berbentuk batang yang dapat dijumpai di tanah dan air laut. Populasi Bacillus dalam tanah terbilang cukup sedikit Subba Rao, 1977.
2.5. Pupuk Cair GD Pupuk cair GD merupakan bahan pupuk yang diformulasikan oleh staf
DITSL yang mengandung organik berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan dasar dari pupuk cair GD adalah bahan humat.
Kandungan bahan humat yang terdapat pada pupuk cair GD sebesar 10 . Pupuk ini diformulasikan dengan komposisi hara yang dapat merangsang pertumbuhan
akar dan bagian atas tanaman. Menurut Andalasari 1997 bahan humat adalah suatu senyawa berwarna
gelap yang dapat diekstrak dari berbagai jenis tanah dengan berbagai pereaksi serta tidak larut dalam asam. Bahan humik atau asam humat secara tidak langsung
dapat memperbaiki dan menunjang pertumbuhan tanaman, karena bahan humat dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi pada tanah sehingga dapat
menunjang pertumbuhan tanaman. Bahan humat juga dapat memberikan dampak secara langsung terhadap tanaman dengan berdampaknya terhadap sejumlah
proses fisiologi dan metabolisme pada tanaman. Tambas dan Gofar 1998 berpendapat bahwa fraksi humat dapat menjerap logam Al dan Fe. Fraksi humat
tanah digolongkan menjadi 1 asam humat, yakni fraksi yang larut dalam basa, 2 asam krenik dan aprokrenik, yakni yang larut dalam air, dan 3 humin, yakni
yang tidak larut dan lembam inert. Senyawa humat ini bersifat amorf, berwarna kuning sampai coklat hitam dan memiliki bobot molekul tinggi Tan, 1992.
2.6. Pemupukan
Kemampuan suatu lahan untuk menyediakan berbagai unsur hara secara terus
–menerus bagi proses pertumbuhan tanaman sangatlah terbatas. Keterbatasan dari daya dukung lahan ini dapat diatasi dengan melakukan proses pemupukan.
Pemupukan bertujuan untuk memperoleh produksi yang tinggi dan bernilai dengan memperbaiki penyediaan hara sambil memperhatikan atau memperbaiki
tanah tanpa merusak lingkungan Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Menurut Pahan 2006 unsur hara makro N, P, K, Ca, dan Mg dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang sangat besar dengan nilai kritis antara 2 – 30 gkg
berat kering tanaman, sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah relatif lebih kecil kandungan nilai kritisnya berkisar antara 0.3
– 50 mgkg. Soepardi 1983 berpendapat bahwa dari ketiga unsur hara yang biasanya
diberikan sebagai pupuk unsur N, P, dan K, unsur nitrogen memberikan pengaruh paling mencolok dan cepat, terutama untuk merangsang pertumbuhan di
atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun. Menurut Tim Penulis PS 1999, unsur boron B merupakan salah satu unsur yang cukup penting pada
tanaman muda, sebab tanaman muda yang mengalami kekurangan unsur B dapat mengalami kematian. Pemupukan yang baik dan efisien pada tanaman kelapa
sawit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penempatan pupuk, waktu aplikasi, keseimbangan hara, kondisi gulma, jumlah pelepah, keadaan bangunan
konservasi, dan keseragaman tanaman Witjaksana et al., 2005
b
.
2.6.1. Pemupukan Daun
Penyerapan unsur hara melalui daun terjadi karena adanya difusi dan osmosis melalui lubang stomata. Proses mekanis pada stomata diatur oleh tekanan
sel turgor dari sel –sel penutup. Pada siang hari yang terik dan kondisi angin yang
terlalu cepat akan menyebabkan stomata menjadi menutup karena terjadi penguapan yang terlalu besar. Jika pada saat itu disemprotkan air akan, maka
stomata akan kembali terbuka karena meningkatnya tekanan turgor. Jika air yang disemprotkan mengandung unsur hara yang tinggi, menyebabkan unsur
–unsur hara tersebut terserap dan berdifusi kedalam stomata bersama dengan air Sarief,
1984.
2.7. Bahan Organik