menaruh kepercayaan
pada keragaman
diversity. Implementasi
feminisme pascastrukturalis
adalah mendekonstruksi bahasa dan metanarasi.
2.1.10.3 Praksis Feminisme
Kongres perempuan di Indonesia tahun 1928 melahirkan berbagai keputusan di antaranya mendesak pemerintah kolonial untuk
menambah sekolah bagi perempuan, pemberian surat keterangan nikah saat pernikahan, adanya tunjangan bagi janda dan anak pegawai
negeri Indonesia, beasiswa bagi perempuan yang memiliki kemampuan belajar namun terbatas biaya, dan mendirikan lembaga
yang bertugas memberantas buta huruf, memberikan kursus kesehatan, dan memberantas perkawinan di bawah umur.
Perjuangan tersebut diilhami oleh tulisan-tulisan R.A. Kartini yang berisi curahan hatinya menyikapi pingitan dan diskriminasi yang
diterimanya sebagai anak perempuan, dan kerinduannya agar perempuan Indonesia bebas mendapatkan pendidikan. Perempuan-
perempuan Indonesia harus berterima kasih pada perjuangan para pahlawan tersebut, meskipun sedikit sekali pemikiran mereka dicatat
dalam buku sejarah dan bahkan namanya pun tidak disebut. Berkat mereka, perempuan Indonesia kini bebas mengenyam pendidikan.
Namun bukan berarti perjuangan pergerakan perempuan lantas selesai sampai di situ. Zaman berganti, masalah pun berganti. Masih
banyak aspek-aspek yang belum dibereskan. Salah satunya mengenai seksualitas dan tubuh perempuan. Perempuan belum memiliki kuasa
penuh atas tubuhnya. Ingatan kita tentu masih segar pada kontroversi goyangan Inul.
Berbagai kelompok masyarakat ramai berdebat mendefinisikan apakah Inul dan goyangannya dapat dikategorikan sebagai pronografi
atau ekspresi seni. Perdebatan tersebut menghasilkan usulan Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornografi yang
akhirnya bergulir dan disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu, hingga tahun 2015, perempuan masih sering
menjadi korban pemerkosaan, perdagangan manusia, dan prostitusi. Inilah yang hingga kini masih gencar diperjuangkan oleh kaum
feminis. Apalagi, dengan keberadaan media massa yang sering kali justru kembali melakukan kekerasan pada perempuan yang menjadi
korban.
2.1.11 Tinjauan Tentang Gender