POSISI RU’YA DALAM PENETAPAN HUKUM

DIRASAH ISLAMIYAH

POSISI RU’YA
DALAM PENETAPAN HUKUM
ISMAIL THAIB

fsp

pd

w.

htt
p:/
/w
w

De
mo
(


24

25 RABIULAWAL - 9 RABIULAKHIR 1432 H

diikuti oleh bangsa Arab, kemudian bangsa
Arab akan diikuti oleh bangsa asing (Ajam).”
Di dalam Hadits riwayat al-Bukhari dan
Muslim disebutkan:

litm
erg
er.
co
m)

hulumu) datang dari syaithan”. Di dalam
salah satu riwayat disebutkan: “Bahwa
mimpi itu ada tiga macam (1) mimpi baik
(ru’ya shalihah) adalah berita dari Allah (2)
mimpi yang menyedihkan (al-hulumu) datangnya dari setan, sedangkan (3) mimpi

hasil bisikan manusia itu sendiri.”
Di dalam sebuah Hadits yang lain, pernah Nabi bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu bermimpi tentang sesuatu yang tidak disenanginya, maka hendaklah ia meludah ke arah kiri sebanyak
tiga kali dan memohon perlindungan Allah
dari godaan setan sebanyak tiga kali, kemudian hendaklah ia membalikkan tubuhnya dalam tidur itu”.
Nabi pernah bermimpi sebelum perdamaian Hudaibiyah seperti disebutkan dalam surat Al-Fathu ayat 37, yaitu Nabi dan
para sahabat akan masuk kota Makkah
pada tahun itu dan melakukan thawaf di
sana.
Disebutkan di dalam kitab Dalilul Hairan
fi Tafsiri al-Ahlam karangan Muhammad
Ali Quthub, bahwa sahabat Abu Bakar ra
termasuk salah seorang yang menonjol
pengetahuannya dalam dua macam ilmu,
yaitu: ilmu nasab (silsilah) dan dalam takwil
mimpi. Diriwayatkan bahwa Rasulullah
saw pernah berkata kepada Abu Bakar
ra: “Wahai Abu Bakar, aku bermimpi seakan-akan kita berdua memanjat tangga,
aku berada pada dua anak tangga di atasmu”. Maka jawab Abu Bakar kepada Rasulullah saw, wahai Rasulullah, Allah SwT
akan memanggil anda keharibaan-Nya dan
aku masih akan hidup selama dua setengah tahun setelah Anda.”

Di dalam riwayat lain disebutkan Nabi
pernah berkata kepada Abu Bakar ra: “Aku
bermimpi seakan-akan diikuti oleh seekor
kambing hitam yang diikuti oleh kambing
putih”. Maka jawab Abu Bakar: “Anda akan

Vi
sit

A

l-Qur’an memaparkan masalah
“ru’ya” (mimpi) pada lebih dari satu
tempat dalam beberapa surat,
terutama mengenai mimpi beberapa Rasul
yang mulia, bahwa mimpi merupakan sentral gerakan mereka yang berkaitan dengan diri sendiri ataupun dengan misi mereka. Kemudian, As-Sunnah menerangkan pula tentang mimpi itu dengan lebih
rinci.
Di antara mimpi itu ada yang mengandung suatu tuntutan supaya dilaksanakan
dengan baik, walaupun di dalam pelaksanaannya terdapat kesulitan, rasa sakit dan
siksaan, sebagiannya lagi ada yang memberikan isyarat berupa simbol-simbol peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan

datang. Selain itu, ada pula mimpi yang
merupakan ilmiah yang diwahyukan oleh
Allah SwT kepada Nabinya. Walaupun demikian, Al-Qur’an bukanlah kitab mimpi,
hanya itu menunjukkan betapa besarnya
perhatian Al-Qur’an terhadap masalah
mimpi, untuk memecahkan sebagian kecil
masalah yang berkaitan dengan eksistensi
jiwa manusia.
Dalam surat Ash-Shaffat ayat 99-111,
Allah menginformasikan mimpi Nabi Ibrahim as yang mengandung pelajaran dan
i’tibar yang luar biasa. Selanjutnya, dalam
surat Yusuf ayat 4–6 Allah memberitahukan
mimpi yang dialami oleh Nabi Yusuf as
yang merupakan proses bagi kenabian beliau secara menyeluruh. Al-Qur’an juga
menyebutkan tentang mimpi dua orang
penghuni penjara (narapidana), seperti tersebut dalam surat Yusuf ayat 36–41, juga
Al-Qur’an memaparkan mimpi raja Mesir,
yang tidak bisa di-ta’bir-kan oleh para pejabatnya (kecuali oleh Nabi Yusuf as).
Di dalam sebuah Hadits, Rasulullah
bersabda: “Mimpi yang baik (datang) dari

Allah, sedangkan mimpi yang jelek (al-

Mimpi orang Mukmin satu bagian dari
empat puluh enam bagian kenabian (nubuwwah).
Di dalam kitab tafsir Mafatihul Ghaib,
ar-Razy menyebutkan, mimpi itu pada garis besarnya ada dua macam: Pertama,
mimpi yang teratur terangkai dengan baik
), berpindah dengan mu(
dah dari berupa gambaran sesuatu kepada
kenyataan yang diterima oleh akal dan jiwa.
Kedua, mimpi yang tidak teratur dan kacau
balau dan itulah yang dinamakan adl-ghats
(

).
Perlu diketahui, bahwa orang sering
mengklaim bermimpi bertemu dengan
Nabi saw, mimpinya itu benar, merujuk
kepada suatu Hadits riwayat Ahmad dan
al-Bukhari:


Barangsiapa memimpikan aku (Nabi), maka sesungguhnya (benar-benar) ia
memimpikan aku, karena sesungguhnya
Syaitan itu tidak bisa menyerupai aku.
Sehubungan dengan hadits tersebut,
penulis menemukan suatu uraian yang
berbeda dengan persepsi banyak ulama,
lebih-lebih ulama sufi, yaitu uraian dari
Mustafa Ahmad az-Zarqa dalam bukunya,
Al-Aklu wa al-Fiqhu fi Fahmil Hadisi anNabawi, di bawah sub judul:

DIRASAH ISLAMIYAH
saw. (Al-Qawanin al-Fiqhiyyah: 379).
Kemudian, Prof DR Mustafa az-Zarqa’
berkomentar:

Barangsiapa memimpikan aku, maka
benar-benar ia memimpikan aku, karena
setan tidak dapat menyerupai aku). Kemudian para ulama berkata: “Tidak benar
sama sekali (orang yang mengatakan)

bermimpi Nabi saw kecuali oleh para sahabat yang melihat dan menghafal sifatsifat Nabi, sehingga sesuai dengan yang
dilihat dalam mimpinya tentang diri Nabi

Setelah aku membaca (uraian dalam
kitab itu) seakan-akan merasa telah jatuh
aku ke dalam perbendaharaan yang amat
berharga. Aku memuji Allah ta’ala terhadap pemahaman yang benar, yang sesuai
dengan pemahamanku (selama ini) dalam
masalah/topik tersebut, serta aku yakin
terhadap kesahihan paham ini.
Demikian, sekilas uraian tentang masalah ru’ya (memimpikan) Nabi saw semoga bermanfaat bagi para pembaca.l

w.

pd

fsp

litm
erg

er.
co
m)

yang isi ringkasnya sebagai berikut:
Mula-mula beliau mempertanyakan:
“Apa nilai mimpi Nabi dalam timbangan ilmu
syariat? Kemudian beliau menegaskan
bahwa ulama-ulama Hadits ahli Tahqiq
seperti Ibnu Hajar al-Asqallany dan lainnya
sepakat bahwa para fukaha “tidak
menetapkan sesuatu hukum berdasar
mimpi itu”.
Khusus mengenai memimpikan Nabi
saw ditunjuki oleh banyak Hadits sahih, tetapi beliau setelah mengkaji secara mendalam, timbul pertanyaan apakah mungkin
orang atau generasi sesudah sahabat yang
tidak bertemu dengan Nabi, bagaimana ia
tahu bahwa yang dimimpikan benar-benar
Rasulullah saw, bisa saja setan mengatakan bahwa yang dimimpikan itu Nabi, padahal sebenarnya bukan. Akhirnya, Mustafa Ahmad Zarqa’ menemukan misteri itu
setelah beliau membaca tulisan al-Jauzi


pada bab tiga belas, tentang masalah mimpi
(ru’ya fil manam) yang mengatakan bahwa sabda Nabi saw:

De
mo
(

l HM. ROYANI
Jl. Sukabakti 4 No. 59 RT. 05/RW. 10
Tangerang, Banten

l USMAN H. IDRIS
Kel. Binong RT. 11 RW. 01 No. 11 A
(Blok D.6/11 A) Kec. Curug, Tengerang,
Banten

l AHMAD AMARULLAH
STIE Muhammadiyah Tangerang
Jl. Perintis Kemerdekaan I/33

Cikokol, Babakan, Tangerang, Banten

l SD MUHAMMADIYAH XII
SETIABUDI PAMULANG
Jl. Surya Kencana No. 29 Pamulang,
Tangerang - Banten

l IDRAN A. KARYAN
Jl. Nusantara No. 84
Cimone Mas Permai I
Tangerang, Banten

l BESAH ALI
Villa Ilham, Blok Arafah H. 4 No. 30
Islamic Vilage, Tangerang, Banten

l SAIFUDIN ANGGO
PCM Bumi Indah
Jl. Rasamala VI Blok B VIII No. 47 A
Vila Tangerang Elok, Kutajaya

Kec. Pasar Kamis Kab. Tangerang,
Banten
Telp. 021-59311643

Vi
sit

l DRS. MURZAL A. MALIK
Jl. Cempaka No. 15 Ciwedus Permai
Cilegon, Banten
Telp. 0254-395813

htt
p:/
/w
w

AGEN BARU SUARA MUHAMMADIYAH DI BANTEN

l AMRAN
Desa Balareja No. 68 RT.02/RW.02
Kamp. Kebembem, Kec. Balareja
Kab. Tangerang, Banten
Telp. 021-5954785

l MUHAMMAD FAUZI
Jl. Link Timur Komp. Banjarsari Permai
Blok C 12 No. 3 Banjarsari, Cipocok Jaya,
Serang, Banten
Telp. 0254-8241549, Hp. 08176578064

l ARIZAL LATIEF
PCM Legok
Pengurus Muhammadiyah Perum.
Dasana Indah Blok SG
Bojongnangka, Banten
Telp. 021-54205469

l M. RODHI
Komplek Batan Indah E-16
Serpong, Tangerang, Banten

l WIDODO
Blok E. 17 No. 22 Permai Curug,
Tangerang

l IR. EDI MULYADI
PCM Pasar Kamis
Jl. Oscar V No. 1 RT. 06/RW. 03
Pondok Permai Kel. Kutajaya,
Kec. Pasar Kamis Kab. Tangerang,
Banten

SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 96 | 1 - 15 MARET 2011

25