c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tiga tahun
berturut-turut; dan d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir.
Kepatuhan Wajib Pajak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar PPh Pasal 25 dan melaporkan SPT Masa
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
2.1.4. Kualitas Pemerintahan
Layanan publik sesungguhnya yang menjadi produk dari organisasi pemerintahan adalah pelayanan masyarakat public service. Pelayanan tersebut diberikan untuk
memenuhi hak masyarakat, baik itu merupakan layanan civil maupun layanan publik. Artinya kegiatan pelayanan pada dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak. Ia melekat
pada setiap orang, baik secara pribadi maupun berkelompok organisasi, dan dilakukan secara universal.
Salah satu fungsi pemerintahan yang kini semakin disorot masyarakat adalah pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi-instansi pemerintah yang
menyelenggarakan pelayanan publik. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan instansi pemerintahan kini semakin mengemuka bahkan menjadi
tuntutan masyarakat. Persoalan yang sering dikritisi masyarakat atau para penerima layanan adalah persepsi terhadap kualitas yang melekat pada selurus aspek pelayanan.
Istilah “kualitas” ini, menurut Tjiptono 1996 : 55 mencakup pengertian 1 kesesuaian dengan persyaratan ; 2 kecocokan untuk pemakaian ; 3 perbaikan berkelanjutan ; 4
bebas dari kerusakancacat ; 5 pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat ; 6 melakukan segala sesuatu secara benar ; dan 7 sesuatu yang bisa
membahagiakan pelanggan. Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut di atas dapat diterima bila
dikaitkan dengan kebutuhan atau kepentingan masyarakat yang menginginkan kualitas pelayanan dalam takaran tertentu. Namun demikian setia jenis pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh instansi-instansi pemerintahan tentu mempunyai kritaria kualitas tersendiri.
Everest dan Sandall Olabode, 2011 berpendapat bahwa kualitas pemerintahan sangat penting memerlukan sistem perpajakan yang baik untuk mencapai kualitas
pemerintahan umum. Rakyat mendukung pemerintah dengan tanggung jawabnya melalui penyediaan pembiayaan dalam bentuk pembayaran pajak. Apa yang dilakukan oleh
pemerintah menjadi perhatian para pembayar pajak karena mereka memberikan pembiayaan untuk kelangsungan hidup negara. Akibatnya, urusan pemerintahan
memiliki pengaruh baik positif atau negatif terhadap perilaku kepatuhan pembayar pajak. Dalam menganalisis hubungan antara pembayar pajak dan pemerintah, Levi
Olabode, 2011 menyatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh kontrak vertikal. Dia mengatakan kontrak antara pembayar pajak dan pemerintah adalah kontrak vertikal, yang
disebut sebagai quid pro quo perpajakan. Kontrak vertikal berkaitan dengan apakah wajib pajak mendapatkan barang publik dalam pertukaran untuk pajak yang dibayarkan.
Menurut argumen quid pro quo, sesuai dengan ketentuan hukum pajak tergantung
sebagian, apakah barang politik yang disediakan oleh pemerintah cukup sebagai imbalan untuk pajak yang mereka bayar Lassen, 2003. Levi 1988 berpendapat bahwa jika hal
itu dirasakan oleh para pembayar pajak bahwa tingkat transformasi dari pajak untuk barang-barang politik rendah maka para pembayar pajak akan merasa bahwa pemerintah
tidak mampu menjaga kontrak kewajibannya. Konsekuensinya, kepatuhan pajak sukarela akan memburuk. Mendukung Levi 1988, Besancon 2003 juga menyatakan bahwa ada
kontrak sosial antara pemerintah dan wajib pajak yang membangun pengiriman yang produk politik yang efektif.
Hal yang sama, Torgler 2003 mengatakan ketika integritas pemerintahan turun, kepatuhan perpajakan juga ikut menurun, karena tindakan positif oleh pemerintah dapat
menyebabkan pembayar pajak akan mengembangkan sikap positif. Komitmen sistem pJk dan pembayar pajak akan menghasilkan peningkatan perilaku patuh dalam pembayaran
pajak.
2.1.5.Sistem Perpajakan
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta
Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah
undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran
serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan
kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang
dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaanpenyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak. Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan.
Pembangunan sarana
umum seperti
jalan-jalan, jembatan,
sekolah, rumah
sakitpuskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai
dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Pajak juga digunakan untuk
mensubsidi barang-barang yang sangat dibutuhkan masyarakat dan juga membayar utang negara ke luar negeri. Pajak juga digunakan untuk membantu UMKM baik dalam hal
pembinaan dan modal. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan
pembiayaan pembangunan. Disamping fungsi budgeter fungsi penerimaan di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai
kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang
ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal. Dari pemaparan tersebut, system dan struktur pajak yang diatur dan ditetapkan
bertujuan untuk negara yang pelaksanaannya menuntut semua pihak untuk berpartisipasi, bukan hanya pejabat negara tetapi juga warga negara sendiri.
2.1.6. Penelitian Terdahulu TAHUN