SAMPAH ORGANIK TINJAUAN PUSTAKA

12 dipengaruhi oleh suhu. Suhu di atas 35 °C mengakibatkan produksi gas menjadi rendah Wahyuni 2009. Anonim 2006 menyebutkan bahwa pada umumnya biogas masing- masing variasi mulai terbentuk pada hari pertama setelah pengisian dan terus meningkat secara signifikan hingga akhirnya mencapai kondisi statis. Pengetahuan mengenai waktu pencapaian kondisi statis berimplikasi pada pengetahuan waktu tinggalnya HRT. Hal ini berguna untuk jadwal pengisian substrat jika akan diaplikasikan di lapangan.

2.8 SAMPAH ORGANIK

Menurut Murjito 2010, sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Masalah yang seringkali muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang pembuangan yang layak. Oleh karena itu kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang 60 dari seluruh produksi sampahnya dengan cara yang tidak saniter, boros, bahkan mencemari. Efektivitas dan efisiensi penanganan sampah kota ini dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang harus cukup layak diterapkan sekaligus disertai upaya pemanfaatannya sehingga diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Hal tersebut dapat dicapai dengan memilih cara dan teknologi yang tepat serta partisipasi aktif dari masyarakat sumber sampah berasal dan mungkin perlu dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah yang terkait. Menurut Suprihatin 1999 di dalam Nisandi 2007, berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi dua yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik, meliputi sampah dari sisa dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Beberapa bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan alumunium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diurakan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini di tingkat rumah tangga meliputi botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Penanganan dan pengelolaan sampah di perkotaan baru 11.25 diangkut oleh petugas, 63.35 ditimbun atau dibakar, 6.35 dibuat kompos, dan 19.05 dibuang ke sungai atau sembarang tempat. Penanganan sampah di pedesaan sekitar 19 diangkut oleh petugas, 54 ditimbun dan dibakar, 7 dibuat kompos, dan 20 dibuang ke sungai atau sembarang tempat Hambali et al. 2007. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup 2008, jika dilihat komposisinya, sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik sebesar 65 , kertas 13 , plastik 11 , kayu 3 , dan sisanya adalah tekstil, karet, logam, gelas dan keramik masing-masing sebesar 1 . Xin dan Guang-Qian Emejuaiwe, 1981 telah membuktikan bahwa sampah organik yang sudah membusuk kompos memiliki kecepatan pembentukan biogas lebih 13 cepat dibanding sampah organik segar. Sampah padat mengandung senyawa-senyawa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Di dalam kompos terdapat makronutrien nitrogen dan fosfor dan mikronutrien yang terdiri atas besi dan nikel 1-5 bpj serta Se sekitar 0.05 bpj. Mengingat hal itu, menjadi peluang besar untuk memanfaatkan sampah menjadi biogas sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Sampah sayur dan buah merupakan substrat yang baik untuk menghasilkan biogas seperti layaknya kotoran ternak. Kandungan gas metan yang besar dalam sampah organik berpotensi untuk dijadikan sumber energi serta pupuk organik yang berkualitas tinggi dari biomassnya. Menurut Engler 2000, limbah sayuran mempunyai rasio CN yang tinggi dibandingkan limbah kotoran ternak sehingga perlu ditambahkan sumber nitrogen. Limbah sayuran menghasilkan biogas delapan kali lebih banyak dibandingkan limbah kotoran ternak. Campuran limbah kotoran ternak dan limbah sayuran merupakan campuran yang ideal untuk menghasilkan biogas, dengan perbandingan jumlah limbah sayuran yang lebih banyak.

2.9 SLUDGE