Pokok Materi Uji UU Pengadilan anak

2. Pokok Materi Uji UU Pengadilan anak

Terhadap pandangan-pandangan Pemohon sebagaimana diuraikan dalam permohonan a quo, pada kesempatan ini DPR ingin menyampaikan penjelasan/ keterangan sebagai berikut:

1. Bahwa UU Pengadilan Anak dibentuk dalam rangka memberikan perlindungan kepada pertumbuhan dan perkembangan mental anak, oleh karena itu perlu ditentukan pembedaan perlakuan di dalam hukum acara dan ancaman pidananya. Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam Undang- Undang ini dimaksudkan untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong masa depannya yang masih panjang. Selain itu pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, dan berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara;

2. Bahwa terhadap pendapat para Pemohon yang menyatakan Pasal 1 angka 2 huruf b bertentangan dengan asas legalitas dalam hukum pidana positif yang berarti menormakan kriminalisasi anak, karena membuat norma yang mengakibatkan anak-anak dapat diajukan ke Sidang Anak yang selanjutnya dapat dijatuhi pidana yang dapat merugikan hak konstitusional anak, DPR berpandangan Pasal 1 angka huruf b bukan sebuah norma yang 2. Bahwa terhadap pendapat para Pemohon yang menyatakan Pasal 1 angka 2 huruf b bertentangan dengan asas legalitas dalam hukum pidana positif yang berarti menormakan kriminalisasi anak, karena membuat norma yang mengakibatkan anak-anak dapat diajukan ke Sidang Anak yang selanjutnya dapat dijatuhi pidana yang dapat merugikan hak konstitusional anak, DPR berpandangan Pasal 1 angka huruf b bukan sebuah norma yang

3. Bahwa dengan dirumuskannya batasan, pengertian atau definisi anak nakal dalam Pasal 1 angka 2 tersebut justru untuk memenuhi asas legalitas, karena telah menjadi hukum positif yang menjadi dasar untuk menghadapi dan menangani anak nakal yang memang memerlukan penanganan khusus untuk menyelesaikan persoalan hukumnya;

4. Bahwa terhadap pendapat para Pemohon yang menyatakan batas usia

sekurang-kurangnya 8 tahun bertentangan dengan masa tumbuh kembang anak, usia mengenyam pendidikan, dan berada dalam keluarga. Selain itu usia tanggung jawab pidana sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun dinilai tidak adil karena jauh lebih rendah dibanding batas usia anak boleh bekerja, serta melanggar hak konstitusional anak atas pendidikan, DPR berpandangan bahwa penentuan batas usia 8 tahun bagi anak nakal untuk dapat diajukan ke sidang anak adalah merupakan kebijakan pembuat Undang-Undang dengan didasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis dan pedagogis, bahwa anak yang berusia 8 (delapan) tahun dianggap dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya (vide Penjelasan Umum UU Pengadilan Anak);

5. Bahwa DPR berpandangan UU Pengadilan Anak sudah secara komprehensif telah melindungi kepentingan-kepentingan hak-hak konstitusional anak yang sedang bermasalah dengan hukum (anak nakal), hal tersebut antara lain dapat dilihat dari:

a. Pada tahap penyidikan: - penyidikan dilakukan oleh Penyidik Anak yang mempunyai syarat-syarat

yang ditentukan dalam Pasal 41 UU Pengadilan Anak, - tata cara penyidikan mewajibkan Penyidik memeriksa tersangka dalam suasana kekeluargaan (vide Pasal 42 ayat (1)];

- dalam melakukan penyidikan terhadap Anak Nakal, Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan, dan apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya [vide Pasal 42 ayat (2)];

- Proses penyidikan terhadap perkara Anak Nakal wajib dirahasiakan [vide

Pasal 42 ayat (3)].

b. Penahanan Apabila diperlukan untuk kepentingan penyidikan maka dapat dilakukan penahanan dengan mempertimbangkan hal-hal yang diatur dalam Pasal 45 UU Pengadilan Anak yaitu:

- Penahanan dilakukan setelah dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan atau kepentingan masyarakat;

- Alasan penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dinyatakan secara tegas dalam surat perintah penahanan; - Tempat tahanan anak harus dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa; - Selama anak ditahan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus

tetap dipenuhi.

c. Sanksi untuk anak nakal yang berusia 8 sampai dengan 12 tahun adalah berupa Tindakan bukan Pidana; Dalam Penjelasan Umum UU Pengadilan Anak tetelah secara tegas menyebutkan bahwa “Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam Undang-undang ini ditentukan berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8 (delapan) tahun sampai 12 (dua belas) tahun hanya dikenakan tindakan, sepeti dikembalikan kepada orang tuanya, ditempatkan pada organisasi sosial, atau diserahkan kepada negara, sedangkan terhadap anak yang telah mencapai umur di atas 12 (dua belas) tahun dijatuhkan pidana. Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak.”

6. Bahwa oleh karena UU Pengadilan Anak sudah secara kompfrehensi mengatur perlindungan terhadap kepentingan/hak konstitusional anak yang mengalami 6. Bahwa oleh karena UU Pengadilan Anak sudah secara kompfrehensi mengatur perlindungan terhadap kepentingan/hak konstitusional anak yang mengalami

Bahwa berdasarkan pada dalil-dalil tersebut di atas, DPR memohon kiranya Ketua/Majelis Hakim Konstitusi yang mulia memberikan amar putusan sebagai berikut:

1. Menyatakan Pemohon a quo tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing),

sehingga permohonan a quo harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

2. Menyatakan permohonan a quo ditolak untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya

menyatakan permohonan a quo tidak dapat diterima;

3. Menyatakan keterangan DPR diterima untuk seluruhnya;

4. Menyatakan ketentuan Pasal 1 angka 2 huruf b sepanjang frase “menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan”, Pasal 4 ayat (1) sepanjang frase “sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun“, Pasal 5 ayat (1) sepanjang frase “belum mencapai umur 8 (delapan) tahun”, Pasal 22 sepanjang frase “pidana atau”, Pasal 23 ayat (2) huruf a sepanjang frase “Pidana penjara”, dan Pasal 31 ayat (1) sepanjang frase “di lembaga permasyarakatan anak” UU Pengadilan Anak tidak bertentangan dengan Pasal 28B ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (1) UUD 1945;

5. Menyatakan ketentuan Pasal 1 angka 2 huruf b sepanjang frase “menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang 5. Menyatakan ketentuan Pasal 1 angka 2 huruf b sepanjang frase “menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang

Apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

[2 .7 ] Menimbang bahwa persidangan pada tanggal 11 Mei 2010 telah didengar dan dibaca keterangan ahli Pemohon baik lisan dan tertulis yang pada pokoknya

sebagai berikut: