Hj. Aisyah Amini, S.H., M.H

2. Hj. Aisyah Amini, S.H., M.H

• Pasal 4 UU 3/1997 “Anak nakal yang dapat diajukan ke sidang adalah sekurang-kurangnya berusia 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur

18 tahun dan belum menikah”. Dalam Usia ini mestinya anak-anak menempuh pendidikan wajib (wajib belajar 9 tahun). Perlu ditinjau kembali tentang batas usia anak yang akan diminta pertanggungjawaban secara hukum atas tindakan yang ia lakukan;

• Pertanggungjawaban pidana hanya dapat dibebankan kepada seseorang jika

memenuhi dua unsur yaitu adanya pengetahuan tentang perbuatan pidana dan adanya kebebasan bertindak;

• Hukuman bagi anak sesuai tahap perkembangannya: - 0-7 tahun (belum mumayyiz), tidak dapat diminta pertanggungjawaban, tidak dijatuhkan hukum pidana, hanya dapat diberikan tindakan yang bersidfat mendidik;

- 7 tahun – usia aqil baligh, dikenakan hukuman yang bersifat mendidik, bukan hukum pidana, jika perbuatannya merugikan orang lain secara materil maka dimintakan ganti rugi melalui orang tua/walinya;

- Dewasa, usia al-baligh al-rasyid (aqil baligh), dapat dikenakan sanksi pidana;

• Dalam syariat Islam, sistem peradilan belum berlaku bagi anak karena anak

belum dikenakan beban hukum (taklif) dengan kata lain anak tidak termasuk subjek hukum pidana. Oleh karena itu, anak yang berhadapan dengan hukum tidak dapat dikenakan sanksi pidana melainkan sanksi yang bersifat mendidik (edukatif dan rehabilitatif);

• Dalam pandangan Syariat Islam, pfase perkembangan manusia ada 3 phase:

1. Sejak lahir sampai usia 7 tahun merupakan phase seseorang belum mempunyai kemampuan berfikir (idrak) dan ikhtiyar. Pada phase ini, 1. Sejak lahir sampai usia 7 tahun merupakan phase seseorang belum mempunyai kemampuan berfikir (idrak) dan ikhtiyar. Pada phase ini,

2. Usia di atas 7 tahun sampai baligh, seseorang sudah mempunyai kemampuan berfikir yang lemah. Pada phase ini, seseorang sudah memikul tanggung jawab ta’dibiyah, bukan pidana;

3. Usia baligh, seseorang sudah mempunyai kemampuan berfikir (idrak) yang sempurna. pada phase ini, seseorang sudah memikul tanggung jawab pidana;

• Batas usia baligh:

a. Menurut Madzhab Syafi;I adalah 15 tahun (jika belum ikhtilam atau haid);

b. Menurut Madzhab Habnafi adalah 18 tahun (jika belum ikhtilam atau haid);

[2 .8 ] Menimbang bahwa pada persidangan tanggal 26 Oktober 2010 telah didengar keterangan ahli Pemohon yang pada pokoknya sebagai berikut:

Adi Fahrudin

• Pemenjaraan anak yang dipraktikkan selama ini tidak efektif melakukan perbaikan dan pemulihan sosial anak. Pemenjaraan anak dapat menimbulkan dampak buruk pada anak, antara lain trauma, eksploitasi, belajar kejahatan yang lebih ekstrim dari penjahat dewasa atau sesame anak;

• Pemenjaraan anak tidak sesuai dengan hak-hak anak berdasarkan tingkat perkembangan. menurut ahli community service order atau perintah layanan masyarakat, dapat dijadilkan alternatif pengganti pidana atau penjara anak. community service order perlu diadopsi dan diadaptasi dalam konteks Indonesia. persoalan anak terutama pidana ringan, tidak sepatutnya dihukum dengan memasukkan mereka ke dalam lembaga permasyarakatan anak, tetapi mewajibkan mereka menjalani rehabilitasi dan kerja sukarela di panti-panti sosial milik pemerintah dan swasta yang ditetapkan oleh pengadilan;

• Pilihan lain yang dirasakan terbaik adalah merehabilitasi mereka sepenuhnya dalam panti rehabilitasi sosial di bawah Kementerian Sosial. Untuk dapat melaksanakan hal itu terutama dalam hal konteks anak tanpa penjara, maka perlu dilakukan sinkronisasi perundang-undangan yang ada. Misalnya Undang-

Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang Pengadilan anak, Undang-Undang Permasyarakatan, Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Kesejahteraan Sosial, agar tidak terjadi tumpang tindih;

• Pemerintah dalam hal ini kementerian sosial harus mempersiapkan perangkat

pelaksana, yaitu dengan penyiapan pekerja sosial profesional dan penyiapan infrastruktur panti rehabilitasi sosial yang dapat mengemban tanggung jawab dalam program rehabilitasi sosial anak;

[2 .9 ] Menimbang bahwa para Pemohon telah mengajukan kesimpulan tertulis melalui Kepaniteraan tanggal 26 November 2010 sedangkan Pemerintah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat tidak mengajukan kesimpulan tertulis; [2 .1 0 ] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian Putusan ini, segala

sesuatu yang terjadi di persidangan ditunjuk dalam Berita Acara Persidangan, dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Putusan ini;