BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK PARANAUE PADA KOMUNITAS SENI BELADIRI GINGA FIRME CAPOEIRA DI MEDAN.

(1)

BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK PARANAUE

PADA KOMUNITAS SENI BELA DIRI GINGA FIRME

CAPOEIRA DI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ROMULUS COKROFT PARSAORAN HUTAPEA NIM 2103340053

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Romulus Cokroft Parsaoran Hutapea. NIM 2103340053. Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Paranaue Pada Komunitas Seni Beladiri Ginga Firme

Capoeira Di Medan. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan

2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian, fungsi musik, dan alat musik pada Musik Paranaue Pada Komunitas Seni Bela Diri Ginga Firme Capoeira Di Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup pengertian bentuk penyajian, pengertian musik, fungsi musik, pengertian Paranaue, pengerian seni bela diri, dan pengertian instrument musik.

Lokasi penelitian dilaksanakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Badan Pengurus Harian, Pemain Musik, Pemain bela diri Capoeira, pelatih Capoeira. Sampel berjumlah 7 orang yaitu Badan Pengurus Harian 1 orang, Pemain Musik 3 orang, Pemain Bela diri Capoeira 2 orang, pelatih Capoeira 1 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi atau pengamatan, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk penyajian memiliki langkah-langkah dimulai dari mengucapkan sumpah Capoeirista, Berdoa, memainkan musik Intro (awal), kemudian memainkan musik Paranaue dengan memiliki fungsi sebagai Musik pengiring latihan Capoeira, sebagai sarana hiburan. Dan memiliki alat musik pengiring seperti: Berimbau, Caxixi, Pandeiro, Attabaque.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya Skripsi yang berjudul “Bentuk Penyajian Dan Fungsi Musik Dalam Upacara Thau Chit Pada Agama Khonghucu di Yayasan Budi Mulia Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang” dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyelesaian Skripsi ini, tentunya penulis juga mengalami berbagai kesulitan. namun proses itu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati peneliti menuturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Si Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd Sekretaris Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan sekaligus Pembimbing Skripsi I

5. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn, M.Sn Ketua Prodi Pendidikan Musik 6. Wiflihani, M.Pd Pembimbing Skripsi II.

7. Dra. Theodora Sinaga, M.Pd Dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan,

9. Bapak Timbul Kusnadi, SE, SH, M.Kn, kepala HUMAS Yayasan Budi Mulia. 10. Bapak Lim Po Bak dan bapak Dodi pemimpin doa dan pemain musik

11. Kepada kedua Orang tua penulis, Ayah saya S.K. Sinaga dan Mama H. Manalu yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang yang tak terhingga mendukung baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi,


(8)

semangat dan doa yang paling tulus yang tiada hentinya demi kesuksesan peneliti.

12. Kakak penulis Dewi S. Sinaga Amd, Marni Sinaga, S.Pd, dan adik penulis Mayani Sinaga dan juga buat Seluruh Keluarga yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Keluarga R. Manalu dan R. Tobing dan teman-teman terbaik penulis di organisasi Estomihi HKBP Pagar Jati.

14. Seluruh teman-teman yang ada di Prodi Pendidikan Musik angkatan 2011 terimakasih atas kerja samanya selama proses perkuliahan.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, September 2015 Penulis,

ROMULUS COKROFT PARSAORAN HUTAPEA NIM 2103340053


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN MODEL PENELITIAN A. Landasan Teoritis ... 10

1. Teori Musik ... 10

2.1 Irama... 11

2.2 Melodi ... 12

2.3 Harmoni ... 13

2. Teori Fungsi Musik ... 14

B. Kerangka Konseptual ... 19

1. Bentuk Penyajian... 20

2. Pengertian Musik Paranaue... 21

3. Pengertian Seni Bela ... 22

4. Ginga Firme Capoeira ... 25

C. Model Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel... 29

C. Metodologi Penelitian ... 30

D. TeknikPengumpulan data ... 32

1. Studi Kepustakaan... 32

2. Observasi... 34


(10)

4. Dokumentasi ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar belakang Musik Paranaue ... 39

B. Bentuk Penyajian Musik Paranaue Pada Komunitas Seni Bela Diri Ginga Firme Capoeira Medan ... 39

1. Mengucap Sumpah Capoeira ... 39

2. Berdoa ... 41

3. Musik Awal (Intro)... 42

4. Musik Paranaue ... 49

C. Fungsi Musik Paranaue Pada komunitas Seni Bela Diri Ginga Firme Capoeira Medan ... 57

D. Alat Musik Yang Digunakan Pada Musik Paranaue Di Komunitas Ginga Firme Capoeira Medan ... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 66

B. Saran... 68


(11)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 ...

12

Gambar 2.2 ...

17

Gambar 2.3 ...

18

Gambar 2.4 ...

18

Gambar 2.5 ...

19

Gambar 4.1 ...

40

Gambar 4.2 ...

41

Gambar 4.3 ...

41

Gambar 4.4 ...

45

Gambar 4.5 ...

46

Gambar 4.6 ...

46

Gambar 4.7 ...

47

Gambar 4.8 ...

47

Gambar 4.9 ...

48

Gambar 4.10 ...

48

Gambar 4.11 ...

56

Gambar 4.12 ...

57

Gambar 4.13 ...

60

Gambar 4.14 ...

60

Gambar 4.15 ...

61

Gambar 4.16 ...

62

Gambar 4.17 ...

63

Gambar 4.18 ...

64

Gambar 4.19 ...

64


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Musik Dan Gerakan ...61


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni merupakan salah satu hasil budaya dan aktifitas manusia yang sejajar dengan cabang ilmu lainya. Hal tersebut dikarenakan adanya kesadaran manusia terhadap peranan dan hasil seni. Seni hanya sebagai sarana penghibur atau alat untuk mencapai rasa gembira dan bersenang-senang, namun dalam pengertian lain seni adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, dan syair, yang mengandung unsur keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain.

Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran atau perasaan penciptanya. Lagu atau komposisi musik itu merupakan karya seni jika didengarkan dengan menggunakan suara (nyanyian) atau dengan alat musik (instrumental). Musik tidak hanya berfungsi sebagai pengiring tari ataupun hiburan semata untuk menghibur seseorang, pengobatan terapi kejiwaan, tetapi juga berfungsi sebagai musik pengiring seni bela diri.

Seni bela diri adalah ilmu bela diri yang tidak hanya melatih diri untuk dapat membela atau mempertahankan diri dari serangan ataupun ancaman dari pihak musuh, tetapi seni bela diri juga sangat berhubungan dengan karya seni musik dan gerak ataupun tarian yang mempengaruhi perkembangan teknik, penjiwaan, dan hati


(14)

2

nurani. Seperti halnya seni bela diri Capoeira yang didirikan dan berkembang di negara Brazil.

Brazil berada di negara Benua Amerika bagian selatan yang dibatasi oleh laut di sebelah timur yaitu Samudera Atlantik. Seni bela diri Capoeira merupakan olah raga seni bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika yang dipekerjakan di negara Brazil sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam Capoeira menyerupai pola gerak tari yang bertitik berat pada sebuah tendangan kaki dikarenakan pada saat masa perbudakan semua kaki para budak-budak Afrika dirantai agar tidak bisa melakukan perlawanan. Pada masa perkembangan pertarungan dalam Capoeira biasanya diiringi oleh musik yang disebut Jogo (pemain musik).

Pada masa perbudakan Afrika yang ada di Brazil mereka melakukan latihan Capoeira dengan diiringi alat-alat musik tradisional seperti Berimbau (sebuah lengkungan kayu sekitar 2 meter panjangnya dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah bambu kecil untuk menggetarkannya), Caxixi, Pandeiro dan Atabaque (gendang besar), penggunaan musik di dalam tarian berfungsi sebagai penyesuaian gerak dan tempo dari seluruh tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik. Dan fungsi musik dalam latihan dulunya berfungsi sebagai tipu daya untuk lebih mudah bagi mereka untuk menyembunyikan latihan mereka dalam berbagai macam aktifitas seperti kesenangan dalam pesta yang dilakukan oleh para budak di


(15)

3

Karena tangan mereka dirantai, dan hanya bagian kaki yang tidak dirantai, maka jadilah Capoeira disebut ilmu bela diri pada kelincahan kaki.

Teknik dasar hingga alat musik yang digunakan untuk menambah gerakan pada Capoeira ini. Pertarungan mereka biasanya terjadi di tempat lapangan dalam hutan yang disebut Capoeira, beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa inilah asal dari nama seni bela diri tersebut. Mereka yang sempat melarikan diri berkumpul di desa-desa yang dipagari yang bernama Quilombo. Sejak masa itu hingga sampai sekarang Capoeira melewati sebuah perjalanan yang panjang. Saat ini Capoeira dipelajari hampir di seluruh dunia, dari Amerika Serikat sampai ke Australia, dari Indonesia sampai ke Jepang. Capoeira diperkiran masuk ke Indonesia pada tahun 1998, perkembangannya sejak kedatangan Simon, Mahasiswa Australia yang bisa Capoeira dating ke Yogyakarta. Capoeira sudah mulai dikenal banyak orang, disamping kelompok yang ada di Yogyakarta, juga terdapat beberapa kelompok di Jakarta dan hingga sampai ke Medan (Sumatera Utara) yang bernama Ginga Firme Capoeira.

Ginga Firme Capoeira yaitu salah satu pendiri pertama di kota Medan dan komunitas seni bela diri Capoeira tersebut dibentuk pada tanggal 21 Juli 2008 yang berada di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara. Ginga Firme Capoeira juga aktif dalam pertunjukan hiburan pada acara instansi, Promosi produk, dan tampil di berbagagai stasiun TV swasta. Ginga Firme Capoeira juga sudah memiliki alat musik asli dari negara Brazil yaitu alat musik Berimbau ( sebuah lengkungan kayu sekitar 2 meter panjanganya dengan tali senar yang terbuat dari kawat baja dan membunyikanya dengan cara memukul senar kawat baja dengan bambu kecil ) dan


(16)

4

selain itu juga sudah memiliki alat musik seperti: Pandeiro, Attabaque, dan Caxixi. Ginga Firme Capoeira juga tidak hanya melatih bela diri melainkan diwajibkan untuk dapat memainkan alat musik Capoeira serta menyanyikan lagu-lagu untuk mengirirngi permainan Capoeira seperti pada musik Paranaue.

Musik Paranaue merupakan musik yang merupakan seruan kepada para dewa Candomble ( agama Afrika-Brazil ) dalam masa pertempuran selama perbudakan untuk memenangkan kebebasan mereka dari pemerintah Brazil dan Paranaue dimainkan dengan penuh semangat dan digunakan untuk mengiringi dan menaikan rasa semangat bagi para Capoeirista ( pemain Capoeira ). Paranaue juga Sudah menjadi Sound Track Film dengan judul Only The Strong.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, musik iringan seni bela diri Capoeira di Sumatera Utara khususnya di daerah kota Medan, maka hal

tersebut yang membuat penulis tertarik untuk meneliti “ Bentuk Penyajian Dan Fungsi Musik Paranaue Pada Komunitas Seni Bela Diri Ginga Firme Capoeira Di Medan”.


(17)

5

B. Identifikasi Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi maka umumya penelitian menggunakan identifikasi masalah, agar penelitian menggunakan identifikasi masalah, agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan tidak terlalu luas. Identifikasi masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa: “Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan yang lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa

pertanyaan”.

Dari uraian diatas yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana keberadaan musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira?

2. Bagaimana bentuk penyajian musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira?

3. Apakah fungsi musik Paranaue pada komunitas Ginga Firme Capoeira? 4. Alat musik apa saja yang digunakan pada musik Paranaue di komunitas

Ginga Firme Capoeira?


(18)

6

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan. Hal ini sependapat dengan Sugiono (Sugiono 2009:288)

“Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabanya melaluipengumpulan data”. Makaperlu dirumuskan dengan baik sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan.

Berdasarkan uraian diatas hal ini sejalan dengan pendapat Idrus (2009:48), yang mengatakan bahwa:

“Rumusan penelitian merupakan serangkaian pertanyaan yang dijadikan

dasar pijakan bagi peneliti untuk menentukan berbagai desain dan strategi penelitiannya. Adapun untuk lebih oprasionalnya, rumusan masalah penelitian harus dituliskan dalam wujud kalimat tanya dengan

bahasa yang singkat dan jelas”.

Berdasarkan uraian Latar belakang masalah, serta Identifikasi masalah, maka dirumusan masalah yang akan dibahas dan dipecahkan dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Bentuk Penyajian Dan Fungsi Musik Paranaue Pada Komunitas Seni Bela Diri Ginga Firme Capoeira Di Medan”.

1. Bagaimana keberadaan musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira?


(19)

7

4. Alat musik apa saja yang digunakan pada musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira?

D. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah maka penulis perlu mengadakan pembatasan masalah untuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan penulisan, maka peneliti mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sukardi (2004:30) yang mengatakan bahwa:

“Dalam merumuskan ataupun membatasi masalah permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa

pertanyaan yang jelas.”

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk penyajian musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira?

2. Bagaimanakah fungsi musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira?

3. Alat musik apa saja yang digunakan pada musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira ?


(20)

8

E. Tujuan Penlitian

Setiap kegiatan senantiasa berorientasi kepada tujuan, salah satu keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Tujuan penelitian selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Menurut Moleong (2005:94):

“Tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk memecahkan masalah.

Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam

masalah tersebut”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian adalah suatu misi yang akan dijalankan selama pelaksanaan penelitian dan menemukan solusi atas masalah yang telah dipaparkan pada pembatasan masalah dan perumusanya. Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian musik Paranaue komunitas Ginga Firme Capoeira.

2. Untuk mengetahui fungsi musik Paranaue di komunitas Ginga Firme Capoeira.

3. Untuk megetahui alat musik apa saja yang digunakan pada musik Paranaue untuk mengiringi seni bela diri Capoeira pada komunitas Ginga


(21)

9

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah hasilnya akan bermanfaat, segala sesuatu yang dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga dan instansi tertentu ataupun orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Hariijaya (2008:50) “Manfaat

penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, manfaat penelitian mencakup dua hal yaitu: kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat di bidang praktik”. Beberapa manfaat penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian ini yaitu :

1. Bahan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi di Sumatera Utara Khususnya di kota Medan.

2. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide ke dalam suatu karya tulis.

3. Sebagai bahan acuan, refrensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya. 4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti pada permasalahan yang sama atau

berhubungan dengan permasalahan yang ditelitinya.

5. Memperkenalkan musik maupun alat musik tradisional Afrika-Brazil bagi para praktisi di kota medan maupun luar kota medan.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan menulis dan mendata tentang musik Paranaue di kota Medan memiliki banyak hal yang telah dicatat. Catatan yang telah dituangkan dalam penulisan merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan memiliki kesimpulan yang telah dirangkum untuk memahami secara singkat isi dari hasil penelitian yang dilakukan.

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut:

1. Latar belakang musik Paranaue adalah musik yang menceritakan tentang daerah pinggiran sungai yang dinamakan daerah Parana yang telah menjadi saksi kekejaman bagi para budak-budak Afrika, dimana di daerah itu adalah pemukiman para budak-budak Afrika yang disiksa bahkan dibunuh pada saat melawan para penajaga perkebunan. Musik Paranaue adalah seruan kepada Dewa Candomble (agama Afrika-Brazil) dimana seruan mereka berupa pesan penyiksaan di tempat yang kumuh dan bahan alam menjadi ornamen hiasan tempat tinggal mereka dan mereka ingin sekali kembali ke


(23)

66

2. Bentuk penyajian musik Paranaue memiliki 4 langkah dalam yaitu dimulai dari mengucapkan Sumpah Capoeira, Doa, Musik awal, bela diri Capoeira diiringi Musik Paranaue.

3. Fungsi Musik Paranaue bagi komunitas seni bela diri Ginga Firme Capoeira di kota Medan ini berfungsi untuk mengiringi proses latihan dan penampilan seni bela diri Capoeira dan untuk lebih mengenal sejarah para Mestre-mestre (Guru Besar Capoeira) dalam masa pertempuran melawan penjaga penjaga perkebunan serta menumbuhkan jiwa yang semangat dan kelincahan dalam seni bela diri Capoeira, kemudian musik Paranaue bagi komunitas Ginga Firme Capoeira juga berfungsi sebagai sarana hiburan terbukti dalam aktif penampilan di berbagai acara promosi produk-produk terkenal di kota Medan hingga menjadi sorotan peliputan media Tv swasta. 4. Alat musik yang digunakan pada komunitas Ginga Firme Capoeira Medan

dalam memainkan musik Paranaue yaitu berupa: Berimbau sebagai pembawa melodi dan ritmik serta menjadi pemandu penmpilan, Caxixi alat musik ritmis yang digunakan sebagai pembawa tempo, Attabaque dan Pandeiro alat musik ritmis yang berfungsi sebagai penambah rasa semangat dalam penampilan.


(24)

67

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran antara lain: 1. Penulis berharap Musik Paranaue dapat lebih di kembangkan dengan luas

lagi sehingga lebih diminati dari kaum yang muda hingga kaum yang tua. 2. Untuk komunitas seni bela diri Ginga Firme Capoeira Medan diharapkan

melestarikan musik Paranaue, karena banyak pesan moral yang ada didalamnya.

3. Untuk komunitas seni bela diri Ginga Firme Capoeira Medan kiranya dapat menambah jenis alat musiknya, sehingga musik yang akan ditampilkan dapat lebih bervariasi dan lebih dinamis lagi.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Banoe, Pono. 2003. Kamus musik. Yogyakarta: kasinus

Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Media Group.

. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam Varian. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika sebuah pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Djohan. 2005. Psikologi Musik: Yogyakarta: Buku Baik.

Hidayat, Aziz Alimut. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika.

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan, Padang: Quantum Teaching. Hariwijaya. 2008. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi. Yogyakarta:

Elematera Publishing.

Hardjana. 2003. Coret-coret musik kontemporer dulu dan kini. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga Kamien, 2004. Music: An Appreaciation USA:MC Crow Hill, Inc.

Kristanto, Jubing. 2007. Gitar Pedia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kustap, Musttaqin. 2010. Musik Klasik Jiliid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Leach, Maria. 2001. The New book of Knowledge. New york : Glolier, Inc. Murginto. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta:


(26)

69

Nelson, Joan. 1997. Melatih Bela Diri. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sedyawati. 1981. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sedyawati. 1981. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sueharto, M.2001. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha.

. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha. Sukardi. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumadi. 2005. Sosiologi Tari. Yokyakarta: Media Abadi.

Wisesa, Hendra. 2009. Ayo Mengenal Capoiera. Bekasi: PT Temprina Media Grafika.


(1)

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah hasilnya akan bermanfaat, segala sesuatu yang dapat digunakan baik oleh peneliti itu sendiri maupun lembaga dan instansi tertentu ataupun orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Hariijaya (2008:50) “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, manfaat penelitian mencakup dua hal yaitu: kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat di bidang praktik”. Beberapa manfaat penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian ini yaitu :

1. Bahan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi di Sumatera Utara Khususnya di kota Medan.

2. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide ke dalam suatu karya tulis.

3. Sebagai bahan acuan, refrensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya. 4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti pada permasalahan yang sama atau

berhubungan dengan permasalahan yang ditelitinya.

5. Memperkenalkan musik maupun alat musik tradisional Afrika-Brazil bagi para praktisi di kota medan maupun luar kota medan.


(2)

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan menulis dan mendata tentang musik Paranaue di kota Medan memiliki banyak hal yang telah dicatat. Catatan yang telah dituangkan dalam penulisan merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan memiliki kesimpulan yang telah dirangkum untuk memahami secara singkat isi dari hasil penelitian yang dilakukan.

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut:

1. Latar belakang musik Paranaue adalah musik yang menceritakan tentang daerah pinggiran sungai yang dinamakan daerah Parana yang telah menjadi saksi kekejaman bagi para budak-budak Afrika, dimana di daerah itu adalah pemukiman para budak-budak Afrika yang disiksa bahkan dibunuh pada saat melawan para penajaga perkebunan. Musik Paranaue adalah seruan kepada Dewa Candomble (agama Afrika-Brazil) dimana seruan mereka berupa pesan penyiksaan di tempat yang kumuh dan bahan alam menjadi ornamen hiasan tempat tinggal mereka dan mereka ingin sekali kembali ke negaranya dimana suku mereka telah dilahirkan dan berharap mereka dapat berkumpul dapat kembali bernyanyi dan berpesta bersama dengan penuh suka cita.


(3)

2. Bentuk penyajian musik Paranaue memiliki 4 langkah dalam yaitu dimulai dari mengucapkan Sumpah Capoeira, Doa, Musik awal, bela diri Capoeira diiringi Musik Paranaue.

3. Fungsi Musik Paranaue bagi komunitas seni bela diri Ginga Firme Capoeira di kota Medan ini berfungsi untuk mengiringi proses latihan dan penampilan seni bela diri Capoeira dan untuk lebih mengenal sejarah para Mestre-mestre (Guru Besar Capoeira) dalam masa pertempuran melawan penjaga penjaga perkebunan serta menumbuhkan jiwa yang semangat dan kelincahan dalam seni bela diri Capoeira, kemudian musik Paranaue bagi komunitas Ginga Firme Capoeira juga berfungsi sebagai sarana hiburan terbukti dalam aktif penampilan di berbagai acara promosi produk-produk terkenal di kota Medan hingga menjadi sorotan peliputan media Tv swasta. 4. Alat musik yang digunakan pada komunitas Ginga Firme Capoeira Medan

dalam memainkan musik Paranaue yaitu berupa: Berimbau sebagai pembawa melodi dan ritmik serta menjadi pemandu penmpilan, Caxixi alat musik ritmis yang digunakan sebagai pembawa tempo, Attabaque dan Pandeiro alat musik ritmis yang berfungsi sebagai penambah rasa semangat dalam penampilan.


(4)

67

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran antara lain: 1. Penulis berharap Musik Paranaue dapat lebih di kembangkan dengan luas

lagi sehingga lebih diminati dari kaum yang muda hingga kaum yang tua. 2. Untuk komunitas seni bela diri Ginga Firme Capoeira Medan diharapkan

melestarikan musik Paranaue, karena banyak pesan moral yang ada didalamnya.

3. Untuk komunitas seni bela diri Ginga Firme Capoeira Medan kiranya dapat menambah jenis alat musiknya, sehingga musik yang akan ditampilkan dapat lebih bervariasi dan lebih dinamis lagi.


(5)

68

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Banoe, Pono. 2003. Kamus musik. Yogyakarta: kasinus

Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Media Group.

. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam Varian. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika sebuah pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Djohan. 2005. Psikologi Musik: Yogyakarta: Buku Baik.

Hidayat, Aziz Alimut. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika.

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan, Padang: Quantum Teaching. Hariwijaya. 2008. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi. Yogyakarta:

Elematera Publishing.

Hardjana. 2003. Coret-coret musik kontemporer dulu dan kini. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga Kamien, 2004. Music: An Appreaciation USA:MC Crow Hill, Inc.

Kristanto, Jubing. 2007. Gitar Pedia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kustap, Musttaqin. 2010. Musik Klasik Jiliid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Leach, Maria. 2001. The New book of Knowledge. New york : Glolier, Inc. Murginto. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta:


(6)

69

Nelson, Joan. 1997. Melatih Bela Diri. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sedyawati. 1981. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sedyawati. 1981. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sueharto, M.2001. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha.

. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha. Sukardi. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumadi. 2005. Sosiologi Tari. Yokyakarta: Media Abadi.

Wisesa, Hendra. 2009. Ayo Mengenal Capoiera. Bekasi: PT Temprina Media Grafika.