Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Karyawan Bagian Produksi Seksi Reduksi PT. INALUM Kuala Tanjung Tahun 2011

(1)

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI

PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

NIM : 061000144 TRI HENGKY PUTRA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI

PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM : 061000144 TRI HENGKY PUTRA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI

PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankankan oleh :

NIM : 061000144 TRI HENGKY PUTRA

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 29 November 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Penguji II

Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes NIP. 196202061992031002

Penguji III

Ir. Kalsum, M.Kes NIP. 195908131991032001

Ketua Penguji

Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes NIP. 197911072005012003

Penguji I

Dra. Lina Tarigan, Apt, MS NIP. 195908061988112001

Medan, Desember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas sumatera Utara Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja di Bagian Produksi Seksi Reduksi Subseksi Reduction Operation PT Inalum Kuala Tanjung” yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan desain Cross Sectional. Penelitian dilakukan dengan sampel sebanyak 70 orang dari 240 populasi yang menjalani shift kerja dengan sistem 3-3-3 di bagian reduction operation. Kelelahan pada setiap shift karyawan diukur dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) dan dikategorikan dalam perasaan kurang lelah, lelah dan sangat lelah.

Hasil penelitian diperoleh pada shift I (24.00-08.00 WIB) sebanyak 9 orang (12.9%) kategori lelah dan 61 orang (87.1%) kategori sangat lelah. Pada shift II (08.00-16.00 WIB) sebanyak 5 orang (7.1%) kategori kurang lelah dan 65 orang (92.9%) kategori lelah. Pada shift III (16.00-24.00 WIB) sebanyak 44 orang (62.9%) kategori lelah dan 26 orang (37.1%) kategori sangat lelah. Pada hasil uji statistik regresi linear tunggal diperoleh terdapat pengaruh shift I dan shift III terhadap kelelahan kerja (p<0.05) dan tidak ada pengaruh shift II terhadap kelelahan kerja (p>0,05).

Disarankan kepada karyawan yang bekerja pada shift I dan shift III untuk memanfaatkan waktu istirahat pada saat bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja karyawan.


(5)

ABSTRACT

Has done research on the effect of shift work to work fatigue at Production Section Reduction Operations Subsection PT Inalum Kuala Tanjung. The research was analytical descriptive with cross sectional approach. The samples were 70 workers that took shift work with 3-3-3 system in reduction operation section.the work fatigue were measured by using Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) and categorized in less tired, tired and very tired.

The result of research showed that there were 9 workers included in fatigue category and 61 workers included in very tired category on shift I. There were 5 workers included In less tired category and 65 workers included in fatigue category on shift II. There were 44 workers included in fatigue category and 26 workers included in very tired category on shift III. The statistical test using single linear regression showed that there was the effect af shift I and III to work fatigue and there wasn’t the effect of shift II to work fatigue.

The employees who worked on shift I and III were recommended to take advantage of rest period to prevent work fatigue that could cause decreased work performance.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Hengky Putra

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Gading, 31 Desember 1988 Agama : Islam

Status : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)

Alamat Rumah : Jln. Pembangunan Gang Mesjid No.22, Medan Alamat Kantor : -

Riwayat Pendidikan : 1. TK Mitra PT Inalum Tanjung Gading 2. SDN. 016396 Tanjung Gading

3. SLTP Swasta F.Tandean Tebing Tinggi 4. SMAN. 1 Tebing Tinggi


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Karyawan Bagian Produksi Seksi Reduksi PT. INALUM Kuala Tanjung Tahun 2011 ”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU dan selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.kes selaku Dosen Pembimbing I yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ir. Kalsum M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(8)

6. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Penasihat Akademik.

7. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak pimpinan PT Inalum Kuala Tanjung yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

9. Kepada Ayahanda Yulhasvi M. dan ibunda Farlendiati yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.

10.Abangku dr. Budi Yulhasvi Febrianto dan Kakakku Oktrisshinda Putri dan dr. Dita Hasni yang telah memberikan dukungan selama penulis menyusun skripsi.

11.Kepada Desia Meriza Utary yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan, Andri Regar, Afdol, Amru, Pendi, Iqbal, Ipak, Conel, Darli, Fitra, Tya, Yuni, Dessy, Dila, Dila Aini, Mansur, Nana, Adel, Ajem, Berkat, Yori, Delly.

13.Abang-abang senior dan adik-adik junior, Bang Hamid, Bang Budi, Bang Dika, Bang Enda, Bang Angga, Ozi, Nanda, Putra, Putri, Wita, Mayan, Jupri, Vina, Dini, Dina, Iyus, Bidah.

14.Rekan-rekan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seluruh teman-teman di FKM USU.


(9)

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 29 November 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja ... 7

2.1.1Defenisi Shift Kerja ... 7

2.1.2 Sistem Shift Kerja ... 8

2.1.3 Sikap Tenaga Kerja Terhadap Shift Kerja ... 9

2.1.4 Efek Shift Kerja ... 9

2.2 Irama Sirkadian ... 11

2.3 Kelelahan Kerja ... 13

2.3.1 Jenis Kelelahan Kerja ... 13

2.3.2 Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Kelelahan ... 15

2.3.3 Proses Terjadinya Kelelahan Kerja ... 17

2.3.4 Akibat Kelelahan Kerja ... 19

2.3.5 Penanggulangan Kelelahan Kerja ... 21

2.4 Kerangka Konsep ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2 Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 23

3.3.2 Sampel ... 23

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.5 Defenisi Operasional ... 25

3.6. Aspek Pengukuran ... 25


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 27

4.1.1 Proses Produksi Aluminium ... 28

4.1.2 Proses Kerja Pabrik Reduksi PT Inalum Kuala Tanjung .... 30

4.1.3 Distribusi Karyawan Seksi Reduksi PT Inalum Kuala Tanjung ... 31

4.1.4 Gambaran Shift Kerja Seksi Reduksi PT Inalum Kuala Tanjung ... 31

4.2 Gambaran Umum Karyawan ... 32

4.2.1 Umur ... 32

4.2.2 Tingkat Pendidikan ... 33

4.2.3 Status Perkawinan ... 34

4.2.4 Masa Kerja ... 34

4.3 Kelelahan Kerja ... 35

4.4 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja ... 36

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Shift I Terhadap Kelelahan Kerja ... 38

5.2 Pengaruh Shift II Terhadap Kelelahan Kerja ... 39

5.3 Pengaruh Shift III Terhadap Kelelahan Kerja ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karyawan Berdasarkan Kelompok Umur di Bagian Reduksi Subseksi Reduction Operation PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2011 Tabel 4.2 Distribusi Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Bagian

Reduksi Subseksi Reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2011

Tabel 4.3 Distribusi Karyawan Berdasarkan Status Perkawinan di Bagian Reduksi Subseksi Reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2011 Tabel 4.4 Distribusi Karyawan Berdasarkan Masa Kerja di Bagian Reduksi

Subseksi Reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2011 Tabel 4.5 Kelelahan Kerja Pada Shift I, II dan III Pada Karyawan di Bagian

Reduksi Subseksi Reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2011

Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja pada Shift I, II, dan III dan Analisis Regresi Linear pada Karyawan di Bagian Reduksi Subseksi


(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja di Bagian Produksi Seksi Reduksi Subseksi Reduction Operation PT Inalum Kuala Tanjung” yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan desain Cross Sectional. Penelitian dilakukan dengan sampel sebanyak 70 orang dari 240 populasi yang menjalani shift kerja dengan sistem 3-3-3 di bagian reduction operation. Kelelahan pada setiap shift karyawan diukur dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) dan dikategorikan dalam perasaan kurang lelah, lelah dan sangat lelah.

Hasil penelitian diperoleh pada shift I (24.00-08.00 WIB) sebanyak 9 orang (12.9%) kategori lelah dan 61 orang (87.1%) kategori sangat lelah. Pada shift II (08.00-16.00 WIB) sebanyak 5 orang (7.1%) kategori kurang lelah dan 65 orang (92.9%) kategori lelah. Pada shift III (16.00-24.00 WIB) sebanyak 44 orang (62.9%) kategori lelah dan 26 orang (37.1%) kategori sangat lelah. Pada hasil uji statistik regresi linear tunggal diperoleh terdapat pengaruh shift I dan shift III terhadap kelelahan kerja (p<0.05) dan tidak ada pengaruh shift II terhadap kelelahan kerja (p>0,05).

Disarankan kepada karyawan yang bekerja pada shift I dan shift III untuk memanfaatkan waktu istirahat pada saat bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja karyawan.


(14)

ABSTRACT

Has done research on the effect of shift work to work fatigue at Production Section Reduction Operations Subsection PT Inalum Kuala Tanjung. The research was analytical descriptive with cross sectional approach. The samples were 70 workers that took shift work with 3-3-3 system in reduction operation section.the work fatigue were measured by using Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) and categorized in less tired, tired and very tired.

The result of research showed that there were 9 workers included in fatigue category and 61 workers included in very tired category on shift I. There were 5 workers included In less tired category and 65 workers included in fatigue category on shift II. There were 44 workers included in fatigue category and 26 workers included in very tired category on shift III. The statistical test using single linear regression showed that there was the effect af shift I and III to work fatigue and there wasn’t the effect of shift II to work fatigue.

The employees who worked on shift I and III were recommended to take advantage of rest period to prevent work fatigue that could cause decreased work performance.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan sumber produksi dan produktifitas tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.

Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang di sektor industri sangat membutuhkan sumber daya manusia (tenaga kerja) yang sehat, efesien dan produktif. Tenaga kerja seperti ini diharapkan akan mampu berkompetisi dengan tenaga kerja yang lain, baik di dalam dan di luar negeri. Keunggulan tersebut dapat tercapai bila semua pihak turut berperan aktif bekerja sama dengan tingkat kemampuan yang ada pada tenaga kerja itu sendiri.

Bagi sektor industri peran yang dapat dilakukan di antaranya dengan mengurangi atau menghilangkan berbagai potensi bahaya yang ada pada lingkungan kerja seperti peralatan (mesin), iklim, pola waktu kerja (shift kerja), dan sebagainya, sehingga berbagai dampak negatif yang akan timbul terhadap pekerja sedini mungkin dapat dicegah.

Tenaga kerja merupakan tulang punggung di bidang industri yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu usaha untuk mempertinggi produksi, produktifitas dan efesiensi kerja. Sekalipun faktor modal cukup, material baik mutunya, mesin-mesin yang serba sempurna namun perusahaan tidak akan berjalan lancar apabila derajat kesehatan tenaga kerja tidak memuaskan.


(16)

Produktivitas tenaga kerja tinggi apabila terdapat keseimbangan antara beban,kapasitas dan lingkungan kerja (Suma’mur,1994).

Upaya yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktivitas perusahaannya adalah dengan menambah jam kerja karyawannya yaitu dengan memberlakukan sistem shift kerja. Dimana shift kerja merupakan pembagian kerja dalam waktu 24 jam meliputi pagi, sore dan malam yang dilaksanakan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan memenuhi dan meningkatkan produksi. Bagi perusahaan pengaturan shift kerja dilaksanakan bertujuan untuk menjaga kelancaran dan pemenuhan target produksi, sedangkan bagi pekerja merupakan beban kerja yang harus dipikul sebagai pekerja.

Koller melakukan penelitian tentang berbagai masalah psikososial dan gejala psikosomatik dari pekerja shift dan non shift (day workers) di sebuah perusahaan kilang minyak. Salah satu hasil penelitian tersebut adalah keluhan-keluhan seperti kelelahan dan badan lemah yang ditemukan lebih banyak pada pekerja yang mengalami shift (Kuswadji, 1997).

Shift kerja sebagai suatu pola waktu kerja yang diterapkan perusahaan bagi tenaga kerja ternyata memiliki dampak yang cukup besar terhadap kesehatan tenaga kerja. Suma’mur (1994) menyatakan bahwa shift kerja malam perlu mendapatkan perhatian karena irama faal manusia terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan akibat kerja relatif sangat besar, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, kurang tidur, timbul reaksi psikologis dan pengaruh-pengaruh kerja malam biasanya bersifat kumulatif. Shift kerja merupakan suatu keadaan yang positif berhubungan dengan terjadinya kelelahan kerja.


(17)

Shift kerja kalau dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola dengan baik oleh pihak perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan prilaku tenaga kerja, yang lambat laun tentunya akan menyebabkan gangguan psikopatologis. Gangguan ini tentunya tidak diharapkan oleh tenaga kerja sendiri tetapi juga oleh pihak perusahaan karena dapat mengurangi produktivitas.

Sri Ramayuli (2004) menyatakan bahwa shift kerja berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kerja. Hal ini berhubungan dengan irama

circardian fungsi tubuh seperti suhu tubuh, kemampuan mental, denyut nadi, dan

lain-lain. Pada siang hari meningkat dan malam hari untuk pemulihan.

Pada dasarnya semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri (Nurmianto, 1998).

Kelelahan merupakan gejala yang wajar dialami oleh setiap orang yang diakibatkan oleh faktor psikis maupun fisik. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor individu dalam hal ini seperti umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan, dan status gizi mempunyai hubungan terhadap terjadinya kelelahan kerja. Faktor individu seperti umur dan status seseorang mempunyai hubungan yang signifikan tehadap terjadinya kelelahan (Oentoro,2004).

PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Kuala Tanjung merupakan pabrik peleburan aluminium yang menghasilkan aluminium batangan (ingot) yang merupakan produk akhir dari PT. Inalum yang di pasarkan di dalam dan ke luar negeri. Untuk menghasilkan ingot tersebut bahan mentah yaitu larutan alumina


(18)

direduksi di dalam sebuah tungku reduksi (pot reduksi), yaitu merupakan kotak baja persegi yang dinding sampingnya berlapis bata isolasi dan karbon yang bertemperatur sekitar 970˚C untuk menghasilkan aluminium cair yang disebut SRO ( Smelter Reduction Operation).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis terhadap tenaga kerja lapangan di seksi reduksi yang semuanya berjenis kelamin laki-laki, terlihat bahwasanya tenaga kerja di lapangan bekerja dengan sistem shift, yang terbagi menjadi 3 shift yaitu shift I dimulai dengan waktu kerja pukul 24.00-08.00 WIB, shift II dimulai dengan waktu kerja pukul 08.00-16.00 WIB, shift III dimulai dengan waktu kerja pukul 16.00-24.00 WIB.

Seksi reduksi PT Inalum Kuala Tanjung menerapkan sistem 3-3-3 bagi karyawan yang bekerja di lapangan. Sistem ini dibuat dimana masing-masing shift kerja lamanya 3 hari, pada akhir shift II diberikan libur 2 hari dan pada akhir shift III diberikan libur 1 hari. Karyawan yang bekerja dengan menggunakan shift terbagi menjadi 4 tim dan bekerja dengan 3 shift kerja. Walau telah menerapkan sistem 3-3-3 dengan 4 tim, tapi masih ada keluhan-keluhan yang dirasakan oleh karyawan akibat bekerja dengan sistem shift seperti gangguan pada otot, mengantuk dan gangguan selera makan terutama pada karyawan di subseksi reduction operation.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi seksi reduksi subseksi reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2011.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang maka dirumuskan masalah yaitu bagaimana pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi seksi reduksi subseksi reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh shift kerja terhadap kelelahan tenaga kerja pada karyawan bagian produksi seksi reduksi subseksi reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi seksi reduksi subseksi reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2011.

2. Untuk mengetahui pengaruh shift kerja terhadap terjadinya kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi seksi reduksi subseksi reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak perusahaan PT Inalum Kuala Tanjung khususnya mengenai pengaruh shift kerja terhadap kelelahan tenaga kerja di bagian produksi seksi reduksi subseksi reduction operation.


(20)

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pengaruh shift kerja terhadap kelelahan tenaga kerja di bagian produksi seksi reduksi subseksi reduction operation PT Inalum Kuala Tanjung.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Shift Kerja

2.1.1 Defenisi Shift Kerja

Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji, 1997).

Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim.


(22)

2.1.2 Sistem Shift Kerja

Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift. Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004) dikenal dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari :

1. Shift Permanen

Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.

2. Sistem Rotasi

Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling menggangu terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.

ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3x8).

Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga merupakan system rotasi pendek dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari untuk 2 shift dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini bergantian untuk stiap shift. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan modern dengan mempertimbangkan faktor sosial dan


(23)

psikologis untuk industri yang bergerak pada bagian manufaktur dan kontiniu (Pulat dalam Sri Ramayuli, 2004).

2.1.3 Sikap Tenaga Kerja Terhadap Shift Kerja

Banyak pandangan orang yang tidak menyukai shift kerja tetapi sikap ini tidak umum. Sebagai contoh survei yang dilakukan oleh Weddenburn tentang tanggapan terhadapa shift kerja dari 315 pekerja industri baja di Inggris diperoleh bahwa 18 % sangat suka, 29% suka, 22% kurang suka, 23% tidak suka, dan 8% sangat tidak suka. Individu yang tidak suka terhadap shift kerja tersebut disebabkan oleh beberapa hal di antaranya 61% beranggapan bahwa shift kerja berpengaruh terhadap kehidupan sosial, 47% beranggapan bahwa shift kerja menyebabkan waktu tidur tidak teratur, 44% karena kerja malam, 38% waktu makan tidak teratur, 35% menyebabkan cepat bangun (Fish dalam Hery Firdaus, 2005).

Kuswadji (1997) juga melaporkan bahwa tanggapan pekerja terhadap tiga shift kerja adalah sebagai berikut :

1. Shift pagi : memberikan waktu luang baik untuk kehidupan keluarga dan tidak terbatas kehidupan sosialnya.

2. Shift siang : terbatas kehidupan sosial, waktu siang terbuang dan sedikit lelah. 3. Shift malam : lelah, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan keluarga, gangguan tidur, memberikan banyak waktu luang terbuang.

2.1.4 Efek Shift Kerja

Menurut Fish yang dikutip oleh Hery Firdaus (2005) mengemukakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan antara lain :


(24)

1. Efek fisiologis

a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan menggangu aktivitas kelompok dalam masyarakat.

Saksono (1991) menyatakan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

3. Efek kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.


(25)

4. Efek terhadap kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek terhadap keselamatan kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam. (Adiwardana dalam Khairunnisa, 2001).

2.2 Irama Sirkadian

Dalam 24 jam tubuh akan mengalami fluktuasi berupa temperatur, kemampuan untuk bangun, aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon, dikenal sebagai irama sirkadian (Folkard dan Monk dalam Hery Firdaus, 2005).

Circardian rhythm berasal dari bahasa Latin. Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari ( circardies = kira-kira satu hari). Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara teratur mengalami perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi adapula


(26)

beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun. Sebenarnya siklus circardian manusia berkisar antara 22-25 jam (Mahyastuti, 1993).

Menurut Folkard dan Monk serta Mc. Cormick dan Ilgen yang dikutip oleh Hery Firdaus (2005) menyatakan bahwa circardian rhythm setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift pagi dan siang terlihat sedikit perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu apabila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam.

Menurut Kuswadji (1997) masing-masing orang mempunyai jam biologis sendiri-sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti :

a. Perubahan antara gelap dan terang. b. Kontak sosial.

c. Jadwal kerja. d. Adanya jam weker

Fungsi tubuh yang sangat dipengaruhi oleh circardian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, proses metabolisme, suhu tubuh, denyut jantung dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini akan berubah-ubah antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat dan pada malam hari menurun.

Menurut Mahyastuti (1993) dalam keadaan normal, fungsi tubuh dapat dibedakan atas 2 fase, yaitu :


(27)

1. Fase ergotropik, terjadi pada siang hari dan semua organ tubuh siap untuk bekerja.

2. Fase tropotropik, terjadi malam hari dan sebagian besar fungsi tubuh menurun serta waktu ini dipakai untuk pemulihan dan pembaharuan energi.

2.3 Kelelahan Kerja

Salah satu keluhan yang paling sering dan umum di antara pekerja adalah rasa letih, baik karena kurang tidur malamnya, terlalu banyak bekerja atau suatu masalah emosional lainnya. Bila rasa letih sedemikian menonjol dan terus menerus sehingga menggangu kerja dan kegiatan lainnya ini disebut kelelahan (fatique).

Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1994).

Banyak defenisi tentang kelelahan kerja yang telah dikemukakan, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi papda setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Satalaksana, 1979).

2.3.1 Jenis Kelelahan kerja

Kelelahan kerja dapat dibedakan yang berdasarkan : 1. Waktu terjadinya kelelahan kerja, yaitu :

a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.


(28)

b. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

• Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain.

• Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

• Depresi yang berat, dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000). 2. Penyebab terjadinya kelelahan

a. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah, penurunan waktu reaksi.

b. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial (Khairunnisa, 2001).

3. Proses dalam otot yang terdiri dari :

a. Kelelahan otot, adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma’mur, 1994).

b. Kelelahan umum, adalah perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas (Grandjean, 1985). Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi


(29)

antara lain : lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang) dan rasa malas bekerja atau circardian fatique (Nurmianto, 1998). Selain itu kelelahan umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin bekerja, serta kelelahan umum disebut juga kelelahan fisik dan kelelahan syaraf (Suma’mur, 1994).

2.3.2. Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Kelelahan

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pekerjaan yang akan dilakukan seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik akibat kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan yaitu : jam kerja; periode istirahat; cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap, mental dan kelelahan tenaga kerja; kebisingan dan getaran merupakan gangguan yang tidak diinginkan, sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan. Hal ini sebaiknya dipahami sehingga tercipta kondisi fisik yang menyenangkan dalam bekerja.

Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkat kelelahan kerja seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performance kerja yang bisa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolak ukur yang sering dipakai untuk mengevaluasi tingkat kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekuensi kecelakaan yang menimpa pekerja sering kali juga dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian yang patut diperhatikan adalah bahwa perubahan performa kerja ataupun kualitas


(30)

output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh faktor kelelahan kerja (Wignjosoebroto, 2000).

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar kesadaran serta prose pemulihan. Orang-orang lelah menunjukkan :

1. Penurunan perhatian.

2. Perlambatan dan hambatan persepsi. 3. Lambat dan sukar berfikir.

4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja. 5. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental.

Ada lima (5) kelompok penyebab kelelahan yaitu : 1. Keadaan monoton.

2. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.

3. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan. 4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik. 5. Penyakit, perasaan sakit, keadaan gizi.

Faktor organisasi kerja seperti pengaturan waktu kerja termasuk di dalamnya shift kerja dan periode istirahat juga berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan kerja. Shift kerja secara nyata berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan terutama shift kerja siang dan shift kerja malam. Kedua shift ini nyata lebih lelah dibandingkan shift pagi karena menyebabkan gangguan circardian rhythm (gangguan tidur).

Shift kerja siang dan shift keja malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja kurang produktif pada shift malam dibanding shift siang dan


(31)

cenderung membuat banyak kesalahan kerja, mudah kecelakaan kerja dan absentisme.

Suma’mur (1994) menyatakan bahwa salah satu penyebab kelelahan kerja adalah lamanya kerja mental dan fisik dan faktor-faktor yang lain yang telah disebutkan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh tersebut berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan ini dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja seperti halnya kelelahan fisiologis seperti mengantuk.

2.3.3 Proses Terjadinya Kelelahan Kerja

Kelelahan terjadi karena berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.

Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan.


(32)

Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut : 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulakan CO2

2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm

, saerolatic, phospati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

3

3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 liter/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara sekitar 15 liter/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan di mana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika ini terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H

darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Karena bekerja, persediaan glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.

2O (air) dan CO2

Untuk kelelahan fisiologis, para ahli meyakini bahwa keadaan dan perasaan kelelahan yang timbul karena adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran (Cortex (karbondioksida) agar di keluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah) (Nasution, 1998).


(33)

cerebri) atas pengaruh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikolaris yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh ke arah reaksi. Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis tersebut.

Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedang lelah dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga (ketegangan emosi). Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat daripada sistem penggerak (Satalaksana, 1979).

2.3.4 Akibat Kelelahan Kerja

Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga saat sedang bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja. Kelelahan yang terjadi secara terus-menerus berakibat pada kelelahan kronis.


(34)

Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul seperti :

1. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa berat, menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.

2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.

3. Merasa sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernafasan merasa tertekan, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan dan kurang sehat badan (Suma’mur, 1994).

Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis.

Dalam studi efek kelelahan harus dipahami bahwa gejala umum dari kelelahan kerja merupakan sebagai suatu hasil dari aktivitas yang panjang. Gejala kelelahan berikut merupakan gejala yang jelas dilihat dan dirasakan, yaitu menurunnya perhatian, lamban dalam bergerak, gangguan persepsi, pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja menurun, ketelitian menurun dan kesalahan meningkat (Grandjean,1985).


(35)

2.3.5 Penanggulangan Kelelahan Kerja

Kelelahan dengan menurunnya efisiensi dan ketahanan dalam bekerja meliputi segenap kelelahan tanpa mamandang apapun penyebabnya seperti, kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (visual), kelelahan fisik umum, kelelahan mental, kelelahan syaraf, kelelahan oleh karena lingkungan kerja yang monoton ataupun karena lingkungan kerja yang kronis terus-menerus.

Kelelahan merupakan komponen kelelahan fisik dan psikis. Kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor psikis yang mengakibatkan kelelahan (Nasution, 1998).

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kelelahan akibat bekerja sehingga kelelahan akibat bekerja dapat dikurangi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan menyediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh, bekerja dengan menggunakan metode kerja yang baik (misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi), memperhatikan kemampuan tubuh artinya pengeluaran tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya, memperhatikan waktu kerja yang teratur (jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya, masa libur dan rekreasi dan lain-lain), mengatur lingkungan fisik dengan sebaik-baiknya (temperatur, kelembaban, pencahayaan), serta berusaha mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat bekerja (warna dan dekorasi kerja, musik, menyediakan waktu untuk berolahraga, dan lain-lain) (Suma’mur, 1994).


(36)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel X Variabel Y

2.5 Hipotesis Penelitian H0

H

: Tidak ada pengaruh shift I, II, dan III terhadap terjadinya kelelahan kerja pada karyawan.

a : Ada pengaruh shift I, II, dan III terhadap terjadinya kelelahan kerja pada

karyawan.

Shift I (24.00-08.00 WIB)

Shift II (08.00-16.00 WIB)

Shift III (16-00-24.00 WIB)

KELELAHAN KERJA


(37)

p>α, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh shift II terhadap kelelahan.

Dari hasil penelitian diperoleh pada shift II hampir semua karyawan tidak pernah merasakan gejala-gejala perasaan lelah seperti mudah mengingat-ingat sesuatu hal, mudah untuk mengemukakan pendapat, dapat memusatkan perhatian pada waktu bekerja, mempunyai minat terhadap sesuatu, mudah mengingat apa masalah yang perlu segera diatasi, tidak ragu-ragu terhadap kemampuan diri-sendiri, mampu bekerja dengan terampil, mampu bekerja dengan baik, merasa segar pada diri sendiri, dan mampu bergerak cepat dan terampil.

Penelitian Sinurat (2006) menyatakan bahwa shift pagi tidak mempengaruhi kelelahan kerja karyawan karena mempunyai waktu istirahat yang cukup atau pola tidur tidak terganggu. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kuswadji (1997) bahwa pada siang hari irama sirkadian tubuh tidak terganggu sehingga tubuh tidak menjadi cepat lelah.

Menurut Mahyastuti (1993) dalam keadaan normal fungsi tubuh mengalami fase ergotropik dimana pada siang hari semua organ tubuh siap untuk bekerja.

5.3. Pengaruh Shift III Terhadap Kelelahan Kerja

Tingkat kelelahan kerja karyawan shift III sebagian besar berada pada kategori lelah yaitu sebanyak 44 orang (62.9%), dan sisanya berada pada kategori sangat lelah yaitu sebanyak 26 orang (37.1%). Shift III berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian kelelahan kerja yang diperoleh dari hasil uji regresi yang menunjukkan nilai p(0,001) < α(0,05).


(38)

Dari hasil penelitian diperoleh pada shift III hampir semua karyawan sering merasakan gejala-gejala perasaan lelah seperti tidak mudah mengingat-ingat sesuatu hal, sulit memusatkan perhatian pada waktu bekerja, tidak mempunyai minat pada sesuatu, merasa sulit mengingat apa masalah yang perlu segera diatasi, merasa ragu-ragu terhadap kemampuan diri sendiri, tidak mampu memaksa diri sendiri melakukan pekerjaan sebaik-baiknya, dan merasa tidak perlu bekerja dengan terampil. Para karyawan juga kadang-kadang merasakan tidak ada kesegaran pada diri sendiri, tidak mampu bergerak cepat dan terampil dan merasa kecerdasannya menurun.

Kristina Sitorus (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kerja shift sore berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Astrand dan Rodahl dalam Ida Khairunnisa (2001) menyebutkan, kurang tidur, selera makan berkurang, lelah selama dan setelah bekerja merupakan kaeluhan yang paling sering dialami oleh pekerja shift sore. Menurut Suma’mur (1994) shift sore perlu mendapatkan perhatian yang serius karena dapat menyebabkan gangguan pada irama faal dan metabolisme tubuh, gangguan pencernaan, kurang tidur, kelelahan dan gangguan reaksi psikologis dan pengaruh-pengaruhnya bersifat kumulatif.


(39)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat kelelahan kerja karyawan shift I berada pada kategori sangat lelah sejumlah 61 orang (87.1%), shift II kategori lelah sejumlah 65 orang (92.9%) dan shift III kategori lelah sejumlah 44 orang (62.9%).

2. Ada pengaruh antara shift I dan shift III terhadap kelelahan kerja dan tidak ada pengaruh shift II terhadap kelelahan kerja.

6.2. Saran

Agar karyawan yang bekerja pada shift I dan shift III mempergunakan waktu istirahat pada saat bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja yang dapat menyebabkan penurunan kinerja pada karyawan.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, H. 2005. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2005. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Grandjean, E, 1985, Fitting The Task To The Man. Taylor and Francis Ltd. London.

ILO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety, International New York Labour Office, Geneva, 1983, Vol. II.

Khairunnisa, I. 2001. Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Operator Telepon di Kantor Daerah Telekomunikasi Medan Tahun 2001, Skripsi, FKM-USU, Medan.

Kuswadji S, Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran, No. 116/1997, 52-48.

Mahyastuti M. Circardian Rhythm dan Pengaruhnya Pada Pola Tidur Awak Pesawat. Majalah Kesehatan Masyarakat. IAKMI, Tahun XXI No.5, Juni 1993. 289-283.

Naibaho, E.F., 1997. Perbandingan Sistem Rotasi Shift Kerja Malam Berdasarkan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Materna dan Rumah Sakit Herna Medan Tahun 1997. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Nasution, H.R, 1998. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian Musik Pengiring di Andiyanto Batik Yogyakarta, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta Nurmianto, E, 1998. Ergonomi-Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi I, Guna

Widya, Surabaya.

Oentoro, S, 2004. Kampanye Atasi Kelelahan Mental dan Fisik.

P.K., Suma’mur, 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta.


(41)

Ramayuli, S, 2004. Hubungan Faktor Individu dan Shift Kerja Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan di PT. INDOFOOD Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004. Skripsi, FKM-USU. Medan

Saksono, A., 1991. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta.

Satalaksana, Anggawisatra, Tjakraatmadja, 1979. Teknik Tata Cara Kerja. ITB Bandung. Hal 73-76.

Sinurat, Dina Hertaty, 2006. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan di Bagian Produksi Seksi Penuangan PT. Inalum Kuala Tanjung Tahun 2006, Skripsi, FKM-USU. Medan.

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan IX, Alfhabetha, Bandung

Sitorus, K, 1999. Pengaruh Kerja Bergilir Terhadap Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 1998. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Wignjosoebroto, S, Wiranto, S.E, 2000. Proccedings Seminar Nasional Ergonomi Industri Untuk Meningkatkan Daya Saing Global Dalam Memasuki Era Milenium Ketiga. Cetakan Pertama, Guna Widya, Surabaya.


(1)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel X Variabel Y

2.5 Hipotesis Penelitian H0

H

: Tidak ada pengaruh shift I, II, dan III terhadap terjadinya kelelahan kerja pada karyawan.

a : Ada pengaruh shift I, II, dan III terhadap terjadinya kelelahan kerja pada

karyawan.

Shift I (24.00-08.00 WIB)

Shift II (08.00-16.00 WIB)

Shift III (16-00-24.00 WIB)

KELELAHAN KERJA


(2)

p>α, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh shift II terhadap kelelahan.

Dari hasil penelitian diperoleh pada shift II hampir semua karyawan tidak pernah merasakan gejala-gejala perasaan lelah seperti mudah mengingat-ingat sesuatu hal, mudah untuk mengemukakan pendapat, dapat memusatkan perhatian pada waktu bekerja, mempunyai minat terhadap sesuatu, mudah mengingat apa masalah yang perlu segera diatasi, tidak ragu-ragu terhadap kemampuan diri-sendiri, mampu bekerja dengan terampil, mampu bekerja dengan baik, merasa segar pada diri sendiri, dan mampu bergerak cepat dan terampil.

Penelitian Sinurat (2006) menyatakan bahwa shift pagi tidak mempengaruhi kelelahan kerja karyawan karena mempunyai waktu istirahat yang cukup atau pola tidur tidak terganggu. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kuswadji (1997) bahwa pada siang hari irama sirkadian tubuh tidak terganggu sehingga tubuh tidak menjadi cepat lelah.

Menurut Mahyastuti (1993) dalam keadaan normal fungsi tubuh mengalami fase ergotropik dimana pada siang hari semua organ tubuh siap untuk bekerja.

5.3. Pengaruh Shift III Terhadap Kelelahan Kerja

Tingkat kelelahan kerja karyawan shift III sebagian besar berada pada kategori lelah yaitu sebanyak 44 orang (62.9%), dan sisanya berada pada kategori sangat lelah yaitu sebanyak 26 orang (37.1%). Shift III berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian kelelahan kerja yang diperoleh dari hasil uji regresi yang menunjukkan nilai


(3)

Dari hasil penelitian diperoleh pada shift III hampir semua karyawan sering merasakan gejala-gejala perasaan lelah seperti tidak mudah mengingat-ingat sesuatu hal, sulit memusatkan perhatian pada waktu bekerja, tidak mempunyai minat pada sesuatu, merasa sulit mengingat apa masalah yang perlu segera diatasi, merasa ragu-ragu terhadap kemampuan diri sendiri, tidak mampu memaksa diri sendiri melakukan pekerjaan sebaik-baiknya, dan merasa tidak perlu bekerja dengan terampil. Para karyawan juga kadang-kadang merasakan tidak ada kesegaran pada diri sendiri, tidak mampu bergerak cepat dan terampil dan merasa kecerdasannya menurun.

Kristina Sitorus (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kerja shift

sore berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Astrand dan Rodahl dalam Ida Khairunnisa (2001) menyebutkan, kurang tidur, selera makan berkurang, lelah selama dan setelah bekerja merupakan kaeluhan yang paling sering dialami oleh pekerja shift

sore. Menurut Suma’mur (1994) shift sore perlu mendapatkan perhatian yang serius karena dapat menyebabkan gangguan pada irama faal dan metabolisme tubuh, gangguan pencernaan, kurang tidur, kelelahan dan gangguan reaksi psikologis dan pengaruh-pengaruhnya bersifat kumulatif.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat kelelahan kerja karyawan shift I berada pada kategori sangat lelah sejumlah 61 orang (87.1%), shift II kategori lelah sejumlah 65 orang (92.9%) dan shift III kategori lelah sejumlah 44 orang (62.9%).

2. Ada pengaruh antara shift I dan shift III terhadap kelelahan kerja dan tidak ada pengaruh shift II terhadap kelelahan kerja.

6.2. Saran

Agar karyawan yang bekerja pada shift I dan shift III mempergunakan waktu istirahat pada saat bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja yang dapat menyebabkan penurunan kinerja pada karyawan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, H. 2005. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2005. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Grandjean, E, 1985, Fitting The Task To The Man. Taylor and Francis Ltd. London.

ILO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety, International New York Labour Office, Geneva, 1983, Vol. II.

Khairunnisa, I. 2001. Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Operator Telepon di Kantor Daerah Telekomunikasi Medan Tahun 2001, Skripsi, FKM-USU, Medan.

Kuswadji S, Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran, No. 116/1997, 52-48.

Mahyastuti M. Circardian Rhythm dan Pengaruhnya Pada Pola Tidur Awak Pesawat. Majalah Kesehatan Masyarakat. IAKMI, Tahun XXI No.5, Juni 1993. 289-283.

Naibaho, E.F., 1997. Perbandingan Sistem Rotasi Shift Kerja Malam Berdasarkan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Materna dan Rumah Sakit Herna Medan Tahun 1997. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Nasution, H.R, 1998. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian Musik Pengiring di Andiyanto Batik Yogyakarta, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta Nurmianto, E, 1998. Ergonomi-Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi I, Guna

Widya, Surabaya.

Oentoro, S, 2004. Kampanye Atasi Kelelahan Mental dan Fisik.

P.K., Suma’mur, 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta.


(6)

Ramayuli, S, 2004. Hubungan Faktor Individu dan Shift Kerja Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan di PT. INDOFOOD Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004. Skripsi, FKM-USU. Medan

Saksono, A., 1991. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta.

Satalaksana, Anggawisatra, Tjakraatmadja, 1979. Teknik Tata Cara Kerja. ITB Bandung. Hal 73-76.

Sinurat, Dina Hertaty, 2006. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan di Bagian Produksi Seksi Penuangan PT. Inalum Kuala Tanjung Tahun 2006, Skripsi, FKM-USU. Medan.

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan IX, Alfhabetha, Bandung

Sitorus, K, 1999. Pengaruh Kerja Bergilir Terhadap Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 1998. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Wignjosoebroto, S, Wiranto, S.E, 2000. Proccedings Seminar Nasional Ergonomi Industri Untuk Meningkatkan Daya Saing Global Dalam Memasuki Era Milenium Ketiga. Cetakan Pertama, Guna Widya, Surabaya.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemasukan Alumina Terhadap Operasi Tungku Reduksi di PT. Inalum Kuala Tanjung

1 80 58

Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di Bagian Produksi Seksi Penuangan PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2006

4 67 68

Kerja Bergilir dan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi Seksi Penuangan Subseksi Casting Operation PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2006

0 27 5

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

7 42 73

PERBEDAAN KELELAHAN AKIBAT KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SIANG DAN MALAM PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI Perbedaan Kelelahan Akibat Kerja Antara Shift Pagi, Siang Dan Malam Pada Karyawan Di Bagian Produksi Winding Pt. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri,

1 3 19

KOMPARASI SHIFT KERJA PAGI DENGAN SHIFT KERJA MALAM TERHADAP KELELAHAN DI BAGIAN WRAPPING “CANDY” PT Komparasi Shift Kerja Pagi Dengan Shift Kerja Malam Terhadap Kelelahan Di Bagian Wrapping “Candy” PT Deltomed Laboratories Wonogiri.

0 0 16

Pengaruh Kesetan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

0 0 9

Pengaruh Kesetan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

0 0 2

Pengaruh Kesetan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

0 0 5

Pengaruh Kesetan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

0 1 19