Gambaran antibodi anti avian influenza h5 pada ayam petelur yang divaksinasi dengan vaksin ai h5n1 inaktif isolat tahun 2007 ayu

GAMBARAN ANTIBODI ANTI AVIAN INFLUENZA H5 PADA
AYAM PETELUR YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AI
H5N1 INAKTIF ISOLAT TAHUN 2007

AYU AZRIANI AZHARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRACT
Antibody anti AI H5 response in laying hens following vaccination by AI inactived
vaccine isolates 2007. AYU AZRIANI AZHARI. 2011. Under direction by SRI
MURTINI and RETNO DAMAYANTI SOEJOEDONO.
Avian Influenza (AI) as well known as Avian flu or bird flu, is one of the
important disease that occured in birds, especially chickens and caused by influenza
virus type A. Vaccines have been used in AI control programs to prevent and eradicate
AI from poultry and other birds. The purpose of this research was to study the antibody
response to AI H5 in laying hens which vaccinated with AI H5N1 inactivated vaccine
isolates 2007. A hundred day old chickens were used in the study. The chickens were

divided into two groups, group one were vaccinated with AI H5N1 inactivated vaccine
isolates 2007 and group two were unvaccinated as a control group. Serum samples were
taken since the day of the study and every two week until ten weeks old. The
vaccination were given at week two and six of experiment. The antibody anti AI were
measured by Hemagglutinin Inhibition (HI) test. Two weeks after vaccination, 80%
chicken of vaccinated group were developed antibody with low titer below protective
titer (24). Two weeks after second vaccination, 70% chicken in vaccinated group were
able to produce protective antibody titer, but the antibody titer decrease four weeks after
vaccination. The result of this study indicated that to induce protective antibody against
H5 in laying hens, it need more than two times vaccination.
Keywords : AIV H5N1, HI test, avian influenza, inactive vaccines

ABSTRAK
Gambaran Antibodi Anti Avian Influenza H5 pada Ayam Petelur yang Divaksinasi
dengan Vaksin AI H5N1 Inaktif Isolat Tahun 2007. AYU AZRIANI AZHARI. 2011.
Di bawah bimbingan SRI MURTINI dan RETNO DAMAYANTI SOEJOEDONO.
Avian Influenza (AI) atau disebut flu burung adalah salah satu penyakit penting
yang menyerang unggas, terutama pada ayam dan disebabkan oleh virus influenza tipe
A. Vaksin telah digunakan dalam program kontrol AI untuk mencegah dan
melenyapkan AI dari peternakan unggas dan burung lainnya. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui titer antibodi pada ayam petelur yang divaksin AI inaktif
isolat tahun 2007. Penelitian ini menggunakan sebanyak 100 ekor ayam berumur satu
hari (DOC) yang terbagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama diberikan vaksinasi
dengan vaksin AI H5N1 inaktif isolat tahun 2007, dan kelompok kedua tidak diberikan
vaksinasi atau sebagai kontrol. Pengambilan serum sampel dimulai dari hari pertama
penelitian dan setiap dua minggu sampai ayam berumur sepuluh minggu. Pemberian
vaksin dilakukan sebanyak dua kali pada saat ayam berumur dua minggu dan enam
minggu. Antibodi anti AI diketahui melalui uji Hemagglutinin Inhibition (HI). Dua
minggu setelah vaksinasi, sebanyak 80% ayam pada kelompok pertama berkembang
antibodi dengan titer yang rendah di bawah titer protektif (2 4). Dua minggu setelah
vaksinasi kedua, sebanyak 70% ayam pada kelompok pertama terlihat menghasilkan
titer antibodi yang protektif, namun titer antibodi tersebut menurun empat minggu
setelah vaksinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menginduksi titer
antibodi protektif terhadap H5 pada ayam petelur dibutuhkan lebih dari dua kali
vaksinasi.
Kata kunci : AIV H5N1, uji HI, avian influenza, vaksin inaktif

GAMBARAN ANTIBODI ANTI AVIAN INFLUENZA H5 PADA
AYAM PETELUR YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AI
H5N1 INAKTIF ISOLAT TAHUN 2007


AYU AZRIANI AZHARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul gambaran
antibodi anti avian influenza H5 pada ayam petelur yang divaksinasi dengan vaksin AI
H5N1 inaktif isolat tahun 2007 adalah karya saya dengan arahan para pembimbing (Dr.
Drh Sri Murtini, Msi dan Prof. Dr. Drh Retno Damayanti Soejoedono, MS) dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011
Ayu Azriani Azhari
B04070133

Judul

Nama
NRP
Program studi

: Gambaran Antibodi Anti Avian Influenza H5 pada
Ayam Petelur yang Divaksinasi dengan Vaksin AI
H5N1 Inaktif Isolat Tahun 2007
: Ayu Azriani Azhari
: B04070133
: Kedokteran Hewan


Disetujui,

Dr. Drh. Sri Murtini, MSi
Pembimbing I

Prof. Dr. Drh. Retno D. Soejoedono, MS
Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

©Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu

masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran Antibodi Anti
Avian Influenza H5 pada Ayam Petelur yang Divaksinasi dengan Vaksin AI H5N1
Inaktif Isolat Tahun 2007. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tak
langsung khususnya kepada :
1. Ibu Dr. Drh. Sri Murtini, MSi dan Ibu Prof. Dr. Drh. Retno Damayanti Soejoedono,
MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan biaya sarana dan
penelitian, waktu, tenaga, dan arahan selama penelitian dan penulisan.
2. Bapak Drh. R. Harry Soehartono. M. App. Sc. PhD selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing selama studi di FKH.
3. Papa, Mama, Kakak, Abang, Agus, Daffa, Mayla, Mischa, serta seluruh keluarga
tercinta atas doa, dorongan, bantuan material maupun spiritual dan kasih sayang serta
cinta yang tiada hentinya.
4. Pak Kos, Pak Lukman, Mas Wahyu, Pak Nur, Mbak Ramlah, Mbak Ita, Mba Ade,

dan Mba Selin yang telah membantu dalam penelitian.
5. Sri Ardhiani dan Eka Marttiana, sebagai teman sekelompok penelitian.
6. Nurul Aini, Wiwieka Nanda Ardhani, I Wayan Widi Parnayoga, Wati Fatmawati,
Tonny, Gamma Satria Kurniawan, Fahri Arfanto, seluruh teman-teman Honda Beat
Community dan seluruh

teman-teman Gianuzzi 44 atas kasih sayangnya dan

persahabatan kita selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, September 2011

Ayu Azriani Azhari

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 September 1989 di Cimanggis, Jawa Barat
sebagai anak bungsu dari ayah Masagus Azhari dan ibu Drg. Hj. Ratnawati Azhari,

M.P.H. Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Permata Bunda Bogor (1994-1995).
Penulis melanjutkan pendidikan ke SDN Bantar Kemang VII Bogor (1995-2001). Pada
tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Bogor (2001-2004).
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMA plus YPHB Bogor (2004-2007).
Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kedokteran
Hewan melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi yaitu
sebagai staf Departemen Kominfo Badan Ekskutif Mahasiswa Kabinet Sinergis (20082009), tim kreatif Lembaga Struktural VetZone (2008-2009), sekertaris umum
Himpunan Mahasiswa Islam (2008-2009), anggota Himpunan Minat Profesi Satwa Liar,
staf Departemen Zoolipmas Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia
(IMAKAHI) cabang FKH IPB (2008-2009), staf Departemen Kominfo Badan Ekskutif
Mahasiswa Kabinet Katalis (2009-2010), pimpinan redaksi Lembaga Struktural
VetZone (2009-2010), dan wakil bendahara I Himpunan Mahasiswa Islam (2009-2010).

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 4
Ayam Petelur ................................................................................................... 4
Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas ........................................................... 4
Avian Influenza (AI)........................................................................................ 5
Pencegahan dan Pengendalian AI .................................................................... 7
Vaksin .............................................................................................................. 8
MATERI DAN METODA .................................................................................... 11
Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................ 11
Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................. 11
Hewan Percobaan.................................................................................. 11
Vaksin AI .............................................................................................. 11
Pakan ..................................................................................................... 11
Kandang dan Perlengkapannya ............................................................. 11
Bahan dan Peralatan Perlengkapan Uji Laboratorium .......................... 12
Metode Penelitian .......................................................................................... 12
Rancangan Percobaan ........................................................................... 12
Pemeliharaan Hewan Coba ................................................................... 13

Pengambilan Darah dan Evaluasi Titer Antibodi ................................. 13
Pembuatan darah/RBC (Red Blood Cell) .............................................. 13
Uji HA mikrotitrasi ............................................................................... 14
Uji HI mikrotitrasi................................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 17
KESIMPULAN ..................................................................................................... 21
SARAN .................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram skematik struktur virus influenza A ......................................... 6
Gambar 2 Transmisi silang virus influenza A ......................................................... 7

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Strain masterseed virus AI yang ditemukan di Indonesia dan dijadikan sebagai
bakal vaksin AI. ......................................................................................... 9
Tabel 2 Rancangan penelitian pada masing-masing kelompok............................. 12
Tabel 3 Rataan titer antibodi dari masing-masing kelompok ayam selama pengamatan
................................................................................................................. 18

Tabel 4 Persentasi antibodi dengan titer protektif masing-masing sampel pada masingmasing kelompok ayam ........................................................................... 18
Tabel 5 Rataan titer antibodi ayam yang divaksinasi AI sebanyak tiga kali ulangan
(Hartati 2005) .......................................................................................... 19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Avian Influenza (AI) atau lebih dikenal sebagai fowl plague, pertama kali
dilaporkan sebagai penyakit serius yang menyerang unggas di Italia pada tahun
1878 dengan tingkat kematian sebesar 100%. Pada tahun 1955, penyakit ini
diketahui disebabkan oleh virus influenza tipe A (WHO 2005). Di Indonesia,
penyakit AI mulai muncul pada pertengahan Agustus 2003. Penyakit AI
dilaporkan pertama kali terjadi di Kecamatan Legok, Kabupaten Tanggerang,
selanjutnya muncul kasus di Jawa Tengah yang secara berturut-turut ditemukan di
Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Purbalingga, dan kemudian menyebar di
sejumlah Kabupaten di Jawa Timur (Patu 2010).
Sebelum tahun 2004, penyakit AI tidak dikenal di Indonesia karena tidak
pernah ditemukan atau dilaporkan keberadaannya sehingga penyakit AI tersebut
merupakan penyakit eksotik. Pada Oktober 2003, para peternak di Banyumas dan
beberapa tempat di Jawa Tengah resah akibat munculnya penyakit misterius yang
mematikan ribuan ekor ayam. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, para ahli
meyakini kejadian kematian ribuan bahkan jutaan ekor ayam tersebut disebabkan
oleh adanya infeksi virus Avian Influenza tipe A subtipe H5N1, tetapi baru pada
tanggal 25 Januari 2004 pemerintah mengumumkan secara resmi ditemukannya
virus Avian Influenza tipe A H5N1 di Indonesia (Baraniah 2009).
Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi
industri perunggasan karena tingginya angka morbiditas, mortalitas, dan
kecemasan masyarakat akibat rasa takut akan tertular oleh penyakit AI
(Setiyaningsih et al. 2008). Komite Nasional Pengendalian dan Kesiapsiagaan
Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas PBPI) menyatakan bahwa tingginya
angka kasus penularan avian influenza di Indonesia telah menimbulkan kerugian
yang diperkirakan mencapai Rp 4.1 triliun pada tahun 2004 sampai 2007
(Baraniah 2009).
Di Indonesia, sampai dengan Juni 2011 tercatat sebanyak 178 kasus AI yang
terjadi pada manusia dan menyebabkan kematian sebanyak 146 orang (WHO
2011). Kasus AI sampai tahun ini masih terjadi, di Kabupten Majalengka pada
tahun 2010, penyakit AI dilaporkan telah menyebabkan 987 ekor dari 1 045 ekor

2

ayam mati mendadak dalam waktu satu minggu. Berdasarkan catatan Dinas
Peternakan Sumbar, sedikitnya 2 400 unggas yang tersebar di tujuh kabupaten dan
kota di propinsi tersebut positif terkena flu burung sejak Januari hingga Maret
2011. Data terbaru dilaporkan ribuan ayam mati mendadak dan dinyatakan positif
karena flu burung pada 15 kelurahan di 11 kecamatan di kota Padang, satu titik di
Kota Pariaman, dan satu titik di Kabupaten Padang Pariaman.
Vaksinasi AI telah dilakukan tetapi kasus AI masih tinggi setiap tahunnya.
Saat ini tercatat, sekitar 100 ribu dosis vaksin AI dari alokasi tahun 2010 yang
bersumber dari pemerintah pusat telah diberikan pada setiap propinsi. Penyakit
AI yang masih sering muncul dan menyerang unggas, hal ini merupakan akibat
beberapa faktor seperti kurang optimalnya pengawasan dan kontrol atas
penyebaran virus AI oleh berbagai pihak yang terlibat baik peternak komersial
maupun otoritas pemegang kebijakan. Harga vaksin yang terlampau mahal,
tertundanya

program vaksinasi karena stok vaksin habis dan ketidakcocokan

virus vaksin dengan virus yang menyerang di lapangan merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kegagalan pengendalian penyakit AI (Shahid et al. 2009).
Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari mikroorganisme,
komponen, atau racun dari suatu mikroorganisme yang telah dilemahkan atau
dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh. Vaksinasi merupakan
metode efektif dalam melindungi dan mencegah ayam dari infeksi AI. Tingkat
keberhasilan pengendalian AI dengan vaksinasi ini dapat mencapai 70%
(Woodson 2005). Vaksinasi juga merupakan sarana yang dianjurkan dan telah
diterapkan di beberapa negara (Setiyaningsih et al. 2008).
Virus AI termasuk virus yang mudah bermutasi sehingga jenis antigen yang
digunakan untuk vaksin selalu diperbaharui. Pada manusia, jenis vaksin AI
ditentukan oleh WHO (World Health Organzation) tergantung jenis virus yang
bersirkulasi di lingkungan pada musim-musim tertentu. Pada unggas, antigen
yang digunakan untuk vaksin senantiasa diperbaharui berdasarkan virus yang
bersirkulasi di lingkungan. Vaksin yang menggunakan virus isolat tahun 2003
strain Legok (A/Chicken/Legok/2003) sudah tidak dapat lagi memberikan
proteksi yang baik terhadap infeksi AI saat ini. Hal ini diungkapkan oleh Susanti
et al. (2008) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa rendahnya reaksi

3

antigenik virus AI subtipe H5N1 isolat unggas air terhadap antibodi

hasil

vaksinasi dengan vaksin AI subtipe H5N1 isolat Legok tahun 2003
mengindikasikan adanya antigenic drift, sehingga vaksin sudah tidak dapat
melindungi unggas air secara sempurna terhadap infeksi virus AI subtipe H5N1
yang ada di alam. Kemunculan strain virus baru dan rendahnya antigenesitas virus
isolat unggas air ini dengan virus bibit vaksin AI subtipe H5N1 isolat Legok tahun
2003 menuntut perlu adanya pergantian bibit vaksin yang sesuai dengan
perkembangan genetik dan antigenik virus AI subtipe H5N1 di Indonesia. Oleh
karena itu, industri vaksin mulai memproduksi vaksin dari isolat virus AI H5N1
terbaru, diantaranya isolat tahun 2007 dengan harapan bibit vaksin yang baru ini
mampu memberikan proteksi yang baik terhadap infeksi virus AI saat ini.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibodi pada ayam petelur
yang divaksin AI inaktif isolat tahun 2007.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada konsumen
dan pengambil kebijakan tentang penggunaan kelayakan vaksin AI inaktif yang
diberikan pada ayam petelur.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Petelur
Ayam petelur putih termasuk dalam jenis ayam petelur ringan. Ayam ini
mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya
berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni
white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial
banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Ayam ini mampu bertelur lebih
dari 260 telur per tahun produksi hen house.
Periode pemeliharaan unggas dimulai dari masa awal (starting period),
pertumbuhan (growing period), perkembangan (developing period), dan akhir
(finishing period). Pada masa awal pemberian pakan dilakukan secara penuh
karena pada masa tersebut tubuh unggas tumbuh secara cepat dan dapat
menyesuaikan kebutuhannya. Lepas dari periode tersebut pembatasan pemberian
pakan harus dilakukan karena perkembangan berbagai organ tubuh tidak sama
cepatnya dan unggas cenderung mengkonsumsi pakan melebihi kebutuhannya.
Berdasarkan kandungan gizinya, kebutuhan dasar pakan ayam dapat
dibedakan berdasarkan atas tujuh komponen, yaitu : karbohidrat, protein, lemak,
serat kasar, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan salah satu dari komponen itu
bisa mengganggu proses metabolisme secara keseluruhan (Sarwono 2002).

Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas
Secara umum sistem kekebalan pada unggas tidak berbeda jauh dengan
sistem kekebalan pada manusia maupun mamalia. Unggas mempunyai dua organ
limfoid primer, yaitu timus dan bursa Fabricius (BF). Bursa fabricius adalah organ
limfoid primer yang berfungsi sebagai tempat pematangan dan diferensiasi bagi
sel dari sistem pembentuk antibodi, sehinga sel ini disebut sel B. Disamping itu
bursa juga berfungsi sebagai organ limfoid sekunder (Tizard 2004).
Anak ayam yang baru menetas memiliki antibodi asal induk yang
diturunkan dari induknya. Penghambatan respon pembentukan antibodi oleh
antibodi asal induk berlangsung sampai antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10
sampai 20 hari setelah menetas (Tizard 2004).

5

Antigen yang masuk ke dalam tubuh pertama kali akan dijerat sehingga
dapat diketahui sebagai bahan asing. Materi yang telah diketahui sebagai bahan
asing, kemudian oleh makrofag disampaikan ke sel limfosit melalui pembentukan
berbagai sitokin ke sistem pembentuk antibodi atau ke sistem kebal berperantara
sel. Sistem kebal ini harus menyimpan “ingatan” tentang kejadian ini sehingga
pada paparan berikutnya dengan antigen yang sama, tanggapannya akan jauh lebih
efisien (Tizard 2004). Antibodi bekerja melalui dua cara yang berbeda untuk
mempertahankan tubuh terhadap agen penyebab penyakit yaitu : (1) dengan cara
langsung menginaktivasi agen penyebab penyakit, (2) dengan mengaktifkan
sistem komplemen yang kemudian akan menghancurkan agen penyakit tersebut
(Hartati 2005).

Avian Influenza (AI)
Penyakit flu burung disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI), yang
termasuk Virus Influenza A dan digolongkan pada famili orthomyxoviridae dan
genus orthomyxovirus (Kalthoff et al. 2010). Virus ini diidentifikasi pertama kali
dengan sebutan Fowl Plague (sampar ayam) (Alexander 2000). Myxo berarti
lendir dan ortho berarti asli (bahasa Yunani). Virus ini mempunyai kemampuan
untuk berikatan pada lendir atau mukoprotein saluran pernafasan dan organ lain
(Malole 1988).
Virus influenza ini memiliki tiga genera yaitu Influenza tipe A, B, dan C.
Perbedaan tersebut didasarkan pada karakter protein M dari amplop virus dan
nukleoprotein virus. Influenza A dapat menginfeksi manusia, babi, kuda, kucing,
dan anjing laut serta berbagai jenis unggas (ayam, itik, angsa, kalkun, burung
dara, burung camar, dan burung elang) dan Influenza B dan C hanya menginfeksi
manusia (Fenner et al. 1995).
Virus ini bentuk virionnya membulat tidak beraturan atau menyerupai
benang dan berdiameter 90 sampai 120 nanometer (1 nanometer = 1/1 000 000
mm). Partikel virus AI mempunyai lapisan luar yang mengandung glikoprotein
yang berperan dalam aktivasi aglutinasi, disebut antigen Hemaglutinin (HA) dan
Neuromidase (NA) (Hartati 2005). Ada 16 jenis antigen HA yaitu H1 sampai
H16, dan 9 jenis antigen NA yaitu N1 sampai N9. Jika keduanya dikombinasikan

6

maka terdapat 144 kemungkinan subtipe virus yang bisa muncul. Diantara 16
subtipe virus AI hanya H5 dan H7 yang bersifat ganas (virulen) pada unggas
(OIE 2006).

Sumber: Lee and Saif (2009)

Gambar 1 Diagram skematik struktur virus influenza A
Virus influenza bersifat labil atau mudah mengalami perubahan pembawa
sifat (mutasi genetik) dari kurang ganas (Low Pathogenic Avian Influenza)
menjadi sangat ganas (High Pathogenic Avian Influenza). Masa inkubasi virus ini
adalah 3 hari untuk unggas di luar kandang dan 14 sampai 21 hari untuk unggas di
dalam kandang (flok). Virus ini merupakan virus yang lemah, tidak tahan panas
dan zat desinfektan (seperti karbol, lisol, kaporit, dan sebagainya), tetapi mampu
bertahan selama 35 hari pada suhu 4˚C pada kotoran ayam. Di dalam air, virus ini
dapat bertahan hidup selama 4 hari pada suhu 22˚C dan 30 hari pada suhu 0˚C
(Nuh 2008).
Virus influenza bersirkulasi dalam inang alaminya, terutama unggas air dari
ordo Anseriformes (bebek dan angsa) dan Charadriiformes (burung camar dan
burung laut lainnya) (Kalthoff et al. 2010). Penularan dapat terjadi melalui jalan
faecal-oral, paparan muntahan hewan, lubang anus unggas yang sakit, dan melalui
sepatu, pakaian peternak yang terkontaminasi, kendaraan, peralatan kandang dan
kontak langsung dengan permukaan air dan pakan yang terkontaminasi (Nuh
2008; Shahid et al. 2009; CDC 2010; Kalthoff et al. 2010).

7

Gejala klinis penyakit AI sangat bervariasi, dari hewan mati tanpa
menunjukkan gejala klinis sampai dengan gejala klinis yang kompleks. Gejala
klinis yang sering teramati adalah pada jengger dan pial kebiruan (cyanosis),
terjadi abnormalitas sistem reproduksi, pencernaan dan syaraf, ditemukan eksudat
yang keluar dari mata dan hidung, edema daerah wajah dan kepala, beberapa
daerah subkutan mengalami perdarahan, ptechie pada daerah dada dan kaki,
batuk, bersin, ngorok, unggas mengalami diare dan kematian tinggi (Nuh 2008).
Virus Influenza A memiliki cakupan inang yang sangat luas, virus ini
dapat diisolasi dari berbagai hewan, termasuk manusia, babi, kuda, kucing, dan
burung. Namun, beberapa penelitian menyatakan bahwa reservoir alami virus ini
adalah burung air liar, seperti bebek liar, burung camar, dan burung laut lainnya
(Chen and Holmes 2006). Model penularan virus Influenza A dari satu inang ke
inang lain serta sifat infeksinya di gambarkan oleh Kalthoff et al. (2010) dalam
Gambar 2.

Sumber: Kalthoff et al. (2010)

Gambar 2 Transmisi silang virus influenza A
Pencegahan dan Pengendalian AI
Penanggulangan virus AI dilakukan tiga pola, yaitu pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan. Pencegahan adalah upaya yang dilakukan
untuk

menghindari

terjadinya

AI,

pengendalian

adalah

upaya

untuk

8

mengendalikan jika terjadi kasus AI sehingga tidak meluas dan pemberantasan
adalah upaya untuk membebaskan kembali suatu wilayah dari AI (Nuh 2008).
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan pada
kandang-kandang unggas yang disinyalir telah terinfeksi virus flu burung dan
melakukan pengawasan yang ketat terhadap ayam potong yang berasal dari luar
daerah, mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan
setelah melakukan suatu pekerjaan, tiap orang yang berhubungan dengan bahan
yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker,
kacamata khusus), mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu
800˚C selama satu menit, dan mengkonsumsi telur unggas dipanaskan dengan
suhu 640˚C selama lima menit. Pencegahan yang dilakukan berdasaran keputusan
Direktorat Jendral Peternakan No. 71 / Tahun 2000 yaitu bila akan melakukan
importasi unggas hanya dari negara bebas patogenik AI, pengawasan distribusi
unggas oleh Dinas Peternakan setempat, dan karantina berdasarkan sertifikasi
kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh dokter hewan berwenang dan dokumen
lain yang memuat tentang negara asal hewan (Nazaruddin 2008, Baraniah 2009).
Pelaksanaan penanggulangan virus AI dapat dilakukan dengan sembilan
langkah penanggulangan, yaitu : peningkatan biosekuriti, vaksinasi lengkap (tiga
kali setahun), depopulasi di daerah tertular, pengendalian lalu-lintas unggas,
produk unggas dan limbah peternakan unggas, surveilans dan penelusuran
(tracing back), pengisian kandang kembali (restocking), pemusnahan menyeluruh
(stamping out) di daerah tertular baru, peningkatan kesadaran masyarakat,
pemantauan dan evaluasi (Nuh 2008).

Vaksin
Vaksin merupakan bahan biologis yang berasal dari mikroorganisme atau
parasit yang lain, yang dapat merangsang pembentukan kekebalan terhadap
penyakit (Malole 1988). Bahan baku vaksin ada dua, yakni menggunakan sel dan
telur berembrio. Pemberian vaksin secara umum dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yakni : melalui air minum, tetes mata (vaksinasi intraocular) dan tetes
hidung (intranasal), vaksinasi dengan suntikan (intramuscular dan subcutan),
tusuk sayap (wing web), serta spray (Sudaryani 2003).

9

Vaksin unggas yang dibuat harus cocok dengan virus yang akan mewabah,
karena vaksin untuk infeksi subtipe virus tertentu tidak efektif digunakan sebagai
vaksin untuk infeksi subtipe yang lain. Vaksin yang digunakan dalam program
vaksinasi AI di Indonesia adalah vaksin inaktif karena penggunaannya relatif
lebih aman dibandingkan vaksin virus aktif. Keamanan vaksin inaktif tersebut
disebabkan virus vaksin sudah tidak mampu bereplikasi dalam tubuh inang
sehingga tidak menyebabkan sakit pada inang. Berbagai jenis strain virus AI telah
banyak digunakan sebagai virus bibit vaksin AI atau influenza pada unggas dan
manusia (Tabel ).
Tabel 1 Strain masterseed virus AI yang ditemukan di Indonesia dan dijadikan
sebagai bakal vaksin AI.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Strain Masterseed
Ck/West Java-Crb/M16/2009
Ck/Jambi/M19/2009
Ck/East Java-Mdn/M17/2009
Ck/Central JavaSmrg/M18/2009
Ck/West Java/M13/2009
Ck/East Java/M09/2008
Ck/East Java/M11/2008
Ck/ West Java/M05/2008
Ck/Central JavaPkl/M20/2009
Ck/East Java/M12/2009
Ck/East Java/M14/2009
Ck/South SulawesiMksr/M19/2009

No
13
14
15

17
18
19
20

Strain Masterseed
Ck/East Java/M08/2008
Ck/West Java/M07/2008
Ck/West Java/M06/2008
Chicken/West Java/PWTWIJ/2006
West Java/SMI-PAT/2006
Ck/West Java/M04/2008
Ck/West Java/M03/2007
Ck/Banten/M15/2009

21

Chicken/Wajo/2005

22
23

Chicken/Indonesia/BL/2003
Turkey/Kedaton/2004

24

Ck/North Sumatra/M10/2008

16

Sumber: http://info.medion.co.id 2009

Vaksin inaktif diberikan dengan dosis yang redah namun membutuhkan
booster sebanyak dua sampai tiga kali (Hartati 2005). Vaksin yang baik harus
melewati uji dan ketentuan farmasitekal, antara lain: karekteristik umum vaksin,
identifikasi dan uji bahan aktif, identifikasi dan uji bahan tambahan, identifikasi
dan uji adjuvan, uji keamanan, uji kemurnian, uji inaktif, dan uji terhadap residu
(Mulia 2005).
Kelompok individu manusia yang dianjurkan vaksinasi menurut WHO
adalah (a) semua orang yang kontak dengan ternak atau peternakan yang dicurigai

10

atau diketahui terkena virus AI (H5N1), khususnya orang yang melakukan kontak
dengan hewan/ternak yang terjangkit/mati akibat AI, orang-orang yang tinggal
dan bekerja pada peternakan yang dilaporkan atau dicurigai terkena AI atau di
tempat pemusnahan ternak penderita, (b) para pekerja kesehatan yang setiap hari
berhubungan dengan pasien yang diketahui atau dicurigai menderita H5N1, (c)
jika jumlah vaksin memadai, maka para pekerja kesehatan dalam Unit Gawat
Darurat (UGD) di area terjangkit H5N1 pada unggas bisa diberikan.

11

MATERI DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011.
Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di
Laboratorium Terpadu bagian Mikrobiologi FKH-IPB.

Bahan dan Alat Penelitian
Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam jantan petelur
jenis white leghorn, umur satu hari (DOC). Ayam yang digunakan berasal dari
induk yang sudah diberikan vaksinasi AI sebelumnya. Jumlah ayam yang diamati
sebanyak 100 ekor.

Ayam tersebut dibagi dalam dua kelompok yaitu A1V

(diberikan vaksin AI) dan A1K (tidak diberikan vaksin AI atau sebagai kontrol).
Kelompok kontrol digunakan untuk sebagai parameter bahwa disekitar kandang
percobaan benar-benar bebas dari virus avian influenza.kelompok kontrol juga
digunakan untuk

membandingkan hasil titer antibodi yang terjadi dengan

kelompok yang diberi perlakuan vaksinasi. Masing-masing kelompok terdiri dari
50 ekor ayam.

Vaksin AI
Vaksin AI yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin AI H5N1
inaktif (killed vaccine) isolat tahun 2007 strain Subang (A/chiken/West JavaSubang/29/2007) yang berasal dari perusahaan vaksin komersial di Indonesia.

Pakan
Pakan yang digunakan pada pemeliharaan ayam penelitian ini adalah pakan
konsentrat komersial yang diberikan setiap pagi harinya. Air minum diberikan ad
libitum.

Kandang dan Perlengkapannya
Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

12

terbuat dari tembok yang dibatasi oleh kawat ram dan dilengkapi tempat minum
dan tempat makan terbuat dari plastik yang dibersihkan setiap hari. Kandang juga
dilengkapi dengan lampu listrik.

Bahan dan Peralatan Perlengkapan Uji Laboratorium
Bahan yang digunakan adalah virus AI standar

dengan titer 4 HAU,

suspensi RBC 1%, serum kebal AI, es batu, NaCl fisiologis 0.85%, larutan
Phospate Buffer Saline (PBS) pH 7.2.
Alat yang digunakan yaitu spuit 1 ml, spuit 3 ml, inkubator, lemari es,
mikroplate V bottom, mikropipet 100 l, kertas label, kapas, alat sentrifugasi,
tabung reaksi, marker (spidol), gelas piala, termos es, cawan petri, tabung mikro.

Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan dengan rancangan penelitian seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Rancangan penelitian pada masing-masing kelompok
Umur ayam
(minggu)
Awal
penelitian
(sehari)
2
4
6
8
10

Perlakuan pada masing-masing kelompok
A1V
Pengambilan sampel darah
-Pengambilan sampel darah
-Vaksinasi kesatu
Pengambilan sampel darah
-Pengambilan sampel darah
-Vaksinasi kedua
Pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah

A1K
Pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah
Pengambilan sampel darah

Pada penelitian ini dilakukan vaksinasi dengan vaksin AI H5N1 inaktif
isolat tahun 2007. Rute vaksinasi subkutan dan dosis yang diberikan sebanyak 0.2
ml/ekor (sesuai aturan produsen vaksin). Vaksinasi dilakukan sebanyak dua kali
pada saat ayam berumur dua minggu dan enam minggu. Sampel yang diambil
adalah sebanyak sepuluh ekor pada masing-masing kelompok ayam yang di
vaksin (A1V) maupun tidak di vaksin (A1K). Sampel darah diambil pada saat dua
minggu sebelum dan setelah vaksinasi sesuai jadwal yang direncanakan. Hal ini

13

bertujuan untuk melihat titer antibodi yang terbentuk serta menentukan kapan
waktu dilakukannya booster. Serum yang diambil diukur titer antibodinya
terhadap virus AI dengan uji HI menggunakan antigen standar AI H5N1 produksi
Pusvetma.

Pemeliharaan Hewan Coba
Populasi ayam pejantan yang diamati secara keseluruhan yaitu 100 ekor.
Ayam ini dibagi dalam dua kelompok. Kelompok ayam ini dipelihara di kandang
yang terletak di kandang uji coba. Ayam diberi pakan dengan standar komersial
dan diberi minum ad libitum.

Pengambilan Darah dan Evaluasi Titer Antibodi
Pengambilan darah sampel dilakukan dengan metode penarikan contoh
acak (random sampling) sebanyak 10 ekor pada masing-masing kelompok ayam.
Ayam diambil darahnya menggunakan spuit 3 ml di daerah sayap yaitu pada vena
brachialis secara legeartis (sesuai dengan cara yang tepat). Darah tersebut
selanjutnya dibawa ke Laboratorium Terpadu bagian Mikrobiologi FKH-IPB.
Darah dibiarkan tetap berada di dalam spuit dan disimpan dalam lemari es selama
satu malam. Selanjutnya serum yang terpisah dari darah diambil dan dilakukan
evaluasi titer antibodi dengan uji hambat aglutinasi atau haemagglutination
inhbition (HI) test.

Pembuatan suspensi sel darah/RBC (Red Blood Cell)
Darah utuh (whoole blood) yang diperoleh dari ayam dewasa sehat
kemudian dicampur dengan antikoagulan Na Sitrat dengan perbandingan 4:1,
darah dipisahkan dari Na Sitrat dengan cara disentrifugasi 2000 rpm (Heareus)
selama 10 menit. Hasil sentrifugasi dibuang supernatannya dan diambil
endapannya. Endapan tersebut merupakan sel darah merah. Selanjutnya endapan
dicuci dengan menambahkan NaCl fisiologis kemudian disentrifugasi pada
kecepatan dan waktu yang sama (2000 rpm (Heareus) selama 10 menit).
Pencucian dilakukan sebanyak tiga kali, hasil pencucian sel darah merah yang
diperoleh merupakan suspensi sel darah merah dengan konsentrasi 100%.

14

Suspensi sel darah tersebut kemudian diencerkan menjadi suspensi 50% dan
diukur konsentrasinya menggunakan kapiler hematokrit untuk menentukan
konsentrasinya. Selanjutnya berdasarkan konsentrasi suspensi sel darah merah
yang diperoleh, dilakukan pengenceran suspensi sel darah merah menjadi 5%.
Suspensi sel darah merah 5% tersebut sebagai larutan stok dan disimpan di suhu
4˚C. Saat akan digunakan uji haemaglutinasi mikrotitrasi suspensi sel darah
merah stok diencerkan menjadi 1%. Semua pengenceran suspensi sel darah merah
menggunakan larutan PBS.

Uji HA mikrotitrasi
Uji HA ini digunakan untuk membuat virus AI standar (4 HAU). Antigen
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan isolat virus AI standar subtipe
H5N1 produksi Pusvetma Surabaya. Adapun prosedur uji HA mikrotitrasi yaitu :
1. Sebanyak 25 l PBS dimasukkan ke dalam sumur microplate berbentuk V
(V bottom microplate).
2. Sebanyak 25 l suspensi virus dimasukkan pada lubang pertama dan
dilakukan pengenceran menggunakan micropipette dengan cara menghisap
dan mengeluarkan campuran sebanyak lima kali lalu memindahkan 25 l
campuran ke sumur kedua. Pengenceran dilakukan hingga sumur ke-12.
Pada sumur ke-12, campuran sebanyak 25 l dibuang.
3. Sebanyak 25 l PBS dimasukkan lagi ke dalam sumur yang telah berisi
suspensi virus.
4. Sebanyak 25 l RBC 1% dimasukkan ke dalam semua sumur.
5. Microplate digoyang (untuk menghomogenkan) kemudian diinkubasikan
pada suhu 4˚C selama 60 menit.
6. Hasil diamati setelah sumur kontrol positif tampak mengendap.
Pembacaan dilakukan dengan cara sebagai berikut : pada lubang yang
menampakkan terjadinya endapan seperti pada lubang kontrol negatif dinyatakan
negatif HA, sedangkan yang menunjukkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan
RBC) dinyatakan positif HA (OIE 2008).

15

Uji HI mikrotitrasi
Titer antibodi ayam terhadap virus AI dilakukan dengan uji Hambat
Aglutinasi (HI Test) mikrotitrasi menurut OIE (2008).
Prosedur uji HI mikrotitrasi :


PBS sebanyak 25 l dimasukkan ke dalam sumur microplate berbentuk
V (V bottom microplate).



25 l serum ayam dimasukkan pada lubang pertama dan dilakukan
pengenceran menggunakan micropipette dengan cara menghisap dan
mengeluarkan campuran sebanyak 5 kali lalu memindahkan 25 l
campuran ke sumur kedua. Pengenceran dilakukan hingga sumur ke-12.
Pada sumur ke-12, campuran sebanyak 25 l dibuang.



Suspensi virus AI standar (4 HAU) sebanyak 25 l dimasukkan kedalam sumur berisi serum yang telah diencerkan lalu di homogenkan dan
inkubasi pada suhu 4˚C selama 60 menit.



Plate pengujian yang telah diinkubasi kemudian ditambah dengan RBC
1% sebanyak 25 l ke semua sumur.



Plate digoyang selama 10 detik untuk menghomogenkan larutan dan
inkubasi pada suhu 4˚C selama 60 menit.



Hasil diamati seteleh sumur kontrol positif tampak adanya reaksi
penghambatan aglutinasi.
Titer antibodi dihitung dengan melihat batas akhir penghambatan

aglutinasi sempurna. Batas akhir pada pengenceran tertinggi yang mampu
menghambat terjadinya aglutinasi secara sempurna dan disebut dengan “end
point”. Antibodi terhadap AI dinyatakan protektif bila titer yang terbentuk adalah
≥ 24 (Deptan 2006).
Rataan titer antibodi dihitung dengan menggunakan Geometric Mean Titre
(GMT) dengan rumus :
Log2 GMT = ( Log2 t1 )( S1 ) + ( Log2 t1 )( S1 ) + … + ( Log2 tn )( Sn )
N

16

Keterangan :
N

= Jumlah contoh serum yang diamati

t

= Titer antibodi pada pengenceran tertinggi (yang masih dapat
menghambat aglutinasi sel darah merah)

S

= Jumlah contoh serum yang bertiter t

N

= Titer antibodi pada sampel ke-n

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang digunakan dalam
penelitian ini mempunyai antibodi asal induk yang rendah karena rataan
antibodinya hanya 22.4 (Tabel 3), dengan jumlah ayam yang memiliki titer
antibodi protektif sebanyak 20% (Tabel 4). Titer antibodi yang terukur pada awal
penelitian merupakan antibodi asal induk. Titer antibodi induk yang tinggi akan
mempengaruhi titer antibodi asal induk pada anak ayam (Tizard 2004).
Pada umur dua minggu, terjadi penurunan titer antibodi dibandingkan saat
ayam berumur sehari, dengan rata-rata titer antibodi menjadi 20.5 (Tabel 3).
Jumlah ayam yang memiliki titer antibodi protektif juga menurun sebanyak 10%
sehingga hanya 10% ayam yang masih memiliki titer antibodi protektif (Tabel 4).
Penurunan titer antibodi ini dikarenakan antibodi asal induk yang berasal dari
induk yang divaksinasi hanya mampu melindungi anak ayam dalam kurun waktu
yang singkat. Oleh karena itu, vaksinasi pertama dilakukan pada saat ayam umur
dua minggu untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit setelah antibodi
asal induk mulai menurun.
Antibodi asal induk ini biasanya akan berada dalam tubuh anak ayam
sampai umur empat minggu (OIE 2010). Imunoglobulin ini dapat diturunkan dari
serum induk ayam ke dalam kuning telur ketika telur masih berada di dalam
ovarium. Dalam fase kuning telur, IgG ditemukan memiliki titer yang sama
dengan yang ada dalam serum induk. Selama embrio ayam berkembang, IgG dari
kuning telur akan diserap. IgM dan IgA asal induk berada dalam cairan amnion
dan akan ditelan oleh embrio. Dengan demikian saat anak ayam menetas, anak
ayam tersebut telah memiliki IgG di dalam serum dan IgM dan IgA yang ada di
dalam saluran pencernaan (Tizard 2004).
Titer antibodi ayam yang di vaksin meningkat setelah dua minggu vaksinasi
pertama (umur ayam empat minggu) dengan rataan titer antibodi mencapai 22.
Saat itu, antibodi yang terbentuk masih belum mencapai titer protektif, hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibawan et al. (2008) yang
menyatakan bahwa antibodi terhadap AI dalam serum setelah vaksinasi pertama
berkisar antara 22 sampai 24. Ini menunjukkan bahwa vaksin AI inaktif mampu

18

menginduksi pembentukan antibodi, tetapi belum mencapai titer antibodi protektif
dua minggu setelah vaksinasi.
Tabel 3 Rataan titer antibodi dari masing-masing kelompok ayam selama
pengamatan
GMT pada kelompok
A1V
A1K

Titer AI pada umur ayam ke 0 Minggu ( awal penelitian)

22.4 ± 21.1

22.4 ± 21.1

2 Minggu

20.5 ± 21.3

0

4 Minggu

1.2

0

0.8

1.0

0

2

4.2

±2

1.4

0

2

1.3

±2

1.1

0

2

6 Minggu

2.0

±2

2 ±2

8 Minggu
10 Minggu

Tabel 4 Persentasi antibodi dengan titer protektif masing-masing sampel pada
masing-masing kelompok ayam
Sample

Titer antibodi AI Pada Umur Ayam Minggu Ke2
4
6
8

0

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Persentasi
ayam dengan
titer protektif
(%)

2
23
21
23
24
21
22
23
24
22

A1V
0
0
0
0
0
0
0
0
24
21

A1K
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

A1V
23
23
23
0
23
22
0
22
22
22

A1K
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

A1V
22
0
0
21
21
0
0
21
0
23

A1K
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

20

10

0

0

0

0

0

1

A1V
24
24
23
23
24
25
26
26
25
22
70

10

A1K
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

A1V
0
21
21
21
21
24
0
21
22
22

A1K
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0

10

0

Pada umur enam minggu, dilakukan pengambilan sampel darah dari
masing-masing kelompok ayam terlebih dahulu untuk evaluasi kembali titer
antibodi dan diperoleh penurunan rata-rata titer antibodinya menjadi 20.8.
Penurunan titer antibodi tersebut disebabkan oleh adanya waktu paruh antibodi.
Menurut Tizard (2004), pemberian vaksinasi menggunakan vaksin inaktif
menghasilkan kekebalan yang lemah karena virus inaktif tidak mampu bereplikasi

19

di dalam tubuh, sehingga memerlukan booster yang berulang kali agar dapat
mempertahankan titer antibodi protektif.
Kelompok ayam kontrol merupakan parameter yang digunakan untuk
memastikan bahwa di lingkungan sekitar kandang pemeliharaan ayam benarbenar bebas dari virus AI yang dapat menginfeksi ayam, sehingga hasil evaluasi
titer antibodi yang diperoleh dari ayam yang di vaksinasi merupakan hasil murni
dari vaksin yang digunakan. Beberapa faktor yang menyebabkan adanya
kontaminasi dari virus AI tersebut adalah keadaan lingkungan yang kotor, adanya
unggas spesies lain yang masuk ke dalam kawasan pemeliharaan, dan standar
biosekuriti yang rendah (Akoso 2006).
Titer antibodi terus menurun sampai ayam berumur enam minggu saat
dilakukan vaksinasi kedua. Titer antibodi kembali meningkat dua minggu setelah
vaksinasi kedua (Tabel 3). Hasil evaluasi titer antibodi yang diperoleh dua minggu
setelah dilakukan booster vaksinasi kedua (ayam berumur delapan minggu),
menunjukkan adanya peningkatan titer antibodi dibandingkan vaksinasi
sebelumnya dengan jumlah titer antibodi protektif menjadi sebanyak 70%, dan
rataan titer antibodinya sebesar 24.2. Wibawan et al. (2008) dalam penelitiannya
juga mengungkapkan bahwa peningkatan titer antibodi yang terjadi setelah
dilakukan booster berkisar antara 25-27. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hartati (2005) bahwa respon imun akan terbentuk dengan optimal
bila dilakukan vaksinasi minimal dua kali pada hewan yang sama (Tabel 5).
Tabel 5 Rataan titer antibodi ayam yang divaksinasi AI sebanyak tiga kali
ulangan (Hartati 2005)
Titer AI pada umur
ayam ke13 Minggu
16 Minggu
17 Minggu
22 Minggu

GMT
25.0 ± 20.5
26.4 ± 21.3
25.4 ± 21.1
27.7 ± 20.5

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2005), hasil evaluasi titer
antibodi menunjukan adanya peningkatan titer antibodi protektif yang sangat
cepat pada ayam umur 17 minggu (dua minggu setelah vaksinasi kedua) yang
lebih tinggi dibandingkan dengan titer antibodi yang dihasilkan pada saat ayam

20

umur 13 minggu (dua minggu setelah vaksinasi pertama). Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan Wibawan dan Soejoedono (2003) bahwa pemaparan oleh
antigen yang sama pada saat kedua kalinya menyebabkan terjadinya pembentukan
respon imun sekunder dalam waktu singkat.
Sistem pembentukan antibodi memiliki kemampuan untuk mengingat
keterpaparan dengan suatu antigen sebelumnya (Tizard 2004). Kondisi tersebut
disebabkan oleh jumlah sel B dan T memori yang bertambah banyak sehingga
kemungkinan untuk berinteraksi dengan antigen akan lebih besar, peningkatan
titer antibodi akan lebih cepat dan lebih tinggi dari sebelumnya (Wibawan dan
Soejoedono 2003). Titer antibodi yang dihasilkan pada minggu keempat setelah
vaksinasi pertama (dua minggu setelah vaksinasi kedua) ini merupakan hasil yang
diperoleh akibat vaksinasi dan tidak dipengaruhi oleh antibodi asal induk.
Antibodi dengan titer yang tinggi tersebut bersifat protektif terhadap adanya
infeksi lapangan.
Titer antibodi protektif yang dihasilkan hanya dapat bertahan sementara
karena empat minggu setelah vaksinasi kedua (saat ayam berumur sepuluh
minggu). Pada saat itu dilakukan kembali evaluasi titer antibodi, tampak
terjadinya penurunan titer antibodi dibandingkan evaluasi sebelumnya. Titer
antibodi protektif yang tersisa hanya 10% dan sisanya merupakan titer antibodi
dengan protektif rendah (sebanyak 70%) serta antibodi yang tidak protektif lagi
terhadap virus AI (sebanyak 20%). Hal ini bisa terjadi karena adanya proses
netralisasi yang mengakibatkan jumlah antibodi yang bersirkulasi dalam darah
menjadi menurun. Hartati (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa titer
antibodi protektif akan mampu bertahan dalam tubuh ayam sampai masa akhir
produksi ayam (60 minggu ) setelah tiga kali vaksinasi atau booster.
Hasil evaluasi titer antibodi menunjukkan bahwa setiap ayam memiliki
kemampuan tanggap kebal yang berbeda-beda. Tanggap kebal adalah sebuah
proses biologis sehingga respon yang dihasilkan dari setiap individu tidak akan
sama (Tizard 2004). Individu yang menanggapi vaksinasi dengan baik akan
menunjukkan kekebalan protektif, sedangkan individu dengan tanggap kebal
lemah kurang mampu membentuk titer protektif.

21

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ayam petelur yang
divaksinasi menggunakan vaksin AI inaktif mampu membentuk titer antibodi
protektif setelah dua kali vaksinasi. Titer antibodi terbentuk optimal setelah
dilakukan booster dengan rataan titer antibodi tertinggi mencapai 2 4,2. Titer
antibodi protektif yang terbentuk hanya mampu bertahan sampai dua minggu
setelah vaksinasi sehingga dibutuhkan pemberian booster kembali agar dapat
mempertahankan titer antibodi protektif.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap respon kekebalan pada
ayam yang di beri uji tantang virus AI. Untuk pelaksanaan di lapangan (pemberian
vaksin pada peternakan dan unggas peliharaan), perlu dilakukan booster lebih dari
dua kali untuk memperoleh titer antibodi protektif yang cukup lama.

22

DAFTAR PUSTAKA
Akoso BT. 2006. Waspada Flu Burung: Penyakit Menular Pada Hewan dan
Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Alexander DJ. 2000. A review of avian influenza in different bird species.
Vet. Microbiol. 74: 3-13.
Baraniah MA. 2009. Mewaspadai Penyakit Berbahaya pada Hewan dan Ternak.
Depok: Penebar Swadaya.
[CDC] Centers of Disease Control and Prevention. 2010. Avian influenza (bird
flu). http://www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/facts.htm# [2 Juni 2011].
Chen R, Holmes EC. 2006. Avian influenza virus exhibits rapid evolutionary
dynamics. Oxford Journals 23[12]: 2336-2341.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Prosedur Operasional Standar
Pengendalian Penyakit Avian Influenza di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jendral Peternakan Departemen Pertanian.
Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Root R, Studdert MJ, White DO. 1995.
Virologi Veteriner Edisi 2. Putra DKH, penerjemah. Semarang: IKIP
Semarang Press. Terjemahan dari: Veterinary Virology.
Hartati Y. 2005. Respon kekebalan vaksin avian influenza inaktif pada ayam
indukan pedaging strain Hubbard (studi kasus pada peternakan ayam
indukan pedaging) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Kalthoff D, Globig A dan Beer M. 2010. (Highly pathogenic) avian influenza as a
zoonotic agent [review]. Vet. Microbiol. 140: 237-245.
Lee CW, Saif YM. 2009. Avian influenza virus. . Comparative Immunology,
Microbiology and Infectious Diseases 32: 301-310.
Malole MB. 1988. Virologi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor.
Mulia BH. 2005. Inaktivasi virus avian influenza (AI) dengan penambahan
formalin konsentrasi bertingkat sebagai salah satu cara pembuatan vaksin AI
inaktif [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Nuh M. 2008. Flu Burung Ancaman dan Pencegahan. Jakarta: Departemen
Komunikasi dan Informatika.
Nazaruddin W. 2008. Avian influenza pada unggas. http://www.vetklinik.com/Perunggasan/Avian-Influenza-Pada-Unggas.html [9 september
2011]

23

[OIE] Office International des Epizooties World Organization. 2006. High
pathogenic avian influenza. http://www.oie.int/eng/maladies/fiches/
a150.htm#2 [15 Desember 2010].
[OIE] Office International des Epizooties World Organization. 2008. Manual of
Diagnostic Test and Vaccines for Testrial Animals (Mammals, Birds and
Bees) Sixth Edition. Peranc