ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN PEREMPUAN DALAM TEKS BERITA TABLOID REALITA.

(1)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN...i

PERSEMBAHAN...ii

PERNYATAAN PENULIS...iii

ABSTRAK ...iv

KATA PENGANTAR ...v

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL...xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Masalah Penelitian...4

1.2.1 Identifikasi Masalah...4

1.2.2 Batasan Masalah ...5

1.2.3 Rumusan Masalah ...5

1.3Tujuan Penelitian ...6

1.4Manfaat Penelitian ...6

1.5Anggapan Dasar ...7

1.6Definisi Operasional ...7

BAB 2 IHWAL WACANA, ANALISIS WACANA KRITIS, MEDIA MASSA, GENDER, DAN PEMBERITAAN PEREMPUAN DI MEDIA MASSA 2.1 Wacana...9


(2)

2.1.1 Pengertian Wacana...9

2.1.2 Pengertian Analisis Wacana ...12

2.2 Analisis Wacana Kritis...14

2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Analisis Wacana Kritis...14

2.2.2 Pendekatan Utama dalam Analisis Wacana Kritis...16

2.2.2.1 Analisis Bahasa Kritis...16

2.2.2.2 Analisis Wacana Pendekatan Prancis...16

2.2.2.3 Pendekatan Kognisi Sosial ...17

2.2.2.4 Pendekatan Perubahan Sosial ...17

2.2.2.5 Pendekatan Wacana Sejarah ...18

2.2.3 Tujuan Analisis Wacana Kritis...18

2.2.4 Model Analisis Wacana Kritis Sara Mills………...19

2.3 Media Massa...23

2.3.1 Pengertian Media Massa...23

2.3.2 Jenis-jenis Media Massa...26

2.3.2.1 Media Cetak...26

2.3.2.2 Media Elektronik ...29

2.4 Gender...31

2.4.1 Pengertian Gender...31

2.4.2 Ketidakadilan Gender...33

2.5 Pemberitaan Perempuan di Media Massa...36

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...40


(3)

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data...41

3.2.2 Teknik Pengolahan Data...41

3.3 Sumber Data dan Korpus...42

3.4 Instrumen Penelitian...42

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar...44

4.2 Deskripsi dan Analisis Data...45

4.2.1 Deskripsi dan Analisis DataPemberitaan Human Trafficking...45

4.2.2 Deskripsi dan Analisis Data Pemberitaan Malpraktik...57

4.2.3 Deskripsi dan Analisis Data Pemberitaan Bunuh Diri...64

4.2.4 Deskripsi dan Analisis Data Pemberitaan KDRT...71

4.2.5 Deskripsi dan Analisis Data Pemberitaan Skandal dan Kriminalitas...79

4.2.6 Deskripsi dan Analisis Data Pemberitaan Pelecehan Seksual...86

4.2.7 Deskripsi dan Analisis Data Pemberitaan Pornografi dan Pornoaksi...100

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...110

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...112

5.2 Saran ...113

DAFTAR PUSTAKA ...114

RIWAYAT HIDUP PENULIS...116

LAMPIRAN...117 .


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1 : Pengertian Wacana...12

Tabel 2.2.4 : Model Analisis Sara Mills...22

Tabel 2.4.1 : Perbedaan antara sex dan gender...32

Tabel 2.4.2 : Perbedaan sifat antara perempuan dan laki-laki...35

Tabel 3.2.4 : Instrumen Penelitian...43

Tabel 4.2.1 : Deskripsi dan Analisis Data Tentang Pemberitaan Human Trafficking...49

Tabel 4.2.2 : Deskripsi dan Analisis Data Tentang Pemberitaan Malpraktik...58

Tabel 4.2.3 : Deskripsi dan Analisis Data Tentang Pemberitaan Bunuh Diri...66

Tabel 4.2.4 : Deskripsi dan Analisis Data Tentang Pemberitaan KDRT...73

Tabel 4.2.5 : Deskripsi dan Analisis Data Tentang Pemberitaan Skandal dan Kriminalitas...81

Tabel 4.2.6 : Deskripsi dan Analisis Data Tentang Pemberitaan Pelecehan Seksual...89

Tabel 4.2.7 : Deskripsi dan Analisis Data Tentang Pemberitaan Pornografi dan Pornoaksi...102


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial. Bahasa juga merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan dunia yang melingkupinya. Menuangkan pikiran dalam bahasa tulisan tentu saja akan merujuk atau bertolak ukur pada paradigma tertentu sehingga menghasilkan suatu kecenderungan atau pandangan yang berbeda. Begitupun dengan bahasa jurnalis pers media cetak. Setiap media massa massa mempunyai gaya dan ideologi tersendiri dalam menyajikan berita.

Media massa memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Media massa dikatakan sebagai pilar keempat sebuah negara, karena melalui media massa masyarakat terbentuk secara informatif. Media massa juga berfungsi sebagai instrumen untuk menyebarkan ideologi melalui pemberitaan-pemberitaan yang mengandung sistem nilai yang digunakan oleh para pengikutnya.

Media cetak, khususnya surat kabar menjadi salah satu ruang tempat dituliskannya hasil liputan para wartawan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara ini. Media massa menurut Tony Bennet bukanlah saluran yang bebas dan netral, media merupakan subjek yang merekonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakan, sehingga realitas yang


(6)

ditampilkan dalam media bukan realitas yang sebenarnya, tetapi telah dikonstruksi ke dalam bentuk wacana yang bermakna (Eriyanto, 2001:36).

Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan berita seringkali menunjukkan keberpihakan. Mulyana (Eriyanto,2002:x) dalam sebuah pengantar buku menyatakan bahwa bahasa juga dapat digunakan untuk memberikan aksen tertentu terhadap suatu tindakan misalnya dengan menekankan, mempertajam, memperlembut, mengaungkan, melecehkan, emmbelokan, atau mengaburkan peristiwa atau tindakan tertentu. Bahasa dikatakan sebagai system kategorisasi, dimana kosakata tersebut akan menyebakan makna tertentu dan memeperlihatkan sebuah ideologi.

Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra) yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata mampu mempengaruhi cara melafalkan, tata bahasa, susunan kalimat, perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan, bahasa dan makna.

Realitas media di Indonesia menunjukkan adanya bias gender dalam representasi perempuan dalam media, baik media cetak maupun elektronik. Hal yang tidak bisa dibantah bila media massa mempunyai peran sangat signifikan dalam proses sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender. Signifikasi peran media massa juga terletak pada eksistensinya sebagai salah satu tonggak demokrasi, yang sekarang menjadi mainstream. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya ruang publik yang bebas dan penghargaan terhadap hak azasi manusia. Salah satu perwujudannya adalah penghargaan terhadap hak-hak perempuan dan persamaan.


(7)

Pada umumnya media massa sedikit memunculkan isu tentang perempuan, media cenderung memberi ruang hanya bagi hal-hal yang bersifat tradisional atau urusan perempuan, seperti rumah tangga, mode, mengurus keluarga dan anak. Media massa yang diharapkan bisa mensosialisasikan masalah gender kepada masyarakat luas, ternyata masih kurang sensitif terhadap masalah tersebut. Persoalan tentang perempuan merupakan persoalan yang senantiasa aktual dan seringkali mengundang perdebatan panjang yang tidak berujung.

Media massa dan perempuan ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa di pisahkan, keduanya memiliki kaitan erat dan saling melengkapi. Media yang difungsikan sebagai sarana penghubung seseorang atau kelompok dengan publik kadang kala dihalalkan dalam segala bentuk dan cara. Perempuan yang ingin diketahui oleh publik dengan terang-terangan bahkan percaya diri membuka semua hal tentang dirinya bahkan sampai pada hal privacy untuk khalayak umum dengan harapan dirinya menjadi satu-satunya pusat perhatian masyarakat. Perempuan yang secara fitrah butuh suatu perhatian lebih, maka medialah yang menjadi sarana paling subur untuk hal itu. Kehormatan perempuan seringkali juga menjadi jatuh karena dirinya sendiri atau suatu media.

Karakteristik media massa yang manipulatif dan kurang memiliki sensitifitas gender seringkali juga merugikan perempuan. Apa yang ditampilkan media terhadap sosok perempuan dianggap mampu memberi kontribusi lebih dalam meningkatkan konsumsi publik, misalnya saja dalam periklanan di televisi. Sudah saatnya, masyarakat lebih jeli dalam menyeleksi konsumsi media yang ada di sekitar kita dan tidak menelannya bulat-bulat. Berita-berita yang seolah-olah menghibur itu sering kali ibarat candu, terasa nikmat sehingga melupakan kita dari berbagai soal serius yang seharusnya memang kita hadapi.


(8)

Sara Mills lebih dalam Eriyanto (2001:200) banyak merepresentasikan perempuan dalam teks, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pemarjinalan yang terjadi pada perempuan.

Analisis atas bagaimana posisi-posisi ini ditampilkan secara luas akan bisa menyingkap bagaimana ideologi dan kepercayaan dominan bekerja dalam teks. Umumnya dalam wacana feminis, diyakini dalam banyak teks wanita ditampilkan sebagai objek bukan subjek. Karena sebagai objek representasi, maka wanita posisinya selalu didefinisikan, dijadikan bahan penceritaan, dan tidak bisa menampilkan dirinya sendiri.

Pada tabloid Realita edisi 20 April-3 Mei 2009 terdapat teks berita yang berjudul “Memilih Taubat Setelah Mimpi Kiamat”, bercerita tentang seorang perempuan asal Tegal, yang hijrah ke kota Bandung untuk bekerja, diceritakan Ika sudah mempunyai pacar selama 4 tahun dan setelah ia memberikan segalanya, lelaki itu pun pergi begitu saja meninggalkan dirinya tanpa kepastian. Itulah yang membuat Ika menjadi rapuh dan labil, sampai suatu ketika ia bertemu dengan seorang wanita bernama Eva di Bekasi dan menawari Ika untuk ikut bekerja di Papua sebagai pelayan di kafe. Bukan untung yang ia dapat malah penderitaan, ternyata pekerjaan yang semula Eva janjikan itu tidak ada, ia malah dijadikan PSK di Papua. Sebenarnya Ika tidak mau menerima pekerjaan itu, bahkan untuk lari dari sana saja tidak bisa, jadi ia terpaksa melakoni pekerjaan itu karena faktor lingkungan dan ekonomi.

Setelah kontrak bekerja empat bulan selesai, Ika kembali ke tempat kakaknya di Purwakarta, beberapa hari sebelum keberangkatannya, pada suatu malam dia bermimpi. Di sana dia diperlihatkan bahwa bumi ini akan kiamat dan hancur. Tetapi mimpi itu tidak mengurungkan niatnya untuk kembali ke Sorong, ia tetap berencana kembali lagi ke Sorong untuk bekerja sebagai PSK, setelah tiba di Sorong, Ika selalu bermimpi tentang kiamat itu, sampai akhirnya ia pun sakit parah di sana dan tidak mendapat penghasilan apa-apa.


(9)

Karena ia terus selalu bermimpi tentang kiamat itu, maka Mei 2008 ia berhenti menjadi PSK dan di Jakarta ia mendirikan sebuah yayasan penyalur baby sytter. Dia sadar pekerjaannya sekarang lebih sedikit penghasilannya dibandingkan penghasilannya ketika bekerja sebagai PSK. Tetapi itu semua diterima karena lebih terhormat dibandingkan menjadi PSK.Selain itu ia mendapat ketenangan yang selama ini ia tidak didapat.

Peneliti akan mencoba menganalisis ke dalam sikap yang diambil oleh tabloid Realita dalam memberitakan pemberitaan terhadap perempuan yang disajikan kepada khalayak dengan menggunakan analisis Sarra Mills dengan meninjau posisi subjek dan objek dalam teks berita tabloid Realita; representasi perempuan dalam teks berita tabloid Realita; dan aspek kebahasaan yang dapat menunjukkan ideologi dan keberpihakan yang disajikan oleh tabloid Realita dengan judul Analisis Wacana Kritis tentang Pemberitaan Perempuan dalam Teks Berita Tabliod Realita.

Penelitian terhadap wacana kritis pernah dilakukan oleh Rina Lestari yang meneliti tentang wacana feminis pada harian umum Pikiran Rakyat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pikiran Rakyat lebih berpihak terhadap perempuan walaupun ada sedikit kemungkinan dari pilihan kata yang bisa memarjinalkan perempuan.

1.2Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah perlu dilakukan identifikasi masalahnya, untuk menyatakan ciri-ciri yang ada pada masalah yang timbul dalam melaksanakan penelitian. Maka peneliti mencoba untuk mengidentifikasi masalah yang timbul ;


(10)

1) Posisi subjek dan objek pemberitaan perempuan di dalam teks berita tabloid Realita, 2) Representasi perempuan yang ditampilkan dalam teks berita tabloid Realita,

3) Aspek-aspek kebahasaan yang bisa menunjukkan ideologi dan keberpihakan.

1.2.2 Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk membatasi masalah yang akan di teliti, hal tersebut bertujuan

agar peneliti lebih terarah pada objek penelitian. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1) Teks berita yang dikaji adalah berita yang memuat tentang pemberitaan perempuan pada tabloid Realita edisi April-Juni 2010.

2) Analisis wacana kritis ini menggunakan pendekatan Sara Mills.

3) Bentuk representasi perempuan dan penggunaan bahasa pada media massa cetak yang mampu menunjukkan sebuah ideologi dan keberpihakan khususnya pada pemberitaan tentang perempuan.

1.2.3 Rumusan Masalah

Untuk dapat memperjelas serta mempermudah arah, tujuan, dan metodologi penelitian yang digunakan, maka sebelum penelitian ini dilaksanakan perlu adanya perumusan masalah terlebih dahulu.


(11)

1) Bagaimana posisi pemberitaan perempuan di dalam teks berita tabloid Realita?

2) Bagaimana representasi perempuan yang ditampilkan dalam teks berita pada tabloid Realita? 3) Aspek kebahasaan bagaimanakah yang dapat menunjukkan ideologi dan keberpihakan wartawan

pada teks tabloid Realita ?

1.3Tujuan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian kita harus menetapkan terlebih dahulu tujuan penelitian. Adapun beberapa tujuan yang akan dikembangkan dan ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan bagaimana media massa cetak, khususnya tabloid Realita memberikan informasi yang berkaitan dengan perempuan, mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender terhadap perempuan di dalam teks berita media massa cetak.

B. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Mengetahui dan mendeskripsikan posisi perempuan pada teks berita tabloid Realita; 2) Mengetahui dan mendeskripsikan representasi perempuan pada teks tabloid Realita;

3)Mengetahui dan mendeskripsikan aspek bahasa atau penggunaan kata yang dapat menunjukkan nilai-nilai ideologis pada teks tabloid Realita.

1.4 Manfaat Penelitian A. Secara Teoretis

Bagi kalangan akademis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dalam mengkaji teks berita di media massa, juga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan kajian bahasa dengan melalui pendekatan Analisis Wacana Kritis.


(12)

B. Secara Praktis

Bagi media massa (pers), dapat dijadikan masukan untuk perkembangan praktik penulisan berita; bagi masyarakat umum, hasil penelitaian ini merupakan informasi tambahan atau pengetahuan yang menjelaskan bahwa dalam suatu pemberitaan ada kemungkinana terdapat maksud yang tersembunyi di balik teks berita, sehingga masyarakat dapat lebih kritis lagi dalam menerima informasi.

1.5. Definisi Operasional

Peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian, hal ini penting untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahan pemahaman dalam penelitian ini.

1) Wacana adalah komunikasi verbal, ucapan, percakapan atau sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. Wacana disini mencakup rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Wacana yang dimaksud dalam penelitian ini berupa teks berita.

2) Analisis Wacana Kritis adalah pendekatan yang digunakan untuk mengungkap sebuah ideologi di balik teks media yang salah satunya dengan meninjau aspek kebahasaan yang dapat menunjukkan kepentingan dan maksud tertentu.

3) Pemberitaan perempuan adalah teks yang dibuat media massa cetak yang bertujuan untuk menginformasikan suatu berita kepada khalayak umum untuk menampilkan perempuan sebagai pemberitaan di media massa cetak baik itu berita seputar kehidupan perempuan, pelecehan seksual, kekerasan, kriminal, maupun kegiatan perempuan.


(13)

dijadikan sebagai subjek yang mendefinisikan dan melakukan penceritaan dan siapa yang ditampilkan sebagai objek, pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain.

5) Representasi perempuan dalam Analisis Wacana Kritis adalah pandangan pencerita terhadap perempuan yang ditampilkan di dalam teks berita.

6) Aspek kebahasaan dalam Analisis Wacana Kritis adalah penggunaan kata untuk menggambarkan sosok perempuan di dalam teks berita.

7) Tabloid Realita adalah media masa yang banyak menampilkan pemberitaan perempuan yang terbit dua minggu sekali.


(14)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Metode kualitatif, sebagaimana diungkapkan Thomas R. Lindlop (Hammad, 2004:46) merupakan suatu upaya untuk memelihara (to preserve) bentuk dan isi tingkah laku manusia dan untuk menguraikan (analise) kualitas-kualitasnya. Tingkah laku dalam penelitian ini adalah tingkah laku komunikator. Objek kajian dalam penelitian ini adalah teks wacana berita, itu berarti penelitian ini bersifat tekstual. Oleh karena itu yang menjadi dasar penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Pendekatan analisis wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Sara Mills. Model analisis Sara Mills memfokuskan penelitiannya pada posisi subjek-objek dan pada posisi penulis-pembaca terutama pada teks yang menempatkan perempuan pada posisi objek.

Analisis wacana bersifat kualitatif karena dasar dari metode ini bukan suatu analisis yang menggunakan perhitungan objektif, melainkan sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam menafsirkan objek penelitian. Metode ini biasa disebut sebagai pendekatan interpretatif.

Dengan melakukan pendekatan secara interpretatif, subjektivitas dalam meneliti tidak dapat dihindari karena perbedaan latar belakang, pendidikan, pengetahuan, aspek sosial dan


(15)

politik, serta keberpihakan akan mempengaruhi interpretasi peneliti dalam menafsirkan teks. Bagaimanapun juga, hasil interpretasi tetap dianalisa secara objektif.

3.2 Teknik Penelitian

3.2.1 Sumber Data dan Korpus

Sumber data dalam penelitian ini adalah teks-teks berita pada Tabloid Realita periode April-Juni 2009. Khususnya yang memuat tentang pemberitaan perempuan, baik itu di bidang kriminal, sosial, politik, pelecehan seksual ,dan sebagainya. Sedangkan yang menjadi korpus penelitian ini adalah tuturan kebahasaan juga hal-hal di luar konteks kebahasaan misalnya ideologi.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik studi dokumentasi. Teknik studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan teks berita pada tabloid Realita yang dilakukan selama periode April-Juni 2010 yang memuat tentang berbagai pemberitaan perempuan.

3.2.3 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, teknik pengolahan data dalam kerangka penelitian berikut: 1) Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan objek

penelitian teks-teks pemberitaan perempuan yang dimuat tabloid Realita.

2) Tahap kedua adalah dengan memilah, menganalisa, dan mendeskripsikan elemen-elemen kebahasaan yang diduga memiliki kemampuan untuk memarjinalkan posisi perempuan.


(16)

3) Tahap ketiga adalah dengan melakukan analisis dan pembahasan mengenai representasi perempuan dalam media dengan menggunakan model analisis Sara Mills disertai dengan fakta-fakta kebahasaan yang dapat menunjukkan sebuah ideologi

4) Tahap keempat adalah dengan menyimpulkan hasil analisis.

3.2.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa table penelitian yang berisi mengenai posisi subjek-objek dan posisi penulis-pembaca. Kemudian dideskripsikan melalui pembahasan yang disertai dengan fakta-fakta kebahasaan yang menunjukkan sebuah ideologi. Instrumen penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

TINGKAT URAIAN

Posisi Subjek-Objek Bagaimana Peristiwa dilihat dan dari kacamata siapa peristiwa dilihat

……… ……….. Siapa yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) ……… ……… Siapa yang diposisikan sebagai objek yang diceritakan (objek)


(17)

……… ……….. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasannya ataukah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh kelompok/orang lain.

……… ……….. Posisi Penulis-Pembaca Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks

……… ……… Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam teks yang ditampilkan

……… ……… Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasi dirinya

……… ………. (Eriyanto,2001:211)


(18)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bagaimana realitas media di Indonesia yang menunjukkan adanya bias gender dalam representasi perempuan dalam media, baik media cetak maupun elektronik. Hal yang tidak bisa dibantah bila media massa mempunyai peran sangat signifikan dalam proses sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender.

Signifikasi peran media massa juga terletak pada eksistensinya sebagai salah satu tonggak demokrasi, yang sekarang menjadi mainstream. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya ruang publik yang bebas dan penghargaan terhadap hak azasi manusia. Salah satu perwujudannya adalah penghargaan terhadap hak-hak perempuan dan persamaan. Tidak dipungkiri bahwa media memiliki kekuasaan untuk mengidentifikasi objek dan peristiwa serta menjadi mediua yang dapat membentuk subjek dalam teks.

Diakui, potret diri perempuan di media massa, seperti surat kabar, majalah, film, televisi, iklan dan buku, masih memperlihatkan stereotipe yang merugikan. Perempuan masih digambarkan sebagai sosok yang pasif, tergantung pada laki-laki, didominasi, menerima keputusan yang dibuat laki-laki, dan terutama melihat dirinya sebagai simbol seks. Karakteristik media massa yang manipulatif dan kurang memiliki sensitifitas gender seringkali juga merugikan perempuan. Kehormatan perempuan seringkali juga menjadi jatuh karena dirinya sendiri atau suatu media.


(19)

Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa media massa khususnya Tabloid

Realita memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi posisi perempuan dalam teks berita

yang bisa tercitrakan secara negatif dan dimarjinalkan oleh narasi wartawan dalam teks berita tersebut. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis Model Sarra Mills, penelitian ini mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan yang menunjukkan nilai-nilai ideologis dan keberpihakan, posisi subjek-objek perempuan, dan bagaimana perempuan direpresentasikan dalam teks berita.

Setelah melakukan analisa pada tujuh buah teks berita Tabloid Realita periode April-Juni 2009, dapat disimpulkan bahwa dalam teks berita Tabloid Realita perempuan sering direpresentasikan dengan pencitraan yang negatif. Hal tersebut tergambar dari penggunaan aspek-aspek kebahasaan yang berpotensi memarjinalkan posisi perempuan, misalnya pada penggunaan diksi ‘PSK’ yang dalam masyarakat kita saat ini masih berkonotasi negatif dan tabu. Teks berita pada Tabloid Realita dapat disimpulkan sebagai teks feminis atau pemberitaan perempuan yang memposisikan perempuan sebagai objek penceritaan sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk menampilkan diri serta gagasannya. Sehingga posisi objek tersebut kehadirannya diceritakan oleh orang lain.

5.2 Saran

Setelah menarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan pada tujuhu buah teks berita Tabloid Realita, penulis akan memberikan saran agar penelitian


(20)

ini bermanfaat bagi perkembangan kajian bahasa pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya.

1. Tabloid Realita sebaiknya menjadi media yang melaporkan berita secara apa adanya sesuai dengan fakta dan informasi dari narasumber, lengkap, dan tidak memihak pada pihak yang berkuasa dan dominan.

2. Masyarakat agar lebih bisa membuka mata terhadap peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan perempuan karena pemarjinalan terhadap perempuan dalam banyak aspek dapat ditanggulangi bersama.

3. Masyarakat sebaiknya lebih kritis dalam mengkaji teks media, salah satunya yaitu dengan teliti untuk mengkaji aspek-aspek kebahasaannya, agar tidak terarah pada persepsi yang akan menguntungkan pihak-pihak dominan dalam media massa.

4. Masyarakat agar lebiih mengapresiasi, mengakseptasikan berita diharapkan agar tidak mudah untuk terprovokasi oleh pemberitaan dalam media massa.

5. Tabloid Realita sebaiknya menjadi media yang berfungsi sebagai pembela pihak-pihak yang tersubordinasi dan termarjinalkan.

6. Tabloid Realita sebaiknya menjadi media yang berfungsi sebagai medium kritik sosial.

7. Masyarakat diharapkan lebih jeli dalam menyeleksi konsumsi media yang ada di sekitar kita dan tidak menelannya bulat-bulat.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk (2003) Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Eriyanto. (2005). Analisis Wacana. Yogyakarta:LKIS.

Sobur, Alex. (2004). AnalisisTeks Media. Bandung: Rosda.

Fakih, Mansour. (1996). Analisis Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Illich, Ivan. (1998). Matinya Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

K, Santana Septiawan. (2005). Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonei=sia.

Strinati, Dominic. (2009). POPULAR CULTURE, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Sigit. (2010). Penggunaan Kosakata Gaul dalam Novel Jomblo (Sebuah Komedi Cinta)

Karya Adhitya Mulya. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Silviany, Yulita Irma. (2009). Analisis Wacana Kritis Tentang Pemberitaan Tindakan Asusila

Pada Perempuan dalam Harian Umum Galamedia dan Lampu Hijau. Skripsi Sarjana

pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hayati, Teti. (2009). Hubungan Gender dalam Kumpulan Esai Si Parasit Lajang Karya Ayu Utami. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(22)

(1)

……… ………..

Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasannya ataukah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh kelompok/orang lain.

……… ………..

Posisi Penulis-Pembaca Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks

……… ………

Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam teks yang ditampilkan

……… ………

Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasi dirinya

……… ……….


(2)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bagaimana realitas media di Indonesia yang menunjukkan adanya bias gender dalam representasi perempuan dalam media, baik media cetak maupun elektronik. Hal yang tidak bisa dibantah bila media massa mempunyai peran sangat signifikan dalam proses sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender.

Signifikasi peran media massa juga terletak pada eksistensinya sebagai salah satu tonggak demokrasi, yang sekarang menjadi mainstream. Salah satu pilar demokrasi adalah adanya ruang publik yang bebas dan penghargaan terhadap hak azasi manusia. Salah satu perwujudannya adalah penghargaan terhadap hak-hak perempuan dan persamaan. Tidak dipungkiri bahwa media memiliki kekuasaan untuk mengidentifikasi objek dan peristiwa serta menjadi mediua yang dapat membentuk subjek dalam teks.

Diakui, potret diri perempuan di media massa, seperti surat kabar, majalah, film, televisi, iklan dan buku, masih memperlihatkan stereotipe yang merugikan. Perempuan masih digambarkan sebagai sosok yang pasif, tergantung pada laki-laki, didominasi, menerima keputusan yang dibuat laki-laki, dan terutama melihat dirinya sebagai simbol seks. Karakteristik media massa yang manipulatif dan kurang memiliki sensitifitas gender seringkali juga merugikan perempuan. Kehormatan perempuan seringkali juga menjadi jatuh karena dirinya sendiri atau suatu media.


(3)

Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa media massa khususnya Tabloid

Realita memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi posisi perempuan dalam teks berita

yang bisa tercitrakan secara negatif dan dimarjinalkan oleh narasi wartawan dalam teks berita tersebut. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis Model Sarra Mills, penelitian ini mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan yang menunjukkan nilai-nilai ideologis dan keberpihakan, posisi subjek-objek perempuan, dan bagaimana perempuan direpresentasikan dalam teks berita.

Setelah melakukan analisa pada tujuh buah teks berita Tabloid Realita periode April-Juni 2009, dapat disimpulkan bahwa dalam teks berita Tabloid Realita perempuan sering direpresentasikan dengan pencitraan yang negatif. Hal tersebut tergambar dari penggunaan aspek-aspek kebahasaan yang berpotensi memarjinalkan posisi perempuan, misalnya pada penggunaan diksi ‘PSK’ yang dalam masyarakat kita saat ini masih berkonotasi negatif dan tabu. Teks berita pada Tabloid Realita dapat disimpulkan sebagai teks feminis atau pemberitaan perempuan yang memposisikan perempuan sebagai objek penceritaan sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk menampilkan diri serta gagasannya. Sehingga posisi objek tersebut kehadirannya diceritakan oleh orang lain.

5.2 Saran

Setelah menarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan pada tujuhu buah teks berita Tabloid Realita, penulis akan memberikan saran agar penelitian


(4)

ini bermanfaat bagi perkembangan kajian bahasa pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya.

1. Tabloid Realita sebaiknya menjadi media yang melaporkan berita secara apa adanya sesuai dengan fakta dan informasi dari narasumber, lengkap, dan tidak memihak pada pihak yang berkuasa dan dominan.

2. Masyarakat agar lebih bisa membuka mata terhadap peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan perempuan karena pemarjinalan terhadap perempuan dalam banyak aspek dapat ditanggulangi bersama.

3. Masyarakat sebaiknya lebih kritis dalam mengkaji teks media, salah satunya yaitu dengan teliti untuk mengkaji aspek-aspek kebahasaannya, agar tidak terarah pada persepsi yang akan menguntungkan pihak-pihak dominan dalam media massa.

4. Masyarakat agar lebiih mengapresiasi, mengakseptasikan berita diharapkan agar tidak mudah untuk terprovokasi oleh pemberitaan dalam media massa.

5. Tabloid Realita sebaiknya menjadi media yang berfungsi sebagai pembela pihak-pihak yang tersubordinasi dan termarjinalkan.

6. Tabloid Realita sebaiknya menjadi media yang berfungsi sebagai medium kritik sosial.

7. Masyarakat diharapkan lebih jeli dalam menyeleksi konsumsi media yang ada di sekitar kita dan tidak menelannya bulat-bulat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk (2003) Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Eriyanto. (2005). Analisis Wacana. Yogyakarta:LKIS.

Sobur, Alex. (2004). AnalisisTeks Media. Bandung: Rosda.

Fakih, Mansour. (1996). Analisis Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Illich, Ivan. (1998). Matinya Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

K, Santana Septiawan. (2005). Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonei=sia.

Strinati, Dominic. (2009). POPULAR CULTURE, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Sigit. (2010). Penggunaan Kosakata Gaul dalam Novel Jomblo (Sebuah Komedi Cinta)

Karya Adhitya Mulya. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Silviany, Yulita Irma. (2009). Analisis Wacana Kritis Tentang Pemberitaan Tindakan Asusila

Pada Perempuan dalam Harian Umum Galamedia dan Lampu Hijau. Skripsi Sarjana

pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hayati, Teti. (2009). Hubungan Gender dalam Kumpulan Esai Si Parasit Lajang Karya Ayu Utami. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)