Hak Dan/Atau Kewenangan Konstitusional Yang Dianggap Pemohon Dirugikan Oleh berlakunya Pasal-Pasal A quo UU Pengadilan Anak

B. Hak Dan/Atau Kewenangan Konstitusional Yang Dianggap Pemohon Dirugikan Oleh berlakunya Pasal-Pasal A quo UU Pengadilan Anak

Bahwa pada pokoknya para Pemohon dalam permohonan a quo, mengemukakan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya Pasal 1 angka 2 huruf b sepanjang frasa, “menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan”, Pasal 4 ayat (1) sepanjang frase, “sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun“, Pasal 5 ayat (1) sepanjang frase, “belum mencapai umur 8 (delapan) tahun”, Pasal 22 sepanjang frase, “pidana atau”, Pasal 23 ayat (2) huruf a sepanjang frase, “Pidana penjara”, Bahwa pada pokoknya para Pemohon dalam permohonan a quo, mengemukakan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya Pasal 1 angka 2 huruf b sepanjang frasa, “menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan”, Pasal 4 ayat (1) sepanjang frase, “sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun“, Pasal 5 ayat (1) sepanjang frase, “belum mencapai umur 8 (delapan) tahun”, Pasal 22 sepanjang frase, “pidana atau”, Pasal 23 ayat (2) huruf a sepanjang frase, “Pidana penjara”,

1. Bahwa ketentuan Pasal 1 angka 2 huruf b sepanjang frase, “menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan”, telah bertentangan dengan asas legalitas dalam hukum pidana positif yang berarti menormakan kriminalisasi anak, karena membuat norma yang mengakibatkan anak-anak dapat diajukan ke Sidang Anak yang selanjutnya dapat dijatuhi pidana. Pemidanaan harus berdasarkan pada Undang-Undang, yaitu bukan saja tertulis dalam bentuk Undang-Undang, akan tetapi juga produk perundang-undangan lainnya, menurut para Pemohonan pasal a quo bertentangan dengan hak konstitusional anak untuk tumbuh dan berkembang, perlindungan anak dari kekerasan karena secara faktual dan rasional anak-anak yang dijatuhi pidana penjara atau ditahan dalam banyak kasus mengalami kekerasan fisik maupun psikis;

2. Bahwa batasan umur anak sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun yang dapat diajukan ke sidang anak terlalu rendah, bukan saja tidak memenuhi rasa keadilan, akan tetapi melanggar hak konstitusional anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan didiskriminasi sebagaimana dijamin Pasal 28B ayat (2) UUD 1945. Menurut para Pemohon batas usia sekurang-kurangnya 8 tahun bertentangan dengan masa tumbuh kembang anak, usia mengenyam pendidikan, dan berada dalam keluarga. Selain itu usia tanggung jawab pidana sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun dinilai tidak adil karena jauh lebih rendah dibanding batas usia anak boleh bekerja, serta melanggar hak konstitusional anak atas pendidikan;

3. Bahwa penentuan batas usia di bawah 8 tahun dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik [Pasal 5 ayat (1)] adalah terlalu rendah pada usia di bawah 8 tahun untuk dilakukan proses hukum penyidikan yang sama seperti halnya anak yang telah berusia sekurang-kurang 8 tahun, yang secara faktual dan terbukti dalam banyak kasus mengakibatkan pelanggaran hak anak, kekerasan terhadap anak, dan berbagai kondisi yang tidak nyaman bagi anak yang menjalankan proses penyidikan tersebut. karena itu menurut para

Pemohon mengakibatkan pelanggaran hak konstitusional anak atas tumbuh kembang, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, serta hak untuk memperoleh hukum yang berkeadilan;

4. Bahwa ketentuan Pasal 22 UU Pengadilan Anak yang tidak memberikan prioritas tindakan terhadap Pidana adalah ketentuan yang melanggar hak konstitusional anak untuk tumbuh dan berkembang, oleh karena fakta menunjukkan situasi buruk dalam pemidanaan seperti kekerasan, penahanan atau pemenjaraan bersama dengan orang dewasa, dan over capacity yang menyebab timbulnya berbagai masalah dalam pembinaan;

5. Bahwa penempatan anak nakal dalam Lembaga Pemasyarakatan sebagai anak negara [Pasal 31 ayat (1) UU Pengadilan Anak], dengan melihat situasi, kondisi serta setting sosial dan empiris mengenai Lembaga Permasyarakatan Anak saat ini yang belum kondusif bagi pemenuhan hak konstitusional anak, maka dengan demikian pasal a quo mengabaikan hak konstitusional anak sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945;

6. Bahwa menurut para Pemohon adanya fakta-fakta kerugian konstitusional anak sebagaimana diuraikan di atas, dikaitkan dengan fungsi kelembagaan para Pemohon dalam melakukan kegiatan advokasi dan perlindungan terhadap anak, adalah merupakan bentuk konkret dan kausalitas adanya kerugian konstitusional para Pemohon;