Kerja Bergilir dan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi Seksi Penuangan Subseksi Casting Operation PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2006

H
HA
ASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
AN
N

KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA
TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN
SUBSEKSI CASTING OPERATION
PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006
Lina Tarigan dan Kalsum
Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM USU
Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155
ABSTRACT
This cross – sectional study was almed to know the effect of shift work on fatique
of the department of production casting operation sub section of PT. Inalum
Kuala Tanjung 2006. The number of sample was 44 labours, working by shift
system that consistend of morning, noon and night shifts, the data of fatique were
collected by using questionare.
The results showed that labour of night shift that felt very fatique were 22

persons (50%, and that felt fatique were 17 person (31,8 %). From Anova test, it
was found that there was a significant effect of shift work on working fatique.
It was also found that there were significant difference of working fatique among
shift work.
It was suggested that labour used their break time effectively in orden to prevent
fatique
Keywords: Shift work, Fatique, Labour of casting operation
PENDAHULUAN
Manusia khususnya tenaga kerja adalah
subyek dan obyek dari pembangunan,
keberhasilan pembangunan sangat tergantung
kepada manusia sebagai pelaksananya. Tenaga
kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh
karena itu sangat besar peranannya dalam
mewujudkan pertumbuhan atau memberikan
nilai tambah, kesejahteraan tenaga kerja,
meningkatkan kemampuan tenaga kerja, hal ini
juga dinyatakan di dalam Undang–Undang
Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.
Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan

pesat, untuk lebih menjamin suksesnya
industrialisasi tersebut dituntut agar tingkat
efisiensi yang tinggi terhadap pengunaan
sumber produksi, dan produktivitas tenaga
kerja yang terlibat di dalamnya, oleh karena
itu keberadaan tenaga kerja sangat perlu
dilindungi agar tercapai tenaga kerja yang
sehat dan produktif (Suma’mur, 1994).

Dalam pelaksanaan kerja di perusahaan,
untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan
menambah jam kerja dengan memberlakukan
kerja bergilir (shift work). Kerja bergilir
sebagai suatu pola waktu kerja yaitu bekerja
selama 24 jam terus menerus yang diterapkan
perusahaan memberikan dampak yang besar
terhadap tenaga kerja dan keluhan yang
sifatnya subyektif di antaranya tidak dapat
tidur siang, kelelahan, gangguan kesehatan.
Tenaga kerja tidak sesuai untuk bekerja malam

hari karena adanya perubahan irama circardian
yang mempengaruhi fungsi fisiologis yang
berhubungan dengan kapasitas kerja, dan bila
keja malam hari tidak dapat dihindari maka
perlu diterapkan kerja bergilir rotasi yang cepat.
Tenaga kerja yang bekerja dengan
kerja bergilir rotasi cepat, pada akhir kerja
khususnya kerja bergilir malam diberikan
paling sedikit libur 1 hari untuk memulihkan
tenaga yang terpakai (Grandjean, 1985).

156
Universitas Sumatera Utara

Kuswadji (1977) menyatakan pola kerja
yang berubah pada kerja bergilir dapat
menyebabkan kelelahan yang meningkat akibat
perubahan pada irama circardian khususnya
kerja bergilir malam. Sedangkan Schultz (1982)
menyatakan bahwa kerja bergilir siang dan

malam paling berpengaruh terhadap tenaga
kerja. Tenaga kerja kurang produktif pada kerja
malam dibanding kerja bergilir siang dan
cenderung membuat banyak kesalahan kerja,
mudah mengalami kecelakaan dan absenteism.
Kelelahan kerja merupakan komponen
kelelahan fisiologis dan psikologis. Kerja
fisik terus menerus dan memerlukan
konsentrasi dapat diukur dengan perubahan
fisiologis dalam tubuh yaitu penurunan
waktu reaksi dan perubahan psikologis yaitu
adanya perasaan lelah, khususnya bagi
tenaga kerja Indonesia (Setyawati, 1985).
PT Indonesia Asahan Aluminium
(Inalum) merupakan pabrik peleburan
aluminium yang produksinya menghasilkan
aluminium batangan (ingot) yang diproduksi
pada seksi penuangan
subseksi casting
operation, menerapkan kerja bergilir dengan

rotasi cepat (3 hari).
Lamanya kerja bergilir adalah 3 hari, pada
akhir kerja diberikan libur 1 hari, sedangkan
kerja bergilir pagi dan siang diberikaan libur 2
hari, walaupun perusahaan sudah menerapkan
kerja bergilir dengan rotasi cepat masih
dijumpai keluhan tenaga kerja khususnya
kerja bergilir malam berupa gangguan tidur,
pencernaan, dan kelelahan.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kelelahan tenaga
kerja bagian produksi seksi penuangan
subseksi casting operation di PT Inalum
Kuala Tanjung tahun 2006.
2. Untuk mengetahui
pengaruh kerja
bergilir terhadap terjadinya kelelahan kerja
pada tenaga kerja bagian produksi seksi
penuangan subseksi casting operation di

PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2006.

Perumusan Masalah
Kerja bergilir merupakan pembagian
waktu kerja yang diterapkan di berbagai
perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan
kebutuhan bidang pelayanan dan produksi
barang dan jasa. Untuk tujuan tersebut tenaga
kerja diharuskan bekerja selama 24 jam. Efek
dari kerja bergilir banyak tenaga kerja yang
mengeluh terhadap gangguan fisiologis
gangguan kesehatan, gangguan pencernaan,
kelelahan, gangguan tidur, khususnya kerja
malam. PT Inalum Kuala Tanjung juga
menerapkan kerja bergilir dengan sistem
kerja bergilir cepat, walaupun bergitu masih
ada tenaga kerja yang mengeluh, mengantuk
pada saat bekerja, kelelahan dari gangguan
selera makan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian untuk melihat pengaruh kerja

bergilir terhadap kelelahan tenaga kerja di PT
Inalum Kuala Tanjung.

Pengumpulan Data
Data primer adalah kelelahan tenaga
kerja dengan menggunakan kuesioner alat
ukur perasaan kelelahan kerja (KUPK2).
Data sekunder adalah profil perusahaan
mengenai data tenaga kerja di seksi
penuangan subseksi casting operation.

Kerja Bergilir dan Kelelahan Kerja (156 – 160)
Lina Tarigan dan Kalsum

Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukkan bagi pihak perusahaan
mengenai pengaruh kerja bergilir terhadap
kelelahan tenaga kerja.
2. Menambah bahan informasi untuk
referensi bagi pengembangan ilmu.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif desain
studi cross sectional.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh tenaga kerja berjumlah 80 orang di
bagian produksi seksi penuangan subseksi
casting operation PT Inalum Kuala Tanjung,
bekerja dengan sistem kerja bergilir,
sedangkan yang menjadi sampel dengan
menggunakan simple random sampling,
jumlah sampel sebanyak 44 orang (Rumus
Vincent Gasperz).

Pengolahan Data
Hasil penelitiaan dianalisis dengan
menggunakan uji Oneway Anova untuk
melihat pengaruh kerja bergilir terhadap
kelelahan tenaga kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PT Inalum terdiri dari PLTA Sungai
Asahan/IPP (Inalum Power Plant) di
Paritohan, Kabupaten Toba Samosir dan

157
Universitas Sumatera Utara

pabrik peleburan aluminium/ISP (Inalum
Smeltng Plant) di Kuala Tanjung, Kecamatan
Sei Suka, Kabupaten Asahan, Propinsi
Sumatera Utara. Pabrik peleburan aluminium
merupakan bagian utama dari PT Inalum
yang dibangun di atas areal seluas 200 ha.
Distribusi
Tenaga
Kerja
Bagian
Penuangan

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di
bagian penuangan sebanyak 188 orang terdiri
dari: subseksi casting operation 80 orang, 4
orang foreman, Subseksi transportation and
bundling 72 orang, 4 orang foreman,
subseksi service 24 orang. Setiap subseksi
masing masing dengan 1 orang manager
staff. Dengan menerapkan kerja bergilir
rotasi cepat dengan empat kelompok kerja
pada seksi penuangan subseksi casting
operation, sedangkan subseksi service
menerapkan kerja bergilir tetap.
Perputaran kerja bergilir rotasi cepat
yang diterapkan meliputi: kerja bergilir
malam, pagi dan siang dengan lama kerja
masing–masing selama 3 hari dan pada akhir
kerja bergilir diberikan libur 1 hari untuk
kerja malam sedangkan kerja pagi dan siang
diberikan libur 2 hari. Adapun waktu kerja
bergilir pagi dimulai pukul 08.00–16.30

WIB, siang 16.30–24.00 WIB, dan malam
24.00–08.00 WIB.
Tenaga kerja sebanyak 11 orang (25%)
yang berumur 42–46 tahun sedangkan 1
orang (2,28%) yang berumur 52–56 tahun.
Tingkat pendidikan SMU sebanyak 36
orang (81,82%) sedangkan pendidikan SMP
8 orang (18,18%). Pada umumnya tenaga
kerja dengan status sudah kawin sebanyak 36
orang (81,82%) dan yang belum kawin
sebanyak 8 orang (18,18%).
Tenaga kerja dengan masa kerja 22–25
tahun sebanyak 19 orang (43,81%) dan
hanya 1 orang (2,28%) dengan masa kerja
14 – 17 tahun.
Semua tenaga kerja mengalami
kelelahan dengan tingkat kelelahan sangat
lelah, lelah, dan kurang lelah.

Tabel 1. Karakteristik
tenaga
kerja
berdasarkan umur, pendidikan,
status perkawinan, dan masa kerja
Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
22 – 26
9
27 – 31
9
32 – 36
3
37 – 41
2
42 – 46
11
47 – 51
9
52 - 56
1
Pendidikan
SMP
8
SMU
36
Status Perkawinan
Kawin
36
Tidak Kawin
8
Masa Kerja
2–5
14
6–9
3
10 – 13
3
14 – 17
1
18 – 21
4
22 - 25
19

%
20,43
20,45
6,83
4,55
25,00
20,45
2,28
18,18
81,82
81,82
18,18
31,81
6,82
6,82
2,28
9,09
43,81

Tabel 2. Kelelahan kerja tenaga kerja pada
kerja bergilir pagi
Kelelahan Kerja
Kurang lelah
Lelah
Sangat Lelah
Total

Jumlah
13
14
17
44

Persentase (%)
29,55
31,81
38,64
100,00

Tenaga kerja yang bekerja pada shift
pagi merasa sangat lelah sebanyak 17 orang
(38,64%), lelah 14 orang (31,81%) dan
kurang lelah 13 orang (29,55%). Kelelahan
kerja untuk setiap tingkat kelelahan
terdistribusi secara merata.
Tabel 3. Kelelahan kerja tenaga kerja pada
kerja bergilir siang
Kelelahan Kerja
Kurang lelah
Lelah
Sangat Lelah
Total

Jumlah
8
16
20

Persentase (%)
18,18
36,36
45,46

44

100,00

Tenaga kerja bekerja dengan sangat
lelah sebanyak 20 orang (45,46%) sedangkan
8 orang (18,18%) merasakan kurang lelah
pada saat bekerja.
Tabel 4. Kelelahan kerja tenaga kerja pada
kerja bergilir malam
Kelelahan Kerja
Kurang lelah
Lelah
Sangat Lelah
Total

158

Jumlah
5
17
22
44

Persentase (%)
11,36
38,64
50,00
100,00

Kerja Bergilir dan Kelelahan Kerja (156 – 160)
Lina Tarigan dan Kalsum
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Kelelahan kerja tenaga pada kerja bergilir pagi, siang, dan malam
Kerja Bergilir
Pagi
Siang
Malam
Total

Kurang lelah
Jumlah
%
13
29,55
8
18,18
5
11,36
44
100

Kelelahan Kerja
Lelah
Jumlah
%
14
38,64
16
36,36
17
31,81
44
100

Sangat Lelah
Jumlah
%
17
38,64
20
45,46
22
50,00
44
100

Pada kerja bergilir malam, tenaga
kerja sangat lelah sebanyak 22 orang (50%),
lelah 17 orang (38,64%) dan kurang lelah 5
orang (11,36%). Terlihat bahwa tenaga kerja
yang bekerja sebagian besar merasakan
kelelahan.
Tenaga kerja merasa sangat lelah
paling banyak pada bergilir malam yaitu 22
orang (50%) , pada siang 20 orang (45,46%)
dan pagi 17 orang (38,64%), sedangkan
tenaga kerja dengan tingkat kelelahan kurang
lelah paling banyak pada kerja bergilir pagi
13 orang (29,55%), siang 8 orang (18,18%)
dan malam 5 orang (11,36%).
Kelelahan kerja adalah merupakan
komponen fisik dan psikis. Kerja fisik
dengan menggunakan kecepatan tangan dan
fungsi mata serta memerlukan konsentrasi
terus menerus mengakibatkan kelelahan
fisiologis dan psikologis (Nasution, 1998).
Schult (1982) menyatakan bahwa:
bekerja dengan rotasi kerja bergilir
menimbulkan kelelahan yang berbeda untuk
tiap kerja bergilir siang dan malam paling
berpengaruh terhadap tenaga kerja.
Tenaga kerja merasa sangat lelah
bekerja pada kerja bergilir malam karena
terganggunya circadian rhytm tubuh seperti
denyut jantung oksigen yang dikonsumsi,
suhu tubuh, tekanan darah, produksi
adrenalin, dan sebagainya.
Pada
umumnya
fungsi
tubuh
meningkat pada pagi hari, mulai melemah
pada siang hari dan menurun pada malam
hari untuk pemulihan dan pembaharuan (Mc
Cormick dan Ilgen, 1985).
Secara alamiah manusia bekerja pada
pagi hari dan tidur pada malam hari dengan
perubahan pola kerja di malam hari dan tidur
disiang hari menimbulkan perasaan lelah
lebih cepat. Sedangkan bekerja pada kerja
bergilir siang lebih lelah dari bekerja pada
kerja bergilir pagi. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan tenaga kerja mengerjakan
aktivitas lain sebelum bekerja pada siang dan
malam harinya yang mengakibatkan sebelum
bekerja perasaan lelah sudah dirasakan oleh

tenaga kerja. Kuswadji (1997) menyatakan
bekerja
pada
kerja
bergilir
siang
menimbulkan
sedikit
lebih
lelah
dibandingkan bekerja pada kerja bergilir
pagi. Bekerja pada kerja bergilir malam dan
kerja bergilir siang waktu istirahatnya lebih
sedikit dari pada bekerja pada kerja bergilir
pagi. Hasil Analisis Anova menunjukkan
bahwa kerja bergilir malam berpengaruh
nyata terhadap kelelahan kerja (p < 0,05) dan
bekerja pada kerja bergilir malam
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
kerja bergilir pagi dan siang (p < 0,05).
Dalam hal ini menujukkan bahwa ada
pengaruh kerja bergilir terhadap terjadinya
kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Suma’mur, 1994) bahwa bekerja
pada kerja bergilir malam paling potensial
menyebabkan terjadinya kelelahan, waktu
istirahat yang diberikan setelah bekerja
dengan rotasi kerja bergilir khususnya untuk
kerja malam belum cukup untuk memulihkan
tenaga, karena setelah bekerja pada kerja
bergilir malam tenaga kerja masuk kerja pada
kerja bergilir pagi. Monk dan Folkard (1988)
menyatakan
bahwa konsekuensi kerja
bergilir akan menimbulkan efek terhadap
kesehatan, kesejahteraan, keselamatan dan
efisiensi kerja. Efek kerja bergilir lebih nyata
berpengaruh terhadap tenaga kerja adalah
timbulnya kelelahan kerja dan kurang tidur.
Tiga faktor penting yang pelu
diperhatikan untuk mengatasi kerja bergilir
yaitu waktu tidur, kehidupan keluarga dan
sosial, serta circadian rhytm. Waktu tidur
yang kurang menurunkan kesiapan mental
bekerja penurunan kinerja, keterlambatan
bekerja, dan
penurunan kesiagaan dan
perasaan lelah.

Kerja Bergilir dan Kelelahan Kerja (156 – 160)
Lina Tarigan dan Kalsum

159

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kelelahan kerja pada tenaga kerja
dengan tingkat kelelahan sangat lelah
di bagian produksi seksi penuangan
subseksi casting operation PT Inalum

Universitas Sumatera Utara

Kuala Tanjung dijumpai pada kerja
bergilir pagi, siang, malam
2. Kerja bergilir kerja berpengaruh nyata
(significan) terhadap kelelahan kerja
pada tenaga kerja seksi penuangan
subseksi casting operation PT Inalum
Kuala Tanjung.
3. Kerja bergilir malam berpengaruh secara
nyata dengan kerja bergilir pagi dan
siang.
Saran
1. Tenaga kerja diseksi penuangan subseksi
casting operation PT Inalum Kuala
Tanjung mempergunakan waktu istirahat
dengan sebaik-baiknya untuk tetap
memperhatikan kesehatan.
2. Perusahaan agar memperhatikan dan
melaksanakan pengaturan seperti rotasi
kerja bergilir khususnya kerja bergilir
malam dengan memberikan waktu libur
2–3 hari pada akhir kerja bergilir malam
dan memberikan makanan tambahan
untuk menambah energi bagi tenaga
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes. R.M. 1980. Motion and Time Study
Design and Measurement of Work,
Seventh Edition, Jhon Willey and
Sons, New York.
Grandjean, E. 1985. Fitting The Task to The
Man, Taylor & Francis Ltd. London.
ILO, Encyclopedia of Occupational Health
and Safety, International New York
Labour Office, Geneva, 1983, Vol II.

160

Kuswadji S., Pengaturan Tidur Pekerja Shift,
Cermin
Dunia Kedokteran No.
116/1997, 48 – 52.
Mahyastuti M. Circardian Rhythm dan
Pengaruhnya pada Pola Tidur Awak
Pesawat. Majalah Kesehatan Masyarakat.
IAKMI, Tahun XXI No. 5, Juni 1993,
283 – 289.
Mc. Cormick, E.J and D.R. Ilgen. 1985.
Fundamental
Industrial
and
Organizational Psychology.
Monk T and S Folkard. 1988. Circadian
Rhytim and Shift Work, in R. Hockey,
Stress
and
Fatigue
Human
Performance, Jhon Willey and sons,
New York.
Nasution, H.R. 1998. Kelelahan Tenaga
Kerja Wanita dan Pemberian Musik
Pengiring
di
Andiyanto
Batik
Yogyakarta. Tesis UGM, Yogyakarta.
Schultz, D. P. 1982. Psychology and Industry
Today. An Introdduction to Industrial
and Organizaationaal Pssychology,
Third Edition, Mc. Milan Publishing
co Inc. New York.
Setyawaati, L. 1985. Pengaruh Suhu Tinggi
di Ruang Kerja Dapur terhadap
Tingkat Kelelahan Kerja Karyawan
Hotel Ambarukmo Palace Yokyakarta.
Tesis Program Pasca Sarjana UGM
Yogyakarta.
Suma’mur P.K. 1994. Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung,
Jakarta.

Kerja Bergilir dan Kelelahan Kerja (156 – 160)
Lina Tarigan dan Kalsum
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Karyawan Bagian Produksi Seksi Reduksi PT. INALUM Kuala Tanjung Tahun 2011

34 140 41

Persepsi Tenaga Kerja Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Pedoman Penerapan SMK3 di PT. Inalum Kuala Tanjung Tahun 2005

6 58 97

Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di Bagian Produksi Seksi Penuangan PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2006

4 67 68

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalen

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalen

0 2 17

HUBUNGAN PAPARAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI Hubungan Paparan Getaran Mekanis Dengan Kelelahan Kerja Dan Gangguan Kesehatan Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Putri Indah Pertiwi Des

4 14 16

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI “CANDY” PT Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi “Candy” PT Deltomed Laboratories Wonogiri.

0 3 18

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI“CANDY” PT Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi “Candy” PT Deltomed Laboratories Wonogiri.

0 3 17

HUBUNGAN STRESS KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN WEAVING DI PT. ISKANDAR Hubungan Stress Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Weaving Di Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 7 16

Korelasi antara Suhu Lingkungan Kerja dengan Kelelahan pada Tenaga Kerja di bagian Produksi PT Tigaha Sono Timber Industri Kawasan Candi Semarang Tahun 2006.

0 0 2