devisa yang besar dari ekspor tekstil. Saar ini mereka tidalk lagi menambah perhatian pada sektor-sektor tersebut, melainkan
berkonsentrasi pada industri yang padat ilmu pengetahuan, misalnya komputer dan peralatan komunikasi canggih atau peralatan militer
modern. Hal ini dikarenakan nilai rambah dari penjualan produk-produk tersebut lebih tinggi dari yang dihasilkan industri mobil atau tekstil.
2.2.2 Alasan Strategis
Rachbini 2004: 43-46 menjelaskan beberapa alasan pokok mengapa cukup banyak negara sedang berkembang NSB
mengimplementasikan kebijakan promosi ekspor sebagai berikut. Pertama, untuk memperkuat posisi eksternal NSB. Negara dengan
ekonomi terbuka dapat meningkatkan ketahanannya dengan melakukan ekspor sebanyak mungkin agar kebutuhan impor di negara tersebur dapat
dibiayai dari penghasilan sendiri. Sasaran khusus dari strategi ini adalah untuk menghimpun cadangan devisa yang akan memperkuat ekonomi
dan keuangan negara. Selain itu, NSB yang memiliki cadangan devisa besar dapat dengan mudah meredam dampak gejolak perekonomian dan
keuangan internasional. Kedua, untuk memacu akselerasi pertumbuhan industri manufaktur
dalam negeri untuk tujuan ekspor. Syarat utama agar bisa melakukan penetrasi pasar internasional adalah efisiensi dan mampu bersaing dari
segi kualitas dan harga. Strategi promosi ekspor menggiring industry manufaktur di dalam negeri ke arah persaingan pasar internasional,
sehingga industry yang dipilih bersifat kompetitif dan memiliki keunggulan komparatif yang jelas. Kalangan swasta dipersilakan untuk mengimpor
kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat diproduksi oleh industry dalam
9 |
S T R A T E G I P R O M O S I E K S P O R
negeri sehingga harganya lebih murah dibandingkan bila memproduksi barang itu di dalam negeri sendiri.
Peran negara juga diperlukan dalam hal ini, seperti misalnya meningkatkan efisiensi biaya transaksi dengan efisiensi pelayanan listrik,
air, telepon, perbaikan perijinan, dsb. Kepabeanan dan pelabuhan adalah unsur penting yang menjadi sasaran utama agar jalur ekspor dan impor
barang berjalan lancar. Selain itu, pemerintah juga harus berperan aktif dalam mencari peluang pasar yang luas di berbagai negara, seperti yang
dilakukan oleh Jepang yaitu Japan Incoroporated dimana perwakilan-
perwakilan dagang di berbagai negara berperan memberi informasi pasar dan berbagai peluang untuk kalangan swasta.
Ketiga, untuk meningkatkan dinamika ekspor dari komoditas tradisional, yang telah dikembangkan negara yang bersangkutan.
Alasannya adalah karena komoditas tersebut telah dikembangkan sejak lama dalam bentuk yang telah terproses sebagai barang jadi. Kemampuan
teknologi dan pengolahan komoditas tersebut telah berkembang dalam proses pewarisan dari generasi ke generasi dalam masa yang cukup
panjang. Komoditas ini penting karena erat hubungannya dengan
masyarakat luas dan tenaga kerja yang besar jumlahnya. Industri manufaktur dan komoditas tradisional ini biasanya berbasis tenaga kerja
yang jumlahnya besar sehingga berperan menjadi penyerap tenaga kerja yang besar pula. Hal tersebut memberikan pengaruh secara langsung
maupun tidak langsung pada penyerapan tenaga kerja. Keempat, untuk meningkatkan penerimaan produsen petani,
pedagang, industriawan, selain tentunya eksportir sendiri. Kegiatan ekspor banyak memberikan dampak positif, di antaranya adalah
peningkatan pendapatan dari produsen hulu komoditas tersebut dan memacu pertumbuhan produksi bahan baku, terutama kegiatan ekspor
dari komoditas berbasis sumberdaya lokal. Pasar luar negeri menciptakan pertumbuhan produksi dalam negeri dan meningkatkan pendapatan
pelaku-pelakunya.
10 |
S T R A T E G I P R O M O S I E K S P O R
Kelima, untuk mempertinggi tingkat kepastian usaha bagi produsen dan eksportir melalui pencarian pasar yang tidak terbatas di luar negeri.
Jika peluang pasar di berbagai negara bervariasi, maka resesi di suatu negara tidak mengancam produsen atau eksportir karena banyak
alternatif pasar lebih luas. Keenam, untuk mempertinggi tingkat penyerapan tenaga kerja
lewat berbagai kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk ekspor. Komoditas ekspor tradisional maupun komoditas industry manufaktur yang ditujukan
untuk ekspor biasanya merupakan industry yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Ketujuh, untuk mensubstitusi barang-barang manufaktur. Jika suatu negara berhasil melaksanakan strategi promosi ekspor, maka secara
otomatis dapat mensubstitusikan komoditas impor yang dipasarkan dalam negeri.
Menurut Rachbini 2004: 46 hal pokok yang dapat menghambat NSB untuk menerobos pasar internasional adalah kendala kelembagaan,
yang menyebabkan produk yang dihasilkan kurang bisa bersaing di pasar internasional. Kendala kelembagaan ini biasanya diatasi dengan kebijakan
ekonomi dalam negeri melalui kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi. Agar NSB dapat menerobos pasar internasional yaitu
dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan manusia yang melimpah untuk mencapai tingkat daya saing yang baik. Pada tahap
selanjutnya efisiensi dan daya saing dapat dikejar dengan meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada secara
bersamaan. Menurut Bhagwati dalam Rachbini 2004: 47, strategi promosi
ekspor merupakan suatu kebijakan dan program, yang dimaksudkan untuk mengeliminasi bias dan hambatan ekspor. Strategi ini dilaksanakan
untuk kegiatan ekspor sebanyak untuk produk domestik. Para pendukung strategi promosi ekspor, NSB yang terlalu lama terkungkung dalam
jebakan strategi substitusi impor pada umumnya kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kinerja ekonominya. Strategi substitusi impor dalam
kenyataan banyak mengalami kegagalan. Lebih lanjut lagi Rachbini 2004:
11 |
S T R A T E G I P R O M O S I E K S P O R
48 menjelaskan bahwa, meskipun strategi promosi ekspor dinilai cukup efisien dalam mengalokasikan sumberdaya, tetapi kritikus manilai bahwa
tingkat pertumbuhan di banyak negara yang menerapkan strategi ini tidak merata bahkan ada yang tumbuh tidak terlalu tinggi. Kritikus yang lebih
keras menilai bahwa negara yang menerapkan strategi promosi ekspor cenderung tergantung ke luar negeri dan pertumbuhan diciptakan karena
injeksi utang.
2.2.3 Penyesuaian Struktural