Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat
PERANCANGAN LANSKAP ALUN-ALUN KOTAMADYA BEKASI
SEBAGAI KAWASAN REKREASI MASYARAKAT
AMANDA FAUZIAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Lanskap
Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Amanda Fauziah
NIM A44090004
ABSTRAK
AMANDA FAUZIAH. Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi
sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat. Dibimbing oleh AKHMAD ARIFIN
HADI.
Kota Bekasi memiliki masalah dalam mengonservasi ruang terbuka hijau
sebagai dampak dari pembangunan yang tinggi. Alun-alun Kota Bekasi
merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang masih ada saat ini dan memiliki
banyak manfaat untuk ruang sosial, iklim mikro dan ekologi kota. Walaupun
demikian, akhir-akhir ini alun-alun Kota Bekasi tidak digunakan secara optimal
untuk ruang publik. Sebuah penelitian desain lanskap dibutuhkan untuk
mengidentifikasi permasalahan dan menyediakan konsep yang ideal untuk
mengoptimalkan fungsi dari alun-alun Kota Bekasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu survei dan deskriptif. Aspek fisik, biofisik, sosial dan
legal adalah aspek penting dalam membangun konsep dasar. Konsep dasar alunalun Kota Bekasi disebut dengan “green oasis”. Green oasis merupakan sebuah
area rekreasi ruang luar dengan nuansa alami secara dominan yang menjadi wadah
bagi masyarakat untuk beraktivitas, belajar, dan berinteraksi. Hasil akhir
penelitian berupa rencana tapak yang dapat digunakan sebagai rekomendasi yang
baik untuk desain lanskap alun-alun Kota Bekasi sebagai area rekreasi ruang luar.
Kata kunci: alun-alun, desain lanskap, rekreasi
ABSTRACT
AMANDA FAUZIAH. Landscape Design Alun-alun of Bekasi City as Public
Recreation Area. Supervised by AKHMAD ARIFIN HADI.
Bekasi City has a problem in conserving green open spaces as an impact of
a rapid development. Alun-alun of Bekasi City is one of green open spaces exist
and has several benefits for social spaces, micro climate and ecology of the city.
However, alun-alun of Bekasi City has not been used optimally for public spaces
recently. The research in landscape design is needed to identify problems and
obtaining ideal concepts optimizing functions of alun-alun. The method used in
this research is survey and descriptive. The physical, biophysical, social and legal
aspects are the important aspects in developing main concept. The main concept
of alun-alun Bekasi City called “green oasis”. Green oasis is an outdoor
recreational area with a predominantly natural scenery that become a space for
community to activities, learning, and interaction. The output of this research is
site plan that can be used as a good recommendation for landscape design alunalun of Bekasi City as an outdoor recreation area.
Keywords: alun-alun, landscape design, recreation
PERANCANGAN LANSKAP ALUN-ALUN KOTAMADYA BEKASI
SEBAGAI KAWASAN REKREASI MASYARAKAT
AMANDA FAUZIAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi
sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat
: Amanda Fauziah
: A44090004
Disetujui oleh
セ@
Akhmad Arifin adi, SP, MA
Pembimbing
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
D 9 DE.C 2013
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi
sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat
: Amanda Fauziah
: A44090004
Disetujui oleh
Akhmad Arifin Hadi, SP, MA
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga penulisan karya ilmiah dengan judul
Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi
Masyarakat dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Akhmad Arifin Hadi SP MA
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah. Penulis juga pengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr dan Ibu Dr
Syartinilia, SP, Msi selaku dosen penguji atas masukan yang diberikan kepada
penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini dan kepada Bapak Prof Dr Ir
Wahju Qamara M selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing
penulis selama di Departemen Arsitektur Lanskap.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf dari Pemerintah
Daerah Kota Bekasi; Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi; Dinas
Pertamanan, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Umum Kota Bekasi; dan
berbagai pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh keluarga atas
doa dan dukungannya selama penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Amanda Fauziah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir Penelitian
2
Pendekatan Teoritis
3
METODE
8
Lokasi dan Waktu Penelitian
8
Alat dan Bahan Penelitian
9
Metode Penelitian
9
Batasan Penelitian
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi
12
12
Kondisi umum
12
Lokasi dan Topografi
12
Sirkulasi dan Aksesibilitas
13
Tanah
16
Iklim
17
Fasilitas dan Utilitas
18
Visual
20
Kondisi Biofisik
22
Karakter dan Preferensi Pengunjung
24
Analisis dan Sintesis
28
Lokasi dan Topografi
28
Sirkulasi dan Aksesibilitas
28
Tanah
29
Iklim
29
Fasilitas dan Utilitas
30
Visual
31
Kondisi Biofisik
31
iii
Karakter dan Preferensi Pengunjung
32
Aspek Legal
32
Konsep
34
Konsep Dasar
34
Konsep Desain
35
Pengembangan Konsep
36
Konsep Ruang
36
Konsep Sirkulasi
37
Konsep Vegetasi
38
Konsep Fasilitas
40
Perancangan Lanskap Alun-alun Kota Bekasi
SIMPULAN DAN SARAN
43
71
Simpulan
71
Saran
71
DAFTAR PUSTAKA
72
LAMPIRAN
74
RIWAYAT HIDUP
82
DAFTAR TABEL
1 Jadwal penelitian
8
2 Kebutuhan alat dan bahan
9
3 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data
10
4 Klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan USSSM
13
5 Jenis vegetasi
22
6 Baku tingkat kebisingan
28
7 Nilai THI pada alun-alun Kota Bekasi
30
8 Konsep ruang
36
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2
2 Ringin Kurung dan Gapura Alun-alun Kidul Yogyakarta tahun 1920
3
3 Ilustrasi Ibukota Majapahit berdasarkan sketsa Ir. Henry Maclain
3
4 Pola tanam hutan kota berstrata dua
5
5 Pola tanam hutan kota berstrata banyak
5
6 Sketsa alternatif jenis rekreasi
6
7 Sketsa variasi jenis fasilitas pada taman bermain anak
7
8 Lokasi penelitian
8
9 Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi
12
10 Sirkulasi di luar tapak
13
11 Sirkulasi di dalam tapak
13
12 Peta sirkulasi saat ini
14
13 Peta titik pengamatan dan kebisingan
15
14 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan
16
15 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan waktu pengamatan
16
16 Peta iklim mikro
17
17 Hasil pengamatan suhu berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
18
18 Hasil pengamatan kelembaban berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
18
19 Peta inventarisasi fasilitas
19
20 Peta saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup
20
21 Kondisi genangan pada lapangan sepakbola
20
22 Visual pada area taman
20
23 Visual pada plaza welcome area
21
24 Visual pada area lapangan
21
25 Visual pada area Tugu Resolusi
22
26 Peta inventarisasi vegetasi
23
27 Kandang burung dan burung merpati pada plaza welcome area
24
28 Peta persebaran aktivitas pengunjung
24
29 Tingkat kunjungan responden
25
30 Aktivitas responden selama berada di alun-alun
25
31 Preferensi pengunjung terhadap kondisi fasilitas
26
32 Preferensi pengunjung terhadap suasana yang diharapkan
26
33 Peta inventarisasi alun-alun Kota Bekasi
27
34 Kondisi naungan pada alun-alun Kota Bekasi
30
35 Peta analisis dan sintesis
33
36 Konsep dasar perancangan alun-alun Kota Bekasi
34
37 Konsep desain alun-alun Kota Bekasi
35
38 Konsep sirkulasi alun-alun Kota Bekasi
37
39 Konsep ruang dan sirkulasi
38
40 Konsep penggunaan vegetasi strata banyak
39
41 Konsep vegetasi
40
42 Contoh penempatan papan informasi untuk menarik pergerakan
41
43 Referensi fasilitas dengan fungsi penerangan
41
44 Rencana blok (block plan)
42
45 Keseimbangan simetris (a) dan keseimbangan asimetris (b)
43
46 Prinsip titik perhatian
44
47 Prinsip kesederhanaan
44
48 Prinsip ritme (a) dan garis (b)
45
49 Prinsip proporsi
45
50 Rencana tapak (site plan)
46
51 Pembesaran rencana tapak (blow up) 1
47
52 Pembesaran rencana tapak (blow up) 2
48
53 Pembesaran rencana tapak (blow up) 3
49
54 Pembesaran rencana tapak (blow up) 4
50
55 Potongan tampak 1
51
56 Potongan tampak 2
52
57 Potongan tampak 3
53
58 Rencana penanaman
54
59 Ilustrasi jalur pejalan kaki di dalam tapak
55
60 Ilustrasi jalur pejalan kaki di luar tapak
55
61 Ilustrasi jalur jogging
56
62 Ilustrasi plaza olahraga
56
63 Ilustrasi plaza sejarah
57
64 Pembagian segmen jalur refleksi
57
65 Ilustrasi jalur refleksi
58
66 Ilustrasi arena bermain
58
67 Ilustrasi bangku taman satu sisi
59
68 Ilustrasi bangku taman dua sisi
59
69 Ilustrasi gazebo
59
70 Ilustrasi shelter
60
71 Ilustrasi papan interpretasi
60
72 Ilustrasi water features pada welcome area
61
73 Ilustrasi kantor pengelola
61
74 Ilustrasi kafetaria
62
75 Ilustrasi toilet
62
76 Perspektif keseluruhan
63
77 Ilustrasi perspektif 1
64
78 Ilustrasi perspektif 2
64
79 Ilustrasi perspektif 3
65
80 Ilustrasi perspektif 4
65
81 Ilustrasi perspektif 5
66
82 Ilustrasi perspektif 6
66
83 Detil elemen keras 1
67
84 Detil elemen keras 2
68
85 Detil elemen keras 3
69
86 Detil elemen keras 4
70
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta topografi Kota Bekasi
74
2 Peta klasifikasi tanah Kecamatan Bekasi Selatan
75
2 Rekapitulasi inventarisasi data kebisingan pada alun-alun Kota Bekasi
76
3 Rekapitulasi inventarisasi data pengukuran suhu dan kelembaban
pada alun-alun Kota Bekasi
77
4 Lembar koesioner
78
5 Jenis vegetasi yang digunakan pada alun-alun Kota Bekasi
80
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting bagi kehidupan kota
yang cenderung berkembang dan banyak terjadi alih fungsi lahan menjadi lahan
terbangun. Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang disebutkan bahwa proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari
luas wilayah kota, dengan proporsi 20% RTH publik dan 10% RTH privat.
Departemen PU (2006) menetapkan empat fungsi dasar RTH yaitu fungsi bioekologis (fisik); fungsi sosial, ekonomi, dan budaya; fungsi ekosistem perkotaan;
fungsi estetika. Keberadaan RTH diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai ruang
interaksi publik yang dapat digunakan oleh seluruh anggota masyarakat.
Berdasarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri No 14 Tahun 1988 tentang Penataan
RTH di Wilayah Perkotaan, bahwa di dalam penggunaan RTH, pemanfaatannya
lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah
ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan
sebagainya.
Kota Bekasi merupakan contoh kota di Indonesia yang mengalami
permasalahan dalam pemanfaatan RTH. Salah satu RTH di Kota Bekasi yaitu
alun-alun. Lokasi alun-alun Kota Bekasi strategis, dekat dengan pusat kota dan
pemukiman warga, serta dikelilingi objek vital kawasan seperti Rumah Sakit
Umum Daerah, Markas Polresta Bekasi Kota, Markas Kodim 0507, Masjid
Agung Al Barkah, dan Stasiun Bekasi. Alun-alun Kota Bekasi pada Januari 2007
telah diresmikan menjadi hutan kota untuk publik melalui kerja sama Pemerintah
Kota Bekasi dan PT Astra Internasional. Definisi hutan kota menurut Peraturan
Pemerintah No 63 Tahun 2002 yaitu suatu hamparan lahan bertumbuhan pohonpohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang.
Saat ini alun-alun Kota Bekasi belum dikelola secara optimal sebagai
sebuah kawasan rekreasi seperti yang diharapkan pemerintah kota, diantaranya
terlihat dari belum terpenuhinya sarana dan fasilitas pendukung kegiatan
berekreasi. Sebuah perancangan ulang yang terencana baik dari segi fisik maupun
estetis dibutuhkan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menyediakan konsep
yang ideal dalam mengoptimalkan fungsi dari alun-alun Kota Bekasi sebagai
kawasan rekreasi masyarakat. Penataannya akan meliputi penataan ruang,
sirkulasi, vegetasi, serta perancangan fasilitas yang memiliki kesatuan harmonis
dengan lingkungan sekitarnya.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang lanskap alun-alun Kota
Bekasi sebagai RTH kota yang nyaman dan aman untuk masyarakat berekreasi
serta dapat menjadi identitas kota Bekasi dengan mempertimbangkan aspek fisik,
aspek biofisik, aspek sosial, dan aspek legal secara terpadu sesuai dengan situasi
kawasan yang diteliti saat ini sehingga diperoleh desain lanskap yang baik.
2
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Kota Bekasi dalam merancang alun-alun Kota Bekasi serta menjadi bahan
referensi desain ruang terbuka publik lainnya di Kota Bekasi.
Kerangka Pikir
Pemerintah Kota Bekasi menetapkan fungsi dari alun-alun sebagai sebuah
kawasan rekreasi masyarakat. Sejauh ini alun-alun Kota Bekasi belum mampu
memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat sehingga perlu dilakukan perancangan
ulang dengan mempertimbangkan berbagai aspek agar diperoleh suatu desain
lanskap yang baik. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada diagram alir di
bawah ini (Gambar 1).
Peningkatan kualitas RTH
Kotamadya Bekasi
Peningkatan kualitas
alun-alun Kotamadya Bekasi
Analisis potensi dan kendala
Aspek Fisik
1. Lokasi tapak
2. Topografi
3. Sirkulasi dan
Aksesibilitas
4. Tanah
5. Iklim
6. Fasilitas dan Utilitas
7. Kualitas visual
8. Tingkat kebisingan
Aspek Biofisik
1. Vegetasi
2. Satwa
Aspek Sosial
1. Karakter pengunjung
2. Preferensi
pengunjung
Sintesis
Konsep
Perancangan lanskap alun-alun Kota Bekasi
Sebagai kawasan rekreasi masyarakat
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Aspek Legal
1. RTRW Kota Bekasi
2. Perda Bekasi
3. UU dan PP
3
Pendekatan Teoretis
Alun-alun
Di dalam buku Encyclopedievan Nederlandsch Indie, disebutkan bahwa di
hampir setiap tempat kediaman Bupati, selalu dijumpai adanya sebuah lapangan
rumput yang luas, yang dikelilingi oleh pohon beringin di tengahnya (Gambar 2).
Lapangan inilah yang dinamakan alun-alun. Di permukaan alun-alun tersebut
tidak boleh ada rumput tumbuh dan di atasnya ditutup dengan pasir halus (Rusdi
2010).
Menurut Naryanto dalam Wicaksono (1999), alun-alun adalah taman kota
yang berpusat di sekitar istana raja atau keraton yang merupakan milik keluarga
istana. Hindarto (2003) menjelaskan deskripsi umum sebuah alun-alun ditandai
dengan elemen di sekelilingnya, yaitu terdapat lapangan luas berbentuk bundar
atau persegi empat, terdapat pohon beringin di tengah lapangan, terdapat gedung
pemerintahan setempat, dan terdapat sebuah Masjid Agung.
Sumber: http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi5c.pdf
Gambar 2 Ringin Kurung dan Gapura Alun-alun Kidul Yogyakarta tahun 1920
Alun-alun sudah ada sejak zaman prakolonial dan menjadi bagian dari
komplek Kraton. Alun-alun terletak pada daerah Utara paling luar tetapi masih
berada di dalam tembok Kraton (Gambar 3). Fungsi alun-alun pada masa ini yaitu
sebagai lambang berdirinya sistem kekuasaan raja terhadap rakyatnya. Sifat sakral
alun-alun di zaman prakolonial kemudian berkembang lebih merakyat pada zaman
kolonial, menjadi semacam plaza di Eropa (Rusdi 2010).
a)
b)
Sumber: (a) http://jejaknusantara.com/pengetahuan-teknologi
(b) http://fikrialwaysdreaming.blogspot.com/2012/12/misteri-ibukota-majapahit-terpecahkan.html
Gambar 3 Ilustrasi Ibukota Majapahit berdasarkan sketsa Ir. Henry Maclain
Alun-alun sekarang adalah ruang terbuka umum, namun tidak seharusnya
kehilangan makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Agar alun-alun masih
menunjukkan ikatan budaya dengan masyarakat maka dibentuk sesuai dengan
perkembangan zaman. Selain berfungsi sebagai taman untuk menghirup udara
segar, rekreasi bersama keluarga, olahraga ringan, tempat upacara, juga bisa
menjadi wahana pendidikan (Warpani 2011).
4
Hutan Kota
Definisi hutan kota menurut Fakuara dalam Dachlan (2013) yaitu tumbuhan
vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan dalam
kegunaan proteksi, rekreasi, dan estetika lingkungan. Peraturan Pemerintah No 63
Tahun 2002 pada pasal 8 dinyatakan bahwa luas hutan kota pada suatu hamparan
yang kompak paling sedikit 0.25 ha.
Dachlan (2013) menyebutkan peranan hutan kota diantaranya yaitu sebagai
identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat
dari udara, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap
karbon-dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau,
mengatasi penggenangan, ameliorasi iklim, pengelolaan sampah, pelestarian air
tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung,
mengurangi stres, dan meningkatkan industri pariwisata.
Hutan kota merupakan bagian dari program ruang terbuka hijau. Hutan kota
terbagi atas enam tipe berdasarkan peruntukannya, yaitu:
1.
Hutan kota tipe pe4mukiman
Berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, peresap air,
penahan angin, dan peredam kebisingan. Vegetasi dapat berupa komposisi
jenis pepohonan yang dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.
2.
Hutan kota tipe industri
Berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan yang timbul dari
kegiatan industri. Karakteristik vegetasi yang dapat digunakan pada
kawasan industri yaitu pohon bertajuk lebar dan rindang, berdaun lebar, dan
menghasilkan aroma harum.
3.
Hutan kota tipe rekreasi
Berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi dan keindahan.
Karakteristik vegetasi untuk tipe rekreasi yaitu pohon, semak, atau tanaman
penutup tanah yang memiliki karakteristik fisik yang unik dan indah.
4.
Hutan kota tipe pelestarian plasma nutfah
Berfungsi untuk mencegah kerusakan, perlindungan, dan pelestarian
terhadap sumberdaya alam. Sasaran pembangunan hutan kota yaitu sebagai
tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan sebagai
habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan.
Vegetasi yang digunakan yaitu vegetasi langka dan/atau unggulan setempat.
5.
Hutan kota tipe perlindungan
Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi bahaya erosi dan longsor pada
daerah dengan kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan, melindungi daerah
resapan air, serta melindungi daerah pantai dari abrasi. Karakteristik
vegetasi dapat berupa pohon dengan daya evapotranspirasi yang rendah
serta vegetasi yang dapat mengurangi bahaya abrasi pantai.
6.
Hutan kota pengamanan
Berfungsi untuk meningkatkan keamanan pengguna jalan di sepanjang jalan
bebas hambatan. Karakteristik vegetasi yang digunakan yaitu pohon berakar
kuat dengan dahan yang tidak mudah patah, dilapisi dengan perdu yang liat,
dilengkapi dengan jalur pisang-pisangan atau tanaman merambat dari legum
secara berlapis-lapis.
5
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan, hutan kota dapat berbentuk:
1.
Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasi
terkonsentrasi pada suatu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat tidak beraturan.
2.
Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu,
dengan luas minimal 2500 m. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar
terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil
3.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90%−100% dari luas
hutan kota
4.
Berbentuk jalur, yaitu hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur
mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar
minimal hutan kota berbentuk jalur adalah 30 m.
Lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5
Tahun 2008, struktur hutan kota dapat terdiri dari:
1.
Hutan kota berstrata dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuhtumbuhan berupa pepohonan dan rumput (Gambar 4).
2.
Hutan kota berstrata banyak, yaitu memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan
selain terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak dan penutup
tanah dengan jarak tanam tidak beraturan (Gambar 5).
Gambar 4 Pola tanam hutan kota berstrata dua
Gambar 5 Pola tanam hutan kota berstrata banyak
6
Rekreasi
Cooper dalam Vanhove (2005) menyebutkan rekreasi merupakan kegiatan
yang dilakukan pada waktu luang dan kegiatan yang dilakukan untuk bersenangsenang tetapi tidak harus dengan melakukan perjalanan. Arifin (2011)
mengemukakan bahwa rekreasi tidak hanya sebagai bentuk aktivitas yang
menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan mengembangkan
kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru.
Pigram dalam Dachlan (2013) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu rekreasi di dalam bangunan dan rekreasi di alam
terbuka. Selanjutnya, Brockman dalam Dachlan (2013) mengemukakan rekreasi
di alam terbuka memiliki kelebihan daripada rekreasi dalam bangunan yaitu
mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun rohani,
serta meningkatkan keterampilan.
Penelitian tentang manajemen rekreasi dalam dekade terakhir ini
menemukan dua hal, yaitu permintaan rekresi di alam terbuka terus meningkat
secara terus menerus dan tidak menunjukkan tanda akan berhenti, serta jenis
rekreasi yang digunakan oleh masyarakat sudah banyak berubah dalam berbagai
bentuk (Bell 2008).
Gold (1980) menggolongkan bentuk rekreasi menjadi empat kategori:
1.
Rekreasi fisik, yaitu rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam
melakukan aktivitas rekreasi.
2.
Rekreasi sosial, yaitu rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan
aktivitasnya.
3.
Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan, pendidikan,
dan estetika.
4.
Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang
memanfaatkan sumber daya alam.
Sumber: Bell (2008)
Gambar 6 Sketsa alternatif jenis rekreasi
7
Menurut Nurisjah (2004), merencanakan lanskap untuk kawasan rekreasi
alam adalah merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi yang
sesuai dan terbaik dengan suatu sumberdaya lanskap tersedia terutama untuk
menjaga keindahan panorama dan keunikan yang dimilikinya serta juga untuk
kelestarian ekosistemnya, terutama ekosistem yang langka dan unik.
Douglass (1982) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
perencanaan rekreasi di alam terbuka, yaitu:
1.
Adanya kesesuaian antara lahan untuk rekreasi di alam terbuka dengan
rencana penggunaan lahan.
2.
Mengatur lahan rekreasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah
ditetapkan.
3.
Memberi prioritas kegunaan yang lebih banyak kepada lahan yang dimiliki.
4.
Memelihara lahan-lahan yang dilindungi serta tapak yang bernilai sejarah.
Menurut Gold (1980) fasilitas rekreasi merupakan salah satu aspek yang
perlu dipertimbangkan. Fasilitas sengaja dibuat atau disediakan pada suatu
kawasan rekreasi untuk menjalankan fungsi kawasan sebagai kawasan rekreasi,
dimana setiap orang harus memiliki akses untuk dapat menikmati fasilitas tersebut.
Sumber: Bell (2008)
Gambar 7 Sketsa variasi jenis fasilitas pada taman bermain anak
8
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di alun-alun, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat
(Gambar 8). Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, dimulai pada Februari
sampai Agustus 2013 (Tabel 1).
Sumber: google.com, BAPPEDA Kota Bekasi, googleearth.com,)
Gambar 8 Lokasi penelitian
Tabel 1 Jadwal Penelitian
Jenis
Kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
penelitian
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Perancangan
tapak
Penulisan
laporan akhir
9
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2:
Tabel 2 Kebutuhan alat dan bahan
No
Alat
Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
Global Positioning System (GPS)
Meteran gelinding
Sound level meter
Bor Tanah
Heavy Weather
Komputer dengan perangkat lunak
Kamera digital
Membuat peta dasar
Pengukuran dimensi
Mengukur tingkat kebisingan
Pengambilan sampel tanah
Mengukur iklim mikro
Mengolah data dan analisis
Dokumentasi kawasan
No
Bahan
Kegunaan
1
2
3
Bahan pustaka
Peta digital alun-alun Bekasi
Kuesioner
Referensi dan studi literatur
Acuan pembuatan peta dasar
Mengetahui preferensi masyarakat
Metode Penelitian
Pendekatan dalam merancang lanskap alun-alun Kota Bekasi dilakukan
dengan menggunakan metode survei dan deskriptif dengan mengacu pada tahapan
kerja yang dikemukakan oleh Plomp (2007) yaitu preliminary research,
prototyping stage, dan assessment phase. Namun dalam penelitian ini tahapan
tersebut dimodifikasi menjadi 2 tahap, yaitu :
1.
Preliminary research
Merupakan tahap persiapan terkait analisis kebutuhan dan konteks, kajian
literatur, mengembangkan kerangka konseptual dan teoritis untuk penelitian
sebelum pada tahap perancangan.
1)
Inventarisasi
Tahap pengamatan tapak dan pengumpulan data. Jenis data yang
dikumpulkan berupa data fisik, biofisik, dan sosial (Tabel 3). Metode
pengambilan data menggunakan metode survei dan studi pustaka. Data fisik
berupa batas tapak, topografi, sirkulasi, aksesibilitas, letak fasilitas dan utilitas
dilakukan dengan tracking menggunakan GPS kemudian disesuaikan dengan hasil
digitasi dari google earth dan peta dasar.
Pengambilan data iklim mikro dan tingkat kebisingan dilakukan 3 kali
sehari (pukul 08.30; 13.00; 16.30) selama 3 hari secara acak dalam 1 minggu. Alat
yang digunakan untuk pengukuran iklim mikro yaitu Heavy weather dan untuk
pengukuran tingkat kebisingan pada tapak menggunakan Sound level meter.
Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah secara acak
di salah satu titik pada tapak dengan menggunakan bor tanah, kemudian di uji di
laboratorium. Data kualitas visual, vegetasi dan satwa didapatkan melalui
pengamatan langsung di tapak.
Data sosial diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan diskusi langsung
dengan pengelola, pengunjung, dan penduduk di sekitar tapak. Data tersebut
menjadi dasar dan masukan untuk laporan penelitian yang dilengkapi dengan studi
pustaka.
10
Tabel 3 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data
Jenis data
Aspek Fisik
Lokasi
Administrasi
Batas tapak
Topografi
Kontur
Kemiringan lahan
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Pola sirkulasi
Kondisi sirkuasi
Lokasi akses masuk
dan keluar
Tanah
Jenis tanah
Kesuburan tanah
Iklim
Suhu udara
Kelembaban udara
Fasilitas
Kualitas hardscape
Kuantitas hardscape
Kualitas Visual
Good view
Bad view
Tingkat Kebisingan
Aspek Biofisik
Vegetasi dan satwa
Aspek Sosial
Karakter pengunjung
Referensi pengunjung
Aspek Legal
RTRW Kota Bekasi
Perda Bekasi
UU dan PP
2)
Sumber data
Cara pengambilan
BAPPEDA
BPLH, Tapak
Studi pustaka
Studi pustaka, Survei
BPLH, Tapak
BPLH, Tapak
Studi pustaka, Survei
Studi pustaka, Survei
BPLH, Tapak
Tapak
Tapak
Studi pustaka, Survei
Survei
Survei
BAPPEDA
Laboratorium
kesuburan tanah IPB
Studi pustaka
Survei
BMKG, Tapak
BMKG, Tapak
Studi pustaka, Survei
Studi pustaka, Survei
Tapak
Tapak
Survei
Survei
Tapak
Tapak
Tapak
Survei
Survei
Survei
BAPPEDA, Tapak
Studi pustaka, Survei
Pengunjung alun-alun
Pengunjung alun-alun
Survei
Kuesioner
BAPPEDA
BAPPEDA
BAPPEDA
Studi pustaka
Studi pustaka
Studi pustaka
Analisis dan Sintesis
Tahap pengolahan data fisik, biofisik, sosial dan legal. Analisis topografi
menggunakan software AutoCad yang hasilnya disesuaikan dengan standar
kesesuaian lahan. Iklim mikro dianalisis melalui hasil perhitungan Temperature
Humanity Indeks (THI). Rumus THI yaitu:
THI =
T
: suhu udara (°C)
R
RH
: kelembaban nisbi udara (%)
Hasil perhitungan THI digunakan untuk menentukan indeks kenyamanan,
dimana THI = 21–27 nyaman dan THI > 27 tidak nyaman (Laurie 1986).
Kenyamanan pengunjung juga dianalisis secara visual dengan mengetahui arah
naungan menggunakan software SketchUp. Hasil studi pustaka dari data BMKG
digunakan sebagai referensi. Sementara data yang dijadikan sebagai acuan utama
adalah data iklim yang diperoleh melalui pengamatan langsung pada tapak.
Analisis tanah diperoleh melalui hasil uji laboratorium yang disesuaikan dengan
11
rujukan sifat tanah. Analisis ini bermanfaat untuk menentukan perilaku yang harus
dilakukan untuk mengoptimalkan kegiatan penanaman. Analisis tanah diperoleh
melalui hasil uji laboratorium yang disesuaikan dengan rujukan sifat tanah. Data
kualitas visual dianalisis terkait bad view dan good view pada tapak. Sedangkan
data tingkat kebisingan dianalisis dengan menggunakan rujukan aturan baku
tingkat kebisingan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No 48 Tahun 1996. Analisis sosial dilakukan dengan pengolahan statistika
sederhana, hasilnya dijadikan bahan pertimbangan untuk perancangan yang akan
dilakukan. Hasil dari setiap analisis kemudian dipelajari dalam menentukan
alternatif untuk mengatasi kendala pada tapak, serta mengembangkan potensi
untuk mencapai tujuan. Selanjutnya hasil analisis dan sintesis dituangkan ke
dalam ide konsep (conceptual plan).
3)
Konsep
Hasil sintesis membentuk konsep yang akan dituangkan dalam desain
perancangan. Konsep yang terbentuk harus sesuai dengan tujuan dari perancangan.
Pengembangan konsep ini meliputi konsep ruang, aktivitas, sirkulasi, vegetasi,
dan fasilitas.
2.
Prototyping stage
Merupakan tahap menetapkan pedoman perancangan yang dimulai dari
pembuatan sebuah rencana tapak (site plan), yang kemudian akan digambarkan
secara lebih detil lagi berupa pembesaran rencana tapak, gambar potongan tampak,
gambar rencana penanaman, gambar ilustrasi perspektif dan gambar detil elemen
keras.
Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini mengikuti produk gambar teknis yang dihasilkan pada
tahapan prototyping stage yaitu rencana tapak, pembesaran rencana tapak, gambar
potongan tampak, gambar rencana penanaman, gambar ilustrasi perspektif dan
gambar detil elemen keras.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi
Kondisi Umum
Kota Bekasi berawal dari status sebagai Kecamatan Bekasi yang kemudian
pada tahun 1982 menjadi kota administratif (kotif). Pada 10 Maret 2002 berubah
menjadi kota otonom. Sesuai dengan Perda Kota Bekasi No 4 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi
terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Alun-alun Kota
Bekasi terletak di Kecamatan Bekasi Selatan.
Luas wilayah Kecamatan Bekasi Selatan menurut penggunaan lahan utama
yaitu sebesar 1597 ha, terdiri dari luas lahan non pertanian 1026 ha, lahan kering
471 ha, dan lain-lain 100 ha. Keadaan topografi Kecamatan Bekasi Selatan
merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0–25 mdpl, sehingga pada
beberapa daerah sulit untuk membuang air limpasan hujan dengan cepat (Bappeda
Kota Bekasi 2012).
Kondisi air tanah di wilayah Kecamatan Bekasi Selatan cukup potensial
untuk digunakan sebagai sumber air bersih. Iklim di Kecamatan Bekasi Selatan
secara umum tergolong kering dengan tingkat kelembaban rendah. Kondisi
temperatur harian 24–33°C. Jumlah penduduk di Kecamatan Bekasi Selatan
208 737 jiwa dengan rasio pertumbuhan penduduk 2.49% (Bappeda Kota Bekasi
2012).
Lokasi dan Topografi
Alun-alun Kota Bekasi berada pada posisi 107°0’0”BT dan 6°14’27”LS dan
secara administratif terletak di Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Selatan,
Kota Bekasi. Alun-alun memiliki luas 25 987 m² atau ± 2.6 ha. Batas wilayah
administrasi alun-alun yaitu:
sebelah Utara
: Rumah Sakit Palang Merah Indonesia
sebelah Selatan
: Jalan Pramuka
sebelah Barat
: Jalan Veteran, Masjid Agung Al Barkah, Kodim 0507
sebelah Timur
: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan
lahan 0‒2% (Gambar 9). Berdasarkan klasifikasi kemiringan menurut United
Stated Soil System Management (USSSM), kondisi ini termasuk dalam kategori
datar-hampir datar (Tabel 4).
Gambar 9 Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi
13
Tabel 4 Klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan USSSM
Klasifikasi kemiringan (%)
Keterangan
0‒2
Datar‒hampir datar
Sangat landai
2‒6
Landai
6‒13
Agak curam
13‒25
Curam
25‒55
Sangat curam
>55
Terjal
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Sistem sirkulasi pada alun-alun Kota Bekasi terbagi menjadi sirkulasi di luar
dan di dalam tapak. Sirkulasi di luar tapak berupa jalur pejalan kaki dengan lebar
1.5 m dan material berupa keramik outdoor (Gambar 10). Secara keseluruhan
kondisi jalur pejalan kaki cukup terawat namun pada beberapa bagian terdapat
keramik yang pecah. Sedangkan sirkulasi di dalam tapak berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 2 m dan material berupa paving block (Gambar 11). Sirkulasi di
dalam tapak di dominasi oleh elemen perkerasan dan banyak yang sudah tidak
terlihat lagi dengan jelas polanya.
Gambar 10 Sirkulasi di luar tapak
Gambar 11 Sirkulasi di dalam tapak
Akses yang tersedia untuk mencapai alun-alun Kota Bekasi yaitu Jalan
Pramuka untuk akses masuk dari sebelah Timur dan Jalan Veteran untuk akses
masuk dari sebelah barat. Dari sebelah Timur tersedia dua buah akses masuk yaitu
pada welcome area dan di depan Markas Kodim 0507. Sedangkan dari sebelah
Barat tersedia tiga buah akses masuk yaitu satu akses masuk pada welcome area
dan dua lainnya berada tepat di depan RSUD Kota Bekasi (Gambar 12). Jalur ini
banyak dilewati oleh sarana angkutan umum kota seperti K02, K11, K04, K05,
K05A, K07, K09, K10, K15, K15A, K30, dan K31.
14
Gambar 12 Peta sirkulasi saat ini
Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengamatan kebisingan akibat lalu
lintas kendaraan yang tinggi pada Jalan Pramuka dan Jalan Veteran serta
kebisingan akibat proyek pembangunan RSUD Kota Bekasi. Pengamatan ini
dilakukan secara menyebar di delapan titik (Gambar 13). Penentuan titik
pengamatan berdasarkan pusat aktivitas pengunjung pada alun-alun. Pengamatan
ini untuk mengetahui titik mana saja yang cukup mengganggu aktivitas
pengunjung sehingga dapat diketahui perlakuan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kenyamanan selama beraktivitas di alun-alun Kota Bekasi.
15
Gambar 13 Peta titik pengamatan data kebisingan
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa kebisingan tertinggi terletak pada
area plaza sebelah Barat (B2) yang mencapai 67.6 dB dan kebisingan terendah
terletak pada area Tugu Resolusi (D1) sebesar 56 dB (Gambar 14). Tingkat
kebisingan paling tinggi yaitu pada siang hari sebesar 63.4 dB dan tingkat
kebisingan paling rendah pada sore hari sebesar 60.9 dB (Gambar 15).
16
LEGENDA
A1: Taman Timur, A2: Taman Barat, B1: Plaza Timur, B2: Plaza Barat,
C1: Depan RSUD, C2: Lapangan, C3: Balai alun-alun, D1:Tugu Resolusi
Gambar 14 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan
Gambar 15 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan waktu pengamatan
Tanah
Berdasarkan data dari BPDAS tahun 2012, alun-alun Kota Bekasi termasuk
jenis tanah tipe Tropaquepts, Fluvaquents, Ustropepts. Menurut sistem taksonomi
tanah USDA (1990), tanah tipe Fluvaquents termasuk dalam order tanah Entisol.
Sedangkan tanah tipe Ustropepts dan Tropaquepts termasuk dalam order tanah
Inceptisols.
Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengambilan satu titik sampel tanah
dan diuji pada Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
(ITSL) Fakultas Pertanian IPB. Hasil menunjukkan bahwa tanah pada alun-alun
bersifat asam (pH 6.0–6.6) dengan kandungan C, N, P, K, Ca, Mg masing-masing
sebesar 0.88%; 0.08%; 9.40ppm; 0.29(me/100g); 18.94(me/100g); 3.62(me/100g).
Nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah sebesar 17.64(me/100g). Tekstur tanah
mengandung 14.53% pasir, 57.41% debu, dan 28.06% liat.
17
Iklim
Data iklim makro berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) selama tahun 2002–2011. Diketahui bahwa temperatur
terendah yaitu pada bulan Januari sebesar 26.5°C dan temperatur tertinggi pada
bulan September sebesar 28°C. Sedangkan kelembaban terendah pada bulan
Agustus sebesar 72.5%/bulan dan kelembaban tertinggi pada bulan Januari
sebesar 83.4%/bulan. Sedangkan data iklim mikro didapatkan melalui pengamatan
langsung di tapak (Gambar 16).
Gambar 16 Peta iklim mikro
18
Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengamatan suhu dan kelembaban di
bawah naungan tanpa perkerasan (A), di atas perkerasan tanpa naungan (B), dan
di area tanpa naungan dan tanpa perkerasan (C). Pengamatan ini dilakukan pada
pagi hari, siang hari, dan sore hari. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa suhu paling tinggi terdapat di titik C sebesar 32.5°C dan suhu paling
rendah terdapat di titik A sebesar 30.5°C. Suhu tertinggi terjadi pada sore hari
sebesar 32.5°C dan suhu terendah terjadi pada pagi hari sebesar 30.2°C (Gambar
17). Sedangkan kelembaban paling tinggi terdapat di titik A sebesar 76% dan
kelembaban paling rendah di titik C sebesar 68%. Kelembaban tertinggi pada pagi
hari dan kelembaban terendah pada siang hari (Gambar 18).
a)
b)
Gambar 17 Hasil pengamatan suhu berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
a)
b)
Gambar 18 Hasil pengamatan kelembaban berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
Fasilitas dan Utilitas
Fasilitas yang tersedia pada alun-alun Bekasi yaitu toilet, bak sampah, arena
bermain anak, bangku taman, plaza, kantor pengelola, jalur pejalan kaki, kandang
burung, planter box, lapangan sepakbola, tiang bendera, balai, dan lampu taman
(Gambar 19). Namun terdapat beberapa fasilitas yang tidak berfungsi lagi karena
sudah rusak seperti pada lampu taman dan toilet. Selain itu, jumlah bak sampah
yang terdapat pada alun-alun saat ini sering tidak mampu menampung sampah
yang ada sehingga sampah sering menumpuk dan mengganggu visual.
19
LEGENDA:
1.
2.
3.
4.
5.
Toilet
Penampungan sampah
Arena bermain anak
Kantor pengelola
Plaza welcome area
6.
7.
8.
9.
10.
Balai
Toilet
Jalur pejalan kaki
Plaza berkumpul
Bangku taman
11.
12.
13.
14.
Kandang burung
Planter box (15mx4m)
Planter box (1mx1m)
Lapangan sepakbola
Gambar 19 Peta inventarisasi fasilitas
Jaringan utilitas pada alun-alun terdiri atas jaringan listrik dan saluran
drainase. Jenis drainase berupa saluran drainase terbuka dan saluran drainase
tertutup (Gambar 20). Genangan yang sering terjadi saat hujan menunjukkan
kurang baiknya sistem drainase yang terdapat pada alun-alun. Genangan sering
terjadi pada area lapangan sepakbola sehingga mengganggu aktivitas pengunjung
yang ingin berolahraga (Gambar 21).
20
Gambar 20 Saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup
Gambar 21 Kondisi genangan pada lapangan sepakbola
Visual
Alun-alun Kota Bekasi dikelilingi oleh lahan terbangun yang memberikan
kesan kaku pada tapak. Secara keseluruhan visual menarik ke dalam tapak yaitu
area taman dan plaza welcome area. Pada area taman, visual yang menarik ke arah
luar yaitu visual ke arah Masjid Agung Al Barkah. Kombinasi warna yang
mencolok dan arsitektural yang indah memberikan kesan estetika yang tinggi bagi
pengunjung (Gambar 22).
Gambar 22 Visual pada area taman
21
Gambar 23 Visual pada plaza welcome area
Pada area lapangan sepakbola kesan yang tercipta yaitu visual yang lapang
dan monoton (Gambar 24). Keberadaan baliho pada sebelah Timur lapangan
membuat area ini semakin tidak menarik. Visual ke arah luar tapak juga tidak
terdapat objek kawasan yang menarik.
Gambar 24 Visual pada area lapangan
22
Tugu Resolusi pada sebelah Selatan alun-alun memiliki nilai sejarah yang
tinggi. Pada tugu ini, 40 000 rakyat Bekasi menyatakan setia kepada NKRI dan
lepas dari Karisidenan Jatinegara pada 17 Januari 1950. Namun visual ke arah
Tugu Resolusi tertutupi oleh kanopi pepohonan sehingga tidak bisa dinikmati dari
kejauhan. Visual ke arah luar tapak dari area Tugu Resolusi didominasi oleh
kawasan komersial dan pemukiman warga (Gambar 25).
Gambar 25 Visual pada area Tugu Resolusi
Kondisi Biofisik
Vegetasi di alun-alun Kota Bekasi cukup beragam jenisnya dan didominasi
oleh jenis pepohonan (Tabel 5). Secara keseluruhan vegetasi pada alun-alun
ditanam secara acak dengan jarak tanam yang tidak teratur (Gambar 26).
Jenis
Pohon
Tabel 5 Jenis Vegetasi
Nama lokal
Nama latin
Daun kupu-kupu
Bintaro
Dadap merah
Beringin
Biola cantik
Kerai payung
Petai cina
Mangga
Sawo kecik
Kersen
Sengon
Glodokan tiang
Angsana
Palem raja
Mahoni
Asam
Bauhinia tomentosa
Cerbera manghas
Erythrina cristagalli
Ficus benjamina
Ficus lyrata
Filicium decipiens
Leucaena leucocephala
Mangifera indica
Manilkara kauki
Muntingia calabura
Paraserianthes falcataria
Polyalthea longifolia
Pterocarpus indicus
Roystonea regia
Swietenia mahagoni
Tamarindus indica
23
Gambar 26 Peta inventarisasi vegetasi
Satwa pada alun-alun Kota Bekasi antara lain: burung merpati (Columbia
livia), burung gereja erasia (Passer montanus), dan kupu-kupu pieridae (Leptosia
nina). Pada area taman dibangun beberapa kandang burung merpati. Setiap siang
burung-burung ini keluar dari kandangnya dan berkumpul di plaza welcome area
(Gambar 27). Tidak jarang pengunjung juga ikut memberikan makan pada burung
merpati.
24
Gambar 27 Kandang burung dan burung merpati pada plaza welcome area
Karakter dan Preferensi Pengunjung
Kedatangan pengunjung ke alun-alun Kota Bekasi pada hari kerja dan hari
libur memiliki beberapa perbedaan. Pada hari kerja, pengunjung meningkat pada
sore hari. Dominasi pengunjung berusia dewasa dengan aktivitas berjalan-jalan
atau duduk beristirahat. Pada hari libur keramaian pengunjung sudah mulai
terlihat sejak pagi hari, tetapi cenderung menurun pada sore hari. Dominasi
pengunjung yaitu rombongan keluarga dan remaja. Aktivitas yang dilakukan
beragam, seperti bersepeda, jogging, duduk, bermain dan bersantai. Pengunjung
sering berebutan tempat beristirahat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas
yang tersedia. Secara umum persebaran aktivitas pengunjung baik pada hari kerja
maupun hari libur ditunjukkan pada Gambar 28.
Gambar 28 Peta persebaran aktivitas pengunjung
25
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 30 responden diketahui bahwa
sebagian besar responden mengunjungi alun-alun Kota Bekasi lebih dari 20 kali
dalam satu bulan (Gambar 29) dan responden lebih banyak memilih berjalan kaki
untuk mengakses alun-alun dibandingkan menggunakan transportasi umum
maupun transportasi pribadi. Waktu rata-rata yang ditempuh responden untuk
mencapai alun-alun dengan berjalan kaki yaitu 5−15 menit. Aktivitas yang sering
dilakukan oleh responden yaitu jalan-jalan, jogging, dan duduk-duduk (Gambar
30). Aktivitas lainnya yaitu bersepeda, bermain sepakbola dan senam untuk
responden lanjut usia.
Gambar 29 Tingkat kunjungan responden
Gambar 30 Aktivitas responden selama berada di alun-alun
Dominasi responden menyatakan bahwa kondisi dan penyediaan fasilitas
pendukung pada alun-alun cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya (Gambar 31). Berdasarkan diskusi langsung dengan pengunjung
diketahui bahwa mereka sangat membutuhkan tempat beristirahat yang bersifat
menaungi karena kondisi alun-alun yang cukup panas. Selain itu, sebagian besar
responden menginginkan suasana alun-alun didominasi oleh vegetasi berupa
kombinasi semak dan tanaman penutup tanah serta dominasi tegakan pohon dan
plaza (Gambar 32).
26
Gambar 31 Preferensi pengunjung terhadap kondisi fasilitas
LEGENDA
a: tegakan pohon dan plaza
b: dominasi tegakan pohon
c: permainan air
d: dominasi elemen manmade
e: kombinasi semak dan tanaman
penutup tanah
f: nuansa komersial
Gambar 32 Preferensi pengunjung terhadap suasana yang diharapkan
Gambar 33 Peta inventarisasi alun-alun Kota Bekasi
27
28
Analisis dan Sintesis
Lokasi dan Topografi
Lokasi alun-alun Kota Bekasi merupakan suatu potensi sebagai ruang untuk
berkumpul masyarakat karena lokasi yang strategis dan dekat dengan kawasan
pemukiman. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung diketahui sebesar
46.7% responden berdomisili di sekitar alun-alun sehingga untuk mengakses alunalun cukup mudah dengan berjalan kaki, sekitar 5–15 menit. Menurut Unterman
(1984), di Amerika berjalan kaki sejauh 455 m masih dianggap menyenangkan
dengan waktu 30 menit sebagai batas maksimum kenyamanan. Namun di
Indonesia karena cuaca yang panas, jarak tempuh yang nyaman yaitu sekitar
400 mᵃ. Lebih lanjut menurut Thompson (2007) menyebutkan bahwa untuk
memudahkan interaksi masyarakat dengan sebuah ruang hijau maka kedekatan
dengan tempat tinggal sangat penting.
Kondisi topografi alun-alun yang cenderung datar mempunyai potensi untuk
dijadikan pusat aktivitas rekreasi serta pembangunan sarana fasilitas pendukung.
Namun sistem drainase di dalam tapak harus diperbaiki karena tingkat kemiringan
0‒2% rentan terhadap terjadinya genangan yang cukup lama.
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Lebar jalur pejalan kaki pada alun-alun Kota Bekasi telah sesuai dengan
standar jalur pejalan kaki menurut Dinas Bina Marga, yaitu 1.5 m untuk dua orang.
Namun lebar jalur pejalan kaki yang memanfaatkan saluran drainase tertutup tidak
sesuai dengan standar. Selain itu, penggunaan keramik outdoor dapat
membahayakan pengunjung jika terdapat pecahan. Penggunaan jenis material
dengan pola yang sama akan menciptakan kemonotonan. Untuk itu diperlukan
pelebaran jalur pejalan kaki untuk jalur yang belum sesuai standar dan
menambahkan kombinasi material berupa paving block atau blok beton agar lebih
tahan lama dan lebih aman untuk digunakan.
Letak alun-alun berada di dekat pusat kota sehingga akses menuju alun-alun
cukup mudah. Selain itu, aksesibilitas semakin mudah karena didukung oleh
adanya angkutan perkotaan yang melewati kawasan ini. Namun, tingginya tingkat
lalu lintas serta adanya proyek pembangunan yang sedang berjalan di RSUD Kota
Bekasi menyebabkan kondisi di sekitar alun-alun cukup bising.
Aturan baku tingkat kebisingan telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 (Tabel 6). Baku tingkat kebisingan adalah
batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan
dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
Tabel 6 Baku tingkat kebisingan
Peruntukan kawasan
Tingkat kebisingan (dB)
Perumahan dan Pemukiman
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran dan Perdagangan
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Industri
Pemerintahan dan Fasilitas Umum
Rekreasi
55
70
65
50
70
60
70
ᵃKompas. 4 April 1989. Dalam Teori Perancangan Urban, Program Pasca Sarjana ITB 1990.
29
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan alunalun adalah 62.15 dB. Berdasarkan indikator baku tingkat kebisingan, alun-alun
cukup bising. Angka ini sudah berada di atas batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan untuk suatu kawasan RTH (50 dB). Namun, alun-alun masih
bisa dikembangkan menjadi suatu kawasan rekreasi masyarakat karena batas
maksimal tingkat kebisingan untuk suatu kawasan rekreasi adalah 70 dB.
Untuk mereduksi kebisingan pada tapak dibutuhkan suatu penanaman yang
efektif, yaitu penanaman kombinasi pohon dan semak. Carpenter et al. (1975)
menyebutkan bahwa semakin dekat jarak tanam ke sumber kebisingan akan
semakin efektif tanaman dalam meredam kebisingan. Selain itu, diperlukan
vegetasi yang mampu menyerap polutan gas hasil dari emisi kendaraan yang
ditanam dengan jarak tanam rapat agar efektif dalam menjerap polutan.
Tanah
Alun-alun Kota Bekasi termasuk jenis tanah order Entisol dan Inceptisols.
Tanah Entisol memiliki kandungan unsur hara yang banyak tergantung dari bahan
induk. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatif subur, namun
untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi dibutuhkan pemupukan N, P, K.
Tanah ini memiliki permeabilitas lambat (Munir 1996). Hal ini ditunjukkan
dengan sering terjadinya genangan air saat hujan pada lapangan sepakbola alunalun, sehingga diperlukan perbaikan sistem drainase agar sirkulasi air dapat
berjalan dengan lancar, baik berupa parit atau lubang biopori. Sedangkan tanah
jenis Inceptisol memberikan daya dukung lingkungan yang lebih baik untuk
dijadikan lahan pertanian dan rerumputan (Rafi’i 1990).
Berdasarkan hasil uji laboratorium Departemen ITSL Fakultas Pertanian
IPB, diketahui bahwa alun-alun Kota Bekasi memiliki tanah dengan pH asam,
sehingga perlu dilakukan pengapuran untuk menyesuaikan tingkat keasaman
tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan
berimbang adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) (Sarief 1989).
Namun jumlah unsur N, P, K yang terdapat di Alun-alun Kota Bekasi tergolong
sangat rendah, masing-masing yaitu 0.08%, 9.40ppm, dan 0.29(me/100g).
Dibutuhkan pemberian pupuk organik untuk meningkatkan keseimbangan hara
makro sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Iklim
Berdasarkan data dari BMKG, temperatur rata-rata selama tahun 2002–2011
berkisar pada angka 27.4°C dan kelembaban rata-rat
SEBAGAI KAWASAN REKREASI MASYARAKAT
AMANDA FAUZIAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Lanskap
Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Amanda Fauziah
NIM A44090004
ABSTRAK
AMANDA FAUZIAH. Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi
sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat. Dibimbing oleh AKHMAD ARIFIN
HADI.
Kota Bekasi memiliki masalah dalam mengonservasi ruang terbuka hijau
sebagai dampak dari pembangunan yang tinggi. Alun-alun Kota Bekasi
merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang masih ada saat ini dan memiliki
banyak manfaat untuk ruang sosial, iklim mikro dan ekologi kota. Walaupun
demikian, akhir-akhir ini alun-alun Kota Bekasi tidak digunakan secara optimal
untuk ruang publik. Sebuah penelitian desain lanskap dibutuhkan untuk
mengidentifikasi permasalahan dan menyediakan konsep yang ideal untuk
mengoptimalkan fungsi dari alun-alun Kota Bekasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu survei dan deskriptif. Aspek fisik, biofisik, sosial dan
legal adalah aspek penting dalam membangun konsep dasar. Konsep dasar alunalun Kota Bekasi disebut dengan “green oasis”. Green oasis merupakan sebuah
area rekreasi ruang luar dengan nuansa alami secara dominan yang menjadi wadah
bagi masyarakat untuk beraktivitas, belajar, dan berinteraksi. Hasil akhir
penelitian berupa rencana tapak yang dapat digunakan sebagai rekomendasi yang
baik untuk desain lanskap alun-alun Kota Bekasi sebagai area rekreasi ruang luar.
Kata kunci: alun-alun, desain lanskap, rekreasi
ABSTRACT
AMANDA FAUZIAH. Landscape Design Alun-alun of Bekasi City as Public
Recreation Area. Supervised by AKHMAD ARIFIN HADI.
Bekasi City has a problem in conserving green open spaces as an impact of
a rapid development. Alun-alun of Bekasi City is one of green open spaces exist
and has several benefits for social spaces, micro climate and ecology of the city.
However, alun-alun of Bekasi City has not been used optimally for public spaces
recently. The research in landscape design is needed to identify problems and
obtaining ideal concepts optimizing functions of alun-alun. The method used in
this research is survey and descriptive. The physical, biophysical, social and legal
aspects are the important aspects in developing main concept. The main concept
of alun-alun Bekasi City called “green oasis”. Green oasis is an outdoor
recreational area with a predominantly natural scenery that become a space for
community to activities, learning, and interaction. The output of this research is
site plan that can be used as a good recommendation for landscape design alunalun of Bekasi City as an outdoor recreation area.
Keywords: alun-alun, landscape design, recreation
PERANCANGAN LANSKAP ALUN-ALUN KOTAMADYA BEKASI
SEBAGAI KAWASAN REKREASI MASYARAKAT
AMANDA FAUZIAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi
sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat
: Amanda Fauziah
: A44090004
Disetujui oleh
セ@
Akhmad Arifin adi, SP, MA
Pembimbing
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
D 9 DE.C 2013
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi
sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat
: Amanda Fauziah
: A44090004
Disetujui oleh
Akhmad Arifin Hadi, SP, MA
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga penulisan karya ilmiah dengan judul
Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi
Masyarakat dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Akhmad Arifin Hadi SP MA
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah. Penulis juga pengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr dan Ibu Dr
Syartinilia, SP, Msi selaku dosen penguji atas masukan yang diberikan kepada
penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini dan kepada Bapak Prof Dr Ir
Wahju Qamara M selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing
penulis selama di Departemen Arsitektur Lanskap.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf dari Pemerintah
Daerah Kota Bekasi; Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi; Dinas
Pertamanan, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Umum Kota Bekasi; dan
berbagai pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh keluarga atas
doa dan dukungannya selama penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Amanda Fauziah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir Penelitian
2
Pendekatan Teoritis
3
METODE
8
Lokasi dan Waktu Penelitian
8
Alat dan Bahan Penelitian
9
Metode Penelitian
9
Batasan Penelitian
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi
12
12
Kondisi umum
12
Lokasi dan Topografi
12
Sirkulasi dan Aksesibilitas
13
Tanah
16
Iklim
17
Fasilitas dan Utilitas
18
Visual
20
Kondisi Biofisik
22
Karakter dan Preferensi Pengunjung
24
Analisis dan Sintesis
28
Lokasi dan Topografi
28
Sirkulasi dan Aksesibilitas
28
Tanah
29
Iklim
29
Fasilitas dan Utilitas
30
Visual
31
Kondisi Biofisik
31
iii
Karakter dan Preferensi Pengunjung
32
Aspek Legal
32
Konsep
34
Konsep Dasar
34
Konsep Desain
35
Pengembangan Konsep
36
Konsep Ruang
36
Konsep Sirkulasi
37
Konsep Vegetasi
38
Konsep Fasilitas
40
Perancangan Lanskap Alun-alun Kota Bekasi
SIMPULAN DAN SARAN
43
71
Simpulan
71
Saran
71
DAFTAR PUSTAKA
72
LAMPIRAN
74
RIWAYAT HIDUP
82
DAFTAR TABEL
1 Jadwal penelitian
8
2 Kebutuhan alat dan bahan
9
3 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data
10
4 Klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan USSSM
13
5 Jenis vegetasi
22
6 Baku tingkat kebisingan
28
7 Nilai THI pada alun-alun Kota Bekasi
30
8 Konsep ruang
36
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2
2 Ringin Kurung dan Gapura Alun-alun Kidul Yogyakarta tahun 1920
3
3 Ilustrasi Ibukota Majapahit berdasarkan sketsa Ir. Henry Maclain
3
4 Pola tanam hutan kota berstrata dua
5
5 Pola tanam hutan kota berstrata banyak
5
6 Sketsa alternatif jenis rekreasi
6
7 Sketsa variasi jenis fasilitas pada taman bermain anak
7
8 Lokasi penelitian
8
9 Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi
12
10 Sirkulasi di luar tapak
13
11 Sirkulasi di dalam tapak
13
12 Peta sirkulasi saat ini
14
13 Peta titik pengamatan dan kebisingan
15
14 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan
16
15 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan waktu pengamatan
16
16 Peta iklim mikro
17
17 Hasil pengamatan suhu berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
18
18 Hasil pengamatan kelembaban berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
18
19 Peta inventarisasi fasilitas
19
20 Peta saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup
20
21 Kondisi genangan pada lapangan sepakbola
20
22 Visual pada area taman
20
23 Visual pada plaza welcome area
21
24 Visual pada area lapangan
21
25 Visual pada area Tugu Resolusi
22
26 Peta inventarisasi vegetasi
23
27 Kandang burung dan burung merpati pada plaza welcome area
24
28 Peta persebaran aktivitas pengunjung
24
29 Tingkat kunjungan responden
25
30 Aktivitas responden selama berada di alun-alun
25
31 Preferensi pengunjung terhadap kondisi fasilitas
26
32 Preferensi pengunjung terhadap suasana yang diharapkan
26
33 Peta inventarisasi alun-alun Kota Bekasi
27
34 Kondisi naungan pada alun-alun Kota Bekasi
30
35 Peta analisis dan sintesis
33
36 Konsep dasar perancangan alun-alun Kota Bekasi
34
37 Konsep desain alun-alun Kota Bekasi
35
38 Konsep sirkulasi alun-alun Kota Bekasi
37
39 Konsep ruang dan sirkulasi
38
40 Konsep penggunaan vegetasi strata banyak
39
41 Konsep vegetasi
40
42 Contoh penempatan papan informasi untuk menarik pergerakan
41
43 Referensi fasilitas dengan fungsi penerangan
41
44 Rencana blok (block plan)
42
45 Keseimbangan simetris (a) dan keseimbangan asimetris (b)
43
46 Prinsip titik perhatian
44
47 Prinsip kesederhanaan
44
48 Prinsip ritme (a) dan garis (b)
45
49 Prinsip proporsi
45
50 Rencana tapak (site plan)
46
51 Pembesaran rencana tapak (blow up) 1
47
52 Pembesaran rencana tapak (blow up) 2
48
53 Pembesaran rencana tapak (blow up) 3
49
54 Pembesaran rencana tapak (blow up) 4
50
55 Potongan tampak 1
51
56 Potongan tampak 2
52
57 Potongan tampak 3
53
58 Rencana penanaman
54
59 Ilustrasi jalur pejalan kaki di dalam tapak
55
60 Ilustrasi jalur pejalan kaki di luar tapak
55
61 Ilustrasi jalur jogging
56
62 Ilustrasi plaza olahraga
56
63 Ilustrasi plaza sejarah
57
64 Pembagian segmen jalur refleksi
57
65 Ilustrasi jalur refleksi
58
66 Ilustrasi arena bermain
58
67 Ilustrasi bangku taman satu sisi
59
68 Ilustrasi bangku taman dua sisi
59
69 Ilustrasi gazebo
59
70 Ilustrasi shelter
60
71 Ilustrasi papan interpretasi
60
72 Ilustrasi water features pada welcome area
61
73 Ilustrasi kantor pengelola
61
74 Ilustrasi kafetaria
62
75 Ilustrasi toilet
62
76 Perspektif keseluruhan
63
77 Ilustrasi perspektif 1
64
78 Ilustrasi perspektif 2
64
79 Ilustrasi perspektif 3
65
80 Ilustrasi perspektif 4
65
81 Ilustrasi perspektif 5
66
82 Ilustrasi perspektif 6
66
83 Detil elemen keras 1
67
84 Detil elemen keras 2
68
85 Detil elemen keras 3
69
86 Detil elemen keras 4
70
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta topografi Kota Bekasi
74
2 Peta klasifikasi tanah Kecamatan Bekasi Selatan
75
2 Rekapitulasi inventarisasi data kebisingan pada alun-alun Kota Bekasi
76
3 Rekapitulasi inventarisasi data pengukuran suhu dan kelembaban
pada alun-alun Kota Bekasi
77
4 Lembar koesioner
78
5 Jenis vegetasi yang digunakan pada alun-alun Kota Bekasi
80
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting bagi kehidupan kota
yang cenderung berkembang dan banyak terjadi alih fungsi lahan menjadi lahan
terbangun. Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang disebutkan bahwa proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari
luas wilayah kota, dengan proporsi 20% RTH publik dan 10% RTH privat.
Departemen PU (2006) menetapkan empat fungsi dasar RTH yaitu fungsi bioekologis (fisik); fungsi sosial, ekonomi, dan budaya; fungsi ekosistem perkotaan;
fungsi estetika. Keberadaan RTH diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai ruang
interaksi publik yang dapat digunakan oleh seluruh anggota masyarakat.
Berdasarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri No 14 Tahun 1988 tentang Penataan
RTH di Wilayah Perkotaan, bahwa di dalam penggunaan RTH, pemanfaatannya
lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah
ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan
sebagainya.
Kota Bekasi merupakan contoh kota di Indonesia yang mengalami
permasalahan dalam pemanfaatan RTH. Salah satu RTH di Kota Bekasi yaitu
alun-alun. Lokasi alun-alun Kota Bekasi strategis, dekat dengan pusat kota dan
pemukiman warga, serta dikelilingi objek vital kawasan seperti Rumah Sakit
Umum Daerah, Markas Polresta Bekasi Kota, Markas Kodim 0507, Masjid
Agung Al Barkah, dan Stasiun Bekasi. Alun-alun Kota Bekasi pada Januari 2007
telah diresmikan menjadi hutan kota untuk publik melalui kerja sama Pemerintah
Kota Bekasi dan PT Astra Internasional. Definisi hutan kota menurut Peraturan
Pemerintah No 63 Tahun 2002 yaitu suatu hamparan lahan bertumbuhan pohonpohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang.
Saat ini alun-alun Kota Bekasi belum dikelola secara optimal sebagai
sebuah kawasan rekreasi seperti yang diharapkan pemerintah kota, diantaranya
terlihat dari belum terpenuhinya sarana dan fasilitas pendukung kegiatan
berekreasi. Sebuah perancangan ulang yang terencana baik dari segi fisik maupun
estetis dibutuhkan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menyediakan konsep
yang ideal dalam mengoptimalkan fungsi dari alun-alun Kota Bekasi sebagai
kawasan rekreasi masyarakat. Penataannya akan meliputi penataan ruang,
sirkulasi, vegetasi, serta perancangan fasilitas yang memiliki kesatuan harmonis
dengan lingkungan sekitarnya.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang lanskap alun-alun Kota
Bekasi sebagai RTH kota yang nyaman dan aman untuk masyarakat berekreasi
serta dapat menjadi identitas kota Bekasi dengan mempertimbangkan aspek fisik,
aspek biofisik, aspek sosial, dan aspek legal secara terpadu sesuai dengan situasi
kawasan yang diteliti saat ini sehingga diperoleh desain lanskap yang baik.
2
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Kota Bekasi dalam merancang alun-alun Kota Bekasi serta menjadi bahan
referensi desain ruang terbuka publik lainnya di Kota Bekasi.
Kerangka Pikir
Pemerintah Kota Bekasi menetapkan fungsi dari alun-alun sebagai sebuah
kawasan rekreasi masyarakat. Sejauh ini alun-alun Kota Bekasi belum mampu
memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat sehingga perlu dilakukan perancangan
ulang dengan mempertimbangkan berbagai aspek agar diperoleh suatu desain
lanskap yang baik. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada diagram alir di
bawah ini (Gambar 1).
Peningkatan kualitas RTH
Kotamadya Bekasi
Peningkatan kualitas
alun-alun Kotamadya Bekasi
Analisis potensi dan kendala
Aspek Fisik
1. Lokasi tapak
2. Topografi
3. Sirkulasi dan
Aksesibilitas
4. Tanah
5. Iklim
6. Fasilitas dan Utilitas
7. Kualitas visual
8. Tingkat kebisingan
Aspek Biofisik
1. Vegetasi
2. Satwa
Aspek Sosial
1. Karakter pengunjung
2. Preferensi
pengunjung
Sintesis
Konsep
Perancangan lanskap alun-alun Kota Bekasi
Sebagai kawasan rekreasi masyarakat
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Aspek Legal
1. RTRW Kota Bekasi
2. Perda Bekasi
3. UU dan PP
3
Pendekatan Teoretis
Alun-alun
Di dalam buku Encyclopedievan Nederlandsch Indie, disebutkan bahwa di
hampir setiap tempat kediaman Bupati, selalu dijumpai adanya sebuah lapangan
rumput yang luas, yang dikelilingi oleh pohon beringin di tengahnya (Gambar 2).
Lapangan inilah yang dinamakan alun-alun. Di permukaan alun-alun tersebut
tidak boleh ada rumput tumbuh dan di atasnya ditutup dengan pasir halus (Rusdi
2010).
Menurut Naryanto dalam Wicaksono (1999), alun-alun adalah taman kota
yang berpusat di sekitar istana raja atau keraton yang merupakan milik keluarga
istana. Hindarto (2003) menjelaskan deskripsi umum sebuah alun-alun ditandai
dengan elemen di sekelilingnya, yaitu terdapat lapangan luas berbentuk bundar
atau persegi empat, terdapat pohon beringin di tengah lapangan, terdapat gedung
pemerintahan setempat, dan terdapat sebuah Masjid Agung.
Sumber: http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi5c.pdf
Gambar 2 Ringin Kurung dan Gapura Alun-alun Kidul Yogyakarta tahun 1920
Alun-alun sudah ada sejak zaman prakolonial dan menjadi bagian dari
komplek Kraton. Alun-alun terletak pada daerah Utara paling luar tetapi masih
berada di dalam tembok Kraton (Gambar 3). Fungsi alun-alun pada masa ini yaitu
sebagai lambang berdirinya sistem kekuasaan raja terhadap rakyatnya. Sifat sakral
alun-alun di zaman prakolonial kemudian berkembang lebih merakyat pada zaman
kolonial, menjadi semacam plaza di Eropa (Rusdi 2010).
a)
b)
Sumber: (a) http://jejaknusantara.com/pengetahuan-teknologi
(b) http://fikrialwaysdreaming.blogspot.com/2012/12/misteri-ibukota-majapahit-terpecahkan.html
Gambar 3 Ilustrasi Ibukota Majapahit berdasarkan sketsa Ir. Henry Maclain
Alun-alun sekarang adalah ruang terbuka umum, namun tidak seharusnya
kehilangan makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Agar alun-alun masih
menunjukkan ikatan budaya dengan masyarakat maka dibentuk sesuai dengan
perkembangan zaman. Selain berfungsi sebagai taman untuk menghirup udara
segar, rekreasi bersama keluarga, olahraga ringan, tempat upacara, juga bisa
menjadi wahana pendidikan (Warpani 2011).
4
Hutan Kota
Definisi hutan kota menurut Fakuara dalam Dachlan (2013) yaitu tumbuhan
vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan dalam
kegunaan proteksi, rekreasi, dan estetika lingkungan. Peraturan Pemerintah No 63
Tahun 2002 pada pasal 8 dinyatakan bahwa luas hutan kota pada suatu hamparan
yang kompak paling sedikit 0.25 ha.
Dachlan (2013) menyebutkan peranan hutan kota diantaranya yaitu sebagai
identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat
dari udara, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap
karbon-dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau,
mengatasi penggenangan, ameliorasi iklim, pengelolaan sampah, pelestarian air
tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung,
mengurangi stres, dan meningkatkan industri pariwisata.
Hutan kota merupakan bagian dari program ruang terbuka hijau. Hutan kota
terbagi atas enam tipe berdasarkan peruntukannya, yaitu:
1.
Hutan kota tipe pe4mukiman
Berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, peresap air,
penahan angin, dan peredam kebisingan. Vegetasi dapat berupa komposisi
jenis pepohonan yang dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.
2.
Hutan kota tipe industri
Berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan yang timbul dari
kegiatan industri. Karakteristik vegetasi yang dapat digunakan pada
kawasan industri yaitu pohon bertajuk lebar dan rindang, berdaun lebar, dan
menghasilkan aroma harum.
3.
Hutan kota tipe rekreasi
Berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi dan keindahan.
Karakteristik vegetasi untuk tipe rekreasi yaitu pohon, semak, atau tanaman
penutup tanah yang memiliki karakteristik fisik yang unik dan indah.
4.
Hutan kota tipe pelestarian plasma nutfah
Berfungsi untuk mencegah kerusakan, perlindungan, dan pelestarian
terhadap sumberdaya alam. Sasaran pembangunan hutan kota yaitu sebagai
tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan sebagai
habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan.
Vegetasi yang digunakan yaitu vegetasi langka dan/atau unggulan setempat.
5.
Hutan kota tipe perlindungan
Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi bahaya erosi dan longsor pada
daerah dengan kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan, melindungi daerah
resapan air, serta melindungi daerah pantai dari abrasi. Karakteristik
vegetasi dapat berupa pohon dengan daya evapotranspirasi yang rendah
serta vegetasi yang dapat mengurangi bahaya abrasi pantai.
6.
Hutan kota pengamanan
Berfungsi untuk meningkatkan keamanan pengguna jalan di sepanjang jalan
bebas hambatan. Karakteristik vegetasi yang digunakan yaitu pohon berakar
kuat dengan dahan yang tidak mudah patah, dilapisi dengan perdu yang liat,
dilengkapi dengan jalur pisang-pisangan atau tanaman merambat dari legum
secara berlapis-lapis.
5
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan, hutan kota dapat berbentuk:
1.
Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasi
terkonsentrasi pada suatu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat tidak beraturan.
2.
Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu,
dengan luas minimal 2500 m. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar
terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil
3.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90%−100% dari luas
hutan kota
4.
Berbentuk jalur, yaitu hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur
mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar
minimal hutan kota berbentuk jalur adalah 30 m.
Lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5
Tahun 2008, struktur hutan kota dapat terdiri dari:
1.
Hutan kota berstrata dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuhtumbuhan berupa pepohonan dan rumput (Gambar 4).
2.
Hutan kota berstrata banyak, yaitu memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan
selain terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak dan penutup
tanah dengan jarak tanam tidak beraturan (Gambar 5).
Gambar 4 Pola tanam hutan kota berstrata dua
Gambar 5 Pola tanam hutan kota berstrata banyak
6
Rekreasi
Cooper dalam Vanhove (2005) menyebutkan rekreasi merupakan kegiatan
yang dilakukan pada waktu luang dan kegiatan yang dilakukan untuk bersenangsenang tetapi tidak harus dengan melakukan perjalanan. Arifin (2011)
mengemukakan bahwa rekreasi tidak hanya sebagai bentuk aktivitas yang
menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan mengembangkan
kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru.
Pigram dalam Dachlan (2013) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu rekreasi di dalam bangunan dan rekreasi di alam
terbuka. Selanjutnya, Brockman dalam Dachlan (2013) mengemukakan rekreasi
di alam terbuka memiliki kelebihan daripada rekreasi dalam bangunan yaitu
mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun rohani,
serta meningkatkan keterampilan.
Penelitian tentang manajemen rekreasi dalam dekade terakhir ini
menemukan dua hal, yaitu permintaan rekresi di alam terbuka terus meningkat
secara terus menerus dan tidak menunjukkan tanda akan berhenti, serta jenis
rekreasi yang digunakan oleh masyarakat sudah banyak berubah dalam berbagai
bentuk (Bell 2008).
Gold (1980) menggolongkan bentuk rekreasi menjadi empat kategori:
1.
Rekreasi fisik, yaitu rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam
melakukan aktivitas rekreasi.
2.
Rekreasi sosial, yaitu rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan
aktivitasnya.
3.
Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan, pendidikan,
dan estetika.
4.
Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang
memanfaatkan sumber daya alam.
Sumber: Bell (2008)
Gambar 6 Sketsa alternatif jenis rekreasi
7
Menurut Nurisjah (2004), merencanakan lanskap untuk kawasan rekreasi
alam adalah merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi yang
sesuai dan terbaik dengan suatu sumberdaya lanskap tersedia terutama untuk
menjaga keindahan panorama dan keunikan yang dimilikinya serta juga untuk
kelestarian ekosistemnya, terutama ekosistem yang langka dan unik.
Douglass (1982) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
perencanaan rekreasi di alam terbuka, yaitu:
1.
Adanya kesesuaian antara lahan untuk rekreasi di alam terbuka dengan
rencana penggunaan lahan.
2.
Mengatur lahan rekreasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah
ditetapkan.
3.
Memberi prioritas kegunaan yang lebih banyak kepada lahan yang dimiliki.
4.
Memelihara lahan-lahan yang dilindungi serta tapak yang bernilai sejarah.
Menurut Gold (1980) fasilitas rekreasi merupakan salah satu aspek yang
perlu dipertimbangkan. Fasilitas sengaja dibuat atau disediakan pada suatu
kawasan rekreasi untuk menjalankan fungsi kawasan sebagai kawasan rekreasi,
dimana setiap orang harus memiliki akses untuk dapat menikmati fasilitas tersebut.
Sumber: Bell (2008)
Gambar 7 Sketsa variasi jenis fasilitas pada taman bermain anak
8
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di alun-alun, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat
(Gambar 8). Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, dimulai pada Februari
sampai Agustus 2013 (Tabel 1).
Sumber: google.com, BAPPEDA Kota Bekasi, googleearth.com,)
Gambar 8 Lokasi penelitian
Tabel 1 Jadwal Penelitian
Jenis
Kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
penelitian
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Perancangan
tapak
Penulisan
laporan akhir
9
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2:
Tabel 2 Kebutuhan alat dan bahan
No
Alat
Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
Global Positioning System (GPS)
Meteran gelinding
Sound level meter
Bor Tanah
Heavy Weather
Komputer dengan perangkat lunak
Kamera digital
Membuat peta dasar
Pengukuran dimensi
Mengukur tingkat kebisingan
Pengambilan sampel tanah
Mengukur iklim mikro
Mengolah data dan analisis
Dokumentasi kawasan
No
Bahan
Kegunaan
1
2
3
Bahan pustaka
Peta digital alun-alun Bekasi
Kuesioner
Referensi dan studi literatur
Acuan pembuatan peta dasar
Mengetahui preferensi masyarakat
Metode Penelitian
Pendekatan dalam merancang lanskap alun-alun Kota Bekasi dilakukan
dengan menggunakan metode survei dan deskriptif dengan mengacu pada tahapan
kerja yang dikemukakan oleh Plomp (2007) yaitu preliminary research,
prototyping stage, dan assessment phase. Namun dalam penelitian ini tahapan
tersebut dimodifikasi menjadi 2 tahap, yaitu :
1.
Preliminary research
Merupakan tahap persiapan terkait analisis kebutuhan dan konteks, kajian
literatur, mengembangkan kerangka konseptual dan teoritis untuk penelitian
sebelum pada tahap perancangan.
1)
Inventarisasi
Tahap pengamatan tapak dan pengumpulan data. Jenis data yang
dikumpulkan berupa data fisik, biofisik, dan sosial (Tabel 3). Metode
pengambilan data menggunakan metode survei dan studi pustaka. Data fisik
berupa batas tapak, topografi, sirkulasi, aksesibilitas, letak fasilitas dan utilitas
dilakukan dengan tracking menggunakan GPS kemudian disesuaikan dengan hasil
digitasi dari google earth dan peta dasar.
Pengambilan data iklim mikro dan tingkat kebisingan dilakukan 3 kali
sehari (pukul 08.30; 13.00; 16.30) selama 3 hari secara acak dalam 1 minggu. Alat
yang digunakan untuk pengukuran iklim mikro yaitu Heavy weather dan untuk
pengukuran tingkat kebisingan pada tapak menggunakan Sound level meter.
Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah secara acak
di salah satu titik pada tapak dengan menggunakan bor tanah, kemudian di uji di
laboratorium. Data kualitas visual, vegetasi dan satwa didapatkan melalui
pengamatan langsung di tapak.
Data sosial diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan diskusi langsung
dengan pengelola, pengunjung, dan penduduk di sekitar tapak. Data tersebut
menjadi dasar dan masukan untuk laporan penelitian yang dilengkapi dengan studi
pustaka.
10
Tabel 3 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data
Jenis data
Aspek Fisik
Lokasi
Administrasi
Batas tapak
Topografi
Kontur
Kemiringan lahan
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Pola sirkulasi
Kondisi sirkuasi
Lokasi akses masuk
dan keluar
Tanah
Jenis tanah
Kesuburan tanah
Iklim
Suhu udara
Kelembaban udara
Fasilitas
Kualitas hardscape
Kuantitas hardscape
Kualitas Visual
Good view
Bad view
Tingkat Kebisingan
Aspek Biofisik
Vegetasi dan satwa
Aspek Sosial
Karakter pengunjung
Referensi pengunjung
Aspek Legal
RTRW Kota Bekasi
Perda Bekasi
UU dan PP
2)
Sumber data
Cara pengambilan
BAPPEDA
BPLH, Tapak
Studi pustaka
Studi pustaka, Survei
BPLH, Tapak
BPLH, Tapak
Studi pustaka, Survei
Studi pustaka, Survei
BPLH, Tapak
Tapak
Tapak
Studi pustaka, Survei
Survei
Survei
BAPPEDA
Laboratorium
kesuburan tanah IPB
Studi pustaka
Survei
BMKG, Tapak
BMKG, Tapak
Studi pustaka, Survei
Studi pustaka, Survei
Tapak
Tapak
Survei
Survei
Tapak
Tapak
Tapak
Survei
Survei
Survei
BAPPEDA, Tapak
Studi pustaka, Survei
Pengunjung alun-alun
Pengunjung alun-alun
Survei
Kuesioner
BAPPEDA
BAPPEDA
BAPPEDA
Studi pustaka
Studi pustaka
Studi pustaka
Analisis dan Sintesis
Tahap pengolahan data fisik, biofisik, sosial dan legal. Analisis topografi
menggunakan software AutoCad yang hasilnya disesuaikan dengan standar
kesesuaian lahan. Iklim mikro dianalisis melalui hasil perhitungan Temperature
Humanity Indeks (THI). Rumus THI yaitu:
THI =
T
: suhu udara (°C)
R
RH
: kelembaban nisbi udara (%)
Hasil perhitungan THI digunakan untuk menentukan indeks kenyamanan,
dimana THI = 21–27 nyaman dan THI > 27 tidak nyaman (Laurie 1986).
Kenyamanan pengunjung juga dianalisis secara visual dengan mengetahui arah
naungan menggunakan software SketchUp. Hasil studi pustaka dari data BMKG
digunakan sebagai referensi. Sementara data yang dijadikan sebagai acuan utama
adalah data iklim yang diperoleh melalui pengamatan langsung pada tapak.
Analisis tanah diperoleh melalui hasil uji laboratorium yang disesuaikan dengan
11
rujukan sifat tanah. Analisis ini bermanfaat untuk menentukan perilaku yang harus
dilakukan untuk mengoptimalkan kegiatan penanaman. Analisis tanah diperoleh
melalui hasil uji laboratorium yang disesuaikan dengan rujukan sifat tanah. Data
kualitas visual dianalisis terkait bad view dan good view pada tapak. Sedangkan
data tingkat kebisingan dianalisis dengan menggunakan rujukan aturan baku
tingkat kebisingan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No 48 Tahun 1996. Analisis sosial dilakukan dengan pengolahan statistika
sederhana, hasilnya dijadikan bahan pertimbangan untuk perancangan yang akan
dilakukan. Hasil dari setiap analisis kemudian dipelajari dalam menentukan
alternatif untuk mengatasi kendala pada tapak, serta mengembangkan potensi
untuk mencapai tujuan. Selanjutnya hasil analisis dan sintesis dituangkan ke
dalam ide konsep (conceptual plan).
3)
Konsep
Hasil sintesis membentuk konsep yang akan dituangkan dalam desain
perancangan. Konsep yang terbentuk harus sesuai dengan tujuan dari perancangan.
Pengembangan konsep ini meliputi konsep ruang, aktivitas, sirkulasi, vegetasi,
dan fasilitas.
2.
Prototyping stage
Merupakan tahap menetapkan pedoman perancangan yang dimulai dari
pembuatan sebuah rencana tapak (site plan), yang kemudian akan digambarkan
secara lebih detil lagi berupa pembesaran rencana tapak, gambar potongan tampak,
gambar rencana penanaman, gambar ilustrasi perspektif dan gambar detil elemen
keras.
Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini mengikuti produk gambar teknis yang dihasilkan pada
tahapan prototyping stage yaitu rencana tapak, pembesaran rencana tapak, gambar
potongan tampak, gambar rencana penanaman, gambar ilustrasi perspektif dan
gambar detil elemen keras.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi
Kondisi Umum
Kota Bekasi berawal dari status sebagai Kecamatan Bekasi yang kemudian
pada tahun 1982 menjadi kota administratif (kotif). Pada 10 Maret 2002 berubah
menjadi kota otonom. Sesuai dengan Perda Kota Bekasi No 4 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi
terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Alun-alun Kota
Bekasi terletak di Kecamatan Bekasi Selatan.
Luas wilayah Kecamatan Bekasi Selatan menurut penggunaan lahan utama
yaitu sebesar 1597 ha, terdiri dari luas lahan non pertanian 1026 ha, lahan kering
471 ha, dan lain-lain 100 ha. Keadaan topografi Kecamatan Bekasi Selatan
merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0–25 mdpl, sehingga pada
beberapa daerah sulit untuk membuang air limpasan hujan dengan cepat (Bappeda
Kota Bekasi 2012).
Kondisi air tanah di wilayah Kecamatan Bekasi Selatan cukup potensial
untuk digunakan sebagai sumber air bersih. Iklim di Kecamatan Bekasi Selatan
secara umum tergolong kering dengan tingkat kelembaban rendah. Kondisi
temperatur harian 24–33°C. Jumlah penduduk di Kecamatan Bekasi Selatan
208 737 jiwa dengan rasio pertumbuhan penduduk 2.49% (Bappeda Kota Bekasi
2012).
Lokasi dan Topografi
Alun-alun Kota Bekasi berada pada posisi 107°0’0”BT dan 6°14’27”LS dan
secara administratif terletak di Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Selatan,
Kota Bekasi. Alun-alun memiliki luas 25 987 m² atau ± 2.6 ha. Batas wilayah
administrasi alun-alun yaitu:
sebelah Utara
: Rumah Sakit Palang Merah Indonesia
sebelah Selatan
: Jalan Pramuka
sebelah Barat
: Jalan Veteran, Masjid Agung Al Barkah, Kodim 0507
sebelah Timur
: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan
lahan 0‒2% (Gambar 9). Berdasarkan klasifikasi kemiringan menurut United
Stated Soil System Management (USSSM), kondisi ini termasuk dalam kategori
datar-hampir datar (Tabel 4).
Gambar 9 Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi
13
Tabel 4 Klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan USSSM
Klasifikasi kemiringan (%)
Keterangan
0‒2
Datar‒hampir datar
Sangat landai
2‒6
Landai
6‒13
Agak curam
13‒25
Curam
25‒55
Sangat curam
>55
Terjal
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Sistem sirkulasi pada alun-alun Kota Bekasi terbagi menjadi sirkulasi di luar
dan di dalam tapak. Sirkulasi di luar tapak berupa jalur pejalan kaki dengan lebar
1.5 m dan material berupa keramik outdoor (Gambar 10). Secara keseluruhan
kondisi jalur pejalan kaki cukup terawat namun pada beberapa bagian terdapat
keramik yang pecah. Sedangkan sirkulasi di dalam tapak berupa jalur pejalan kaki
dengan lebar 2 m dan material berupa paving block (Gambar 11). Sirkulasi di
dalam tapak di dominasi oleh elemen perkerasan dan banyak yang sudah tidak
terlihat lagi dengan jelas polanya.
Gambar 10 Sirkulasi di luar tapak
Gambar 11 Sirkulasi di dalam tapak
Akses yang tersedia untuk mencapai alun-alun Kota Bekasi yaitu Jalan
Pramuka untuk akses masuk dari sebelah Timur dan Jalan Veteran untuk akses
masuk dari sebelah barat. Dari sebelah Timur tersedia dua buah akses masuk yaitu
pada welcome area dan di depan Markas Kodim 0507. Sedangkan dari sebelah
Barat tersedia tiga buah akses masuk yaitu satu akses masuk pada welcome area
dan dua lainnya berada tepat di depan RSUD Kota Bekasi (Gambar 12). Jalur ini
banyak dilewati oleh sarana angkutan umum kota seperti K02, K11, K04, K05,
K05A, K07, K09, K10, K15, K15A, K30, dan K31.
14
Gambar 12 Peta sirkulasi saat ini
Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengamatan kebisingan akibat lalu
lintas kendaraan yang tinggi pada Jalan Pramuka dan Jalan Veteran serta
kebisingan akibat proyek pembangunan RSUD Kota Bekasi. Pengamatan ini
dilakukan secara menyebar di delapan titik (Gambar 13). Penentuan titik
pengamatan berdasarkan pusat aktivitas pengunjung pada alun-alun. Pengamatan
ini untuk mengetahui titik mana saja yang cukup mengganggu aktivitas
pengunjung sehingga dapat diketahui perlakuan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kenyamanan selama beraktivitas di alun-alun Kota Bekasi.
15
Gambar 13 Peta titik pengamatan data kebisingan
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa kebisingan tertinggi terletak pada
area plaza sebelah Barat (B2) yang mencapai 67.6 dB dan kebisingan terendah
terletak pada area Tugu Resolusi (D1) sebesar 56 dB (Gambar 14). Tingkat
kebisingan paling tinggi yaitu pada siang hari sebesar 63.4 dB dan tingkat
kebisingan paling rendah pada sore hari sebesar 60.9 dB (Gambar 15).
16
LEGENDA
A1: Taman Timur, A2: Taman Barat, B1: Plaza Timur, B2: Plaza Barat,
C1: Depan RSUD, C2: Lapangan, C3: Balai alun-alun, D1:Tugu Resolusi
Gambar 14 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan
Gambar 15 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan waktu pengamatan
Tanah
Berdasarkan data dari BPDAS tahun 2012, alun-alun Kota Bekasi termasuk
jenis tanah tipe Tropaquepts, Fluvaquents, Ustropepts. Menurut sistem taksonomi
tanah USDA (1990), tanah tipe Fluvaquents termasuk dalam order tanah Entisol.
Sedangkan tanah tipe Ustropepts dan Tropaquepts termasuk dalam order tanah
Inceptisols.
Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengambilan satu titik sampel tanah
dan diuji pada Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
(ITSL) Fakultas Pertanian IPB. Hasil menunjukkan bahwa tanah pada alun-alun
bersifat asam (pH 6.0–6.6) dengan kandungan C, N, P, K, Ca, Mg masing-masing
sebesar 0.88%; 0.08%; 9.40ppm; 0.29(me/100g); 18.94(me/100g); 3.62(me/100g).
Nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah sebesar 17.64(me/100g). Tekstur tanah
mengandung 14.53% pasir, 57.41% debu, dan 28.06% liat.
17
Iklim
Data iklim makro berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) selama tahun 2002–2011. Diketahui bahwa temperatur
terendah yaitu pada bulan Januari sebesar 26.5°C dan temperatur tertinggi pada
bulan September sebesar 28°C. Sedangkan kelembaban terendah pada bulan
Agustus sebesar 72.5%/bulan dan kelembaban tertinggi pada bulan Januari
sebesar 83.4%/bulan. Sedangkan data iklim mikro didapatkan melalui pengamatan
langsung di tapak (Gambar 16).
Gambar 16 Peta iklim mikro
18
Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengamatan suhu dan kelembaban di
bawah naungan tanpa perkerasan (A), di atas perkerasan tanpa naungan (B), dan
di area tanpa naungan dan tanpa perkerasan (C). Pengamatan ini dilakukan pada
pagi hari, siang hari, dan sore hari. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa suhu paling tinggi terdapat di titik C sebesar 32.5°C dan suhu paling
rendah terdapat di titik A sebesar 30.5°C. Suhu tertinggi terjadi pada sore hari
sebesar 32.5°C dan suhu terendah terjadi pada pagi hari sebesar 30.2°C (Gambar
17). Sedangkan kelembaban paling tinggi terdapat di titik A sebesar 76% dan
kelembaban paling rendah di titik C sebesar 68%. Kelembaban tertinggi pada pagi
hari dan kelembaban terendah pada siang hari (Gambar 18).
a)
b)
Gambar 17 Hasil pengamatan suhu berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
a)
b)
Gambar 18 Hasil pengamatan kelembaban berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu
Fasilitas dan Utilitas
Fasilitas yang tersedia pada alun-alun Bekasi yaitu toilet, bak sampah, arena
bermain anak, bangku taman, plaza, kantor pengelola, jalur pejalan kaki, kandang
burung, planter box, lapangan sepakbola, tiang bendera, balai, dan lampu taman
(Gambar 19). Namun terdapat beberapa fasilitas yang tidak berfungsi lagi karena
sudah rusak seperti pada lampu taman dan toilet. Selain itu, jumlah bak sampah
yang terdapat pada alun-alun saat ini sering tidak mampu menampung sampah
yang ada sehingga sampah sering menumpuk dan mengganggu visual.
19
LEGENDA:
1.
2.
3.
4.
5.
Toilet
Penampungan sampah
Arena bermain anak
Kantor pengelola
Plaza welcome area
6.
7.
8.
9.
10.
Balai
Toilet
Jalur pejalan kaki
Plaza berkumpul
Bangku taman
11.
12.
13.
14.
Kandang burung
Planter box (15mx4m)
Planter box (1mx1m)
Lapangan sepakbola
Gambar 19 Peta inventarisasi fasilitas
Jaringan utilitas pada alun-alun terdiri atas jaringan listrik dan saluran
drainase. Jenis drainase berupa saluran drainase terbuka dan saluran drainase
tertutup (Gambar 20). Genangan yang sering terjadi saat hujan menunjukkan
kurang baiknya sistem drainase yang terdapat pada alun-alun. Genangan sering
terjadi pada area lapangan sepakbola sehingga mengganggu aktivitas pengunjung
yang ingin berolahraga (Gambar 21).
20
Gambar 20 Saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup
Gambar 21 Kondisi genangan pada lapangan sepakbola
Visual
Alun-alun Kota Bekasi dikelilingi oleh lahan terbangun yang memberikan
kesan kaku pada tapak. Secara keseluruhan visual menarik ke dalam tapak yaitu
area taman dan plaza welcome area. Pada area taman, visual yang menarik ke arah
luar yaitu visual ke arah Masjid Agung Al Barkah. Kombinasi warna yang
mencolok dan arsitektural yang indah memberikan kesan estetika yang tinggi bagi
pengunjung (Gambar 22).
Gambar 22 Visual pada area taman
21
Gambar 23 Visual pada plaza welcome area
Pada area lapangan sepakbola kesan yang tercipta yaitu visual yang lapang
dan monoton (Gambar 24). Keberadaan baliho pada sebelah Timur lapangan
membuat area ini semakin tidak menarik. Visual ke arah luar tapak juga tidak
terdapat objek kawasan yang menarik.
Gambar 24 Visual pada area lapangan
22
Tugu Resolusi pada sebelah Selatan alun-alun memiliki nilai sejarah yang
tinggi. Pada tugu ini, 40 000 rakyat Bekasi menyatakan setia kepada NKRI dan
lepas dari Karisidenan Jatinegara pada 17 Januari 1950. Namun visual ke arah
Tugu Resolusi tertutupi oleh kanopi pepohonan sehingga tidak bisa dinikmati dari
kejauhan. Visual ke arah luar tapak dari area Tugu Resolusi didominasi oleh
kawasan komersial dan pemukiman warga (Gambar 25).
Gambar 25 Visual pada area Tugu Resolusi
Kondisi Biofisik
Vegetasi di alun-alun Kota Bekasi cukup beragam jenisnya dan didominasi
oleh jenis pepohonan (Tabel 5). Secara keseluruhan vegetasi pada alun-alun
ditanam secara acak dengan jarak tanam yang tidak teratur (Gambar 26).
Jenis
Pohon
Tabel 5 Jenis Vegetasi
Nama lokal
Nama latin
Daun kupu-kupu
Bintaro
Dadap merah
Beringin
Biola cantik
Kerai payung
Petai cina
Mangga
Sawo kecik
Kersen
Sengon
Glodokan tiang
Angsana
Palem raja
Mahoni
Asam
Bauhinia tomentosa
Cerbera manghas
Erythrina cristagalli
Ficus benjamina
Ficus lyrata
Filicium decipiens
Leucaena leucocephala
Mangifera indica
Manilkara kauki
Muntingia calabura
Paraserianthes falcataria
Polyalthea longifolia
Pterocarpus indicus
Roystonea regia
Swietenia mahagoni
Tamarindus indica
23
Gambar 26 Peta inventarisasi vegetasi
Satwa pada alun-alun Kota Bekasi antara lain: burung merpati (Columbia
livia), burung gereja erasia (Passer montanus), dan kupu-kupu pieridae (Leptosia
nina). Pada area taman dibangun beberapa kandang burung merpati. Setiap siang
burung-burung ini keluar dari kandangnya dan berkumpul di plaza welcome area
(Gambar 27). Tidak jarang pengunjung juga ikut memberikan makan pada burung
merpati.
24
Gambar 27 Kandang burung dan burung merpati pada plaza welcome area
Karakter dan Preferensi Pengunjung
Kedatangan pengunjung ke alun-alun Kota Bekasi pada hari kerja dan hari
libur memiliki beberapa perbedaan. Pada hari kerja, pengunjung meningkat pada
sore hari. Dominasi pengunjung berusia dewasa dengan aktivitas berjalan-jalan
atau duduk beristirahat. Pada hari libur keramaian pengunjung sudah mulai
terlihat sejak pagi hari, tetapi cenderung menurun pada sore hari. Dominasi
pengunjung yaitu rombongan keluarga dan remaja. Aktivitas yang dilakukan
beragam, seperti bersepeda, jogging, duduk, bermain dan bersantai. Pengunjung
sering berebutan tempat beristirahat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas
yang tersedia. Secara umum persebaran aktivitas pengunjung baik pada hari kerja
maupun hari libur ditunjukkan pada Gambar 28.
Gambar 28 Peta persebaran aktivitas pengunjung
25
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 30 responden diketahui bahwa
sebagian besar responden mengunjungi alun-alun Kota Bekasi lebih dari 20 kali
dalam satu bulan (Gambar 29) dan responden lebih banyak memilih berjalan kaki
untuk mengakses alun-alun dibandingkan menggunakan transportasi umum
maupun transportasi pribadi. Waktu rata-rata yang ditempuh responden untuk
mencapai alun-alun dengan berjalan kaki yaitu 5−15 menit. Aktivitas yang sering
dilakukan oleh responden yaitu jalan-jalan, jogging, dan duduk-duduk (Gambar
30). Aktivitas lainnya yaitu bersepeda, bermain sepakbola dan senam untuk
responden lanjut usia.
Gambar 29 Tingkat kunjungan responden
Gambar 30 Aktivitas responden selama berada di alun-alun
Dominasi responden menyatakan bahwa kondisi dan penyediaan fasilitas
pendukung pada alun-alun cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya (Gambar 31). Berdasarkan diskusi langsung dengan pengunjung
diketahui bahwa mereka sangat membutuhkan tempat beristirahat yang bersifat
menaungi karena kondisi alun-alun yang cukup panas. Selain itu, sebagian besar
responden menginginkan suasana alun-alun didominasi oleh vegetasi berupa
kombinasi semak dan tanaman penutup tanah serta dominasi tegakan pohon dan
plaza (Gambar 32).
26
Gambar 31 Preferensi pengunjung terhadap kondisi fasilitas
LEGENDA
a: tegakan pohon dan plaza
b: dominasi tegakan pohon
c: permainan air
d: dominasi elemen manmade
e: kombinasi semak dan tanaman
penutup tanah
f: nuansa komersial
Gambar 32 Preferensi pengunjung terhadap suasana yang diharapkan
Gambar 33 Peta inventarisasi alun-alun Kota Bekasi
27
28
Analisis dan Sintesis
Lokasi dan Topografi
Lokasi alun-alun Kota Bekasi merupakan suatu potensi sebagai ruang untuk
berkumpul masyarakat karena lokasi yang strategis dan dekat dengan kawasan
pemukiman. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung diketahui sebesar
46.7% responden berdomisili di sekitar alun-alun sehingga untuk mengakses alunalun cukup mudah dengan berjalan kaki, sekitar 5–15 menit. Menurut Unterman
(1984), di Amerika berjalan kaki sejauh 455 m masih dianggap menyenangkan
dengan waktu 30 menit sebagai batas maksimum kenyamanan. Namun di
Indonesia karena cuaca yang panas, jarak tempuh yang nyaman yaitu sekitar
400 mᵃ. Lebih lanjut menurut Thompson (2007) menyebutkan bahwa untuk
memudahkan interaksi masyarakat dengan sebuah ruang hijau maka kedekatan
dengan tempat tinggal sangat penting.
Kondisi topografi alun-alun yang cenderung datar mempunyai potensi untuk
dijadikan pusat aktivitas rekreasi serta pembangunan sarana fasilitas pendukung.
Namun sistem drainase di dalam tapak harus diperbaiki karena tingkat kemiringan
0‒2% rentan terhadap terjadinya genangan yang cukup lama.
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Lebar jalur pejalan kaki pada alun-alun Kota Bekasi telah sesuai dengan
standar jalur pejalan kaki menurut Dinas Bina Marga, yaitu 1.5 m untuk dua orang.
Namun lebar jalur pejalan kaki yang memanfaatkan saluran drainase tertutup tidak
sesuai dengan standar. Selain itu, penggunaan keramik outdoor dapat
membahayakan pengunjung jika terdapat pecahan. Penggunaan jenis material
dengan pola yang sama akan menciptakan kemonotonan. Untuk itu diperlukan
pelebaran jalur pejalan kaki untuk jalur yang belum sesuai standar dan
menambahkan kombinasi material berupa paving block atau blok beton agar lebih
tahan lama dan lebih aman untuk digunakan.
Letak alun-alun berada di dekat pusat kota sehingga akses menuju alun-alun
cukup mudah. Selain itu, aksesibilitas semakin mudah karena didukung oleh
adanya angkutan perkotaan yang melewati kawasan ini. Namun, tingginya tingkat
lalu lintas serta adanya proyek pembangunan yang sedang berjalan di RSUD Kota
Bekasi menyebabkan kondisi di sekitar alun-alun cukup bising.
Aturan baku tingkat kebisingan telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 (Tabel 6). Baku tingkat kebisingan adalah
batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan
dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
Tabel 6 Baku tingkat kebisingan
Peruntukan kawasan
Tingkat kebisingan (dB)
Perumahan dan Pemukiman
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran dan Perdagangan
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Industri
Pemerintahan dan Fasilitas Umum
Rekreasi
55
70
65
50
70
60
70
ᵃKompas. 4 April 1989. Dalam Teori Perancangan Urban, Program Pasca Sarjana ITB 1990.
29
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan alunalun adalah 62.15 dB. Berdasarkan indikator baku tingkat kebisingan, alun-alun
cukup bising. Angka ini sudah berada di atas batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan untuk suatu kawasan RTH (50 dB). Namun, alun-alun masih
bisa dikembangkan menjadi suatu kawasan rekreasi masyarakat karena batas
maksimal tingkat kebisingan untuk suatu kawasan rekreasi adalah 70 dB.
Untuk mereduksi kebisingan pada tapak dibutuhkan suatu penanaman yang
efektif, yaitu penanaman kombinasi pohon dan semak. Carpenter et al. (1975)
menyebutkan bahwa semakin dekat jarak tanam ke sumber kebisingan akan
semakin efektif tanaman dalam meredam kebisingan. Selain itu, diperlukan
vegetasi yang mampu menyerap polutan gas hasil dari emisi kendaraan yang
ditanam dengan jarak tanam rapat agar efektif dalam menjerap polutan.
Tanah
Alun-alun Kota Bekasi termasuk jenis tanah order Entisol dan Inceptisols.
Tanah Entisol memiliki kandungan unsur hara yang banyak tergantung dari bahan
induk. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatif subur, namun
untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi dibutuhkan pemupukan N, P, K.
Tanah ini memiliki permeabilitas lambat (Munir 1996). Hal ini ditunjukkan
dengan sering terjadinya genangan air saat hujan pada lapangan sepakbola alunalun, sehingga diperlukan perbaikan sistem drainase agar sirkulasi air dapat
berjalan dengan lancar, baik berupa parit atau lubang biopori. Sedangkan tanah
jenis Inceptisol memberikan daya dukung lingkungan yang lebih baik untuk
dijadikan lahan pertanian dan rerumputan (Rafi’i 1990).
Berdasarkan hasil uji laboratorium Departemen ITSL Fakultas Pertanian
IPB, diketahui bahwa alun-alun Kota Bekasi memiliki tanah dengan pH asam,
sehingga perlu dilakukan pengapuran untuk menyesuaikan tingkat keasaman
tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan
berimbang adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) (Sarief 1989).
Namun jumlah unsur N, P, K yang terdapat di Alun-alun Kota Bekasi tergolong
sangat rendah, masing-masing yaitu 0.08%, 9.40ppm, dan 0.29(me/100g).
Dibutuhkan pemberian pupuk organik untuk meningkatkan keseimbangan hara
makro sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Iklim
Berdasarkan data dari BMKG, temperatur rata-rata selama tahun 2002–2011
berkisar pada angka 27.4°C dan kelembaban rata-rat