Ketentuan Umum KRI 2017 Panduan KRSTI v221216
Panduan KRSTI 2017-ver Desember 2016
7
Tari Gending Sriwijaya, termasuk lagu pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk mengingatkan para pemuda bahwa para nenek moyang adalah bangsa dan besar yang
menghormati persaudaraan dan persahabatan antar manusia dan hubungan antara manusia dengan Sang pencipta. Tari tersebut melukiskan kegembiraan gadis-gadis
Palembang saat menerima tamu yang diagungkan. Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah
satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang
ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana
Adat
Aesan Gede
,
Selendang Mantri
,
paksangkong
,
Dodot
dan
Tanggai
. Mereka
merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran
penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan
tape recorder
. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran
pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa
tepak
sebagai
Sekapur Sirih
untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa
pridon
terbuat dari kuningan. Persembahan
Sekapur Sirih
ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon
biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.