polibag. Sistem pembibitan di polibag terdiri dari dua macam, yaitu sistem pembibitan polibag satu tahap dan sistem pembibitan dua tahap. Pada sistem
pembibitan dua tahap terdapat adanya pembibitan pendahuluan dan pembibitan utama. Sistem pembibitan satu tahap umumnya direkomendasikan untuk jumlah
bibit yang tidak terlalu banyak, terutama untuk keperluan replanting Pahan, 2006.
2.3. Ultisol
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran cukup luas. Ultisol dapat berkembang dari bebagai bahan induk yang
bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan
aliran permukaan dan erosi tanah. Sarief 1984 berpendapat bahwa ultisol memiliki banyak faktor penghambat bagi pertumbuhan tanaman. Faktor
penghambat tersebut adalah kemasaman tanah yang tinggi, keracunan akan unsur aluminium Al, rendahnya kandungan unsur P, Mg, dan bahan organik. Ginting
dan Rahutomo 2007 berpendapat bahwa tanah marjinal memiliki masalah terhadap ketersediaan unsur hara P, ini dikarenakan adanya fiksasi unsur P oleh
ion –ion logam seperti Al, Fe, dan Mn sehingga unsur P menjadi tidak tersedia
bagi tanaman. Salah satu cara untuk mengatasi faktor penghambat ini di antaranya dengan pemberian kapur.
Kandungan hara pada Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses
dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Di Indonesia, Ultisol umumnya dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit, karet, dan hutan tanaman
industri.
2.4. Bahan Pembenah Tanah Baode
Bahan pembenah tanah Baode terdiri dari dua jenis, yaitu Baode akar dan Baode daun. Bahan pembenah tanah Baode daun adalah suatu senyawa organik
yang berisikan hormon –hormon dan enzim pertumbuhan. Bahan pembenah tanah
Baode daun ini berfungsi untuk mengatur reaksi enzim, meningkatkan
fotosintesis, memberikan berbagai nutrisi untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Bahan pembenah tanah Baode akar adalah suatu senyawa organik yang berbahan dasar mikrob. Bahan pembenah tanah Baode akar adalah sejenis Plant
Growth Promoting
Rhizobacteria PGPR.
Plant Growth
Promoting Rhizobacteria adalah sejenis bakteri yang hidup di daerah perakaran yang
memberi keuntungan dalam proses fisiologi dan pertumbuhan tanaman. Selain itu, PGPR juga mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar dengan
meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi, dan tembaga, serta mampu mengurangi penyakit dan kerusakan oleh serangga.
Bahan pembenah tanah Baode akar merupakan bakteri aktif yang diproduksi dalam keadaan dorman yang berasal dari strain utama hasil dari teknologi
terkonsentrasi dan fermentasi. Bakteri yang terdapat dalam bahan pembenah tanah Baode tersebut terdapat dalam jumlah banyak, cepat bereproduksi, dan
mempunyai ketahanan hidup yang cukup tinggi. Bakteri tersebut berguna dalam memilih dan mengatur fungsi akar dalam penyerapan dan pengeluaran nutrisi.
Dalam prosesnya, bakteri tersebut menyerap nutrisi dan oksigen, menahan sekresi zat aktif, dan membentuk lapisan pelindung di sekitar akar, mencegah
berkembangnya bakteri dan mikroba yang merugikan dalam daerah perakaran. Hasilnya adalah penyakit yang ditularkan lewat tanah akan berkurang dan
ketahanan akan penyakit pada tanaman akan lebih meningkat. Jenis bakteri yang terdapat pada bahan pembenah tanah Baode adalah Bacillus laterosporus.
2.4.1. Bacillus
Bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang paling dominan keberadaannya di dalam tanah. Jumlahnya mungkin sama dengan satu setengah
dari biomassa mikroba dalam tanah. Marga Bacillus merupakan salah satu kelompok bakteri yang mempunyai berbagai macam kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam skala industri. Campbell 1985 berpendapat bahwa, bibit yang diinokulasikan bakteri seperti Azotobacter, Clostridium, Bacillus, dan lain
– lain dapat meningkatkan hasil panen di kebun. Bacillus merupakan bakteri yang
berbentuk batang yang dapat dijumpai di tanah dan air laut. Populasi Bacillus dalam tanah terbilang cukup sedikit Subba Rao, 1977.
2.5. Pupuk Cair GD Pupuk cair GD merupakan bahan pupuk yang diformulasikan oleh staf
DITSL yang mengandung organik berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan dasar dari pupuk cair GD adalah bahan humat.
Kandungan bahan humat yang terdapat pada pupuk cair GD sebesar 10 . Pupuk ini diformulasikan dengan komposisi hara yang dapat merangsang pertumbuhan
akar dan bagian atas tanaman. Menurut Andalasari 1997 bahan humat adalah suatu senyawa berwarna
gelap yang dapat diekstrak dari berbagai jenis tanah dengan berbagai pereaksi serta tidak larut dalam asam. Bahan humik atau asam humat secara tidak langsung
dapat memperbaiki dan menunjang pertumbuhan tanaman, karena bahan humat dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi pada tanah sehingga dapat
menunjang pertumbuhan tanaman. Bahan humat juga dapat memberikan dampak secara langsung terhadap tanaman dengan berdampaknya terhadap sejumlah
proses fisiologi dan metabolisme pada tanaman. Tambas dan Gofar 1998 berpendapat bahwa fraksi humat dapat menjerap logam Al dan Fe. Fraksi humat
tanah digolongkan menjadi 1 asam humat, yakni fraksi yang larut dalam basa, 2 asam krenik dan aprokrenik, yakni yang larut dalam air, dan 3 humin, yakni
yang tidak larut dan lembam inert. Senyawa humat ini bersifat amorf, berwarna kuning sampai coklat hitam dan memiliki bobot molekul tinggi Tan, 1992.
2.6. Pemupukan