DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Memiliki buah hati, tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang
telah membina keluarga. Menurut Mayrazano anak adalah sebuah anugerah terbesar
nan suci dan luhur yang diberikan Allah swt kepada manusia. Anugerah tersebut
tentunya bukan anugerah garis yang digunakan begitu saja. Allah menyerahkan
anugerah mulia tersebut kepada umat manusia disertai dengan beban dan tanggung
jawab untuk mendidik dan membesarkannya hingga menjadi sebuah karakter yang
kuat dan tangguh dimasa depan.
Setiap orang tua, pasti menginginkan buah hatinya lahir dengan keadaan yang
sehat, baik sehat secara fisik maupun sehat secara psikis atau mental, karena bagi
para orang tua, anak merupakan harapan besar dimasa depan guna mengangkat
harkat dan derajat orang tuanya. Senada dengan ungkapan tersebut Myrazano
menegaskan bahwa kelahiran merupakan salah satu dari takdir yang diciptakan oleh
Allah SWT terhadap makhluk ciptaanya. Manusia sebagai makhluk tidak diberikan
hak untuk memilih, seperti halnya kelahiran anak yang merupakan penetapan mutlak
dari Allah SWT dan Allah SWT tidak pernah salah dalam menetapkan sebuah
keputusan.
Keadaan berbeda lagi ketika anak yang dilahirkan, berbeda dengan anak

lainnya, yakni anak memerlukan perhatian dan kebutuhan yang khusus jika
dibandingkan dengan anak yang lainnya, tentunya orang tua mengalami guncangan
mental dalam situasi tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut (Heward dalam
Wikipedia) mengemukakan anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi dan fisik, yang termasuk
kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunadaksa,
tunalaras, tunagrahita, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat dengan
gangguan kesehatan.

1

2

Senada dengan peristiwa di atas, beberapa perasaan emosi yang mungkin
dialami oleh orang tua meliputi: orang tua merasa kaget, penyangkalan, sedih, dan
marah, rasa bersalah, takut dan cemas serta penyesuaian dengan kenyataan yang baru
smith (2009).
Ketidaksempurnaan yang dimiliki oleh anak ketika lahir memang dapat
membawa dampak yang negatif bagi para orang tua. Namun hal tersebut adalah

mengurangi kewajiban orang tua yakni dalam tugas dan tanggungjawab mendidik
dan membesarkan anak sebagai generasi masa depan. Sehingga mau jadi apa dan
mau seperti apa anak-anak di masa depan, tergantung dari kedua orang tuanya
(Myrazano). Apabila anak-anak itu dibesarkan dalam lingkup pendidikan yang benar,
karena mereka akan tumbuh dan berkembang menjadi dewasa secara benar.
Pada umumnya orang tua yang mempunyai anak hiperaktif sering mengeluh
tentang perilaku anaknya. Perilaku anak hiperaktif, antara lain sulit berkonsentrasi,
selalu mengganggu orang lain, sering bergerak dari satu kegiatan ke kegiatan yang
lainnya dan tidak mudah diam, susah diatur, sering lupa pada barang-barang
miliknya sendiri, serta berbicara berlebihan.
Dalam perkembangan dirinya secara menyeluruh, anak hiperaktif mempunyai
permasalahan berkaitan dengan kesulitan melakukan koordinasi gerak pada gerak
yang menggunakan otak halus (fine motor) dan gerak yang menggunakan otak besar
(gross motor). Kesulitan lainnya adalah dalam menggunakan pemikiran nonverbal,
fungsi pengorganisasian dan perencanaan gerak dalam aktivitas tertentu, emosional
terutama masalah sosial yang disebabkan oleh adanya perilakunya yang suka
merusak, suka mengganggu. Emosi negatif yang kemudian masalah-masalahnya
berkembang menjadi psikopatologi. Ketiadaan perhatian tidak dapat diam berlebihan
dan sifat menurutkan kata hati merupakan perilaku salah menyesuaikan diri dan tidak
sejalan dengan tingkat perkembangan anak.

Sekitar 15 persen anak hiperaktif usia prasekolah kerap diberi hukuman,
bahkan 16 persennya dikeluarkan dari tempat penitipan anak dan sekolah mereka.
Bahkan penelitian di Iran pada 2010 menemukan, bahwa 74 persen anak hiperaktif
mengalami kekerasan dari orangtua. Orangtua cenderung berinteraksi secara negatif
kepada anak hiperaktif. Akibatnya, anak lebih terpuruk.

3

Anak hiperaktif mulai terjadi pada usia sekitar 3 tahun atau sampai 7 tahun,
sedangkan hendaya adanya kurang pemusatan perhatian (inattention), suka
menurutkan kata hati dan suka mengganggu temannya (impulsioity), sikap tdak mau
diam dan selalu aktif melakukan kegiatan tanpa ada penyelesainnya (hyperactioity),
serta gejala-gejalanya mulai terlihat secara jelas pada saat yang bersangkutan masuk
sekolah. Namun sebelumnya, para orang tua yang mempunyai anak hiperaktif telah
melihat adanya gejala-gejala gangguan. Gejala-gejala gangguan pada anak hiperaktif,
misalnya perilaku yang sangat aktif di rumah berupa perilaku yang suka bermain
dengan melempar, membongkar barang-barang yang ada disekeliling ruangan tanpa
ada penyelesaian untuk dirapikan kembali, sikap suka mengganggu dan nakal, selalu
menentang, serta sangat lamban untuk memahami arahan atau latihan-latihan
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Bandi Delphie (2009).

Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga
kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Anak hiperaktif
memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi. Keinginannya harus segera
dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa
dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia
prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.
Menghadapi hal tersebut, banyak orang tua merasa bingung, kurang
memahami atau kurang memperdulikan problem hambatan perkembangan itu
sebagian orang tua bersikap masa bodoh, bahkan mengabaikan hal tersebut. Mereka
hanya berpikir sepihak dan memandang atau menganggap anak sebagai orang
dewasa mini. Anak diperlakukan harus selalu mengerti dan mengikuti kehendak
orang tua. Di sisi lain, sebagian orang tua menjadi bingung apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi problem tersebut.
Adapun dua contoh kasus dalam penelitin ini yang dapat dari salah satu
sumber Antara News (2010) misalnya Kasus terbakarnya Ilham, bocah asal
Kabupaten Malang serta pemasungan terhadap Adi Saputro (10) bocah asal
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Seperti dialami Ilham, sebagian tubuhnya hangus
karena tidak bisa lari menyelematkan diri saat api melalap kamarnya. Ayah Ilham,
Suhaebi, mengikat kaki anaknya dengan rantai. dari kasus ini hampir sama dengan
kasus Ilham, karena hiperaktif dan cacat mental, seorang anak bernama Januper


4

berusia 8 tahun. Pada bagian kaki kanannya, dirantai oleh orangtuanya selama lima
tahun. Orang tua Januper, berinisial AK (50) memasangkan rantai di kaki kanannya,
serta menempatkannya di ruang tamu rumah kontrakan mereka.
Dari kasus di atas, dapat diketahui orang tua yang mengannggap anaknya
hiperaktif tanpa adanya dukungan sosial sedikitpun kemudian menganggap hiperaktif
suatu hal yang membahayakan sehingga anaknya dirantai dikaki, padahal hal tersebut
tidak baik untuk psikologis anaknya, bahkan anak bisa menjadi trauma atau depresi.
Dari fenomena lain, adapun dalam penilitian ini menemukan subyek bernama
BL, anak yang hiperaktif. Subyek sering terlihat di suatu tempat pernainan ternana di
sebuah mall yang berada di Malang. Peneliti sering kali melihat subyek bermain,
berlari-lari kesana kemari, dan loncat-loncat melihat pengunjung yang lain bermain
PUMP Dancing. Subyek tidak sendiri, subyek ditemani oleh ayahnya. Dari hasil
wawancara peneliti dengan salah satu pengunjung disana ayahnya seing menemani
subyek ke tempat permainan tersebut setiap hari, dari sore hingga tempat permainan
tersebut tutup pada malam hari.
Dari fenomena ini terlihat sekali bahwa dukungan seorang ayah yang bisa
menerima psikologis anaknya, dengan membawa anaknya setiap hari ketempat

permainan. Seorang ayah yang ikhlas meluangkan waktu setiap malam untuk
menemani anaknya bermain. Dukungan sosial yang dilakukan ayah BL tersebut
merupakan salah satu bentuk dukungan emosianal dengan memberikan perhatian dan
empati untuk menghadapi anak hiperaktif.
Dukungan dari keluarga merupakan dukungan sosial pertama yang diterima
seseorang karena anggota keluarga adalah orang-orang yang berada dilingkungan
paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat
memberikan bantuan Levit (1983). Dukungan sosial yang diberikan kepada anak
akan sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Menurut
Argyle, dkk (1980), dalam Rice (1993), menyatakan bahwa dukungan sosial
orangtua mempunyai keterkaitan dengan hubungan yang dekat antara anak dan
orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan akademik, dan perkembangan moral
yang baik pada anak.
Pentingnya dukungan sosial yang diberikan orang tua adalah agar
kemampuan sosialisasi dan ketrampilan komunikasi anak dapat berkembang secara
optimal sebagai bekal untuk hidup bersama dalam masyarakat, karena hanya dari

5

dukungan tersebutlah yang mampu memberikan pengaruh besar dalam kehidupan

anak. Tentu bisa dibayangkan, bila tidak ada dukungan sosial yang diberikan orang
tua pada anak yang memerlukan kebutuhan khusus, maka anak akan mengalami
banyak kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.
Dukungan sosial yang diberikan orang tua tidak hanya berupa perhatian
melainkan berupa dorongan yang dapat memberikan rasa aman, sehingga individu
merasa diperhatikan, diterima keberadaan dan keadaannya, dukungan yang bertujuan
untuk mengembangkan harga diri dan kepercayaan diri subyek, dukungan untuk
menjadikan individu lebih siap dalam kondisi yang berkaitan dengan masalahnya dan
dukungan yang berupa alternatif dalam pemecahan masalah.
Bagi anak hiperaktif, peran aktif orang tua ini merupakan bentuk dukungan
sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangannya, baik secara fisik maupun
psikologis. Pengaruh dukungan sosial yang lebih kecil pada anak hiperaktif lebih
memungkinkan untuk mengalami konsekuensi psikis yang negatif. Ketika tidak ada
dukungan sosial yang diberikan orang tua pada anak yang memerlukan kebutuhan
khusus, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya
Sebaliknya anak yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi akan menjadi
individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa yang
akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologi dan memiliki
tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi keterampilan interpersonal,

memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan, serta lebih mampu untuk
mengupayakan dirinya dalam beradaptasi dengan stress.
Dari hasil penelitian sebelumnya, yakni berkaitan dengan dukungan social
orang tua pada anak berkebutuhan khusus (retradasi mental) yang dilakukan oleh
Fuat Ardyanto (2006), ialah semua subyek penelitiannya telah memberikan
dukungannya secara maksimal sesuai dengan pemahamanya masing-masing, namun
dukungan yang diberikan belum mengarah pada apa yang dibutuhkan oleh anak dan
belum dikatakkan ideal sebab ada beberapa aspek yang belum terpenuhi. Orang tua
memberikan dukungan pada aspek yang berbeda-beda. Ketika orang tua memberikan
dukungan instrumental berupa pemenuhan kebutuhan fisiologis secara penuh maka
yang dapat dirasakan adalah anak menjadi bersemangat ketika disekolah. Berbeda

6

dengan dukungan informasional, pemberian dukungan ini meliputi pencarian
informasi mengenai permasalahan anak yang dilakukan oleh orang tua pada orang
yang tepat dan pemberian nasehat, sehingga dampak yang diperoleh adalah orang tua
dapat mengontrol perilaku negatif anak. Selain itu, dari pemberian dukungan secara
emosional dan dukungan pada harga diri, dapat diketahui sejauh mana bentuk
perhatian yang telah diberikan oleh masing-masing orang tua guna meningkatkan

rasa percaya diri anak sehingga anak tidak merasa rendah diri.
Dari penelitian sebelumnya dan beberapa fenomena yang didapat mengenai
dukungan sosial orang tua terhdap anak dapat dsimpulkan bahwa orang tua
memberikan dukungan sosial yang berbeda-beda terhadap anak, dan menginginkan
agar dukungan yang ideal. Bentuk dukungan yang ideal adalah bentuk dukungan
yang mencakup aspek instrumental, informasional, emosional, dukungan pada harga
diri dan dukungan pada kelompok sosial.
Dari tugas perkembangan anak yang khas pada anak hiperaktif adalah
mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan dan tata dan tingkatan nilai,
mencapai kebebasan pribadi, mengembangkan pengertian-pengertian yang yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari,.
Mengacu pada kasus dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh orang
tua pada anak hiperaktif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut bagaimana bentuk-bentuk dukungan
sosial orang tua pada anak hiperaktif.


C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneltian ini adalah :
Untuk mengetahui bentuk dukungan sosial dan apa saja yang telah dilakukan orang
tua untuk anak hiperaktif.

7

D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan sumbangan yang
berarti bagi perkembangan ilmu psikologi.
2. Manfaat praktis
Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan masukan bagi para
orang tua yang memiliki anak hiperaktif untuk memberikan dukungan social yang
dibutuhkan anak sehingga membantu mengatasi hambatan-hambatan dalam
proses belajar yang dialami oleh anak, baik di rumah maupun disekolah, agar
kemampuan sosialisasi dan keterampilan komunikasi anak dapat berkembang
secara optimal sebagai bekal untuk hidup bersama dalam masyarakat.

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF


SKRIPSI

Oleh :
Dini Zulhaida
08810016

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Dini Zulhaida
08810016

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan alhamdulillah
puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul

“DUKUNGAN

SOSIAL

ORANG

TUA

TERHADAP

ANAK

HIPERAKTIF” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi
di Universitas Muhammadiyah Malang.
Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,
dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Patut kiranya penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

2.

Ibu Dra. Siti Sumunarti Fasikhah, M. Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, masukan, pengarahan, serta motivasi kepada penulis.

3.

Ibu Ni’matuzahro, M. Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, masukan, pengarahan, serta motivasi kepada penulis.

4.

Ibu Dra. Djudiyah., M. Si selaku dosen wali kelas A 2008 yang telah banyak
memberikan dukungan kepada penulis.

5.

Orang tua, adik, yang sangat penulis sayangi dan cintai yang selalu memberikan
dukungan moril, materiil, serta do’a yang tidak pernah putus kepada penulis
sehingga menjadi motivasi terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan tugas
akhir ini. I Love You All.

6.

Radian Adley Cumentas, kekasih yang sangat penulis sayangi dan cintai, terima
kasih atas semua yang telah dilakukan, terima kasih atas perhatian, cinta, kasih
dukungan serta do’a yang tidak pernah putus untuk penulis demi kelancaran
dalam mengerjakan tugas akhir ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

7.

Sahabat- sahabat ku tercinta iin, Fatma sari, Saptyna Arom Marsono, Tito
Fadilah, buba, Millah, Meivi terima kasih atas dukungan dan do’a kalian
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan akan
sangat merindukan kalian.

8.

Teman-teman kelas A 2008 (imah, faisal, wiwin, ka tri dll) buat yang sudah
lulus jangan pernah berhenti untuk memberi semangat, dukungan, dan do’a
untuk teman- teman lain yang masih dalam proses pengerjaan tugas akhir ini.
Semangat buat semuanya, semoga Allah SWT melapangkan rezeki yang
barokah untuk kita semua, semoga kesuksesan dapat kita raih bersama- sama.
Amin YRA.

9.

Segenap crew Bimbingan belajar Star Kid Club Terima kasih atas segala
dukungan dan ilmu yang diberikan, dan penulis akan sangat merindukan kalian
semua.

10. Teman- teman seperjuangan bimbingan Oyonk, Mute, Rukhaya dll, kenangan
acc bersama yang tak akan pernah dilupakan. Semangat untuk kita semua.
11. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyelesaian tugas akhir ini
Semoga Allah SWT membalasnya dengan limpahan berkah, pahala yang
berlipat ganda serta kedamaian hidup atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis pun
menyadari terdapat banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga dengan
segala kerendahan hati, penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari
pembaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 28 April 2012

Dini Zulhaida

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................

i

INTISARI ............................................................................................................

iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................

vi

DFTAR GAMBAR ..............................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

viii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ..........................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
A. Support atau Dukungan Sosial .......................................................

8

1. Pengertian Social Support atau Dukungan sosial ......................

8

2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial ...............................................

8

3. Fungsi Dukungan Sosial ............................................................

9

4. Faktor Penyebab terbentuknya Dukungan Sosial ......................

10

B. Hiperaktif ........................................................................................

11

1. Pengertian Hiperaktif .................................................................

11

2. Gejala-gejala Hiperaktif .............................................................

11

3. Faktor penyebab Hiperaktif .......................................................

12

4. Ciri-ciri Hiperaktif .....................................................................

13

5. Simptom Hiperaktif ...................................................................

14

6. Karakteristik Hiperaktif dari DSM IV .......................................

14

C. Dukungan Sosial pada Anak Hiperaktif .........................................

15

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...............................................................................

17

B. Batasan Istilah ................................................................................

17

C. Subjek Penelitian ............................................................................

17

D. Prosedur Penelitian .........................................................................

18

E. Metode Pengumpulan Data ............................................................

20

F. Teknik Analisa Data .......................................................................

21

G. Keabsahan Data ..............................................................................

21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V

A. Identitas Subjek Penelitian .............................................................

22

B. Deskripsi Hasil Wawancara ............................................................

22

1. Orang tua MK ............................................................................

22

2. Orang tua TF ..............................................................................

25

3. Orang tua AR .............................................................................

28

C. Analisa Data ...................................................................................

33

1. Subyek orang tua MK ................................................................

33

2. Subyek orang tua TF ..................................................................

36

3. Subyek orang tua AR .................................................................

39

D. Analisa Dukungan Sosial Orang Tua Pada Anak Hiperaktif .........

43

1. Dukungan Instumental ...............................................................

43

2. Dukungan Informatif .................................................................

44

3. Dukungan Emosional .................................................................

44

4. Dukungan Penghargaan .............................................................

46

E. Pembahasan ....................................................................................

48

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .....................................................................................

53

B. Saran ...............................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Subjek Penelitian ................................................................

22

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Dukungan Sosial Orang Tua MK ....................................................

35

Gambar 4.2 Dukungan Sosial Orang Tua TF ......................................................

38

Gambar 4.3 Dukungan Sosial Orang Tua AR .....................................................

42

Gambar 4.4 Dukungan Sosial Orang Tua Pada Anak Hiperaktif ........................

47

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lembar Kegiatan Lapangan

Lampiran 2.

Informed Consent Subyek AT
Informed Consent Subyek DN
Informed Consent Subyek AI

Lampiran 3.

Guide Wawancara:
Hasil Wawancara Subyek AT
Hasil Wawancara Subyek DN
Hasil Wawancara Subyek AI

Lampiran 4.

Hasil Wawancara Guru MK
Hasil Wawancara Guru TF
Hasil Wawancara Guru AR

Lampiran 5.

Pedoman DSM IV:
Orang Tua MK dan Guru MK
Orang Tua DN dan Guru DN
Orang Tua AR dan Guru AR

Lampiran 6.

Lembar MK
Lembar TF
Lembar AR

DAFTAR PUSTAKA

Abraham. C., & Shanley. E. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. ( Terj. L. Sally).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bungin, B. (2001). Metodologi penelitian social. Surabaya: Airlangga University
Press
Effendy, N. (1998). Dasar- dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Moleong, L. J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif (Ed. Revisi, Cetakan
keduapuluh delapan). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo
Taylor, S. E. (2003). Health Psychology. Boston: Mc Graw Hill.
Taylor, S. E., L., & David, O. S. (2009). Psikologi sosial (Ed. Keduabelas, Terj. T.
Wibowo. B. S). Jakarta: Kencana Perdana Media Group
Zuriah, N. (2009). Metode penelitian sosial dan pendidikan: Teori- aplikasi (Cetakan
Ketiga). Jakarta: Bumi Aksara
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic And Statical Manual Of
Mental Disorder-fourth Adition. Washington dc: APA
Martin L. Grant. (1998). Terapi Untuk Anak ADHD, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Dalphie Bandie S. E. M. A. (2009). Layanana Perilaku Anak Hiperaktif. Sleman:
Intan Sejati Klaten
Mulyono R. (2003). Mengenai Anak Hiperaktif. Jakarta: studia press
Baihaqi, MIF. & Sugiarmin, M. (2008). Memahami dan Membantu Anak ADHD.
Bandung:PT. Reflika Aditama
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT. Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang
Jika Tidak Ada Obat, Selamatkan Dengan Mencabut Nyawa (2011, 20 Oktober).
Surya. Hal 1,15.
Mereka pun Kini Bisa Otak-Atik Komputer. (2011, 21 Oktober). Surya. Hal 1,11.

Sattler, M. Jerome. (1927). Assassment Of Children Behavioral And Clinical
Applications. San Diego: Jerome M. Sattler, Publisher, Inc.
Corkrum, P., McGomell, M., Scachar, R. (2010). Factors effecting academic
achievement in children with ADHD. Journal of Applied Research on
Learning. Vol.3. Article 9
Ardiyanto, F. (2010). Dukungan Sosial Orang Tua Pada Anak Berkebutuhan Khusus
(Retardasi Mental). (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur)
Priyanti, M. L. N. (2010). Dukungan Sosial Orang Tua Pada Anak Tuna Daksa.
(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa
Timur)