Effectiveness of communications development in conservation communities around the national park of Mt. Halimun Salak

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PADA
MASYARAKAT SEKITAR HUTAN KONSERVASI TAMAN
NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

SRI DESTI PURWATININGSIH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “Efektivitas
Komunikasi Pembangunan pada Masyarakat Sekitar Hutan Konservasi Taman
Nasional Gunung Halimun Salak” adalah benar hasil karya saya sendiri dengan
arahan dari Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Bahan rujukan dan sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, September 2013

Sri Desti Purwatiningsih

iii

ABSTRACT
Sri Desti Purwatiningsih, Effectiveness of Communications Development In
Conservation communities around the National Park of Mt. Halimun Salak AIDA
VITAYALA S HUBEIS as chairman of the advisory committee; NINUK
PURNANINGSIH, BASITA GINTING, and AMIRUDDIN SALEH as the
Members.
Nowdays, the conservation forest of National Park of Mt. Halimun Salak
(NPMHS), which is managed and utilized by the people surrounding the
conservation forest, is beginning to deteriorate because of encroachment and
illegal logging, illegal gold mining, violation of management zone, development
and illegal land use as a result of the lack of public understanding concerning the
utilization and conservation of the forests on NPMHS. The objectives of this
research were to (1) analyze the communication effectiveness in improving the
understanding of communities around the forest, (2) identify the factors that

determine the effectiveness of communication in delivering conservation
messages, (3) analyze the relationship between factors that determine the
understanding of forest communities and communication effectiveness, and (4)
analyze appropriate communication strategies. The results of the study showed
that the knowledge of the forest communities in improving physical productivity
was in the category of understanding. Their knowledge about land optimization
was in the category of very understanding. Their knowledge about the
improvement of environmental quality was in the category of very understanding.
Also, their knowledge concerning maximizing income was in the category of very
understanding. The factors that determined the people's understanding of the use
and conservation of forest at NPMHS were the capacity of forest officials,
information, communication channels, individual characteristics, and
cosmopolitan knowledge of individuals (All of these factors were of good
categories). As a whole there were some relationships between the factors that
could improve the public understanding and the communication effectiveness: (1)
the relationship between the capacity of forest officials and communication
effectiveness, (2) the relationship between the information about NPMHS forest
conservation and the communication effectiveness, (3) the relationship between
communication channels and the communication effectiveness, and (4) the
relationship between individual characteristics and the communication

effectiveness. The resulted communication strategies were among others, the
accuracy, availability and facilities of choices of communication channels for
forest communities to select and use to get information about forest utilization and
conservation; providing facilities and opportunities for forest communities to
access available sources of information and communication channels; forming
discussion groups and giving opportunities to the surrounding communities to
engage in managing the NPMHS forest conservation.
Key words: Effectiveness communications, utilization and conservation of forest,
understanding of community

v

RINGKASAN
Sri Desti Purwatiningsih, 2012, Efektivitas Komunikasi Pembangunan pada
Masyarakat Sekitar Hutan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Dibimbing oleh AIDA VITAYALA S HUBEIS sebagai Ketua; NINUK
PURNANINGSIH, BASITA GINTING, dan AMIRUDDIN SALEH sebagai
Anggota Komisi Pembimbing.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor
P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam, di Indonesia terdapat 50 kawasan yang telah
ditetapkan menjadi taman nasional yang tersebar di beberapa pulau di Indonesia,
antara lain: Pulau Bali dan Nusa Tenggara terdapat enam (6) taman nasional,
Pulau Jawa dua belas (12) taman nasional, Pulau Kalimantan delapan (8) taman
nasional, Pulau Maluku dan Irian Jaya lima (5) taman nasional, Pulau Sulawesi
delapan (8) taman nasional, dan Pulau Sumatera sebelas (11) taman nasional.
Salah satu taman nasional yang perlu mendapat perhatian serius adalah
taman nasional gunung Halimun Salak (TNGHS) karena semakin luasnya
kawasan hutan TNGHS yang mengalami kerusakan yang diakibatkan: (1) Masih
kurangnya penyebaran informasi dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan
konservasi bagi masyarakat sekitar hutan TNGHS, (2) Kurang efektifnya
penggunaan saluran komunikasi yang selama ini digunakan, (3) Penurunan
kualitas partisipasi masyarakat sekitar hutan konservasi TNGHS dalam
memanfaatkan dan melestarikan hutan tersebut karena kurangnya pemahaman dan
pengetahuan masyarakat terhadap tatacara pengelolaan hutan konservasi TNGHS.
Tujuan Penelitian. (1) Menganalisis efektivitas komunikasi dalam meningkatkan
pemahaman masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan
konservasi TNGHS (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan
efektivitas komunikasi dalam penyampaian pesan konservasi kepada masyarakat
sekitar hutan konservasi TNGHS (3) Menganalisis hubungan faktor-faktor yang

menentukan pemahaman masyarakat sekitar hutan dengan efektivitas komunikasi
dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS (4) Merumuskan
strategi komunikasi yang tepat dalam meningkatkan pemahaman masyarakat
sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS.
Penelitian didesain sebagai penelitian survei deskriptif eksplanatory.
Waktu penelitian dimulai pada bulan Juni 2011 sampai bulan Januari 2012.
Populasi berjumlah 3688 kepala keluarga yang tinggal di tiga desa yang berada di
sekitar hutan TNGHS yaitu, desa Leuwiliang, desa Pamijahan dan desa
Kabandungan. Sampel dalam penelitian ditetapkan dengan menggunakan rumus
Slovin dan didapat 150 responden kepala keluarga yang berasal dari desa Purasari
73 KK, desa Gunungsari 30 KK, desa Cipeteuy 47 KK. Teknik pengumpulan data
primer dengan kuesioner, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data
sekunder dengan kepustakaan. Pengolahan dan penganalisaan data kuantitatif
menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman
masyarakat sekitar hutan dalam meningkatkan produktivitas fisik dalam kategori
paham, artinya masyarakat memahami bagaimana memperbaiki rasio
vii

produktivitas, dengan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Masyarakat
sekitar hutan dalam mengoptimalkan lahan garapan dalam kategori sangat paham,

artinya masyarakat sangat memahami dalam meningkatkan sumberdaya lahan
menjadi lahan usahatani yang lebih produktif. Masyarakat sekitar hutan dalam
memperbaiki kualitas lingkungan dalam kategori sangat paham, artinya
masyarakat sangat memahami perlunya memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Masyarakat
sekitar hutan dalam memaksimumkan pendapatan usaha dalam kategori sangat
paham, artinya masyarakat sangat memahami bagaimana meningkatkan
pendapatan dari hasil pemanfaatan hasil hutan TNGHS.
Kapasitas petugas kehutanan dengan kategori baik, informasi pemanfaatan
dan pelestarian hutan dengan kategori baik, saluran komunikasi dengan kategori
baik, karakteristik individu dengan kategori baik dan kekosmopolitan individu
dengan kategori baik.
Terdapat hubungan antara faktor-faktor yang dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat dengan efektivitas komunikasi: (1) Terdapat hubungan
antara kapasitas petugas kehutanan dengan efektivitas komunikasi, (2) terdapat
hubungan antara informasi konservasi hutan TNGHS dengan efektivitas
komunikasi (3) Terdapat hubungan antara saluran komunikasi dengan efektivitas
komunikasi dan (4) Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan
efektivitas komunikasi.
Strategi komunikasi yang dihasilkan antara lain: (1) Ketersediaan,

kemudahan, dan ketepatan dalam penggunaan saluran komunikasi oleh
masyarakat sekitar hutan dalam mengakses informasi pemanfaatan dan pelestarian
hutan konservasi TNGHS, (2) Peningkatan jumlah baik dari segi kuantitas
maupun dari segi kualitas petugas kehutanan, (3) Penerapan peraturan –peraturan
dan hukum yang jelas dalam pengelolaan hutan sebagai upaya mengatasi
terjadinya pelanggaran dalam pemanfaatan hutan konservasi TNGHS, (4)
Memberi kesempatan serta memberdayakan masyarakat sekitar hutan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan hutan konservasi TNGHS dalam upaya
melestarikan hutan konservasi TNGHS, (5) Membangun dan mengembangkan
potensi-potensi alam hutan konservasi TNGHS sebagai objek pariwisata alam
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar hutan.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa petugas kehutanan sudah
melakukan tugasnya dalam mengawasi dan menjaga hutan dengan melakukan
pendekatan kepada masyarakat sekitar hutan, tetapi karena masih kurangnya
jumlah petugas kehutanan yang tidak sebanding dengan luas wilayah hutan
konservasi TNGHS membuat penyebaran pesan informasi mengenai tatacara
pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS belum dirasakan oleh
seluruh masyarakat sekitar hutan, sehingga masih ada sebagian masyarakat sekitar
hutan yang masih melakukan pelanggaran dengan melakukan perambahan dan
pencurian hasil hutan, penebangan pohon secara ilegal, pencurian satwa liar,

pelanggaran zona pemanfaatan. Adapun masyarakat yang telah menerima
informasi bagaimana memanfaatkan dan melestarikan hutan sudah memahami
bagaimana meningkatkan produktivitas fisik, mengoptimalkan lahan garapan,
memperbaiki kualitas lingkungan dan memaksimumkan pendapatan usaha.

viii

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

(1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
(2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

ix


EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PADA
MASYARAKAT SEKITAR HUTAN KONSERVASI TAMAN
NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

SRI DESTI PURWATININGSIH

DISERTASI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada Sekolah Pascasarjana

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

xi

Penguji Luar Komisi pada Sidang Ujian Tertutup
(1) Prof. Dr. H. Darwis S. Gani, MA

(Dosen pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat FEMA-IPB)
(2) Prof (Ris). Dr. Djoko Susanto, SKM
(Dosen pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat FEMA-IPB)

Penguji Luar Komisi pada Sidang Ujian Terbuka
(1) Prof (Ris). Dr. Djoko Susanto, SKM
(Dosen pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat FEMA-IPB)
(2) Prof. Dr. Ahmad Sihabuddin, M.Si
(Dosen pada Program Studi Komunikasi Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa)

Judul Disertasi

: Efektivitas Komunikasi Pembangunan pada Masyarakat
Sekitar Hutan Konservasi Taman Nasional Gunung
Halimun Salak


Nama

: Sri Desti Purwatiningsih

NRP

: I362080101

Program Studi/Mayor : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S Hubeis
Ketua

Dr.Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si
Anggota

Dr.Ir. Basita Ginting,MA Dr.Ir Amiruddin Saleh, MS
Anggota
Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi/Mayor
Komunikasi Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Dr.Ir. Dahrul Syah. MSc.Agr

Tanggal Ujian: 28 Desember 2013

Tanggal Lulus:
xiii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia dan ridho-Nya, sehingga disertasi ini dapat penulis selesaikan. Judul
disertasi ini adalah “Efektivitas Komunikasi Pembangunan pada Masyarakat
Sekitar Hutan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak.”
Disertasi ini merupakan hasil karya penulis yang didukung oleh berbagai
pihak yang dengan keikhlasannya telah membantu penulis dari awal penulisan
sampai dengan penyelesaian disertasi ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada:
1.

Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis sebagai Ketua Komisi Pembimbing
yang dengan kesabaran dan keikhlasan serta perhatiannya yang sangat luar
biasa dalam memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan disertasi ini.

2.

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang
selalu memberikan semangat dan dukungannya selama proses bimbingan
hingga terselesaikannya disertasi ini.

3.

Dr. Ir. Basita Ginting, MA sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang sangat
bijaksana dan banyak membantu dalam meningkatkan rasa percaya diri
kepada penulis selama proses bimbingan hingga terselesaikannya disertasi
ini.

4.

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS Anggota Komisi Pembimbing yang penuh
dengan kesabaran dan ketulusan serta tanpa kenal lelah selalu meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
disertasi ini.

5.

Prof. Dr. H. Darwis S. Gani dan Prof (Ris). Dr. Djoko Susanto, SKM selaku
penguji luar komisi, terima kasih atas kesediaannya menjadi penguji pada
ujian sidang tertutup penulis.

6.

Prof (Ris). Dr. Djoko Susanto, SKM dan Prof. Dr. Ahmad Sihabuddin, M.Si
selaku penguji luar komisi, terima kasih atas kesediaannya menjadi penguji
pada ujian sidang terbuka penulis.

xv

7.

Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Ketua Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat.

8.

Ketua Program Studi/Mayor Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan (KMP) beserta staf yang dengan keramahan dan ketulusannya
dalam memberikan pelayanan administrasi.

9.

Kedua orang tua penulis ayahanda M. Harsono dan ibunda Sri Murtiningrum
yang selalu memberikan semangat dan dukungannya serta tiada hentihentinya memanjatkan do’a kepada Allah SWT agar tidak ada halangan dan
hambatan bagi penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.

10. Adik-adik penulis yang tiada henti-hentinya selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis dalam penyelesaian disertasi ini.
11. Anak-anakku Risna Maulina, Muhammad Ridwan dan Rizki Muchtar yang
sangat penulis sayangi yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk
tetap tegar dan semangat dalam menyelesaikan disertasi ini.
12. Ir. Maharis Lubis, MM yang juga memiliki peran dalam disertasi ini.
13. Seluruh teman-teman seangkatan pak Wasidi, mbak Retno, pak Tri, pak
Halomoan dan secara khusus kepada Ilona yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.
14. Teman-teman dekat penulis, Dr. Sumardi Dahlan, Ispawati Asri, Sri Ekowati,
Nur Idaman, Nurhasanah, Adi Riyanto, yang selalu rajin menanyakan
perkembangan disertasi penulis.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan
berharga serta dukungan baik mori maupun materil sehingga disertasi ini dapat
diselesaikan. Semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

.
Jakarta, September 2013
Sri Desti Purwatiningsih

xvi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 01 Desember 1967 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak M. Harsono dan Ibu Sri
Murtiningrum. Tahun 1992 menikah dengan Ir. Maharis Lubis MM, dan
dikaruniai tiga orang anak yang bernama (1) Risna Maulina Lubis, (2) Ridwan
Muhammad Lubis dan (3) Rizki Mukhtar Lubis.
Pendidikan Sekolah Dasar di SD 01 Pagi Cilandak Jakarta Selatan.
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 212 Jeruk Purut Cilandak
Jakarta Selatan. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 37 Kebon Baru
Jakarta Selatan. Pendidikan Strata 1 ditempuh pada tahun 1987 di Program Studi
Komunikasi Institut Ilmu Sosial Politik Jakarta dan lulus pada tahun 1992.
Program Strata 2 ditempuh pada tahun 2002 di Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan – Institut Pertanian Bogor dan lulus pada
tahun 2004.
Dari tahun 1992 sampai tahun 2002 penulis menjadi dosen tetap di
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta Lenteng Agung Jakarta Selatan. Dari
tahun 2003 sampai sekarang penulis menjadi dosen tetap di Universitas Persada
Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia.

xvii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Kebaruan (Novelty)

1
1
8
10
10
11

TINJAUAN PUSTAKA
Efektivitas Komunikasi Pembangunan
Efektivitas Komunikasi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Kapasitas Petugas Kehutanan
Informasi Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan Konservasi TNGHS
Saluran Komunikasi
Karakteristik Individu Masyarakat Sekitar Hutan Konservasi TNGHS
Tingkat Kekosmopolitan Individu Masyarakat Sekitar Hutan
Konservasi TNGHS
Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan Konservasi TNGHS
Strategi Komunikasi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan
Konservasi TNGHS
Hasil Penelitian yang Telah Dilakukan dan State of the Art

13
13
18
22
27
28
33
35
38
41
46

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian

51
51
55

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Data dan Instrumentasi
Data
Instrumentasi
Konseptualisasi dan Definisi Operasional
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Validitas Instrumentasi
Reliabilitas Instrumentasi
Metode Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data

57
57
57
58
60
60
61
62
69
69
70
72
74

xix

HASIL DAN PEMBAHASAN
77
Taman Nasional Gunung Halimun Salak
77
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
82
Karakteristik Masyarakat Sekitar Hutan Konservasi TNGHS
86
Umur
89
Pendidikan Formal
89
Pendidikan Non Formal
92
Pendapatan Keluarga
93
Jumlah Tanggungan Keluarga
93
Efektivitas komunikasi dalam Meningkatkan Pemahaman dan pelestarian
Hutan Konservasi TNGHS
94
Pemahaman dalam Meningkatkan Produktivitas Fisik
98
Pemahaman dalam Mengoptimalkan Lahan Garapan
99
Pemahaman dalam Memperbaiki Kualitas Lingkungan
100
Pemahaman dalam Memaksimumkan Pendapatan Usaha
101
Faktor-faktor yang Menentukan Efektivitas Komunikasi
101
Kapasitas Petugas Kehutanan
102
Kepercayaan terhadap Petugas Kehutanan
103
Daya Tarik Petugas Kehutanan
106
Kekuatan atau Kekuasaan Petugas Kehutanan
107
Informasi Konservasi Hutan TNGHS
109
Kebaruan Informasi
111
Relevansi Informasi
112
Kreativitas Informasi
113
Saluran Komunikasi
114
Komunikasi Interpersonal
116
Komunikasi Kelompok
117
Komunikasi dengan Media massa
118
Tingkat Kekosmopolitan Individu
120
Kontak dengan Pihak Luar Komunitas
121
Aksesibilitaas terhadap Sumber Informasi
123
Keterdedahan Terhadap Media Massa
125
Pengujian terhadap Hipotesis Penelitian
126
Hubungan Kapasitas Petugas Kehutanan dengan
Efektivitas Komunikasi
126
Hubungan Kepercayaan Petugas Kehutanan dengan
Efektivitas Komunikasi
127
Hubungan Daya Tarik Petugas Kehutanan dengan
Efektivitas Komunikasi
129
Hubungan Kekuatan Petugas Kehutanan dengan
Efektivitas Komunikasi
130
Hubungan Informasi Konservasi Hutan dengan Efektivitas Komunikasi 133
Hubungan Kebaruan Informasi dengan Efektivitas Komunikasi
133
Hubungan Relevansi Informasi dengan Efektivitas Komunikasi
134
Hubungan Kreativitas Informasi dengan Efektivitas Komunikasi
135
Hubungan Saluran Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi
136
xx

Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Efektivitas
Komunikasi
136
Hubungan Komunikasi Kelompok dengan Efektivitas
Komunikasi
137
Hubungan Komunikasi media Massa dengan Efektivitas
Komunikasi
138
Hubungan Karakteristik Individu dengan Efektivitas Komunikasi
139
Hubungan Umur dengan Efektivitas Komunikasi
140
Hubungan Pendidikan Formal dengan Efektivitas Komunikasi
140
Hubungan Pendidikan Non Formal dengan Efektivitas
Komunikasi
140
Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Efektivitas
Komunikasi
141
Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Efektivitas
Komunikasi
141
Hubungan Kekosmopolitan Individu dengan Efektivitas Komunikasi
142
Hubungan Kontak dengan Pihak Luar Komunitas dengan
Efektivitas Komunikasi
142
Hubungan Aksesibilitas Sumber Informasi dengan
Efektivitas Komunikasi
143
Hubungan Keterdedahan pada Media dengan
Efektivitas Komunikasi
144
Strategi Komunikasi dalam Meningkatkan Pemahaman Masyarakat pada
Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan TNGHS
145
Strategi Petugas Kehutanan sebagai Sumber Informasi
146
Strategi Informasi Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan
Konservasi TNGHS
151
Strategi Saluran Komunikasi
155
Strategi Komunikan (Masyarakat sekitar hutan Konservasi
TNGHS)
158
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

165
165
167

DAFTAR PUSTAKA

169

LAMPIRAN

179

xxi

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hasil penelitian dan bentuk Analisisnya
Jumlah populasi dan sampel pada setiap desa
Kapasitas petugas kehutanan
Informasi pemanfaatan dan pelestaraian hutan konservasi TNGHS
Saluran komunikasi
Karakteristik individu masyarakat sekitar hutan konservasi TNGHS
Tingkat kekosmopolitan individu masyarakat sekitar hutan
konservasi TNGHS
8. Efektivitas komunikasi dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan
konservasi TNGHS
9. Nilai koefisien korelasi hasil uji reliabililitas
10. Jumlah penduduk desa penelitian sekitar hutan konservasi TNGHS
11. Tingkat pendidikan desa penelitian sekitar hutan konservasi TNGHS
12. Sebaran masyarakat berdasarkan karakteristik individu
13. Rataan skor efektivitas komunikasi
14. Rataan kapasitas petugas
15. Rataan skor informasi konservasi hutan TNGHS
16. Rataan skor saluran komunikasi
17. Rataan skor tingkat kekosmopolitan individu
18. Hubungan kapasitas petugas dengan efektivitas komunikasi
19. Hubungan informasi konservasi hutan TNGHS dengan
efektivitas komunikasi
20. Hubungan saluran komunikasi dengan efektivitas komunikasi
21. Hubungan karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi
22. Hubungan tingkat kekosmopolitan dengan efektivitas komunikasi
23. Analisis SWOT dalam merumuskan strategi komunikasi pemanfaatan
dan pelestarian hutan konservasi TNGHS

xxiii

47
60
63
64
65
66
67
68
72
87
87
88
95
102
110
115
121
127
133
136
139
142
162

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Model komunikasi SMCRE Rogers dan Shoemaker ………….….……
Efektivitas komunikasi dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan
konservasi TNGHS ……………………………………………………..
Struktur organisasi Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak …….

xxv

21
54
81

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kuesioner Penelitian ….……………..…….…………………...………

179

Hasil Uji Validitas ……..…………………………………………….…

197

Hasil Uji Reliabilitas …..………………………………………….………

200

xxvii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan hutan sering menimbulkan persoalan berupa eksternalitas
negatif pada lingkungan hidup berupa penurunan fungsi ekologis hutan, kerusakan
habitat, dan biaya kerusakan ini ditanggung oleh masyarakat lokal maupun
nasional. Kerusakan hutan menimbulkan resiko dan ketidakpastian pulihnya
kondisi ekosistem hutan tersebut, yang berimplikasi pada dua hal yaitu kehilangan
nilai guna hasil hutan kayu dan non kayu di masa akan datang, akibat
pemanfaatan yang tidak lestari saat kini (user cost) dan kehilangan nilai guna
harapan (option values) di masa akan datang dari keanekaragaman hayati yang
saat kini belum dimanfaatkan (Bahruni et al. 2007)
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang
Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan). Hutan juga sebagai salah satu penentu
sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat sehingga
mempunyai peranan yang sangat besar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
yang berada di sekitarnya terutama manusia. Salah satu peranan hutan adalah
bahwa pepohonan menyerap karbon dioksida (CO 2 ) dari udara dan memproduksi
serta mengeluarkan banyak oksigen (O 2 ) terutama pada waktu siang hari yang
mana oksigen (O 2 ) ini sangat diperlukan makhluk lain dalam melakukan
pernafasan.
Pada saat ini keberadaan hutan sedang mengalami berbagai tekanan,
terjadi deforestasi atau kerusakan hutan yang terjadi hampir di seluruh kawasan
hutan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dari Yogaswara (2009), diketahui
bahwa banyak masyarakat yang mendiami kawasan tersebut selama bertahuntahun membuat bertambahnya penduduk berimplikasi pada tingginya kebutuhan
lahan dan sumberdaya, sehingga luas tutupan hutan semakin berkurang. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian dari Gunawan (2005), menemukan bahwa
perambahan hutan meningkat pesat menjelang masa krisis ekonomi dan mencapai
puncaknya pada saat terjadi gerakan reformasi. Perambah dapat dikelompokkan
1

2

menjadi tiga berdasarkan motivasinya yaitu pengklaim lahan adat/warisan,
perambah hutan yang sekedar menyambung hidup akibat krisis ekonomi, dan
perambah hutan serakah yang bertujuan memperkaya diri.
Pada tahun 1986, Bank Dunia telah memberikan peringatan atas kondisi
hutan di Indonesia bahwa “dalam 40 tahun Indonesia akan menjadi tandus dan
faktor penyebab utamanya adalah praktek penebangan kayu tanpa perhatian”
(Fuad & Maskanah, 2000). MoF/FAO pada tahun 1991 menyebutkan, bahwa ratarata laju deforestasi di Indonesia dalam rentang tahun 1982 sampai dengan 1990
adalah 1,3 juta ha per tahun.
Fuad dan Maskanah (2000) menyebutkan bahwa pada tahun 1930-an
tercatat bahwa luas hutan di Indonesia adalah + 144 juta ha dan berkurang
menjadi + 119,3 juta ha pada tahun 1980-an. Hal ini berarti dalam rentang waktu
selama 50 tahun terjadi pengurangan luas hutan sebesar 17,15% (24,7 juta ha)
atau setara dengan 490.000 ha per tahun, bahkan pada saat ini, deforestasi hutan di
Indonesia telah mencapai 1,8 juta hektar per tahun, dengan kata lain Indonesia
kehilangan hutan seluas enam kali luas lapangan sepak bola setiap harinya.
Menurut

Djaenudin

(1994)

Kawasan

hutan

perlu

dipertahankan

berdasarkan pertimbangan fisik, iklim dan pengaturan tata air serta kebutuhan
sosial ekonomi masyarakat dan negara. Hutan yang dipertahankan terdiri dari
hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, hutan konservasi, hutan produksi
terbatas dan hutan produksi. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada hutan
konservasi sebagai hutan taman nasional yang perlu dibina dan dipertahankan
sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan
hidrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara
keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan bersangkutan maupun
kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya.
Didasarkan pada kenyataan di atas, maka perlu adanya pemeliharaan dan
perlindungan terhadap hutan yang dilakukan secara teratur untuk mencegah
kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan atau dengan istilah lain
melakukan konservasi terhadap hutan yang mengalami kerusakan atau kepunahan.
Hutan Konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang

3

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Hutan konservasi mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta berfungsi
sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas
cagar alam, suaka margasatwa dan taman buru (Pusbinluhut, 2002).
Sebagai fungsi konservasi keberadaan dan kondisi hutan mempengaruhi
terhadap pengawetan keanekaragaman flora-fauna. dan ekosistemnya. Dengan
fungsi lindung hutan berperan dalam perlindungan dan penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Sebagai fungsi produksi hutan
merupakan penyedia hasil hutan yang dapat dimanfaatkan baik oleh masyarakat
sekitar maupun kalangan tertentu, pemerintah dan pihak-pihak lain yang berhak
(Sylviani, 2008).
Keberadaan hutan sebagai taman nasional dewasa ini menjadi sangat
penting. Mengingat, semakin lama keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia
semakin berkurang. Sementara kemajuan industri yang cukup pesat dan terus
menerus memproduksi karbon dioksida (CO 2 ) dan gas-gas beracun lainnya yang
dapat berakibat fatal bagi kesehatan mahluk hidup dan keselamatan alam. Taman
nasional tidak hanya berfungsi sebagai cagar alam untuk tujuan wisata dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Namun lebih dari itu, juga berfungsi sebagai
pelindung bagi keselamatan alam dari kerusakan dan pencemaran. Taman
nasional memegang fungsi hutan secara umum. Mengingat, keberadaan hutan dari
tahun ke tahun luasnya terus berkurang.
Apabila hutan tidak dipertahankan atau tidak dilestarikan maka fungsi
perlindungan hutan terhadap tanah akan hilang sehingga akan terjadi erosi bahkan
longsor seperti yang banyak terjadi sekarang ini bila musim hujan datang. Erosi
akan semakin besar dengan besarnya intensitas hujan serta makin curam dan
panjangnya lereng. Akibat adanya erosi kesuburan tanah akan berkurang karena
lapisan atas sudah terkikis dan terbawa oleh air sehingga akan menurunkan
produksi tanaman dan pendapatan petani (Sinukaban, 1994).

4

Dari hasil penelitian Riyanto (2008) diketahui masyarakat yang tinggal di
sekitar hutan, sesungguhnya, dapat menjadi pilar bagi terciptanya pengelolaan
hutan secara lestari. Perilaku mereka merupakan komponen yang paling krusial
dalam mengelola dan melestarikan hutan. Perilaku masyarakat yang positif dalam
berinteraksi dengan hutan akan mengarah pada terciptanya kondisi hutan yang
lestari.
Dengan terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan hutan maka diharapkan
akan kembali muncul rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap hutan dari
semua pihak, sebagaimana dinyatakan oleh Barber dan Johnson (1999) bahwa
diperlukan pengakuan terhadap pengelolaan pemanfaatan hutan yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar hutan dan dalam hutan sebagai pihak yang secara
langsung berhubungan dengan hutan sehingga masyarakat lokal tersebut dapat
menjaga kelestarian lingkungan dan tetap memberikan kebutuhan ekonomi bagi
kehidupan mereka.
Pemerintah mendefinisikan Taman Nasional sebagai suatu kawasan
pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi dan
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, penelitian, pengembangan
budidaya, rekreasi dan pariwisata. Pada saat ini masyarakat Indonesia secara luas
semakin memahami pentingnya kehadiran Taman Nasional tersebut, meskipun
terkadang pemahaman itu masih relatif rendah dan cukup beragam. Disadari
maupun tidak, keberadaan suatu taman nasional sangatlah penting untuk menjaga
fungsi hutan yang berkesinambungan sebagai pendukung sistem penyangga
kehidupan (TNGHS, 2008).
Salah satu taman nasional yang perlu mendapat perhatian serius adalah
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang berada di wilayah
Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Provinsi Jawa Barat karena semakin luasnya
kawasan hutan TNGHS yang mengalami kerusakan. Menurut Sudarmadji (2000)
dalam penelitian Widada (2004) “kerusakan TNGHS disebabkan oleh aktivitas
masyarakat di antaranya melakukan kegiatan eksplorasi penambangan emas tanpa
izin, penebangan pohon dan pengambilan kayu bakar, dan perburuan satwa serta
perambahan kawasan.” Dalam hal ini jika penambangan emas tanpa izin berjalan

5

terus tentu bisa merusak pelestarian lingkungan. Jika kawasan hutan konservasi
TNGHS tidak dilakukan penghijauan atau reboisasi, akan menjadi bencana alam.
Selain itu, akan menimbulkan kerugian besar karena habitat flora dan fauna yang
dilindungi menghilang.
Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang dikelola oleh Balai Taman
Nasional Gunung Halimun-Salak berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor.175/Kpts-II/2003, yaitu Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan,
dengan total luasan 113.357 hektar. Awalnya, Taman Nasional ini ditetapkan
sebagai salah satu Taman Nasional di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Pebruari 1992 dengan luas
40.000 hektar dan resmi ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1997 sebagai salah satu
unit pelaksana teknis Departemen Kehutanan.
Dalam pengelolaannya, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dibagi
dalam beberapa zona pengelolaan, yaitu:
1. Zona Inti (15.830 ha); Zona Inti merupakan zona yang paling sensitif baik
secara fisik maupun biologis, sehingga memerlukan perlindungan ekstra
dan seminimal mungkin campur tangan manusia.
2. Zona Rimba (24.189 ha); Zona Rimba merupakan zona yang masih
sensitif baik secara fisik dan biologis, sehingga memerlukan perlindungan
yang cukup, namun memerlukan campur tangan manusia dalam
pengelolaannya.
3. Zona Pemanfaatan (79 ha); Zona Pemanfaatan disediakan untuk
pengembangan pengelolaan dan sarana wisata alam. Wilayah zona ini
tidak terlalu luas dan mempunyai tingkat sensitivitas yang rendah baik dari
segi fisik maupun biologis.
4. Zona Rehabilitasi (260 ha); Zona Rehabilitasi merupakan suatu zona atau
daerah yang rusak karena adanya kegiatan ilegal dan sekarang
memerlukan usaha rehabilitasi dengan penanaman kembali jenis-jenis asli
untuk mengembalikan fungsinya (Dephut, 2006).

6

Berdasarkan hasil penelitian Prabowo (2010) Balai TNGHS perlu
merumuskan kesepakatan bersama masyarakat yang memuat hak dan kewajiban
masingmasing pihak di zona khusus dalam proses zonasi kawasan TNGHS. Balai
TNGHS disarankan melibatkan tokoh-tokoh (pimpinan) informal dalam proses
konsultasi

publik.

pemberdayaan

Balai

masyarakat

TNGHS
supaya

juga

disarankan

perilaku

berpindah

menyelenggarakan
pemukiman

pada

masyarakat tetap dapat menjaga kelestarian taman nasional.
Berdasarkan Peta Topografi, kawasan Gunung Halimun Salak sebagian
besar datarannya terletak pada ketinggian di bawah 1.400 m dpl (di atas
permukaan laut), dengan sebaran 1.000 - 1.400 m dpl (40,3%). Berdasarkan
analisa kemiringan lahan menunjukkan bahwa kawasan Gunung Halimun terdiri
dari perbukitan dengan kemiringan terbanyak lebih dari 45% (75,7% dari luas
areal). Ketinggian gunung Salak ini 500 m dpl - 1.929 m dpl, dengan tipe iklim :
A (Schmidt dan Ferguson), curah hujan rata-rata 4.000-6.000 mm per tahun,
kelembaban 5 - 6%, dan temperatur 200 - 30º C.
Pengembangan hutan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS) yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat sangat bermanfaat bukan saja sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat tetapi juga bermanfaat dalam menunjang daya dukung lahan dan
hutan. Kawasan Hutan ini adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan
pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (tahura) dan taman
wisata alam.
Selain dari manfaat di atas, dari aspek ekologi, hutan konservasi yang
terjaga kuantitas dan kualitasnya akan dapat memperbaiki struktur tanah,
memperbaiki lahan yang labil dan tidak produktif, serta dapat mengendalikan dan
mengurangi erosi, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan debit air pada
sumber-sumber mata air sungai. Masyarakat umumnya memanfaatkan hutan dan
lahan dalam berbagai cara, yaitu seperti huma atau ladang, sawah, kebun, kebun

7

talun dan talun. masyarakat lokal masih mengandalkan pada tumbuh-tumbuhan
dari hutan. Dilemanya, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di sekitar
TNGHS baik masyarakat lokal maupun masyarakat pendatang. Saat ini
penggunaan tumbuh-tumbuhan dan satwa dari hutan sudah tidak sesuai dengan
kondisi umum sumberdaya hutan yang semakin terbatas, karena dapat
mengancam keutuhan hutan dan sumberdaya air masyarakat.
Secara jangka pendek aktivitas di atas dapat membantu masyarakat untuk
menjalankan kehidupannya tanpa menyebabkan kerusakan hutan. Dalam jangka
panjang, dengan kegiatan pendidikan lingkungan dan peningkatan kesadaran
konservasi untuk masyarakat dapat menumbuhkan rasa menghargai terhadap
kekayaan hutan sekitar mereka dan juga akan efektif bagi konservasi
keanekaragaman hayati TNGHS di masa mendatang (TNGHS, 2008).
Upaya pengelolaan hutan konservasi TNGHS yang telah dilakukan baik
oleh pemerintah, LSM, ataupun pihak terkait selama ini kurang berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini karena kurangnya melibatkan masyarakat sekitar
untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan tersebut. Dengan
demikian perlu adanya pembinaan dan pengelolaan hutan dengan berbagai
pendekatan baik secara budaya, pembangunan fisik maupun secara ekologis,
dimana pembinaan dan pengelolaan merupakan faktor penting dalam usaha
pelibatan masyarakat pada konservasi.

Untuk itu agar pemanfaatan dan

pelestarian hutan TNGHS dapat berhasil, strategi yang harus dikembangkan
adalah Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Community Based Management) yaitu
keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam. Masyarakat
ikut memikirkan, memformulasi, merencanakan, mengimplementasi, memonitor,
dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Melalui pendekatan ini
masyarakat merasa lebih diberdayakan dan tanggungjawab masyarakat dalam
pemanfaatan dan pelestarian hutan TNGHS akan semakin meningkat.
Gambaran penurunan kualitas hutan konservasi Taman Nasional Gunung
Halimun Salak dapat diteliti dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah
dari sisi partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam mengelola, memanfaatkan dan
melestarikan hutan konservasi tersebut. Sebenarnya sudah banyak upaya yang

8

dilakukan oleh Balai TNGHS dalam melakukan kegiatan komunikasi dalam
rangka penyelamatan dan pelestarian konservasi hutan TNGHS, dan salah satu
upayanya adalah dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan
TNGHS, tetapi upaya ini belum memperlihatkan dampak yang cukup memuaskan,
karena masih banyak masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan hutan tetapi
tidak melestarikannya kembali sehingga banyak kawasan hutan konservasi
TNGHS yang mengalami kerusakan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari
(Setyono, 2003) bahwa beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan
kawasan hutan konservasi TNGHS menurut Balai TNGHS antara lain;
1) Kondisi tata batas di lapangan yang tidak jelas sehingga terjadi tumpang
tindih dengan masyarakat dan Dinas Kehutanan;
2) Sumberdaya manusia atau petugas kehutanan yang terbatas, baik dari segi
kuantitas dan kualitas maupun distribusinya di lapangan;
3) Apresiasi dan pemahaman masyarakat terhadap keberadaan Taman Nasional
masih rendah;
4) Tingkat ketergantungan masyarakat dengan sumberdaya hutan masih tinggi,
mengakibatkan adanya pencurian hasil hutan (kayu dan non kayu);
5) Masih adanya perburuan satwa dan perambahan hutan secara tradisional.
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan dan
pelestarian kawasan hutan konservasi TNGHS tersebut, perlu adanya upaya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan konservasi TNGHS yang dirasakan masih kurang. Untuk itu
maka:
1) Perlu dilakukan penyebarluasan informasi secara efektif tentang manfaat
keberadaan taman nasional kepada masyarakat sekitar hutan.
2) Perlu dibangunnya saluran komunikasi, informasi dan promosi tentang tatacara pengelolaan taman nasional TNGHS melalui berbagai media, baik secara
interpersonal, kelompok, maupun melalui media massa.
3) Memberi kesempatan kepada masyarakat sekitar hutan untuk memanfaatkan
kawasan hutan konservasi dengan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan
hutan.

9

Pemahaman masyarakat terhadap konservasi alam memang belum
memuaskan secara keseluruhan sementara partisipasi masyarakat yang positip
terhadap pemanfaatan dan pelestarian kawasan hutan konservasi TNGHS mutlak
adanya. Oleh karenanya, penyuluhan untuk merubah perilaku dan publikasi untuk
menyadarkan masyarakat masih harus digalakkan dengan program-program yang
diintegrasikan dengan strategi yang lainnya (Dephut, 2006).
Dengan demikian perlu adanya pendekatan kepada masyarakat

dalam

memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat sekitar hutan
konservasi TNGHS agar mereka dapat berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan TNGHS, sehingga diperlukan penelitian dalam rangka
mengungkapkan dan menganalisis secara mendalam berbagai fakta empirik yang
mempengaruhi pemahaman masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan TNGHS melalui analisis kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya
berdasarkan kajian tersebut akan dianalisa penerapan strategi komunikasi yang
efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar hutan konservasi
TNGHS Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Perumusan Masalah
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yang pada umumnya berprofesi
sebagai petani merupakan elemen krusial terdepan yang dapat menjadi pilar bagi
terselenggaranya pengelolaan kawasan hutan yang lestari. Oleh karena itu,
partisipasi mereka merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan hutan
yang lestari. Penguatan partisipasi masyarakat lokal menjadi sangat penting dalam
pemanfaatan dan pelestarian hutan dalam rangka mencegah eksploitasi yang
berlebihan pada kegiatan pemanfaatannya dan untuk memberikan dukungan pada
kegiatan konservasi lingkungan yang simultan dan sinergi.
Dengan melibatkan masyarakat dalam pelestarian hutan, maka diharapkan
akan terbangun rasa memiliki dan tanggung jawab dalam diri setiap anggota
masyarakat terhadap keberlangsungan eksistensi hutan.
Pemanfaatan dan pelestarian hutan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi,

10

Provinsi Jawa Barat merupakan wujud kepedulian pemerintah atas hak rakyat
untuk tetap memiliki akses terhadap hutan. Hal ini dilandasi oleh kesadaran dan
kenyataan bahwa keberadaan hutan TNGHS tidak terlepas dari usaha-usaha
masyarakat sekitar hutan dalam pembudidayaan dan pengelolaan hutan tersebut
yang sudah dilakukan sejak dulu bahkan sebelum Indonesia merdeka. Namun
demikian, pada saat ini hutan TNGHS yang dikelola dan dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar kawasan hutan konservasi TNGHS mulai rusak karena adanya
pembalakan liar, eksplorasi penambangan emas ilegal pelanggaran dalam
pemanfaatan zona-zona pengelolaan serta banyaknya pemanfaatan lahan secara
liar, yang disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat pada pemanfaatan dan
pelestarian hutan TNGHS.
Masih kurangnya penyebaran informasi dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan konservasi bagi masyarakat sekitar hutan TNGHS, serta kurang
efektifnya penggunaan saluran komunikasi yang selama ini digunakan sehingga
fenomena ini mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kualitas partisipasi
masyarakat sekitar hutan konservasi TNGHS dalam memanfaatkan dan
melestarikan hutan tersebut karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan
masyarakat terhadap tatacara pengelolaan hutan konservasi TNGHS. Dengan
kondisi tersebut memunculkan pertanyaan besar, yaitu sejauh mana pemahaman
masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan TNGHS
sehingga partisipasi masyarakat dalam melestarikan hutan TNGHS selama ini
kurang berjalan dengan baik.
Berdasarkan argumen tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1.

Sejauhmana efektivitas komunikasi dalam meningkatkan pemahaman
masyarakat sekitar hutan pada pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi
TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat?

2.

Faktor-faktor apa saja yang menentukan efektivitas komunikasi dalam
penyampaian pesan konservasi kepada masyarakat sekitar hutan TNGHS di
wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat?

11

3.

Sejauhmana

hubungan

faktor-faktor

yang

menentukan

pemahaman

masyarakat sekitar hutan dengan efektivitas komunikasi dalam pemanfaatan
dan pelestarian hutan konservasi TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan
Sukabumi Provinsi Jawa Barat?
4.

Strategi

komunikasi

apakah

yang

dapat

meningkatkan

pemahaman

masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi
TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis efektivitas komunikasi dalam meningkatkan pemahaman
masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi
TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan

efektivitas komunikasi

dalam penyampaian pesan konservasi kepada masyarakat sekitar hutan
konservasi TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa
Barat.
3. Menganalisis hubungan

faktor-faktor yang menentukan

pemahaman

masyarakat sekitar hutan dengan efektivitas komunikasi dalam pemanfaatan
dan pelestarian hutan konservasi TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan
Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
4. Menganalisis strategi komunikasi yang tepat dalam meningkatkan pemahaman
masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi
TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dalam lingkungan akademis/keilmuan
1.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
berciri ilmiah bagi pengembangan ilmu komunikasi pembangunan dalam
rangka

meningkatkan

pemahaman

masyarakat

sekitar

hutan

dalam

12

pemanfaatan dan pelestarian hutan melalui pendekatan komunikasi yang
efektif dengan strategi komunikasi yang tepat.
2.

Memberikan informasi bagi penelitian yang serupa agar dapat mel akukan
penyempurnaan dalam metode analisis efektivitas komunikasi pembangunan
yang digunakan sebagai sarana penyampaian informasi kepada masyarakat
sekitar hutan.

3.

Mengembangkan dan menyempurnakan secara empiris teori komunikasi
pembangunan yang partisipatif dengan mengintegrasikan antara efektivitas
komunikasi dengan penggunaan saluran komunikasi yang digunakan sebagai
strategi komunikasi dalam penyampaian informasi kepada masyarakat sekitar
hutan.

Kegunaan dalam lingkungan praktis
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat dan Departemen
Kehutanan serta instansi lain terkait guna menyusun langkah-langkah strategis
pembangunan kehutanan berbasis masyarakat dengan menggunakan strategi
komunikasi yang tepat dan efektif.
2. Hasil penelitian diharapkan menjadi tambahan informasi bagi Departemen
Kehutanan dan instansi terkait dalam meningkatkan dan mengembangkan
partisipasi masyarakat sekitar hutan konservasi TNGHS dalam pemanfaatan
dan pelestarian hutan konservasi TNGHS di wilayah Kabupaten Bogor dan
Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Kebaruan (Novelty)
Hasil penelitian yang terkait dengan efektivitas komunikasi dalam
meningkatkan pemahaman masyarakat dalam memanfaatkan dan melestarikan
hutan yang banyak dilakukan di kalangan akademis sebagian besar adalah terkait
dengan pola dan strategi pengelolaan dan pemberdayaan hutan. Penelitian yang
berkaitan dengan penentuan saluran komunikasi yang digunakan dalam
penyampaian informasi kepada masyarakat sekitar hutan dengan harapan
terjadinya komunikasi yang efektif dan memunculkan strategi komunikasi yang

13

tepat belum pernah dilakukan secara khusus di Indonesia. Penelitian tentang
efektivitas komunikasi dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi
Taman Nasional dilakukan dengan harapan menghasilkan kebaruan (novelty) dari
hasil penelitian yang dilakukan berupa strategi komunikasi yang tepat dalam
penyampaian informasi kepada masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Efektivitas Komunikasi Pembangunan
Komunikasi

secara

terminologis

merujuk

pada

adanya

proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada
pengertian Ruben dan Stewart (2005) “Bahwa komunikasi manusia adalah proses
yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi
dan masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.”
Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling
berhubungan sangat erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan
adalah “as an integral part of development, and communication as a set of
variables instrumental in bringing about development.“ Siebert, et al., (1956)
menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang
harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu
masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara.
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna
komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau

paradigm

pembangunan yang dipilih oleh suatu negara. Peranan komunikasi pembangunan
telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa
komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan. Everett M. Rogers
(2003) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan
yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai
kehendak dari suatu bangsa.
Pada bagian lain Rogers (2003) menyatakan bahwa komunikasi
merupakan dasar dari perubahan sosial. Perubahan yang dikehendaki dalam
pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju
keadaan sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam