untuk
mengukur kekerasan buah, jangka sorong, alat-alat pertanian, alat tulis, dan label.
Alat yang digunakan untuk iradiasi benih tomat adalah Gamma Chamber 1000 A.

Rancangan Percobaan
1.

Iradiasi benih tomat menggunakan sinar gamma
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan
satu faktor pada tiga genotipe tomat lokal yaitu Lombok 4, Kudamati 1, dan Ranti.
Faktor percobaan yang diberikan berupa dosis iradiasi sinar gamma yang terdiri
dari 10 taraf yaitu 0 Gy (kontrol), 100 Gy, 150 Gy, 200 Gy, 250 Gy, 250 Gy, 300
Gy, 350 Gy, 400 Gy, 450 Gy, dan 500 Gy. Percobaan dilakukan dengan tiga
ulangan sehingga terdapat 90 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan
terdiri dari 20 benih tomat.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model aditif linier yang dipakai
berdasarkan model matematik yaitu
Yij = µ + αi + βj + εij

6
Keterangan :
Yij = pengamatan pada perlakuan iradiasi ke-i, dan ulangan ke-j.
µ = rataan umum.
αi = pengaruh perlakuan iradiasi
βj = pengaruh ulangan
εij = galat percobaan.
2.

Uji lapang generasi M1 tomat
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan satu faktor dan tanpa dilakukan pengulangan pada tiga genotipe
tomat lokal yaitu, Lombok 4, Kudamati 1, dan Ranti. Faktor percobaan yang
digunakan yaitu faktor dosis iradiasi yang telah dilakukan pada percobaan iradiasi
benih tomat menggunakan sinar gamma.

Prosedur Percobaan
Iradiasi Benih
Iradiasi benih tomat dilakukan di PAIR, BATAN menggunakan alat
Gamma Chamber 1000 A dengan sumber mutagen Cobalt 60.
Persemaian
Persemaian dilakukan di rumah semai Kebun Percobaan Leuwikopo IPB.
Bibit tomat dipelihara selama 4 minggu. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi
penyiraman, pemupukan, dan pengendalian HPT. Pengendalian HPT secara kimia
dilakukan dengan aplikasi fungisida propineb 70% dengan dosis 2 g L-1 untuk
mengendalikan cendawan dan aplikasi insektisida prenofos dengan dosis 2 ml L-1
untuk mengendalikan serangga. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan
pupuk daun.
Penanaman
Kondisi lahan untuk menanam tomat adalah lahan yang remah (gembur),
dan subur. Lahan penanaman tomat dibuat dalam bentuk bedengan dengan ukuran
5m x 1m. Setelah bedengan terbentuk, diberi pupuk dasar yaitu pupuk kandang
20 ton ha-1, pupuk urea 400 kg ha-1, SP-36 300 kg ha-1, dan KCl 300 kg ha-1.
Bedengan selanjutnya ditutup dengan mulsa plastik hitam perak. Pengolahan lahan
ini dilakukan dua minggu sebelum tanam.
Bibit tomat ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm. Satu bibit ditanam
dalam satu lubang tanam, sehingga satu bedeng terdiri atas 20 tanaman. Penanaman
dilakukan sore hari untuk mengurangi stress pada tanaman serta dilanjutkan dengan
pengajiran dan pengikatan untuk menghindari tanaman rebah sehingga mengenai
mulsa. Pengendalian serangga penggangu bibit dikendalikan dengan aplikasi
Carbofuran 3G disekeliling bibit.
Pemeliharaan bibit tomat meliputi pemupukan, penyiraman, dan
pengendalian HPT. Pemberian pupuk menggunakan pupuk NPK Mutiara
(16:16:16) 10 g L-1 dengan metode kocor. Metode kocor diaplikasikan dengan
melarutkan 100 g dengan 10 L air lalu larutan tersebut diberikan sebanyak 250 ml
pada setiap tanaman dan dilakukan satu minggu sekali. Penyiraman dilakukan pagi

7
dan sore hari apabila tidak turun hujan. Pengendalian secara kimia menggunakan
fungisida propineb 2 g L-1 dan insektisida prenofos 2 ml L-1 dilakukan seminggu
sekali.

Pengamatan Percobaan
Karakter yang diamati meliputi karakter untuk menentukan LD50,
pertumbuhan, produksi, dan kualitatif. Karakter untuk menentukan LD50 yaitu daya
berkecambah, diamati setiap minggu, mulai dari 1 minggu setelah semai (MSS)
hingga 3 MSS.
Karakter untuk menentukan peubah-peubah fenotipik yang terjadi pada
tanaman M1 di lapang disesuaikan dengan panduan karakterisasi dari Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT), International Plant Genetic Resources
Institute (IPGRI), dan International Union for the Protection of New Varities of
Plants (UPOV).
Karakter pertumbuhan meliputi:
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur setelah panen ke-2 dari permukaan tanah sampai titik
tumbuh tertinggi.
2. Diameter batang (cm)
Diameter batang diukur setelah panen ke-2 dari bagian bawah tanaman.
3. Umur berbunga (HST)
Umur berbunga ditentukan setelah 50% populasi tanaman telah berbunga.
4. Umur berbuah (HST)
Umur berbuah ditentukan setelah 50% populasi tanaman telah memiliki buah
pertama.
5. Umur panen (HST)
Pengamatan dilakukan saat 50% populasi tanaman telah dipanen.
Karakter Produksi meliputi:
1. Panjang buah (cm)
Panjang buah diukur menggunakan jangka sorong dari ujung hingga pangkal
buah pada 10 buah contoh dari setiap tanaman.
2. Diameter buah (cm)
Diamter buah diukur menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah.
Pengamatan dilakukan pada 10 buah contoh dari setiap tanaman.
3. Jumlah buah per tanaman
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang dipanen.
4. Bobot buah per tanaman (g)
Bobot buah per tanaman merupakan jumlah keseluruhan bobot buah yang
dipanen dari semua tanaman.
5. Bobot per buah (g)
Bobot per buah merupakan hasil dari bobot buah per tanaman dibagi dengan
jumlah buah per tanaman.

8
6.

7.
8.

Ketebalan daging buah (mm)
Ketebalan daging buah diukur menggunakan jangka sorong pada buah yang
sudah diiris melintang.
Padatan terlarut total (0Brix)
Padatan terlarut total diukur menggunakan hand refraktometer.
Kekerasan buah (mm 50-1 g 5-1 s)
Kekerasan buah diukur menggunakan penetrometer pada 10 buah sampel
setiap tanaman. Pengukuran dilakukan pada tiga titik yaitu ujung, tengah, dan
pangkal

Karakter kualitatif meliputi:
1. Bentuk ujung buah: (1) melekuk, (2) datar, (3) meruncing
2. Jumlah rongga buah: (1) dua, (2) tiga, (3) empat, (4) lebih dari empat

1

2

3

Gambar 1. Bentuk ujung buah tomat
3.

Bentuk buah dalam penampang membujur: (1) pipih, (2) agak pipih, (3) bulat,
(4) persegi, (5) silinder, (6) Bentuk hati, (7) Bentuk telur sungsang, (8) Bentuk
telur, (9) Bentuk pear, (10) Bentuk pear lancip.

1

2

4

7

3

5

8

6

9

10

Gambar 2. Bentuk buah tomat dalam penampang membujur

9
Analisis Data
Penentuan dosis LD50 dilakukan dengan aplikasi Curve-fit Expert
berdasarkan persentasi tanaman hidup pada tiap taraf dosis iradiasi pada masingmasing genotipe, sehingga akan diperoleh nilai LD50 pada masing-masing genotipe.
Analisis data hasil pengujian tanaman tomat di lapang menggunakan program
MINITAB dan MS EXCEL, meliputi pendugaan nilai tengah, simpangan baku, dan
ragam, untuk mengetahui keragaman tanaman di lapang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Menurut data iklim dan cuaca harian dari stasiun BMKG Dramaga pada
tahun 2014, curah hujan selama penanaman yaitu bulan Mei 296,4 mm bulan-1, Juni
84,7 mm bulan-1, Juli 349,0 mm bulan-1, dan Agustus 538,4 mm bulan-1. Curah
hujan tersebut kurang sesuai dengan rata-rata curah hujan yang dibutuhkan dalam
pertanaman tomat yaitu berkisar 750-1.250 mm tahun-1 atau 100-200 mm bulan-1
(Maskar dan Gafur, 2006). Pertumbuhan tanaman akan maksimal jika curah hujan,
suhu, dan kelembaban sesuai. Hujan akan membantu dalam penyediaan air bagi
tanaman. Menurut Hidayat (1997), kebutuhan air pada tanaman tomat muda masih
sedikit, meningkat waktu tanaman berbunga, kemudian bertambah banyak, dan
mencapai maksimum pada saat buah mulai matang.

(a)

(b)

(c)

a. Terserang Gemini Virus
b. Terserang layu
c. Terserang ulat buah
Gambar 3. Kondisi tanaman dan buah tomat di lapang
Pertumbuhan awal tanaman di lapangan menunjukan hasil yang baik. Pada 3
minggu setelah tanam (MST) terdapat tanaman yang menunjukan gejala layu.
Gejala layu dapat disebabkan oleh infeksi cendawan maupun bakteri. Cendawan
Fusarium oxysporium menyebabkan daun tua menguning yang dimulai pada satu
sisi tanaman, berangsur-angsur menjadi layu dan jaringan pengangkut menjadi

10
cokelat gelap sedangkan bakteri Ralstonia solanacearum menyebabkan jaringan
pengangkut berwarna cokelat dan keluar lendir jika batang dibelah (Momol et al.,
2008). Tanaman tomat di lahan juga diketahui terserang bercak daun dan gemini
virus.
Hama ulat buah (Helicoverpa armigera) mulai menyerang tanaman tomat
pada masa panen.Ulat ini menyerang buah tomat dengan menggerek buah
kemudian memakan dagingnya (Herlinda, 2005). Gejala serangannya berupa buahbuah tomat menjadi berlubang-lubang kemudian menjadi busuk dan jatuh ke tanah
(Setiawati et al., 2001).

Nilai Lethal Dose 50 (LD50)
Nilai LD50 (Lethal Dose 50) adalah nilai yang menyebabkan kematian 50 %
dari suatu populasi akibat suatu perlakuan, seperti karena perlakuan iradiasi (Aisyah
2009). Pada teknik pemuliaan tanaman melalui mutasi perlu dicari dosis optimum
yang dapat menghasilkan keragaman mutan (mutant variability) terbanyak, yang
pada umumnya terjadi di sekitar nilai LD50 (Aisyah et al., 2009). Persentase
tanaman hidup akibat iradiasi sinar gamma untuk mendapatkan nilai LD50 pada 3
MSS (minggu setelah semai) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase tanaman hidup bibit tomat pada 3 MSS
Dosis iradiasi
(Gy)
0
100
150
200
250
300
350
400
450
500

Lombok 4
86,67
63,33
53,33
70,00
80,00
53,33
76,67
16,67
16,67
20,00

Tanaman hidup (%)
Kudamati 1
96,67
83,33
73,33
73,33
56,67
76,67
56,67
86,67
76,67
93,33

Ranti
93,33
90,00
90,00
96,67
93,33
96,67
86,67
73,33
93,33
90,00

Persentase tanaman hidup berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa tanaman
masih dapat hidup sampai dengan taraf iradiasi tertinggi (500 Gy), walaupun pada
genotipe Lombok 4 persentase tanaman hidup hanya 20 %. Persentase tanaman
hidup genotipe Lombok 4 mengalami penurunan untuk semua dosis iradiasi yang
diberikan dibanding tanaman kontrol (0 Gy). Penurunan yang sangat tinggi terjadi
mulai dari dosis 400 Gy. Sama halnya yang terjadi pada genotipe Kudamati 1,
terjadi penurunan persentasi tanaman hidup dibanding tanaman kontrolnya (0 Gy),
akan tetapi penurunan yang terjadi tidak tinggi seperti genotipe Lombok 4.
Penurunan yang cukup tinggi terjadi pada dosis iradiasi 250 dan 350 Gy dengan
persentasi tanaman hidup 56,67%. Penurunan persentase pertumbuhan tanaman
akibat iradiasi sinar gamma disebabkan adanya efek deterministik, yaitu efek
kematian sel yang disebabkan oleh paparan iradiasi (Mubarok et al., 2011). Berbeda

11
pada genotipe Ranti, persentase tanaman hidup menunjukan angka yang cukup
merata untuk semua taraf dosis iradiasi yang diberikan. Hal ini dikarenakan efek
determinasi dari radiasi yang diberikan belum berpengaruh lebih terhadap daya
berkecambah benih, sehingga benih masih dapat tumbuh dengan baik. Mubarok et
al. (2011) menambahkan pula, efek determinasi muncul karena dosis paparan
iradiasi yang diberikan di atas dosis ambang yang seharusnya diberikan.
Persentase tanaman hidup pada masing-masing genotipe menunjukan pola
penurunan yang tidak beraturan seiring peningkatan dosis iradiasi yang diberikan.
Hal tersebut diduga karena benih yang digunakan memiliki kadar air yang berbeda
sehingga efek iradiasi yang ditimbulkan menjadi berbeda pula. Menurut Herison et
al. (2008), semakin banyak kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang
diiradiasi, maka akan semakin banyak pula radikal bebeas yang terbentuk sehingga
tanaman menjadi lebih sensitif.
Nilai LD50 didapatkan dari persentase tanaman yang hidup setelah iradiasi
melalui program curve fit analysis. Program statistika curve fit analysis dapat
mencari model persamaan matematika terbaik dari pola kematian atau pola tumbuh
populasi dan hanya model dengan nilai koefisien korelasi (r) tertinggi yang akan
digunakan sebagai persamaan (Herison et al., 2008).
Pola sebaran persentase tanaman hidup pada genotipe Lombok 4
dideskripsikan oleh fungsi Quadratic Fit dengan nilai keterandalan model (r)
sebesar 0,8009. persamaan matematika dalam mendeskripsikan pola persentase
tanaman hidup genitipe Kudamati 1 adalah Quadratic fit dengan nilai keterandalan
model (r) adalah 0,8029. Genotipe Ranti pola sebaran persentase tanaman hidupnya
terlihat melalui fungsi Quadratic Fit dengan nilai keterandalan model (r) sebesar
0,3185. Pola sebaran tanaman hidup masing-masing genotipe tomat akibat iradiasi
sinar gamma ditunjukan oleh Gambar 4.
Hasil curve fit analysis menunjukan bahwa dosis optimum iradiasi sinar
gamma pada tanaman tomat berkisar antara 372-1.641 Gy. Pada Tabel 3 terlihat
bahwa nilai LD50 akibat iradiasi sinar gamma untuk setiap genotipe tomat bervariasi.
Menurut Aisyah (2006), setiap spesies atau setiap klon dalam suatu spesies tanaman
memiliki tingkat sensitivitas terhadap iradiasi (radiosensitivitas) yang berbeda-beda.
Hasil yang sama diperoleh pula pada penelitian Sutjahjo et al. (2009) yang
menunjukkan bahwa kisaran LD50 untuk iradiasi terhadap benih tanaman jagung
cukup lebar, yaitu 90-424 Gy iradiasi sinar gamma.
Radiosensitivitas tersebut dipengaruhi oleh varietas tanaman, bahan tanaman
yang mendapat iradiasi, jenis iradiasi, dan teknik iradiasi. Radiosensitivitas inilah
yang membuat nilai LD50 pada masing-masing genotipe tanaman tomat berbeda.
Semakin rendah nilai LD50 suatu tanaman, maka semakin tinggi tingkat
radiosensitivitasnya (Herison et al., 2008). Berdasarkan nilai LD50, genotipe
Lombok 4 memiliki radiosensitivitas yang paling tinggi karena nilai LD50 berpada
pada dosis yang rendah dari taraf aplikasi sedangkan genotipe Ranti memiliki
radiosensitivitas yang paling rendah karena diperlukan dosis iradiasi yang lebih
tinggi dari taraf aplikasi untuk mendapatkan nilai LD50.

12

(a)

(b)

(c)
a. Genotipe lombok 4
b. Genotipe Kudamati 1
c. Genotipe Ranti
Gambar 4.

Pola sebaran tanaman hidup masing-masing genotipe tomat akibat
iradiasi sinar gamma hasil analisis menggunakan aplikasi curve fit
analysis

Tabel 3. Nilai LD 50 pada tiga genotipe tomat lokal
Genotipe
Lombok 4
Kudamati 1
Ranti

Model fungsi
Quadratic fit
Quadratic fit
Quadratic fit

Persamaan
y = a+bx+cx2
y = a+bx+cx2
y = a+bx+cx2

LD 50 (Gy)
372,82
971,08
1.641,47

13
Karakter Pertumbuhan
Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Tomat
Tinggi tanaman merupakan karakter penting yang biasanya digunakan
sebagai indikator pertumbuhan tanaman (Rustikawati et al., 2010). Karakter tinggi
tanaman atau penurunan tinggi tanaman merupakan indikator yang paling umum
digunakan untuk melihat efek mutagen, baik fisik maupun kimia (Aisyah, 2006).
Genotipe yang memiliki nilai tengah karakter tinggi tanaman tertinggi
adalah genotipe Kudamati 1 sedangkan yang terendah yaitu genotipe Lombok 4.
Genotipe Ranti memiliki nilai tengah yang tidak berbeda jauh dengan genotipe
Kudamati 1 karena tipe pertumbuhannya sama yaitu tipe pertumbuhan
indeterminate, sedangkan genotipe Lombok 4 memiliki tipe pertumbuhan
determinate, sehingga perbedaan nilai tengahnya cukup jauh diantara kedua
genotipe lainnya. Nilai tengah tertinggi pada genotipe Ranti ada pada tanaman
dengan dosis iradiasi 500 Gy (189,5 cm), genotipe Kudamati 1 dosis iradiasi 100
Gy, sedangkan genotipe lombok dengan dosis iradiasi 450 Gy (Tabel 4).

Tinggi tanaman (cm)

250
200
150
100
50
0
0

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Dosis iradiasi sinar gamma (Gy)
Lombok 4

Kudamati 1

Ranti

Gambar 5. Tinggi tanaman tiga genotipe tomat hasil iradiasi sinar gamma
Perbedaan nilai tengah tinggi tanaman tersebut tidak menunjukan pola
tertentu seiring pertambahan dosis iradiasi yang diberikan. Tanaman dapat tumbuh
lebih tinggi atau lebih rendah dari tanaman kontrol pada setiap dosis iradiasi yang
diberikan (Gambar 5). Menurut Gijarto (2008), iradiasi dapat menyebabkan
rusaknya gen penyandi inhibitor atau reseptor dari gen-gen yang berhubungan
dengan pertumbuhan, sehingga pada tanaman yang diberi perlakuan iradiasi dapat
menjadi lebih tinggi atau rendah dari tanaman kontrol.
Genotipe Ranti memiliki keragaman tinggi tanaman tertinggi dibanding
genotipe Kudamati 1 dan Lombok 4 yang memiliki keragaman terendah. Tanaman
dengan dosis iradiasi 300 Gy memiliki nilai keragaman yang paling tinggi pada
genotipe Ranti dan pada genotipe Kudamati 1 terjadi pada tanaman dengan dosis
iradiasi 300 Gy sedangkan pada genotipe lombok terdapat pada tanaman dengan
dosis 150 Gy (Tabel 4).

14
Tabel 4. Tinggi tanaman dan diameter batang tomat
Dosis
Tinggi tanaman (cm)
Diameter batang (mm)
Genotipe iradiasi
±
KK
± �
KK
�̅

�̅
(Gy)
80,35 ± 13,57 16,89
9,49 ± 2,06 21,72
0
101,58 ± 18,73 18,44
10,12 ± 1,93 19,06
100
73,07 ± 22,14 30,30
10,13 ± 1,89 18,66
150
78,78 ± 19,66 24,95
9,53 ± 1,94 20,31
200
67,38
16,51
24,50
10,70
±
± 2,08 19,47
250
Lombok 4
95,93 ± 10,15 10,58
9,96 ± 2,36 23,67
300
64,83 ± 17,15 26,45
9,45 ± 1,75 18,47
350
88,00 ± 12,53 14,24
9,82 ± 0,53 5,40
400
105,67 ± 1,53
1,45
11,08 ± 1,22 11,01
450
86,20 ± 27,00 31,31
12,95 ± 3,50 27,03
500
176,37 ± 32,93 18,67
12,34 ± 3,29 26,69
0
210,12 ± 28,33 13,48
13,36 ± 4,59 34,37
100
173,25
35,22
20,33
11,03 ± 1,78 16,12
±
150
152,30 ± 54,20 35,57
11,82 ± 4,33 36,63
200
188,88 ± 33,03 17,49
17,07 ± 6,64 38,93
250
Kudamati 1
173,00 ± 61,20 35,35
14,00 ± 3,37 24,07
300
130,00 ± 14,91 11,47
14,21 ± 6,47 45,53
350
152,80 ± 56,20 36,78
9,67 ± 3,06 31,59
400
178,80 ± 48,90 27,32
16,84 ± 6,94 41,20
450
166,20 ± 56,10 33,74
14,78 ± 7,44 50,36
500
174,93
33,99
19,43
11,65 ± 1,49 2,22
±
0
152,10 ± 83,20 54,68
12,71 ± 2,98 8,86
100
155,10 ± 62,20 40,13
12,87 ± 1,35 1,83
150
167,00 ± 60,90 36,44
11,89 ± 1,90 3,61
200
151,50 ± 61,30 40,43
15,37 ± 3,74 13,99
250
Ranti
146,80 ± 64,60 43,98
14,31 ± 4,89 23,91
300
162,30 ± 55,70 34,30
12,76 ± 2,80 7,28
350
175,76 ± 34,42 19,58
12,31 ± 3,88 15,08
400
154,30
58,20
37,70
17,25 ± 7,11 50,57
±
450
189,50 ± 57,50 30,33
16,53 ± 4,81 23,17
500
Keterangan : �̅ : Nilai tengah, �: Simpangan baku, KK: Koefisien keragaman.

Nilai tengah diameter batang tertinggi terdapat pada genotipe Ranti hasil
iradiasi dosis 450 Gy (17,25 mm), pada genotipe Kudamati 1 nilai tengah tertinggi
terdapat pada hasil iradiasi 250 Gy (17,07 mm) dan genotipe Lombok 4 pada hasil
iradiasi 500 Gy (12.95 mm). Genotipe dengan nilai tengah terendah terdapat pada
genotipe Lombok 4 yang berada pada kisaran 9,44-12,95 mm berbeda dengan
genotipe Ranti dan Kudamati 1 yang berada pada kisaran 11,08-17,25 mm
(Gambar 6).

15

20

Diameter batang (mm)

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Dosis iradiasi sinar gamma (Gy)
Lombok 4

Kudamati 1

Ranti

Gambar 6. Diameter batang tanaman tiga genotipe tomat hasil iradiasi sinar
gamma
Perbedaan nilai tengah diameter batang dari ketiga genotipe tersebut
disebabkan bagian batang tanaman mengalami perubahan ukuran batang dibanding
bentuk batang tanaman tomat pada umumnya (Gambar 7). Perbedaan tersebut
terjadi pada tanaman yang diberikan perlakuan iradiasi. Akan tetapi, hal tersebut
hanya terjadi pada genotipe Kudamati 1 dan Ranti saja.

(a)

(b)

(c)

(d)

a. Tanaman kontrol genotipe Kudamati 1
b. Tanaman akibat iradiasi sinar gamma pada genotipe Kudamati 1 dengan
dosis 100, 250, 300, 350, 450, dan 500 Gy
c. Tanaman kontrol genotipe Ranti
d. Tanaman akibat iradiasi sinar gamma pada genotipe Ranti dengan dosis
250, 300, 400, 450, dan 500 Gy
Gambar 7. Keragaan bentuk dan ukuran batang tanaman tomat
Keragaman tertinggi karakter diameter batang terdapat pada genotipe
Kudamati 1 sedangkan terendah terdapat pada genotipe Ranti. Genotipe Lombok 4
dengan nilai keragaman yang tertinggi terdapat pada hasil iradiasi dosis 300 Gy lalu

16
genotipe Kudamati 1 pada hasil iradiasi dosis 500 Gy dan genotipe Ranti dosis 450
Gy.
Umur Berbunga, Umur Berbuah, dan Umur Panen Tanaman Tomat
Umur berbunga tanaman berkisar 19-30 HST. Lombok 4 merupakan
genotipe yang paling lama berbunga. Genotipe yang paling cepat berbuah adalah
genotipe Ranti dengan umur berkisar 25-29 HST. Umur berbunga, buah , maupun
panen untuk semua genotipe tidak mengalami perbedaan yang cukup signifikan
pada masing-masing taraf dosis iradiasi yang diberikan terhadap tanaman yang
tidak diberikan iradiasi (0 Gy).
Tabel 5. Umur berbunga, umur berbuah, dan umur panen tanaman tomat
Lombok 4
Kudamati 1
Ranti
Dosis
iradiasi UBg
UB
UP
UBg
UB
UP
UBg
UB
UP
(Gy)
--- HST --0
26
31
65
19
25
53
19
25
53
100
21
26
60
23
29
57
23
29
57
150
21
26
60
19
25
53
19
25
53
200
26
31
65
26
32
60
19
25
53
250
26
31
65
23
29
57
23
29
57
300
21
26
60
23
29
57
23
29
57
350
26
31
65
31
37
65
23
29
57
400
30
35
69
23
29
57
23
29
57
450
30
35
69
23
29
57
23
29
57
500
28
33
67
23
29
57
23
29
57
Keterangan : UBg = Umur berbunga, UB = Umur berbuah, UP = Umur panen

Karakter Produksi
Buah merupakan bagian penting untuk melihat perbedaan yang dihasilkan
dari aplikasi iradiasi sinar gamma, terutama pada tanaman yang menjadikan bagian
buah sebagai nilai ekonomi seperti tanaman tomat ini. Nilai ekonomi dilihat dari
produksi yang dihasilkan, yang dipengaruhi oleh bobot, jumlah, diameter, dan
panjang buah.
Jumlah dan Bobot Buah Tomat per Tanaman
Jumlah buah per tanaman berkisar antara 13-81 dan bobot buah per tanaman
berkisar antara 263,00-1.684,00 g (Tabel 6). Jumlah buah per tanaman paling tinggi
terdapat pada genotipe Ranti dengan hasil iradiasi dosis 100 Gy, sedangkan
genotipe Lombok 4 dengan hasil iradiasi dosis 200 Gy memiliki jumlah buah
terendah (Gambar 8). Nilai Keragaman jumlah buah per tanaman tertinggi terdapat
pada genotipe Ranti 1 dengan hasil iradiasi dosis 400 Gy sedangkan yang terendah
terdapat pada genotipe Lombok 4 dengan hasil iradiasi dosis 400 Gy (Tabel 6).
Nilai tengah bobot buah per tanaman tertinggi terdapat pada genotipe Ranti
dengan hasil iradiasi dosis 100 Gy yaitu 1684 g sedangkan yang terendah terdapat

17
pada genotipe Lombok 4 dengan hasil iradiasi dosis 200 Gy yaitu 262 g, seperti
terlihat pada Gambar 9. Nilai Keragaman bobot buah per tanaman tertinggi terdapat
pada genotipe Lombok 4 dengan hasil iradiasi dosis 200 Gy sedangkan yang
terendah terdapat pada genotipe Lombok 4 dengan hasil iradiasi dosis 450 Gy
(Tabel 6).
Tabel 6. Jumlah dan bobot buah tomat per tanaman
Genotipe

Lombok 4

Kudamati 1

Ranti

Keterangan :

Jumlah buah per
Bobot buahn per
Dosis
tanaman
tanaman (g)
iradiasi
(Gy)
KK
±
KK
± �
�̅

�̅
24,95 ± 12,56 50,35
619,0 ± 324,7 52,46
0
18,89 ± 15,33 81,17
523,7 ± 379,5 72,47
100
23,27 ± 16,61 71,39
380,1 ± 220,6 58,05
150
13,00 ± 11,67 89,76
262,0 ± 361,0 138,1
200
31,33 ± 14,84 47,36
864,0 ± 654,0 75,74
250
20,93 ± 12,58 60,09
615,8 ± 382,8 62,17
300
31,27
16,23
51,92
639,9 ± 375,0 58,60
350
±
31,00 ± 11,53 37,20
792,0 ± 268,0 33,81
400
16,33 ± 11,59 70,96
370,6 ± 97,6
26,34
450
23,40 ± 15,29 65,34
750,0 ± 559,0 74,50
500
46,68 ± 22,42 48,02
927,0 ± 444,0 47,88
0
52,71 ± 21,76 41,28 1156,0 ± 486,0 42,05
100
35,90 ± 14,08 39,23
817,6 ± 342,7 41,91
150
38,33 ± 27,47 71,66 1019,0 ± 692,0 67,93
200
51,06 ± 28,27 55,37 1046,0 ± 527,0 50,44
250
56,13 ± 27,33 48,69 1227,0 ± 666,0 54,25
300
10,67 ± 5,32
49,84
333,9 ± 165,4 49,54
350
58,20 ± 30,80 52,88 1134,0 ± 593,0 52,23
400
53,17 ± 24,94 46,91 1040,0 ± 464,0 44,60
450
43,60 ± 25,36 58,16
740,0 ± 490,0 66,26
500
41,07 ± 25,55 62,22
981,0 ± 546,0 55,70
0
81,40 ± 58,00 71,20 1684,0 ± 1195
70,97
100
47,67
32,98
69,19
1029,0
687,0
66,81
150
±
±
59,30 ± 32,00 53,93 1324,0 ± 704,0 53,18
200
52,50 ± 34,70 66,16 1136,0 ± 897,0 78,96
250
48,42 ± 25,77 53,23
954,0 ± 532,0 55,75
300
41,41 ± 22,76 54,95
696,0 ± 461,0 66,33
350
28,18 ± 29,44 104,5
618,0 ± 570,0 92,36
400
41,43 ± 19,94 48,13
839,0 ± 546,0 65,09
450
37,44 ± 25,80 68,91 1011,0 ± 818,0 80,94
500
�̅ : Nilai tengah, �: Simpangan baku, KK: Koefisien keragaman.

18

Jumlah buah per tanaman

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Dosis iradiasi sinar gamma (Gy)
Lombok 4

Kudamati 1

Ranti

Gambar 8. Jumlah buah per tanaman pada tiga genotipe tomat hasil iradiasi
sinar gamma

Bobot buah per tanaman (g)

1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Dosis iradiasi sinar gamma (Gy)
Lombok 4

Kudamati 1

Ranti

Gambar 9. Bobot buah per tanaman pada tiga genotipe tomat hasil iradiasi
sinar gamma

Diameter dan Panjang Buah Tomat
Nilai tengah diameter buah pada setiap genotipe memiliki sebaran yang
cukup merata (Tabel 7). Diameter buah yang tertinggi terdapat pada genotipe Ranti
yaitu pada tanaman tanpa iradiasi (43,62 mm) sedangkan yang terendah terdapat
pada genotipe Lombok 4 yaitu 31,374 mm pada hasil iradiasi dosis 350 Gy

19
(Gambar 10). Keragaman tertinggi terdapat pada genotype Ranti dan terendah
terdapat pada genotipe Lombok 4.
Tabel 7. Diameter dan panjang buah tomat
Dosis
Diameter buah (mm)
Panjang buah (mm)
iradiasi
±
KK
±
KK
�̅

�̅

(Gy)
34,55 ± 5,20
15,05 52,85 ± 8,56
16,20
0
36,86 ± 3,34
9,07 41,99 ± 3,43
8,17
100
35,81
2,88
8,05
40,37
4,00
9,90
150
±
±
34,59 ± 4,56
13,18 39,22 ± 4,72
12,04
200
34,68 ± 6,12
17,63 52,81 ± 8,24
15,61
250
Lombok 4
36,06 ± 4,67
12,94 43,01 ± 8,35
19,42
300
31,37 ± 2,96
9,44 46,15 ± 3,91
8,48
350
36,54 ± 2,77
7,57 40,96 ± 5,37
13,11
400
33,43 ± 6,91
20,66 39,32 ± 8,43
21,43
450
39,39 ± 3,88
9,85 39,91 ± 2,93
7,33
500
37,95 ± 3,93
10,36 25,38 ± 4,02
15,83
0
39,29
4,70
11,96
25,29
2,74
10,84
100
±
±
39,53 ± 2,86
7,22 25,44 ± 1,69
6,64
150
38,74 ± 6,27
16,17 27,01 ± 6,53
24,18
200
36,88 ± 4,28
11,60 25,85 ± 2,75
10,64
250
Kudamati 1
36,27 ± 3,84
10,57 24,74 ± 1,94
7,82
300
37,09 ± 3,83
10,32 26,60 ± 5,14
19,32
350
32,14 ± 3,57
11,12 25,34 ± 4,87
19,23
400
35,42 ± 5,08
14,34 23,35 ± 3,56
15,24
450
36,55 ± 4,93
13,48 26,51 ± 4,11
15,51
500
43,62
5,02
11,51
25,38
2,41
9,49
0
±
±
40,22 ± 4,13
10,26 27,04 ± 1,55
5,75
100
39,42 ± 6,28
15,93 25,45 ± 3,82
14,99
150
41,15 ± 3,23
7,86 24,64 ± 0,90
3,66
200
41,34 ± 11,29 27,30 24,86 ± 2,02
8,11
250
Ranti
38,01 ± 7,31
19,23 23,79 ± 3,85
16,20
300
35,53 ± 6,82
19,20 22,68 ± 3,67
16,19
350
36,55 ± 7,00
19,14 24,22 ± 3,81
15,74
400
40,42 ± 6,45
15,95 25,59 ± 2,41
9,42
450
38,61
3,90
10,10
25,80
3,38
13,12
500
±
±
Keterangan : �̅ : Nilai tengah, �: Simpangan baku, KK: Koefisien keragaman.
Genotipe

Berbeda dengan nilai diameter buah, genotipe Lombok 4 memiliki nilai
panjang buah tertinggi dibanding Genotipe Ranti dan Kudamati 1 yaitu 52,85 mm,
serta genotipe Lombok 4 memiliki nilai yang cukup berbeda dengan genotipe
Kudamati 1 dan Ranti, seperti terlihat pada Gambar 11. Hal tersebut karena bentuk
buah Lombok 4 berbeda dengan bentuk buah Kudamati 1 dan Ranti. Sebaran nilai

20
pada genotipe Lombok 4 jauh lebih tinggi dibanding sebaran nilai pada genotipe
Ranti dan Kudamati 1 (Tabel 7). Keragaman tertinggi terdapat pada genotipe
Kudamati 1 dan terendah terdapat pada genotipe Ranti.
50

Diameter buah (mm)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Dosis iradiasi sinar gamma (Gy)
Lombok 4

Kudamati 1

Ranti

Gambar 10. Diameter buah tiga genotipe tomat hasil iradiasi sinar gamma

60

Panjang buah (mm)

50
40
30
20
10
0
0

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Dosis iradiasi sinar gamma (Gy)
Lombok 4

Kudamati 1

Ranti

Gambar 11. Panjang buah tiga genotipe tomat hasil iradiasi sinar gamma
Bobot per Buah dan Ketebalan Daging Buah Tomat
Bobot per buah berkisar antara 16,89-34,23 g. Genotipe Lombok 4 hasil
iradiasi dosis 100 Gy memiliki bobot per buah paling tinggi sedangkan genotipe
Kudamati 1 dengan hasil iradiasi dosis 500 Gy memiliki bobot buah terendah
dengan bobot 16,89 g (Gambar 12). Hal ini sejalan dengan penelitian Gumelar et
al. (2014) yaitu genotipe Kudamati 1 memiliki nilai bobot per buah terendah

21
diantara lima genotipe tomat lokal yang di uji dengan nilai bobot per buah 13,68 g.
Nilai Keragaman bobot per buah tertinggi terdapat pada genotipe Lombok 4 dengan
hasil iradiasi dosis 450 Gy sedangkan yang terendah terdapat pada genotipe
Lombok 4 dengan hasil iradiasi dosis 400 Gy.
Tabel 8. Bobot per buah dan ketebalan daging buah tomat
Bobot per
Ketebalan daging
Dosis
buah (g)
buah (mm)
Genotipe
iradiasi
(Gy)
±
KK
KK
�̅

�̅ ±

25,78 ± 7,69
29,84
4,28 ± 0,65
15,13
0
34,23 ± 12,17
35,54
4,51 ± 0,52
11,41
100
17,61 ± 5,74
32,60
4,43 ± 0,28
6,43
150
17,04 ± 6,88
40,38
4,13 ± 0,29
7,14
200
24,44 ± 10,36
42,38
3,92 ± 0,26
6,59
250
Lombok 4
30,51 ± 10,99
36,01
4,21 ± 0,26
6,09
300
21,55
6,96
32,29
4,14
0,21
5,09
350
±
±
25,79 ± 2,44
9,44
4,17 ± 0,08
1,86
400
57,70 ± 73,90 128,25
4,26 ± 0,10
2,36
450
32,64 ± 10,02
30,72
4,51 ± 0,20
4,41
500
20,55 ± 3,71
18,03
3,68 ± 0,41
11,27
0
21,55 ± 5,91
27,44
3,48 ± 0,42
11,93
100
23,23 ± 4,74
20,38
3,40 ± 0,47
13,70
150
26,29 ± 9,86
37,51
3,54 ± 0,30
8,35
200
21,49
3,40
15,83
3,42
0,47
13,87
250
±
±
Kudamati 1
20,97 ± 3,35
15,97
3,64 ± 0,50
13,84
300
32,49 ± 9,85
30,31
3,34 ± 0,44
13,27
350
19,40 ± 3,79
19,53
3,68 ± 0,09
2,33
400
20,02 ± 3,28
16,37
3,76 ± 0,18
4,76
450
16,89 ± 5,65
33,44
3,46 ± 0,32
9,35
500
24,13 ± 4,34
17,98
3,92 ± 0,50
12,72
0
21,63 ± 2,24
10,34
4,02 ± 0,58
14,43
100
21,14
7,72
36,53
3,38
0,63
18,67
150
±
±
24,60 ± 6,74
27,40
3,53 ± 0,29
8,33
200
21,47 ± 10,99
51,19
3,56 ± 0,46
12,97
250
Ranti
22,38 ± 9,92
44,35
3,45 ± 0,37
10,73
300
17,94 ± 8,90
49,63
3,60 ± 0,74
20,56
350
24,66 ± 7,81
31,66
3,81 ± 0,52
13,76
400
18,56 ± 6,02
32,43
3,69 ± 0,61
16,54
450
24,77 ± 7,19
29,04
3,70 ± 0,38
10,24
500
Keterangan : �̅ : Nilai tengah, �: Simpanga