PEMAKNAAN PENGALAMAN LAKI-LAKI JAWA TENTANG ISTRI YANG BEKERJA

PEMAKNAAN PENGALAMAN LAKI-LAKI JAWA TENTANG

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh:

Adita Primasti Putri

NIM: 089114005

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Motto

Aku Punya Hari Ini Aku Hidup Untuk Hari Ini

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 19 Juli 2013 Penulis,

  Adita Primasti Putri

  

PEMAKNAAN PENGALAMAN LAKI-LAKI JAWA TENTANG ISTRI YANG

BEKERJA

Adita Primasti Putri

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi secara terperinci pemaknaan pengalaman laki-laki Jawa tentang istri yang bekerja. Ketertarikan terhadap pemaknaan pengalaman didasarkan pada adanya pergeseran peran yang tidak sesuai dengan budaya patriaki di daerah Jawa. Penelitian ini berfokus pada bagaimana laki-laki Jawa memaknai pengalaman tentang istri yang bekerja melalui apa yang dirasakan, dipikirkan dan dialami. Penelitian ini dilakukan terhadap lima subyek penelitian. Metode yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara semi terstruktur. Proses validitas yang digunakan adalah validitas komunikatif, yaitu pernyataan dianggap terpercaya jika data yang didapatkan mampu menggambarkan realitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman tentang istri yang bekerja dimaknai sebagai: 1) istri bekerja itu meningkatkan harga diri yang positif pada laki-laki Jawa karena mendapatkan pandangan yang baik dari masyarakat, 2) laki-laki Jawa merasa perannya terancam oleh adanya perubahan peran yang dilakukan istri bekerja Kata kunci: Makna, laki-laki Jawa, istri bekerja

  

THE MEANING OF JAVANESE MEN’S EXPERIENCES OF THE

WORKING WIVES

Adita Primasti Putri

ABSTRACT

  This research aims to explore s pecifically about the meaning of Javanese men’s experiences

about the working wives. The interest in the meaning of experiences is based on the role friction which

is not relevant with the patriarch’s culture in Java region. The focus of this research is on how

Javanese men interpret the experiences of the working wives about what they feel, what they think, and

what they are experienced. This research was conducted on five research subjects. The method used

was the qualitative phenomenology with semi-structured interview as the data gathering technique.

  

Communicative validity was used as the validity process in which the statement was valid if the data

gathered was able to describe the reality. The results of this research show that the experience of the

working wives was interpreted as: 1) a working wife can increase a positive self esteem upon Javanese

males for she can gets a good perspective from the society, 2) Javanese man feel threatened by the

changes in his role especially when he has a working wife.

  Keywords: Meaning, Javanese men, working wives

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Adita Primasti Putri NIM : 089114005

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Pemaknaan Pengalaman Laki-laki Jawa tentang Istri yang Bekerja

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

KATA PENGANTAR

  Ucapan syukur serta pujian yang teramat besar kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya dan penyertaannya sehingga karya kecil ini bisa selesai.

  Selain berkat melimpah yang selalu diberikan Sang Pencipta, karya ini tentunya tidak lepas dari dukungan bantuan banyak pihak. Seluruh karya ini mewakili ucapan terimakasih penulis yang teramat dalam kepada: 1.

  Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberikan dukungan berupa perizinan penelitian.

  2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani atas dorongan semangat, panutan, arti berjuang untuk hidup dan kebijaksanaannya selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik.

  3. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang dengan kebijaksanaannya membagikan ilmu mereka kepada saya.

  4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si dan Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Si.,

  6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, tempat menemukan referensi dan tempat ternyaman dalam pengerjaan karya ini.

  7. Semua pihak-pihak yang memberikan data dan dalam penelitian ini : Bpk AP, Bpk SM, Bpk HM, Bpk SW, Bpk AM, dan Om Heru 8. Keluarga yang paling berharga, orangtua tersayang dan tersabar Ibu Anastasia

  Kris Riyani dan Bapak Mathias Sugeng Ryadi. Serta tempat berkeluh kesah, kakak tersayang Ayu Primasandi.

  9. Sahabat satu bimbingan atas semangat, diskusi dan canda-tawanya eneng Lusi, Iyin & Elisa (mekdi 12 jamnya ;p ).

  10. Sahabat psikologi, Gi2, Tiwi, Meili, Chelly, Aix, Vita, segenap warga kelas A dan semua teman mahasiswa Psikologi yang hebat.

  11. Sahabat sepaket lengkap Pimpin-Meli-Cure. Sosok spesial sehari-hari dan sepermainan: Cece, Yuli, Ilham. Penerjemah andalan Rean dan Bang Sonny.

  12. Sahabat Masdha ’09 yang selalu jadi keluarga: Manyik, Ayu, Nino, Bertha, Cisty, Etus, Wibi, Paijo, Gatyo

  , Ukik, Jeanot dan ‘Nada Melodia’, dan 13. Semua pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya ini masih belum sempurna. Segala kekurangan, ketidaktelitian, dan kekeliruan karya ini menjadi tanggung jawab penulis. Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik.

  Yogyakarta, 19 Juli 2013 Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ v ABSTRAK ............................................................................................................. vi ABSTRACT ........................................................................................................... vii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................ viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang ...........................................................................................

  B.

  11 Peran sebagai Laki-laki dan Perempuan ....................................................

  1.

  11 Konsep Peran Laki-laki dan Perempuan dalam Masyarakat ...............

  2.

  12 Peran Laki-laki sebagai Suami .............................................................

  3.

  13 Peran Perempuan dalam Budaya Jawa .................................................

  C.

  15 Laki-laki dalam Menghadapi Perubahan Istri yang Bekerja ......................

  1.

  15 Masalah-masalah yang Mengundang Penyesuaian ..............................

  2.

  16 Laki-laki dalam Menghadapi Perubahan .............................................

  3.

  16 Dampak Perubahan Peran Perempuan pada Laki-laki .........................

  D.

  18 Kerangka Penelitian ...................................................................................

  E.

  20 Pertanyaan Penelitian .................................................................................

  1.

  20 Central Question ..................................................................................

  2.

  20 Subquestion ..........................................................................................

  BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................

  21 A.

  21 Jenis Penelitian ...........................................................................................

  B.

  21 Fokus Penelitian .........................................................................................

  C.

  22 Subjek Penelitian ........................................................................................

  H.

  28 Validitas Penelitian ....................................................................................

  I.

  29 Refleksi Peneliti .........................................................................................

  BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................

  31 A.

  31 Profil Subjek ...............................................................................................

  B.

  33 Hasil Analisis Penelitian ............................................................................

  1.

  33 Subjek I ................................................................................................

  a.

  33 Deskripsi subjek AP .......................................................................

  b.

  36 Pengalaman tentang istri bekerja ...................................................

  2.

  42 Subjek II ..............................................................................................

  a.

  42 Deskripsi subjek SM ......................................................................

  b.

  43 Pengalaman tentang istri bekerja ...................................................

  3.

  48 Subjek III .............................................................................................

  a. Deskripsi subjek HM ........................................................................

  48 b. Pengalaman tentang istri bekerja .....................................................

  50 4.

  55 Subjek IV .............................................................................................

  a. Deskripsi subjek SW .......................................................................

  55

  a.

  Makna pertama menunjukkan bahwa istri bekerja itu meningkatkan harga diri yang positif pada laki-laki Jawa karena mendapatkan pandangan yang baik dari masyarakat ...........................................

  73 b. Makna kedua menunjukkan bahwa laki-laki Jawa merasa perannya terancam oleh adanya perubahan peran yang dilakukan istri bekerja

  73 C.

  74 Pembahasan ................................................................................................

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

  81 A.

  81 Kesimpulan .................................................................................................

  B.

  82 Saran ...........................................................................................................

  1.

  82 Bagi Peneliti Lain .................................................................................

  2.

  83 Bagi Keluarga ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

  84 LAMPIRAN ...........................................................................................................

  86

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Februari 2006-Februari 2007 (Dalam Jutaan) .........................................

  3 Tabel 2 Panduan Wawancara .................................................................................

  25 Tabel 3 Jadwal Pengambilan Data Penelitian .......................................................

  27 Tabel 4 Data Demografi Subjek ............................................................................

  31 Tabel 5 Subjek I AP ..............................................................................................

  36 Tabel 6 Subjek II SM ............................................................................................

  43 Tabel 7 Subjek III HM ..........................................................................................

  50 Tabel 8 Subjek IV SW ..........................................................................................

  56 Tabel 9 Subjek V AM ...........................................................................................

  64 Tabel 10 Makna Pengalaman .................................................................................

  69

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran peran di Indonesia sudah terjadi sejak lama, hingga saat ini

  pergeseran tersebut terus semakin berkembang. Pergeseran peran perempuan terjadi terutama pada peran kerja perempuan memasuki sektor publik. Padahal sektor publik lebih dikenal didominasi oleh laki-laki. Di Indonesia sendiri dikenal budaya patriarkhi yang mengedepankan kaum laki-laki. Khususnya dalam budaya Jawa juga terdapat istilah Konco Wingking yang menekankan peran perempuan pada sektor domestik dan bukan pada sektor publik. Pergeseran ini berpengaruh pada suami yang memiliki istri yang bekerja.

  Perempuan pada zaman ini sudah mampu menunjukkan prestasi dirinya. Terdapat berbagai jenis pekerjaan untuk mengaktualisasikan kemampuan perempuan. Apalagi saat sekarang sudah semakin banyak perempuan yang sudah memperoleh pendidikan tinggi. Hal ini menyebabkan keikutsertaan perempuan resmi secara hukum. Konstitusi dibeberapa Negara mengakui hak yang sama antara perempuan dan laki-laki (Harrison, 2006).

  Masuk abad dua puluh negara-negara industri yang maju, kaum perempuan yang bekerja di luar rumah juga meningkat. Misalnya di Inggris hanya satu di antara 20 keluarga yang masih menjalani pola peran tradisonal, seperti suami bekerja dan istri tinggal di rumah mengurus keluarga dan mengasuh anak (Dagun, 1990).

  Kesetaraan peran perempuan dan laki-laki yang terjadi di Negara Barat berbeda dengan yang terjadi di Negara-negara Timur Tengah. Kehidupan perempuan dibatasi dalam hal aturan berpakaian, larangan kerja dan bermain. Budaya lebih didominasi laki-laki, laki-laki lebih bisa menikmati keadaan garis pemisah yang jelas antara kerja dan rumah, karir dan keluarga (Harrison, 2006).

  Dalam hal larangan kerja yang terjadi di negara-negara Timur Tengah serupa dengan budaya Jawa yang mengharapkan perempuan berada di rumah untuk mengambil peran mengurus rumah dan keluarga. Dalam budaya Jawa peran bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dilakukan oleh laki- berkembang. Salah satu peristiwa yang mendukung adanya pergeseran peran perempuan terjadi pada tahun 2001. Indonesia untuk pertama kali memiliki seorang presiden wanita yaitu Megawati Soekarnoputri. Dalam masa pemerintahannya, presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia (Yulianto, 2004).

  Pergeseran peran juga ditunjukkan dari peningkatan angka tenaga kerja perempuan. Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan sebagian besar berasal dari perempuan yang sebelumnya hanya berstatus mengurus rumah tangga. Seperti yang tampak pada tabel 1.1 berikut:

  Tabel 1

  Penduduk Perempuan Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Februari 2006-Februari 2007 (Dalam Jutaan)

Kegiatan Utama 2006 2006 2007

  Februari Agustus Februari 1. Penduduk perempuan 15+ 79,40 80,37 81,16 2. Angkatan Kerja 38,61 38,64 40,19

  Bekerja 33,31 33,48 35,43

  • Penganggur 5,30 5,16 4,75
Peningkatan jumlah penduduk perempuan yang bekerja ini sebesar 2,12 juta orang. Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan mengambil peran bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah.

  Data Berita Resmi Statistik oleh BPS (2007) menyebutkan tingginya peningkatan penduduk perempuan yang bekerja karena semakin terbukanya kesempatan bekerja pada kaum perempuan. Selain itu, krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia, menyebabkan banyak perusahaan bangkrut memilih untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Krisis yang disebabkan oleh adanya PHK ini, membuat perempuan kemudian ikut dalam sektor publik untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

  Dalam penelitian Darwin (2004) tentang Gerakan Perempuan Di ditunjukkan perempuan seperti halnya laki-laki,

  Indonesia Dari Masa ke Masa, adalah warga negara, sehingga memiliki hak-hak kewarganegaraan yang sama.

  Tidak boleh ada diskriminasi oleh negara karena perbedaan jenis kelamin. Menurut Hastuti (2005) dalam penelitiannya tentang Hambatan Sosial budaya

  

Dalam Pembagian Kerja Pada Keluarga Petani Ladang menunjukkan bahwa

tidak ada pembakuan pada suami-istri petani ladang dalam pola pembagian kerja.

  Hal ini terbentuk berdasarkan nilai-nilai sikap yang harmonis, musyawarah, dan saling menghargai. Selain itu, penelitian tentang Perbandingan Kemajuan Karir menunjukkan hasil

  Antara Manajer Wanita dan Manajer Pria Di Indonesia

  bahwa kemajuan karir manajer wanita lebih baik dalam hal salary progression dan promotion dibandingkan karir manajer pria (Setyaningtyas dkk, 2003).

  Dituliskan oleh Siregar (2010) dalam penelitiannya Perjuangan Dan Peran

  

Perempuan Di DPRD Jawa Timur , bahwa pemilu 2004 telah melahirkan 16

  perempuan yang ikut berpartisipasi di DPRD Jawa Timur dari jumlah total 100 anggota.

  Pergeseran peran perempuan ini ternyata juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang dirasakan pada perempuan ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alteza dan Hidayanti (2008) di daerah Yogyakarta tentang

  

Work-Family Conflict Pada Wanita Bekerja: Studi Tentang Penyebab, Dampak,

dan Strategi Coping. Hasil penelitian menunjukkan dampak yakni berkurangnya menghasilkan penghasilan yang lebih tinggi. Suami menunjukan perbedaan sikap. Suami menjadi sering marah-marah tanpa sebab. Kasus kedua, istri memiliki pekerjaan sebagai manager dan menyita waktu. Meskipun sibuk istri memastikan semua kebutuhan anak tercukupi. Tetapi, suami mempermasalahkan pekerjaan istri dan memilih untuk meninggalkan rumah dan mengatakan keinginan bercerai.

  

Kasus ketiga , ketika suami dan istri sama-sama bekerja dan ada kesepakatan

  untuk melakukan pembagian tugas rumah tangga, yang terjadi adalah suami tidak mematuhi kesepakatan tersebut. Suami enggan melakukan tugas-tugas rumah tangga yang biasa dilakukan oleh perempuan.

  Data-data penelitian dan data konsultasi yang ada lebih banyak dilihat dari sisi perempuan. Data yang berasal dari sisi laki-laki masih sangat terbatas.

  Padahal dari data konsultasi ditemukan bahwa yang merasakan dampak perubahan tidak hanya perempuan tetapi laki-laki pun ikut merasakan dampak pergeseran peran tersebut. Terbatasnya jumlah data penelitian dari sisi laki-laki ini menjadi salah satu alasan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan. Selain itu, dalam Nurrachman (2011) dikatakan bahwa penelitian guna memahami laki- memahami bagaimana laki-laki memaknai istri bekerja. Makna yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian ini adalah perasaan yang dirasakan oleh laki-laki Jawa menghadapi pengalaman mereka tentang istri yang bekerja. Setelah ditemukan hasil penelitian akan memberii masukan dalam pengadaan upaya- upaya pendampingan pada laki-laki yang memaknai pengalaman tentang istri bekerja.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pemaknaan pengalaman laki-laki Jawa tentang istri yang bekerja.

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan umum untuk mengeksplorasi secara terperinci makna pengalaman laki- laki Jawa tentang istri yang bekerja.

2. Manfaat Praktis a.

  Hasil penelitian ini dapat memberii masukan pada laki-laki dan perempuan tentang peran seorang istri yang bekerja melalui pemaknaan pengalaman laki-laki Jawa.

  b.

  Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum pemaknaan pengalaman yang dilihat melalui sudut pandang laki-laki Jawa tentang istri yang bekerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaknaan Pengalaman Laki-laki tentang Istri Bekerja Menurut Maslow makna hidup merupakan sesuatu yang muncul secara

  intrinsik dari diri manusia sendiri. Manusia harus memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu untuk memenuhi nilai-nilai diri dalam hidupnya. Bila kebutuhan- kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka nilai-nilai itu akan menjadi energi motivasional bagi individu untuk mendedikasikan diri pada usaha memenuhi nilai-nilai tersebut. Apabila individu memilih melakukan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan nilai-nilai intrinsik dalam dirinya, maka ia akan mendapatkan makna hidup yang bernilai positif dan menyehatkan bagi perkembangan kepribadian

  Makna hidup menurut Maslow tak lain adalah meta motive, meta-needs atau growth need, yaitu suatu kebutuhan yang muncul dalam diri manusia untuk meraih tujuan, melanjutkan kehidupan, dan menjadi individu yang lebih baik. yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Kesenjangan inilah yang menjadi area rasa yang dimaknai oleh laki-laki dalam menghadapi pengalamannya memiliki istri bekerja. Laki-laki akan berusaha memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan gambaran peran yang ia yakini. Apabila kebutuhan ini belum terpenuhi karena adanya perbedaan kenyataan yang dihadapi di dalam hidup maka hal ini memotivasi akan adanya usaha pemenuhan nilai-nilai di dalam dirinya. Usaha pemenuhan dilakukan sesuai dengan nilai-nilai dari dalam dirinya. Hal tersebut mendorong laki-laki dalam menemukan rasa atas pengalaman tentang istri yang bekerja.

  Pengalaman seseorang yang akan menjadi proses penelitian menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Pengalaman itu sendiri merupakan pembelajaran bagi metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah dengan melihat pengalaman hidup manusia. Dalam penelitian Schwandt (2001) dikatakan bahwa pengalaman hidup manusia ini merupakan objek studi yaitu dunia kehidupan, merasa, mengalami, dan membuat rasa. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan dan memperjelas pengalaman hidup seseorang dan

  Pengalaman memiliki kedalaman vertikal. Menggunakan metode pengumpulan data, seperti Jawaban singkat kuesioner dengan skala Likert yang hanya mengumpulkan informasi permukaan, tidak memadai untuk menangkap kekayaan dan kepenuhan pengalaman. Dengan demikian, data yang dikumpulkan untuk studi pengalaman berasal dari individu yang mengalami langsung suatu pengalaman.

B. Peran sebagai Laki-laki dan Perempuan 1. Konsep Peran Laki-laki dan Perempuan dalam Masyarakat

  Konsep tradisional menekankan suatu pola perilaku tertentu yang tidak memperhitungkan minat dan kemampuan individual. Peran-peran ini menekankan superioritas maskulin dan tidak dapat menolerir setiap sifat yang member i kesan keperempuanan atau pekerjaan yang dianggap “pekerjaan peremp uan” (Hurlock, 1980). Laki-laki di luar rumah menduduki posisi yang berwewenang dan berprestise dalam masyarakat dan dunia bisnis, di rumah ia pencari nafkah, pembuat keputusan, penasehat dan tokoh yang mendisiplin untuk memelihara dan melatih anak-anak, mengasuh anak dengan pola yang dibenarkan oleh masyarakat sekitar (Mappiare, 1983).

  Sedangkan, menurut konsep egalitarian, menekankan pada individualitas dan persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. Suatu peran harus mendatangkan rasa kepuasan pribadi dan seharusnya tidak dinyatakan cocok hanya bagi satu jenis kelamin tertentu saja (Hurlock, 1980).

  Laki-laki di rumah maupun di luarnya bekerja bersama dengan perempuan sebagai rekan. Ia tidak merasa “dijajah istri” apabila ia memperlakukan istrinya sebagai rekan yang sederajat. Begitu pula ia tidak merasa malu jika isterinya mempunyai pekerjaan yang lebih berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia. Sedangkan, perempuan dalam konsep ini, di rumah maupun di luarnya mendapat kesempatan mengaktualisasikan potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila memanfaatkan kemampuannya dan pendidikannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak (Hurlock, 1980).

  Sebaliknya suami lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah. Lingkungan di luar rumah justru banyak mengalami perubahan-perubahan. Dalam menghadapi perubahan, suami menyesuaikan diri pada setiap perubahan untuk mempertahankan kedudukan dalam pekerjaannya dan tempatnya di masyarakat.

  Sebagai suami, laki-laki dituntut untuk menjaga keharmonisan hubungan antara suami dan istri. Beberapa hal yang menjaga kesatuan dan keakraban antara hubungan suami dan istri menurut Gunarsa (1990) adalah: a.

  Adanya usaha suami menarik istri untuk mengajak bersama-sama mengikuti setiap perubahan dan perkembangan berbagai hal. Sehingga antara suami istri tidak kehilangan kontak psikis. Begitu juga sebaliknya pada istri, melibatkan suami dalam setiap perubahan melalui penyelesaian masalah demi masalah.

  b.

  Menyediakan waktu khusus untuk saling berkomunikasi disela-sela kesibukan masing-masing. Dengan adanya kesempatan untuk saling berbicara, saling mengungkapkan masalah, maka kelegaan akan tercipta. untuk bergerak di dalam lingkungan kerumahtanggan. Dia mengendalikan keuangan keluarga, dan meskipun diberikannya penghormatan formal kepada sang suami serta dalam soal-soal besar selalu mendengarkan pertimbangannya, biasanya dialah yang dominan (Geertz, 1982).

  Kedudukan dalam masyarakat Jawa pada umumnya sangat kuat. Sebagaian besar pekerjaan

  • –termasuk berbagai corak pekerjaan seperti kerja sawah ladang, dagang kecil, jual-beli borongan, usaha kecil, membantu rumah tangga, dan mengajar
  • – semuanya terbuka bagi perempuan. Perempuan dapat memiliki tanah pertanian dan mengawasi penggarapannya. Dengan demikian, perempuan tidak mengalami kesulitan untuk menghidupi dirinya sendiri dan anak-anaknya. Di pihak lain laki-laki tidak mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, jarang hidup sendirian serta mengasuh anak- anaknya sendiri pula (Geertz, 1982).

  Semua faktor yang beraneka ragam ini bekerja serentak bersama-sama

  • –status perempuan yang dominan di tengah keluarga, sikap saling menahan diri dan menghindari antara sesama laki-laki di dalam satu keluarga, syak

C. Laki-laki dalam Menghadapi Perubahan Peran Istri Bekerja 1. Masalah-masalah yang Mengundang Penyesuaian

  Dari konsep peranan yang dijalani oleh kaum laki-laki terdapat beberapa masalah yang sering timbul. Salah satu masalah yang sering timbul adalah adanya pertentangan antara konsep peranan yang dianut oleh seseorang dengan harapan-harapan dari lingkungannya.

  Apabila suatu konflik terjadi dalam diri individu maka sangat mungkin dirinya akan merasa tidak pasti, kebingungan, cemas dan merasa tidak berguna. Kemudian hal-hal ini akan menghambat adanya motivasi untuk menyesuaikan diri. (Mappiare, 1983).

  Penyesuaian diri terhadap konflik tersebut ditandai oleh adanya pengaruh konsep-konsep tradisional. Pada laki-laki, menghindari cap sebagai „laki-laki lemah‟ atau „keperempuanan.‟ Laki-laki akan selalu berusaha menjadi „pelindung‟ bagi perempuan. Konflik atau frustrasi akan muncul manakala perempuan yang ingin dilindungi justru menunjukkan bahwa dirinya tidak butuh untuk dilindungi. Demikian pula, ketika orang lain (terutama untuk melakukan penyesuaian diri. Sebaliknya, laki-laki yang tidak terlalu memiliki gambaran tentang adanya perbedaan akan lebih menerima apabila ia harus melakukan pekerjaan feminin (Mappiare, 1983).

  2. Laki-laki dalam Menghadapi Perubahan

  Pada anak laki-laki lebih banyak menikmati kebebasan dan tidak wajib melakukan tugas rumah tangga. Laki-laki menjadi simbol dunia luar yaitu tempat bersaing untuk mencapai status dan pengaruh. Laki-laki dibiasakan berorientasi di luar rumah maka dalam bekerja ia menggunakan imajinasi, tidak konkret, dan cenderung abstrak. Hal ini menyebabkan dalam menghadapi persoalan praktis rumah tangga laki-laki menjadi kurang siap (peran gender). Dalam mengalami kesulitan, laki-laki diharapkan tidak meluapkan emosi dengan cara menangis. Laki-laki harus terlihat kuat. Dalam menghadapi perubahan, misalnya ketika mengalami kejadian yang mengandung stres laki-laki menjadi berkurang daya tahan emosionalnya (stereotip gender) (Handayani dan Novianto, 2004).

  3. Dampak Perubahan Peran Perempuan pada Laki-laki

  Data konsultasi dari majalah Femina, 2012, menyebutkan, kasus , istri naik jabatan pekerjaan dan memiliki pekerjaan yang

  pertama

  menghasilkan penghasilan yang lebih tinggi. Suami menunjukan perbedaan sikap. Suami menjadi sering marah-marah tanpa sebab. Kasus kedua, istri memiliki pekerjaan sebagai manager dan menyita waktu. Meskipun sibuk istri memastikan semua kebutuhan anak tercukupi. Tetapi, suami mempermasalahkan pekerjaan istri dan memilih untuk meninggalkan rumah dan mengatakan keinginan bercerai. Kasus ketiga, ketika suami dan istri sama- sama bekerja dan ada kesepakatan untuk melakukan pembagian tugas rumah tangga, yang terjadi adalah suami tidak mematuhi kesepakatan tersebut. Suami enggan melakukan tugas-tugas rumah tangga yang biasa dilakukan oleh perempuan.

  Penyesuaian perubahan peran pada perempuan dilakukan laki-laki dengan ikut serta dalam peran rumah tangga. Dalam Dagun (1990), terdapat penelitian di Amerika Serikat dan Australia yang menunjukkan bahwa ketika suami dan istri itu berkarir, maka ada perubahan peran yang diambil oleh

D. Kerangka Penelitian

  Masyarakat (keluarga) Indonesia didominasi oleh budaya patriaki. Budaya patriaki ini mengedepankan kepentingan dan pendapat laki-laki daripada perempuan. Dalam hal pekerjaan, perempuan berada di rumah untuk mengurus keluarga dan urusan rumah tangga. Laki- laki berada di luar rumah sebagai pencari nafkah bagi keluarga.

  Peran perempuan yang biasanya berada di rumah untuk mengurus rumah tangga mulai bergeser menjadi peran bekerja di luar rumah. Pergeseran peran perempuan ini memberii dampak kepada laki-laki yang memiliki istri yang bekerja. Dalam beberapa data konsultasi menyebutkan bahwa laki-laki merasakan dampak ketika pasangannya bekerja.

  Pergeseran peran pada perempuan ini menjadi pengalaman laki-laki yang bertolak belakang dengan budaya Jawa. Penelitian ini penting dilakukan karena data penelitian dan data konsultasi lebih banyak di lihat dari sisi perempuan. Data yang berasal dari sisi laki-laki masih sangat terbatas. Hasil penelitian ini akan memahami bagaimana laki-laki memaknai istri bekerja. Setelah ditemukan hasil

  Skema 1

  Pemaknaan Pengalaman Laki-laki Jawa tentang Istri Bekerja Peran Pergeseran Perempuan Peran pada dalam keluarga Perempuan: Jawa: Istri bekerja

  • di luar
  • mengurus rumah rumah dan (sektor keluarga publik) (sektor domestik) Pengalaman laki-

    laki Jawa

    memiliki istri

    bekerja?

  Perempuan

  Keterangan tanda Hubungan yang bertolak belakang antara peran perempuan dalam keluarga Jawa (berada di rumah mengurus urusan rumah tangga

E. Pertanyaan Penelitian

  Berdasarkan kerangka penelitian, peneliti menyusun pertanyaan menjadi 2 macam, yaitu central question atau pertanyaan utama dan subquestion atau pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan utama.

1. Central Question

  • Bagaimana pengalaman laki-laki Jawa tentang istri yang bekerja dan apa makna pengalaman tersebut bagi laki-laki Jawa tentang istri yang bekerja? 2.

   Subquestion

  • Apa sikap awal laki-laki Jawa mengetahui bahwa memiliki istri yang bekerja?
  • Bagaimana pengalaman laki-laki Jawa tentang istri yang bekerja?
  • Apa makna pengalaman laki-laki Jawa tentang istri yang bekerja?

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan

  analisis fenomenologi interpretatif. Pendekatan ini melibatkan dua tahap proses interpretatif. Tahap pertama, subjek/ partisipan berusaha memahami dunia pengalamannya. Kedua, penelitian berusaha memahami usaha-usaha subjek/ partisipan dalam memahami dunia pengalamannya tersebut (Smith dan Osborn, 2008). Dengan memunculkan dua tahap interpretatif tersebut dalam penelitian akan menghasilkan analisis yang lebih kaya dan sesuai dengan pengalaman subjek. Dalam penelitian, peneliti ingin mengungkapkan pemaknaan pengalaman laki-laki Jawa yang memiliki istri yang bekerja dengan menggunakan metode analisis fenomenologi interpretatif.

B. Fokus Penelitian

  C. Subjek Penelitian

  Subjek partisipan dalam penelitian ini adalah laki-laki yang berusia dewasa tengah. Subjek memiliki latar belakang Jawa, yaitu keturunan keluarga Jawa, dibesarkan dengan latar belakang keluarga Jawa, dan tinggal di daerah Jawa. Subjek sudah berkeluarga dan memiliki pasangan yang bekerja. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 orang.

  D. Proses Penelitian Proses pelaksanaan penelitian ini menggunakan prosedur yang ilmiah.

  Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti hingga akhirnya ditemukan hasil dari pengalaman penelitian. Berikut akan dijabarkan tahapan- tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini.

  Pertama, proses awal yang dilakukan oleh peneliti meliputi pencarian calon subjek penelitian yang bersedia untuk berbagi pengalamannya. Pemilihan subjek dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas negri di Yogyakarta. Alasan tempat pemilihan subjek penelitian ini adalah demi kemudahan peneliti

  Kedua, subjek yang sudah bersedia untuk membagikan pengalamannya akan lanjut pada tahap wawancara. Kesediaan subjek ini dilakukan melalui informasi penjelasan berkaitan dengan penelitian yang diberikan oleh peneliti. Wawancara semi terstruktur dipilih untuk mendapatkan data dari subjek penelitian. Wawancara ini menggunakan panduan pertanyaan tetapi hanya digunakan sebagai pedoman agar pertanyaan wawancara tidak melebar. pertanyaan akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan demi kelengkapan data. Hal ini juga membantu subjek merasa nyaman untuk menJawab pertanyaan penelitian. Demi kelengkapan data, proses wawancara direkam menggunakan

  .

  digital recorder Ketiga, pembuatan verbatim dari hasil wawancara yang sudah direkam.

  Data rekaman wawancara, didengarkan, disalin secara lengkap, dan dituangkan kedalam tabel verbatim. Tabel verbatim ini berfungsi untuk mengklarifikasi data yang diperoleh dari subjek.

  Keempat, membuat tabel ringkasan hasil wawancara dari setiap subjek. Tabel ringkasan ini membantu peneliti menentukan tema dari pertanyaan bagaimana fenomena itu dialami). Tabel pengalaman ini merupakan penjelasan naratif dari hasil pengalaman.

  Tahapan yang terakhir adalah membuat pembahasan dari setiap pengalaman subjek. Dari pembahasan ini kesimpulan dari keseluruhan hasil dapat diperoleh. Langkah ini merupakan akhir dari proses kegiatan penelitian. Langkah ini juga paling menentukan daripada langkah-langkah sebelumnya.

E. Metode Pengumpulan Data

  Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode / wawancara semi terstruktur. Pertanyaan yang diajukan dikembangkan

  interview

  berdasarkan point-point yang berhubungan dengan topik penelitian yang ingin diketahui.

  Proses pengumpulan data dimulai dengan menyusun panduan pertanyaan wawancara berdasarkan fokus penelitian. Panduan pertanyaan disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka sehingga tidak mengarahkan subjek pada Jawaban tertentu.

  Tabel 2

  

Panduan Wawancara

  No. Panduan Wawancara 1.

  Menurut bapak, Bagaimana sebenarnya peran seorang istri? 2. Menurut pandangan bapak, bagaimana peran seorang istri yang bekerja itu?

  3. Bagaimana awal mulanya sehingga istri bapak bekerja? 4.

  Pada saat itu, apa alasan khusus yang menyebabkan istri bapak juga bekerja?

  5. Bagaimana perasaan bapak pada mulanya saat itu ketika menghadapi situasi memiliki istri yang bekerja?

  6. Seiring dengan berjalannya kondisi tersebut, seperti apa perasaan bapak?

  7. Apa yang bapak pikirkan pada mulanya saat itu ketika menghadapi situasi memiliki istri yang bekerja?

  8. Menghadapi situasi istri yang bekerja, apa yang bapak pikirkan selama situasi tersebut berjalan?

  9. Ketika istri bekerja, permasalahan apa yang bapak alami? 10.

  Bagaimana perasaan bapak ketika menghadapi permasalahan tersebut?

  11. Apa yang bapak pikirkan ketika mengalami permasalahan tersebut? 12.

  Bagaimana bapak menghadapi permasalahan yang bapak alami ketika istri bekerja?

  13. Tindakan apa yang bapak lakukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami tersebut?

  14. Apa harapan bapak kedepannya dengan memiliki istri yang bekerja? Tahapan proses wawancara menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Proses wawancara akan dilakukan hingga ditemukan data pengalaman subjek secara utuh. Untuk mendapatkan data wawancara yang utuh, proses wawancara direkam menggunakan digital recorder kemudian disalin dalam transkrip wawancara verbatim.

F. Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara.

  Proses pengumpulan data diawali dengan mencari subjek penelitian. Setelah subjek penelitian berhasil ditemui dan setuju untuk menjadi partisipan, peneliti membuat rencana pertemuan dengan partisipan. Wawancara partisipan dimulai dengan menyetujui informer concert oleh partisipan. Lalu peneliti melakukan wawancara semi terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan diajukan berdasarkan panduan yang sudah dibuat. Namun dalam prosesnya wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang mengalir demi tercapainya kedalaman pengalaman yang ingin diketahui oleh peneliti.

  Setiap proses wawancara memiliki durasi antara 30-45 menit. Dalam prosesnya apabila subjek masih bersemangat bercerita di luar konteks penelitian, proses wawancara tetap dilanjutkan.

  Tabel 3

   Jadwal Pengambilan Data Penelitian G. Metode Analisis Data

NO SUBJEK TANGGAL DURASI KETERANGAN 1.

  AP

  2 Agustus 2012 09.20-09.42 10.01-10.05

  Wawancara I Wawancara II

  Rapport

  15 Agustus 2012 10.00-10.30 10.15-10.45

  8 Agustus 2012

  19 Juli 2012

  Wawancara I Wawancara II 5. AM

  Rapport

  6 Agustus 2012 08.30-09.15 09.10-09.17

  26 Juli 2012

  23 Juli 2012

  Wawancara I Wawancara II 4. SW

  Rapport

  23 Juli 2012

  3 Juli 2012

  19 Juli 2012

  Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

  Rapport

  23 Juli 2012 10.55-11.20 10.40-10.50

  19 Juli 2012

  19 Juli 2012

  Wawancara III 2. SM

  Wawancara I Wawancara II

  Rapport

  30 Juli 2012 09.51-10.09 09.55-10.25 10.20-10.27

  9 Juli 2012

  6 Juli 2012

  Wawancara I Wawancara II 3. HM Tema-tema yang ditemukan memindahkan respon dari partisipan kepada istilah-istilah psikologis (Smith dan Osborn, 2003).

  2. Mengaitkan Tema-tema yang Ada Tahap berikutnya adalah mencari koneksi antara tema-tema yang ada.

  Pengelempokan diurutkan berdasarkan kemunculan dalam transkrip, dilanjutkan pengurutan yg bersifat analitis. Setelah pengelompokan tema dilakukan peniliti membandingkan pemahaman yang dibuat tersebut dengan apa yang sesungguhnya dikatakan partisipan. Tahap berikutnya, kelompok tema tersebut diberi nama dan penanda untuk menunjukkan keberadaannya dalam transkrip (Smith dan Osborn, 2003).

  3. Melanjutkan Analisi dengan Kasus-kasus Lain

  Tema-tema yang ditemukan pada satu kasus dikaitkan dengan temuan tema-tema pada kasus lainnya. Tema-tema tersebut lalu masukkan dalam tabel kolompok subjek. Hal ini guna memudahkan melihat titik temu dan titik pisah dari tema-tema setiap kasus (Smith dan Osborn, 2003). Setelah membaca ulang transkrip data, hasilnya hanya satu subjek saja yang mengkoreksi data.

I. Refleksi Peneliti

  Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Proses awal dilakukan dengan cukup lancar, dari pengerjaan bab 1 sampai dengan bab 3.