FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI LAKI-LAKI BEKERJA SEBAGAI GIGOLO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu fenomena sosial yang sudah ada sejak masa awal
diciptakannya manusia adalah pelacuran, dan fenomena tersebut hingga saat ini
belum bisa diatasi, bahkan secara kuantitas justru meningkat dan penyebarannya
semakin merata hampir di seluruh dunia. Pelacuran merupakan profesi yang
sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri, yaitu berupa
tingkah laku lepas bebas tanpa kendali dan cabul, karena adanya pelampiasan
nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan.
Pelacuran itu selalu ada pada semua negara berkembang dan senantiasa menjadi
masalah sosial atau menjadi objek urusan hukum dan tradisi (Kartono, 1999).
Walaupun banyak terjadi penolakan sosial terhadap pelacuran di sebagian besar
negara Asia, pelacuran masih sangat diperlukan masyarakat dalam fungsinya
sebagai kontrol sosial (Koentjoro, 2004).
Praktek pelacuran juga harus tetap dikontrol keberadaanya karena empat
DODVDQ \DLWX D  LD ´PHPDQFLQJ´ SULD \DQJ WLGDN WHUWDULN SDda pelacuran
sebelumnya, (b) ia akan merambah ke daerah yang tidak mengenal pelacuran
sebelumnya, (c) penyakit menular akan merajalela, (d) jika rumah bordil ditutup,
jumlah pelacur jalanan akan makin banyak sehingga masalah lain yang lebih

serius akan timbul. Seseorang yang memutuskan menjadi pelacur sebenarnya
bukan tujuan dalam mencari nafkah, melainkan sebagai salah satu dari upaya
untuk mencapai tujuan lain yang lebih utama, karena mereka tidak pernah
bercita-cita menjalani profesi sebagai penjaja seks dan mau menjalani profesinya
karena berbagai faktor.
Pelacuran suatu komunitas yang memiliki keunikan, tidak saja dari
kehidupan yang sering dianggap menyimpang tetapi juga dari sisi tindakannya
yang melegalkan seksualitas-kontraktual dalam kehidupannya. Terlepas dari
berbagai motif penyebabnya, yang jelas para pelacur dianggap sebagai kelompok

1

yang menyimpang dari moralitas agama. Sampai hari ini, identifikasi diri para
pelacur adalah orang yang melakukan penyimpangan moral dan seksual.
Menurut Kartono (1999) faktor utama yang mendorong seseorang
berprofesi sebagai PSK adalah faktor keterbatasan ekonomi dan kemudian karena
alasan inilah PSK lebih banyak didominasi oleh kaum perempuan untuk
memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. Sudah menjadi stigma masyarakat
ketika berbicara mengenai PSK selalu perempuan yang menjadi obyek utamanya
padahal di sisi lain juga banyak kaum laki-laki yang merambah profesi ke dalam

dunia pelacuran. PSK laki-laki pun sebenarnya juga sudah ada sejak zaman dulu
namun tidak dibicarakan secara terbuka seperti sekarang ini. Laki-laki yang
bekerja sebagai PSK biasanya disebut dengan sebutan gigolo.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia gigolo adalah laki-laki bayaran
yang dipelihara oleh seorang wanita sebagai kekasih atau lelaki sewaan yang
pekerjaannya menjadi pasangan berdansa; laki ± laki penghibur; laki-laki yang
profesinya menjual diri kepada para wanita sebagai penghibur. Sedangkan
menurut Pribadiningtyas (2009), gigolo adalah golongan playboy dan memiliki
libido seksual lebih tinggi dibandingkan pria secara umum.
Fenomena adanya gigolo menjadi suatu hal menarik sehingga sempat
dijadikan sebuah film dengan judul ³TXLFN\H[SUHVV´SDGDWDKXQGDQEHOXP
lama juga ada sebuah film singkat menghebohkan pulau yang selalu disanjung
sebagai surga dunia yaitu pulau dewata Bali yaitu Cowboys Paradise.
Liputan6.com, Kuta: Sebuah film dokumenter tentang gigolo atau pria penghibur
wanita di Pantai Kuta, Bali, marak beredar di kalangan pengguna internet. Film
berjudul Cowboys Paradise ini dapat disaksikan di situs pengunduh video Youtube.
Demikian informasi yang diperoleh SCTV hingga Sabtu (24/4/2010).

3HPEXDWDQILOPIHQRPHQDOVHNDOLJXVNRQWURYHUVLDO³&RZER\3DUDGLVHLQ
%DOL´  LQL PHPEHULNDQ LQIRUPDVL NHSDGD PDV\DUDNDW EDKZD WLGDN KDQ\a

perempuan yang selalu menjadi korban profesi dunia prostitusi. Justru
keberadaan gigolo ini yang seolah-olah mereka adalah seorang pelacur papan
atas, karena keberadaan mereka yang sangat eksklusif. Selain itu film terbaru lagi
yang menggambarkan tentang NHKLGXSDQ JLJROR \DLWX ILOP ³$ULVDQ %URQGRQJ´
ditayangkan tahun 2010.

Perkembangan zaman yang penuh dengan mode kapitalisme memberikan
dampak pergeseran di segala aspek kehidupan. Termasuk pergeseran nilai-nilai
kehidupan berupa nilai sosial, ekonomi, estetika, agama bahkan seksualitas.
Pergeseran nilai ini memunculkan pergeseran perilaku yang salah satunya adalah
munculnya gigolo. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
kembali, peneliti ingin melihat dari sudut pandang psikologis yaitu terkait dengan
perilaku seksualnya (libido seksual). Menurut Jacques Lacan (dalam Soekatno,
2008) ), libido adalah sesuatu yang ada untuk menunjukan keinginan yang bukan
berupa substansi namun ada pada tingkat proses primer dan berpengaruh pada
semua bentuk pendekatan yang dilakukan oleh individu. Libido merupakan cara
dasar alam bawah sadar untuk menjalankan fungsinya. Libido seksual yang tinggi
kemudian mengakibatakan kondisi hiperseksualitas pada gigolo. Kondisi
hiperseksual inipun ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya (dalam
Sadardjoen, 2005) yaitu 1) pelarian terhadap konflik yang bersumber pada

konflik oedipal yang tidak teratasi, 2) kebutuhan untuk membuktikan derajat
maskulinitas atau feminitas, 3) kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang dan
hubungan yang intim.
Keberadaan gigolo sekarang semakin mudah ditemukan melalui situs di
internet dan media yang lainnya dengan alasan memberikan jasa pelayanan
pemijatan dan lain-lain cara yang digunakan. Iklan pelayanan jasa yang diberikan
lewat media-media, memiliki makna pesan yang tersembunyi, disampaikan
secara tidak terbuka yaitu merupakan layanan seks bagi perempuan oleh seorang
gigolo yang ingin memberikan kepuasan libidonya kepada perempuan yang
membutuhkan (Syam, 2010). Sementara itu yang menjadi konsumennya tidak
hanya perempuan tetapi juga gay yang menyukai laki-laki daripada perempuan.
Ternyata gigolo tidak bekerja sendirian, mereka juga terorganisir meskipun tidak
terlalu kental. Mereka sering mencari pelanggan bersama namun tak jarang juga
mereka mencari pelanggan sendiri (sumber: forum.kafegaul.com).
Alasan seseorang memilih menjadi gigolo yaitu 1) tidak mau hidup
melarat atau susah, 2) dirinya selalu dianggap rendah oleh kaum perempuan, 3)
orang disekitarnya kurang bisa menerima keberadaanya karena menganggur
terlalu lama, 4) merasa kurang puas dengan keadaan dirinya sendiri, 5) terkena

PHK dari tempat kerjanya dan tuntutan hidup yang terlalu tinggi (Rahmawati,

2005). Oleh sebab itu mereka berusaha bangkit dari keadaan yang membuat
harga diri mereka direndahkan oleh orang lain sehingga mereka memilih jalan
pintas yaitu memilih bekerja sebagai seorang gigolo karena sedikit bekerja tapi
menghasilkan imbalan yang besar dan tidak akan pernah kekurangan secara
material (Emka, 2003).
Dewasa ini keberadaan gigolo tidak didominasi oleh orang-orang yang
memiliki cukup umur namun juga anak-anak di bawah umurpun juga
dieksploitasi seorang germo untuk kepentingan material.
Metrotvnews.com, Surabaya: Kepolisian Pelabuhan Tanjung Perak,
Surabaya, Jawa Timur membongkar praktek prostitusi gigolo (pria pekerja
seks). Bisnis tersebut melibatkan anak laki-laki di bawah umur (17/11/2010).
Seorang anak yang seharusnya mengenyam pendidikan dan diberikan pengarahan
yang baik untuk menata masa depannya tetapi dengan iming-iming uang mereka
dieksploitasi secara seksual.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap 3 orang yang
bekerja sebagai gigolo dan salah seorang informan yang mengetahui tentang
dunia gigolo, ada beberapa alasan yang disampaikan yaitu 1) adanya dorongan
kebutuhan seksual; 2) munculnya keinginan balas dendam terhadap perempuan;
3) kondisi ekonomi; 4) sebagai pekerjaan sampingan. Dua orang yang
menyampaikan alasan tersebut adalah seorang gigolo yang memiliki pekerjaan

yang cukup mapan yaitu sebagai kepala bagian dan staf administrasi di sebuah
perusahaan. Secara ekonomi mereka sudah bisa dikatakan cukup untuk
memenuhi kebutuhanya.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi bukanlah
faktor utama yang menjadi alasan seorang laki-laki rela menjadi seorang gigolo.
Masih banyak laki-laki yang secara ekonomi dibawah rata-rata penghasilanya
namun mereka juga tidak bekerja sebagai gigolo. Mereka tetap bekerja sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, sesuai dengan nilai
agama, estetika, dan norma yang berlaku. Sebagian besar dari alasan di atas
karena adanya faktor psikologis individu itu sendiri, semuanya tidak terlepas dari
motivasi, persepsi, pola pikir, sikap dan perilaku individu tersebut.

Kemudian, munculnya alasan untuk melakukan balas dendam terhadap
seorang perempuan. Pernyataan ini diungkapkan, kemugkinan hanya sekedar
menjadi kamuflase dari kondisi emosi individu. Jika memang rasa sakit akibat
perempuan itu menjadi faktor pemicu utama seseorang untuk menekuni profesi
sebagai seorang gigolo, tidak menutup kemungkinan dengan orang lain yang
memiliki pengalaman yang sama. Faktanya masih banyak orang-orang dengan
pengalaman yang sama namun mereka masih bisa menekuni profesi selayaknya.
Selain itu adanya dorongan kebutuhan seksual, berbicara tentang

dorongan kebutuhan seksual bukanlah solusi utama dengan menekuni profesi
dunia pelacuran (gigolo). Kepuasan seksual tidak harus didapatkan dengan cara
melacurkan diri menjadi gigolo yang sangat jelas mendapatkan pertentangan dari
semua pihak karena bertentangan dengan norma baik sosial maupun agama.
Ditinjau dari sudut pandang agama, jika memang seseorang sudah mampu dan
takut terjerumus ke dalam perzinahan maka dianjurkan untuk menikah. Menjalin
hubungan yang diresmikan dengan ikatan pernikahan itu akan lebih baik, tidak
bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarkat dan agama. Ikatan
pernikahan lebih diakui oleh negara dan agama, seseorang menyalurkan
dorongan seksualnya dengan pasangan yang sah tanpa ada rasa takut akibat dari
hubungan tersebut. Pernikahan merupakan solusi yang bisa diterima oleh
masyarakat dibandingkan dengan menjajakan diri yang bertentangan dengan
norma masyarakat. Akan tetapi masih banyak orang yang tetap memilih menjadi
seorang gigolo meskipun secara material mereka dapat dikatakan sebagai orang
yang mampu.
Dari beberapa alasan di atas yang menjadi faktor seseorang menjadi
gigolo dapat diasumsikan bahwa alasan-alasan tersebut bukan merupakan dasar
utama sesorang memilih profesi sebagai gigolo. Ada permasalahan yang sangat
mendasar sabagai akar yang mendorong seseorang untuk memilih menekuni
profesi sebagai gigolo. Dapat dimungkinkan bahwa faktor yang mendasar

tersebut ada keterkaitan dengan kondisi psikologis individu tersebut.
Menurut Lloyd & Weiten (2000) psikologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku dan segala hal yang berhubungan denga proses mental.

Sedangkan Chaplin (2008), berpendapat bahwa psikologi adalah segala hal yang
menyinggung akan perasaan dan asal-usul adalah mental.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Lahey (2003), ia
mengatakan bahwa psikologi berarti mempelajari tingkah laku dan proses mental
seseorang. Lebih lanjut dia menuturkan bahwa tingkah laku yang dimaksud
adalah segala hal yang bisa diamati/dilihat secara langsung atau dapat diobservasi
seperti cara berjalan, berbicara maupun ekspresi wajah. Sedangkan proses mental
berhubungan dengan pikiran seseorang, emosi, perasaan, dan motif yang tidak
dapat dilihat secara langsung atau tidak dapat diobservasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), psikologis adalah segala
sesuatu yang berkenaan dengan psikologi dimana psikologi itu sendiri secara
singkat adalah ilmu atau studi ilmiah yang berkaitan dengan proses mental yang
mana proses-proses mental meliputi pikiran, perasaan, emosi, motivasi, impian,
persepsi dan kepercayaan, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada
perilaku.
Faktor Psikologis merupakan sesuatu yang mendorong perilaku dan

proses mental individu yang mencakup proses berpikir (aspek kognitif) dan
emosi-emosi (aspek afektif) yang diikuti dengan aspek-aspek tingkah laku (aspek
konatif) seseorang.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengadakan penelitian
tentang ´)DNWRU-Faktor yang Melatarbelakangi Laki-Laki Bekerja Sebagai
*LJROR´

B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
oleh peneliti adalah apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi seorang laki-laki
bekerja sebagai gigolo?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang melatarbelakangi seorang laki-laki bekerja sebagai gigolo.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi bagi
pengembangan disiplin ilmu Psikologi Klinis.

2. Manfaat secara praktis
Dari penelitian ini diharapakan mampu memberikan tambahan informasi dan
masukan bagi orang yang membacanya. Yang kemudian diharapkan mampu
memberikan solusi dan meminimalisir/mencegah adanya aktivitas prostitusi
khususnya terkait dengan keberadaan gigolo.

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI
LAKI-LAKI BEKERJA SEBAGAI GIGOLO

SKRIPSI

Oleh :
LILIK WIRAHAYU
06810213

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

LAKI-LAKI BEKERJA SEBAGAI GIGOLO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
LILIK WIRAHAYU
06810213

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas
akhir ini dengan kekuatan dan kesempatan yang telah diberikan-Nya. Teriring salam
dan doa kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan berupa bantuan
pemikiran, saran, masukan dan doa yang bermanfaat bagi penulis hingga dapat
terselesaikan tugas akhir ini, guna meraih gelar Sarjana Strata Satu Psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang. Serta tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1.

Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

2.

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. dan M. Salis Yunardi M.Psi. selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbungan dan arahan yang sangat berguna, sehingga penulis
mampu menyelesaikan tugas ahir ini dengan baik.

3.

Diana Savitri H., M.Psi selaku dosen wali kelas D angkatan 2006 yang telah
mendukung dan memberi pengarahan mulai awal perkuliahan hingga
terselesaikannya skripsi ini.

4.

Bapak dan Emak tercinta dan terkasih yang senantiasa memberikan do’a dan
hamparan kasih sayang yang tak kan pernah lekang oleh waktu, dan
dukungannya yang tidak pernah berhenti sehingga anakmu ini bisa
menyelesaikan tugas akhir ini. Semangat perjuanganmu yang mampu
merobohkan batu karang di lautan demi sebuah pendidikan untuk anak-anakmu,
menjadi “lecutan cemeti” motivasi dalam meraih asa masa depan.

5.

Buat saudara-saudaraku Dewi Swidayati & Irfandi rendra, Puji Sis Wanto &
Ismatullah, terima kasih selalu atas arus motivasi yang tak pernah berhenti
dialirkan kepada adikmu ini demi sebuah impian. Buat Reni jadilah yang terbaik
juga untuk kita semua, jangan pernah terbuai dengan rasa malas untuk meraih
asamu.

6.

Buat teman-teman seperjuangan di kampus putih maupun di kampus HijauHitam-Putih ”Atoel, Di2n , Happy, Dyah, Lu2k” kita bersatu dalam perbedaan
_YAKUSA_ untuk kita melangkah ke depan. Semangat yakusa kalian yang
mendorong aku untuk sampai di gerbang ini (kita beda, kita satu dan kita bisa
bersama-sama).

7.

Keluarga besar

“Laskar Hijau-Hitam-Putih” Komisariat Psikologi, kalian

semua adalah sumber inspirasi untuk masa depan. Terimakasih atas segala
pembelajaran dan pelajaran kehidupan yang diberikan.
8.

MJ, DH, dan PD terimakasih banyak, telah berkenan membantu terselesainya
skripsi ini tanpa kalian skripsi ini berhenti di tengah jalan, semoga kita bisa
bertemu kembali dalam kondisi yang berbeda tentunya yang lebih baik.

9.

Semua pihak yang telah bersedia membantu terselesaikannya penulisan tugas
akhir ini yang tak bisa kusebutkan satu per satu, kusampaikan terima kasih
banyak atas semua bentuk bantuannya.
Karya ilmiah ini tentunya masih jauh dari sempurna sejalan dengan kata

pepatah terdahulu bahwa “tak ada gading yang tak retak” oleh karena itu penulis
terbuka pada saran, masukan maupun kritikan. Semoga karya ilmiah ini bisa menjadi
langkah awal bagi penulis untuk maju, mengembangkan kualitas dan potensi diri
serta mendapatkan ridho Allah SWT, Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, 24 Juni 2011
Penulis,

Lilik Wirahayu

INTISARI
Wirahayu, Lilik.(2011). Fakto-Faktor Yang Melatarbelakangi Laki-Laki
Bekerja Sebagai Gigolo. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (1) Dra. Cahyaning Suryaningrum,
M.Si. (2) M.Salis Yuniardi, M.Psi.
Kata kunci : Faktor-faktor Psikologis, Gigolo.
Salah satu fenomena sosial yang sudah ada sejak masa awal diciptakannya
manusia adalah pelacuran, dan fenomena tersebut hingga saat ini belum bisa
diatasi, bahkan secara kuantitas justru meningkat dan penyebarannya semakin
merata hampir di seluruh dunia. Menurut Kartono (1999) faktor utama yang
mendorong seseorang berprofesi sebagai PSK adalah faktor keterbatasan ekonomi
dan kemudian karena alasan inilah PSK lebih banyak didominasi oleh kaum
perempuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. Sudah menjadi
stigma masyarakat ketika berbicara mengenai PSK selalu perempuan yang
menjadi obyek utamanya padahal di sisi lain juga banyak kaum laki-laki yang
merambah profesi ke dalam dunia pelacuran biasa disebut dengan gigolo. Bahkan
sempat dijadikan sebagai sebuah film dengan judul “quicky express” pada tahun
2007, Arisan Brondong pada tahun 2010 dan pada bulan April 2010 pulau dewata
juga dihebohkan dengan pembuatan film singkat tentang keberadan gigolo yaitu
“Cowboys Paradise”. Alasan umum seseorang menjadi pelacur adalah alasan
ekonomi. Namun, ada faktor lain yang mendasari seorang laki-laki sehingga
memutuskan untuk menjadi seorang gigolo. Hal ini lah yang menjadi sangat
menarik untuk dikaji lebih dalam, sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi seorang laki-laki bekerja sebagai
gigolo. terutama faktor psikologis yang mendorong seorang laki-laki memutuskan
menjadi gigolo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan
menggunakan 3 subyek yang bekerja sebagai gigolo. Metode pengumpulan data
wawancara. Analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif, kemudian
uji keabsahan datanya menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber
yaitu teman dekat subyek.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor psikologis yang
melatarbelakangi seorang laki-laki bekerja sebagai gigolo yaitu (1) Subyek
terkondisikan dengan lingkungan yaitu ajakan dari teman-temanya (teman-teman
subyek yang sudah lebih awal masuk ke dalam prostitusi), (2) Adanya kontrol diri
subyek yang rendah (mudah terpengaruh dan cara berpikir instan), (3) Adanya
keinginan untuk selalu bergaya hidup mewah (prestige), meningkatkan harga diri
subyek, (4) Keinginan untuk menyalurkan kebutuhan biologis yaitu kebutuhan
seksual, (5) Adanya reinforcement, subyek mendapatkan imbalan dari perilaku
mereka, (6) Adanya keinginan untuk mendapatkan kasih sayang. Subyek bisa
bermanja-manja dengan tante-tante yang menjadi pelanggannya.

ABSTRACT
Wirahayu, Lilik.(2011). Some Factors Cause Men to Work as Gigolo. Thesis,
Faculty of Psychology University of Muhammadiyah Malang. Advisor: (1) Dra.
Cahyaning Suryaningrum, M.Si. (2) M.Salis Yuniardi, M.Psi.
Key word: Psychology Factors, Gigolo.
One social phenomenon that has existed since the beginning of the creation
of man is prostitution, and the phenomenon until now could not be overcome, even
in the number has increased and more evenly distributed almost worldwide.
According Kartono (1999) The main factor that encourages a person to work as
prostitutes is a factor of economic limitations, and then for this reason that the
prostitute is more dominated by women to meet personal and family needs. It is
society's stigma when talking about women who become prostitutes are always the
main attraction but on the other side too many people are venturing into the
professional world of prostitution is commonly called a gigolo. It can even be used as
a movie titled "quicky express" in 2007, Arisan brondong in 2010 and in April 2010
shocked the island of the gods also made a short film about the existence of a gigolo
is "heaven Cowboys". Common reasons a person into prostitution for economic
reasons. However, there are other factors that underlie a man so decided to become a
gigolo. This became very interesting to study more in depth, so this study aims to
determine the factors behind a man who worked as a gigolo. particularly the
psychological factors that make a man decide to become a gigolo.
This study is a qualitative descriptive study, using 3 subjects who worked as a
gigolo. Methods of data collection interview. Analysis of the data used is the analysis
of qualitative data, and then test the validity of the data using triangulation techniques
triangulation sources close friend of the subject.
The results showed that psychological factors behind a guy working as a
gigolo (1) The subject is conditioned by the environment is an invitation from his
friends (friends before the subject entered into prostitution), (2) There is a low selfcontrol subjects (easy influenced and instant way of thinking), (3) The desire for
luxury life style always (prestige), improve self-esteem subjects, (4) The desire to
provide a biological necessity of sexual needs, (5) The existence of reinforcement, the
subject may benefit from their behaviors, ( 6) There is a desire for affection. Subjects
could cuddle with the aunt who became a customer

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................

i

INTISARI .................................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA ...................................................................................................... viii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................................

6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelacuran ..............................................................................................

8

1. Pengertian Pelacuran.......................................................................

8

2. Motif-motif Pelacuran .................................................................... 10
3. Bentuk-bentuk Pelacuran ................................................................ 12
4. Akibat Pelacuran ............................................................................. 13
B. Gigolo .................................................................................................. 14
1. Pengertian Gigolo ........................................................................... 14
2. Ciri-ciri Gigolo .............................................................................. 14
C. Faktor Psikologis ................................................................................. 15
1. Pengertian Faktor Psikologis ........................................................... 15
2. Komponen Psikologis ...................................................................... 16
a. Aspek Kognisi ............................................................................. 16
b. Aspek Afeksi atau Emosi ............................................................ 19
c. Aspek Konasi atau Kemauan ....................................................... 21

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 24
B. Batasan Istilah ..................................................................................... 24
C. Subyek Penelitian ................................................................................. 25
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 25
E. Tahap-tahap Penelitian ........................................................................ 26
F. Analisis Data ........................................................................................ 27
G. Keabsahan Data ................................................................................... 28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Subyek Penelitian .................................................................. 29
B. Deskripsi Data ...................................................................................... 29
C. Analisa Data ......................................................................................... 39
D. Pembahasan ......................................................................................... 45

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 50
B. Saran .................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Identitas subyek penelitian ......................................................................... 29

DAFTAR SKEMA

Skema 4.1 : Latar belakang subyek MJ menjadi gigolo .............................................. 40
Skema 4.2 : Latar belakang subyek DH menjadi gigolo .............................................. 42
Skema 4.3 : Latar belakang subyek PD menjadi gigolo ............................................... 44