Fisiologi Penciuman 1 Epitel Penciuman dan Bulbus Olfaktorius

Sedangkan menurut Price 1997 dalam Widjaja 2011, impuls yang masuk ke otak mengaktifkan jaras ke nucleus Raphe sehingga dihasilkan serotonin. Serotonin yang dihasilkan akan merangsang hipotalamus anterior sebagai pusat parasimpatis. Aktivasi sistem saraf parasimpatis menimbulkan efek inotropik dan kronotropik negatif pada jantung yang menyebabkan penurunan kuat kontraksi dan frekuensi denyut jantung Guyton dan Hall, 2008. Lavender juga diperkirakan menghambat kerja sistem saraf simpatis dengan cara menghambat reseptor histamin Koulivand, Ghadiri, dan Ghorji, 2013. Seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis Rene Maurice Gattefosse menemukan kegunaan minyak esensial lavender yaitu dapat menyembuhkan luka bakar tanpa sedikitpun meninggalkan jaringan parut Thomas, 2002. Lavender juga mempunyai efek menenangkan Cook, 2008. Hasil penelitian di Bali menunjukkan inhalasi minyak esensial lavender dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis Dewi, Putra, dan Witarsa, 2013. Minyak esensial lavender juga dapat meningkatkan kualitas tidur Lytle, Mwatha, dan Davis, 2014. Selain itu, minyak esensial lavender dapat menurunkan tekanan darah dan efektif dalam pengobatan hipertensi. Penelitian terhadap 28 responden penderita prehipertensi dan hipertensi yang menerima intervensi berupa inhalasi campuran minyak esensial yang didalamnya terdapat lavender menunjukkan penuruan tekanan darah sistolik sebesar 4,7 mmHg dari 132,3 mmHg ke 127,6 mmHg dalam waktu empat minggu. Tekanan darah diastolik juga menurun sebesar 1,21 mmHg dari 85,7 mmHg ke 84,5 mmHg juga dalam waktu empat minggu Kim et al., 2012. Penelitian pada pasien di Intensive Care Unit ICU juga menemukan bahwa massage kaki dengan minyak esensial lavender bukan hanya dapat menurunkan tekanan darah, tetapi juga denyut jantung dan frekuensi nafas Hongratanaworakit, 2004. 2.4. Fisiologi Penciuman 2.4.1 Epitel Penciuman dan Bulbus Olfaktorius Saraf-saraf penciuman sensoris terletak pada nasal mucosa dan berwarna kuning, disebut epitel penciuman. Pada manusia, area ini seluas 10 cm 2 , dan berada pada bagian atap rongga hidung dekat dengan septum nasal. Epitel penciuman manusia memiliki 50 juta saraf sensoris yang bersifat bipolar, yang tersebar diantara sel penyokong supporting Universitas Sumatera Utara cells dan basal stem cells. Epitel penciuman dilapisi oleh lapisan mucus tipis yang disekresikan oleh sel penyokong dan kelenjar Bowman yang terletak dibawah epitel penciuman. Masing-masing saraf penciuman memiliki dendrit yang pendek dan tebal yang berjalan ke rongga hidung. Pada ujung dendrit terdapat 6-12 silia. Nervus olfaktorius akan melewati lempeng kribriformis yang merupakan bagian dari tulang etmoidalis dan kemudian akan memasuki bulbus olfaktorius. Molekul odoran larut di dalam mucus dan berikatan dengan reseptor pada silia saraf penciuman. Akson-akson saraf sensoris penciuman N. Olfaktorius berjalan ke atas melalui lempeng kribriformis tulang etmoidalis dan memasuki bulbus olfaktorius olfactory bulbs. Pada bulbus olfaktorius, akson-akson dari sel reseptor penciuman akan berhubungan dengan sel mitral dan sel berumbai tufted cells, yang akan membentuk glomeruli olfaktori. Bulbus olfaktorius juga terdiri dari sel periglomerular, yang merupakan saraf inhibitory yang menghubungkan satu glomerulus ke glomerulus lainnya, dan sel granul, yang tidak memiliki akson, dan membuat sinaps dengan sel mitral atau sel berumbai. Pada sinaps- sinaps ini, sel mitral atau sel berumbai akan merangsang sel granul dengan mengeluarkan glutamat, kemudian sel granul akan menghambat kerja sel mitral atau sel granul dengan mengeluarkan GABA. Banyak ditemukan ujung-ujung bebas dari saraf trigeminal pada epitel penciuman. Ujung-ujung bebas ini terstimulasi oleh substansi yang dapat mengiritasi, yang akan membantu kita untuk mengenal karateristik bau tertentu, seperti peppermint, menthol, dan chlorine. Aktivasi dari ujung-ujung bebas ini juga akan menginisiasi bersin, lakrimasi, dan refleks lainnya. Ganong, 2013

2.4.2. Korteks Penciuman