Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII, Palembang
ANALISIS PENERAPAN SISTEM PRODUKSI TERPADU
PADA PENGOLAHAN KARET SIR UNIT USAHA TEBENAN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG
HARDA RAMADHAN SYAH
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penerapan
Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan
PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
September 2013
Harda Ramadhan Syah
NIM H24114075
ABSTRAK
HARDA RAMADHAN SYAH. Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu
Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII,
Palembang. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS
PTPN VII adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor
perkebunan Indonesia yang menjalankan usaha di bidang agribisnis dan
agroindustri. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi sistem produksi pada
pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII dan Menganalisis
penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR dengan
menggunakan metode CRP. Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII
memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang
tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem
produksi PTPN VII menetapkan konsep pull system. Berdasarkan metode CRP
diperoleh bahwa sistem kapasitas bahan baku SIR pada pengolahan karet unit
usaha Tebenan PTPN VII masih dapat diminimalkan karena perbandingan
peramalan bahan baku perusahaan menghasilkan 13.766 ton/tahun dengan
peramalan metode winter menghasilkan 13.600ton/tahun memiliki selisih bahan
baku sebesar 166 ton. Dengan kapasitas total yang 13.600 ton/tahun,
keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan biaya operasional
untuk mengurangi beban.
Kata kunci : peramalan bahan baku, perencanaan kapasitas, pull system
ABSTRACT
HARDA RAMADHAN SYAH. Application Analysis of Integrated Production
Systems On Rubber Processing Business Unit SIR Tebenan PT. PTPN VII,
Palembang. Supervised by H. MUSA HUBEIS
PTPN VII is one of the State-Owned Enterprises (SOE) sector Indonesian
plantation which carries on business in the field of agribusiness and agroindustries The purpose of this study identify the production system on rubber
processing SIR Business Unit Tebenan PTPN VII and analyze the application of
rubber processing capacity planning system SIR using CRP. Production system be
applicable by PTPN VII has make to stock strategy. This strategy is used as raw
material available for the manufacturing process can not be predicted. This makes
the production system PTPN VII established the concept of a pull system. CRP
obtained by the method that the system capacity in the processing of raw materials
SIR rubber business unit Tebenan PTPN VII still be minimized because the ratio
of raw material forecasting company produces 13 766 tonnes / year with winter
forecasting method produces 13.600ton/tahun has a difference of 166 tons of raw
materials. With a total capacity of 13,600 tons / year, load balancing and capacity
of raw materials result in operating costs to reduce the burden.
Keywords: capacity planning, forecasting raw materials, pull system
ANALISIS PENERAPAN SISTEM PRODUKSI TERPADU
PADA PENGOLAHAN KARET SIR UNIT USAHA TEBENAN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG
Harda Ramadhan Syah
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Program Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Proposal : Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan
Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII,
Palembang
Nama
: Harda Ramadhan Syah
NIM
: H24114075
Disetujui oleh
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi dengan
judul ”Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet
SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang”.
Skripsi ini merupakan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan
lapang di PT. Perkebunan Nusantara VII dengan waktu kurang lebih tiga (3)
bulan.
Penulis berharap bahwa penulisan laporan ini benar-benar dapat
memberikan kontribusi positif dan menimbulkan sikap kritis kepada para pembaca
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk senantiasa memperoleh
wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan
penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka mengharapkan
saran dan kritik, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang dan
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bogor,
September 2013
Harda Ramadhan Syah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu yang Relevan
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Metode Peramalan Time Series
Capacity Requirement Planning (CRP)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan
Struktur Organisasi
Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Jenis Produk
Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII
Analisis Proses Produksi
Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP)
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
vii
vii
1
3
3
3
3
4
6
7
7
7
8
8
8
9
10
10
10
10
11
11
12
12
13
17
22
22
23
25
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan
Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013
Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013
Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013
16
17
18
19
DAFTAR GAMBAR
1. Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia
2. Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia
3. Kerangka pemikiran penelitian
4. Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII
5. Proses produksi karet SIR di PTPN VII
6. Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII
7. Pola data bahan baku SIR
8. Pola data bahan baku SIR 2013
9. Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter
10. Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan
1
2
7
12
13
14
15
16
21
21
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Struktur organisasi PTPN VII
25
Standard Indonesian Rubber (SIR) PTPN VII
26
Penjabaran produksi lateks unit usaha Tebenan PTPN VII tahun 2011-2012 27
Hasil perbandingan peramalan bahan baku lateks SIR metode perusahaan
dengan metode winter
28
Hasil perhitungan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013
29
Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan
baku
SIR metode winter tahun 2013
31
Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan
baku
SIR perusahaan tahun 2013
33
Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan winter
35
Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan perusahaan
36
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan
paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Menurut data yang
telah diolah oleh BPS, beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia
adalah karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, gula dan lainnya. Kelapa
sawit, karet, kopi dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman
perkebunan lainnya. Sedangkan menurut data yang telah diolah oleh Departemen
Pertanian (Deptan) , pertumbuhan yang pesat dari keempat (4) komoditas tersebut
pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan komoditas dan juga
kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut.
Berikut ini gambar perkembangan produksi dan luas areal perkebunan di
Indonesia yang dimuat pada Gambar 1 dan 2.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Sawit
Karet
Kopi
Kakao
Jan-Agst 2010 Jan-Agst 2011
Gambar 1 Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia (BPS, 2011)
2
8
7
6
5
Sawit
4
Kopi
3
Karet
2
1
0
2005
2006
2007
2008
Gambar 2 Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia (Deptan, 2008)
Saat ini penerapan sistem produksi merupakan salah satu aspek penting
yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena perusahaan berskala kecil,
maupun besar memiliki permasalahan yang sama. Sistem produksi terpadu
merupakan sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan mutu, biaya dan
waktu penyerahan sebaik mungkin. Sistem produksi ini mengedepankan suatu
penghematan dalam segala hal untuk memperkecil pemborosan (waste).
Pemborosan-pemborosan ini biasanya datang dari berbagai kegiatan produksi
yang tidak menghasilkan nilai tambah, atau nilai guna pada barang yang
diproduksi seperti biaya penyimpanan, transportasi ke gudang, perbaikan (rework)
dan kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan biaya tambahan pada kegiatan
produksi.
PT Perkebunan Nusantara VII yang berlokasi di jalan teuku umar no. 300
Bandar Lampung adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor
perkebunan Indonesia. Sejak awal, PTPN VII didirikan untuk ambil bagian dalam
melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta subsektor perkebunan
pada khususnya. Semua ini bertujuan untuk menjalankan usaha di bidang
agribisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya untuk
menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk
mendapatkan keuntungan. PTPN VII memiliki beberapa komoditas, yaitu kelapa
sawit, karet, teh, kakao, tebu dan hortikultura dengan areal konsesi seluas
76.740,11 Ha. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal 31.874 Ha, karet
34.439 Ha, teh 1.500 Ha, kakao seluas 20 Ha, tebu 20.400 Ha dan hortikultura 50
Ha. Selain penanaman komoditas pada areal sendiri dan inti, PT. Perkebunan
Nusantara VII juga mengelola areal milik petani seluas 65.335 Ha untuk tanaman
kelapa sawit seluas 23.868 Ha dan karet 31.467 Ha. Sedangkan areal tebu rakyat
seluas 5.502 Ha. PTPN VII memiliki kapasitas produksi karet untuk Standard
Indonesian rubber (SIR) sebesar 38.393 ton/tahun dan Ribbed Smoked Sheet
(RSS) sebesar 4.016 ton/tahun.
3
Rumusan Masalah
Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh
keuntungan sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin. Namun untuk
mencapai hal tersebut banyak kendala-kendala yang dihadapi perusahaan untuk
mencapai tujuan tersebut. Agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan
efektif, maka perusahaan harus menggunakan metode yang tepat dalam
menjalankan kegiatan produksinya. Kesuksesan suatu sistem produksi adalah
dilihat pada kemampuanya untuk mengendalikan aliran bahan yang tepat, disuatu
tempat yang tepat, pada saat yang tepat untuk memenuhi jadwal produksi,
menekan persediaan seminimum mungkin, menjaga tingkat pembebanan atas
pekerjaan dan mesin, serta akhirnya untuk mencapai efisiensi produksi yang
optimum . Salah satu metode perencanaan kapasitas adalah metode CRP. Sistem
CRP mampu memberikan indikasi apabila tidak terjadi keseimbangan antara
persediaan dan kemampuan. Berdasarkan hal di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan
PTPN VII.
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perencanaan kapasitas
pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha
Tebenan PTPN VII.
2. Menganalisis penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR
dengan menggunakan metode CRP.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat berikut :
a. Bagi Penulis
1) Menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan
pada lapangan kerja sesungguhnya.
2) Menambah wawasan ilmu dan pengetahuan tentang penerapan sistem
produksi terpadu pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan PTPN
VII.
b. Bagi Perusahaan
1) Memberikan masukan dalam membantu perusahaan untuk
mengoptimalkan efektifitas penerapan sistem produksi terpadu pada
pengolahan karet SIR.
2) Sebagai pengembangan, atau media promosi PTPN VII di lingkungan
kampus, atau pendidikan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada analisis penerapan sistem produksi
terpadu pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan di PTPN VII.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Produksi dan Operasi
Menurut Handoko (1997), manajemen produksi dan operasi (MPO)
merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber dayasumber daya (faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan
mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja
menjadi berbagai produk dan jasa. Para manajer produksi dan operasi
mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai
keluaran (output) dalam jumlah, mutu, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai
dengan permintaan konsumen.
Menurut Assauri (2008), proses produksi dapat diartikan sebagai cara,
metode dan teknik untuk menciptakan, atau menambah kegunaan suatu barang
dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan
dan dana). Komponen atau unsur struktural yang membentuk sistem produksi
terdiri dari bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi,
informasi dan tanah. Sedangkan komponen, atau unsur fungsional seperti
supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang
berkaitan dengan manajemen dan organisasi.
Menurut Handoko (1997), berbagai kegiatan yang dilaksanakan para
spesialis perencanaan dan pengawasan produksi pada umumnya dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Berpartisipasi dalam penyusunan jadwal produksi induk dan realistis atas dasar
kapasitas tersedia.
2. Berpartisipasi dalam perencanaan bahan baku dan tenaga kerja untuk
menerima jadwal proses produksi.
3. Menerima pesanan-pesanan untuk memproduksi produk-produk.
4. Menentukan kebutuhan-kebutuhan bahan mentah untuk komponen-komponen
yang diproduksi.
5. Menentukan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk proses produksi.
6. Mempersiapkan perintah-perintah produksi yang mengarahkan pelaksanaan
operasi-operasi.
7. Menyusun jadwal-jadwal untuk pelaksanaan operasi-operasi pada mesin-mesin
tertentu.
8. Menjamin bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses produksi akan
tersedia dalam jumlah dan pada waktu yang tepat pula sesuai perintah yang
diumumkan.
9. Membantu dalam pemecahan masalah-masalah yang mengakibatkan
penundaan-penundaan produksi.
10. Menerima laporan-laporan tentang pekerjaan yang telah diselesaikan dan
membandingkannya dengan apa yang telah dijadwalkan.
11. Memperbaharui catatan-catatan kemajuan pekerjaan-pekerjaan yang
berpindah-pindah dalam pabrik.
5
12. Merevisi rencana-rencana, bila rencana-rencana semula tidak dapat
dilaksanakan dan bila ada perubahan-perubahan ukuran suatu pesanan, atau
hari penyelesaian yang disyaratkan.
Sistem Produksi
Menurut Assauri (2008), Sistem produksi adalah suatu keterkaitan unsurunsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam
pentransformasian masukan menjadi keluaran. Menurut Ishak (2010), sistem
produksi mengombinasikan atau menggabungkan dalam proses transformasi,
komponen-komponen masukan tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal
dan lainnya, dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai
tujuan akhir yang sama.
Proses Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah
nilai guna suatu benda, atau menciptakan benda baru, sehingga lebih bermanfaat
dalam memenuhi kebutuhan. Menurut Heizer dan Render (2004), produksi adalah
aktifitas yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui adanya
perubahan input menjadi output.
Assauri (2008), menyatakan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan,
atau proses mentraformasikan masukan (input) menjadi luaran (output). Menurut
Handoko (2008) produksi dan operasi adalah pengelolaan secara optimal
penggunaan input atau faktor produksi (tenaga kerja, mesin, peralatan, bahan
mentah dan sebagainya) dalam proses transformasi menjadi berbagai produk atau
jasa.
Peramalan
Menurut Gaspersz (2001), pada dasarnya manajemen permintaan
didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk
untuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk mengetahui dan menyadari semua
permintaan produk ini. Menurut Heizer dan Render (2006) peramalan adalah seni
dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Menurut Harding (1999),
peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan
terhadap satu atau beberapa produk periode yang akan datang. Peramalan
dilakukan dengan menggunakan softwere Minitab teknik winter dan moving
average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD, MSE dan MAPE.
Perencanaan Jadwal Induk Produksi
Menurut Buffa (1996), pada dasarnya jadwal induk produksi merupakan
suatu pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur
yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode
waktu.
6
Perencanaan Kapasitas
Menurut Gaspersz (2001), perencanaan kapasitas adalah mengukur
kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu
dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya
yang tersedia. Menurut Handoko (1997), perencanaan kapasitas adalah berusaha
mengatur secara bersama kapasitas dari pusat kerja untuk mencapai suatu aliran
yang seimbang.
Menurut Assauri (2008), pada dasarnya dalam sistem CRP terdapat tiga
alternatif teknik perencanaan produksi, yaitu :
1. Level method adalah mempertahankan tingkat kestabilan produksi
sementara menggunakan inventori yang bervariasi untuk mengakumulasi
output apabila terjadi kelebihan permintaan total.
2. Chase strategy adalah metode perencanaan produksi yang
mempertahankan tingkat kestabilan inventori, sementara produksi
bervariasi mengikuti permintaan total.
3. Compromise strategy adalah kompromi antara kedua metode perencanaan
produksi level method dan chase strategy.
Menurut Ishak (2010), terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan
apabila menggunakan CRP, yaitu :
Keuntungan dari CRP :
1. Memberikan informasi dari ketidakseimbangan kapasitas dan beban
2. Mengkonfirmasi kapasitas pada periode waktu tertentu
3. Mempertimbangkan untuk menyesuaikan kapasitas dan beban
Kelemahan dari CRP :
1. Hanya dapat diterapkan terutama dalam strategi make to stock
2. Tidak mampu memberikan informasi terperinci yang tepat dalam periode
harian (day-to-day) sehingga keputusan jangka pendek menjadi sulit
diambil secara tepat.
3. Tidak menunjukkan secara jelas pengaruh perbaikan kepada master
production schedule terhadap keseimbangan yang dicapai.
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Hutajulu (2010), melakukan penelitian tentang kajian peramalan
permintaan dan perencanaan optimasi produksi semen pada plant 11 PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Parameter-parameter yang mempengaruhi
proses perencanaan optimasi produksi adalah jumlah permintaan, jam tenaga kerja
langsung, kapasitas gudang dan kecepatan produksi.
Naibaho (2009), melakukan penelitian mengenai kajian perencanaan
produksi agregat di PT Wiska. Faktor-faktor yang menjadi sorotan pada
laporannya adalah faktor yang mempengaruhi perencanaan produksi, waktu
produksi dan kebijakan perusahaan terhadap tingkat persediaan tiap periode.
Solehudin (2007), melakukan penelitian mengenai kajian perencanaan
produksi agregat (studi kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug – Sukabumi).
Masalah yang dihadapi perusahaan adalah sistem produksi agregat yang
dijalankan tidak dapat mencapai produktivitas dengan berbagai faktor
penghambat.
7
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Umumnya dari sekian banyak perusahaan pastinya ingin mendapatkan
keuntungan optimal. Dalam hal ini, banyak perusahaan mengalami kendala pada
proses
produksinya,
sehingga
tidak
dapat
mencapai
keuntungan
optimalImplementasi sistem produksi terpadu pada pengolahan karet didukung
oleh faktor-faktor beserta berbagai unsur yang berkaitan dengan sistem produksi
di perusahaan.
Sistem produksi terpadu merupakan suatu sistem yang saling terkait dan
berhubungan. Analisis Capacity Requirement Planning membuat kesesuaian
antara kapasitas produksi dengan bahan baku yang dimiliki, sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Sebagai ilustrasi, pada
Gambar 3 disajikan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
Sistem Produksi Pengolahan Karet Unit Usaha
Tebenan PTPN VII :
Proses Produksi
Push System
Sistem CRP
Jadwal Induk Produksi
Kapasitas Produksi
Waktu Pengolahan
Peramalan Time
Series untuk Jadwal
Induk Produksi
Analisis CRP Teknik Level Method
Efisiensi Penjadwalan
Produksi
Rekomendasi Perencanaan Kebutuhan Kapasitas
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha Tebenan PT Perkebunan
Nusantara VII yang beralamat di jalan Kol. H. Barlian Km. 9 Alang-alang,
Palembang, Sumatera Selatan dengan waktu ± 3 bulan (Mei sama Juli 2013).
8
Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, khususnya wawancara
dengan bagian produksi dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari
data dokumen perusahaan yang telah ada.
Data dalam penelitian berupa :
1. Data gambaran umum perusahaan seperti sejarah, lokasi, visi dan misi,
struktur organisasi dan proses produksi.
2. Laporan bulanan perusahaan dari bagian production planning control (PPC)
dan logistic departement.
Pengumpulan data berupa kegiatan survei lapangan, wawancara,
dokumentasi dan penelitian pustaka. Tahapan dalam pengumpulan data dilakukan
berikut :
1. Studi Literatur
Data yang diperlukan dan dikumpulkan dengan cara membaca dan
mempelajari buku literatur, serta sumber-sumber yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung
dengan pihak bersangkutan, diantaranya pihak produksi, akuntasi dan
pemasaran.
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan
dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian.
Pengolahan dan Analisis Data
Peramalan
Pengolahan dan analisis data kuantitatif untuk peramalan bahan baku SIR
dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14 teknik
winter dan moving average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD,
MSE dan MAPE.
Metode Peramalan Time Series
Penelitian ini menggunakan metode peramalan time series. Menurut Baroto
(2002), metode peramalan time series terdiri dari beberapa metode. Untuk
menggunakan time series perlu diketahui beberapa asumsi penting, yaitu adanya
ketergantungan kejadian masa datang terhadap masa sebelumnya dan aktivitas
masa depan mengikuti pola yang terjadi di masa lalu. Proses analisis time series
memperlakukan data asli sebagai produk dari komponen-komponen, yaitu data
tahunan merupakan produk dari fluktuasi tren, siklus, musiman dan fluktuasi tidak
tentu, yang dinyatakan sebagai berikut :
Y = T x C x S x I ………………………………………………………………..(1)
dimana :
9
Y= nilai sebenarnya
T = trend sekuler
C = pergerakan siklus
S = fluktuasi musiman
I = variasi tak beraturan
Penilaian terhadap akurasi hasil peramalan dapat dilakukan dengan
mengamati besarnya selisih nilai aktual pengamatan dengan nilai estimasi dari
peramalan. Nilai residual atau error adalah perbedaan antara nilai aktual dengan
hasil peramalan. Terdapat tiga jenis penilaian terhadap akurasi peramalan, yakni
MSE, MAD dan MAPE. Berdasarkan semua metode yang digunakan tersebut
dipilih metode yang paling sesuai dengan pola data yang terdapat pada perusahaan
berdasarkan kriteria nilai MSE, MAD dan MAPE terkecil.
Formulasi peramalan berdasarkan pola data yang sesuai :
1) Metode winter
=α
=β
=
…………………………………………………………….(2)
dimana :
= nilai pemulusan baru
α = konstanta pemulusan data (0 < α < 1)
= pengamatan baru atau nilai aktual dari deret periode t
β = konstanta pemulusan untuk estimasi tren (0 < β < 1)
= estimasi tren
P = periode yang diramalkan kedepan
= ramalan p periode kedepan
2) Metode rataan bergerak berganda :
=
=
=
=2
=
…………………………...……………………………........(3)
dimana :
k = nilai periode moving average
= moving average kedua
P = peramalan periode kedua
Capacity Requirement Planning (CRP)
Langkah-langkah perhitungan dalam menganalisis data dengan sistem
CRP adalah sebagai berikut :
1. Menentukan beban (load) adalah perhitungan beban pada dalam setiap
periode waktu dengan menggunakan jadwal induk produksi yang telah
ditentukan.
10
2. Menghitung kapasitas adalah perhitungan pusat kerja yang ditentukan
berdasarkan sumber daya mesin atau manusia dan faktor-faktor jam
operasi yang dijadwalkan dalam suatu periode waktu.
3. Menyeimbangkan kapasitas dan beban adalah perhitungan yang
menunjukkan hubungan antara kapasitas dan beban, dengan cara salah satu
dari kapasitas atau beban harus disesuaikan kembali untuk memperoleh
jadwal yang seimbang. Sekaligus mengindentifikasi apakah terjadi
overloads atau underloads.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PTPN VII merupakan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam sektor perkebunan, yaitu penghasil karet alam
dengan jenis produk RSS dan SIR. PT. Perkebunan Nusantara VII berkomitmen
tangguh dengan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan mutu produk
untuk memenuhi kepuasaan pelanggan.
Karet alam yang dihasilkan PTPN VII mempunyai karakter global, yaitu
perusahaan berkelas dunia, proses bisnis dan kinerja prima dan menghasilkan
produk berstandar internasional. Tujuan pasar yang dituju oleh PTPN VII adalah
27 % pasar dalam negeri dan 73 % mancanegara.
Sejarah Perusahaan
PTPN VII dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
1996 tanggal 14 Februari 1996 dan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 40 tanggal
11 Maret 1996. PTPN VII berkantor pusat di Bandar Lampung. PT. Perkebunan
Nusantara VII merupakan penggabungan dari PT. Perkebunan X, PT. Perkebunan
XXXI, Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XI di kabupaten Lahat dan Proyek
Pengembangan PT. Perkebunan XXIII di Provinsi Bengkulu.
PTPN VII memiliki komoditas yang diusahakan seperti karet, kelapa
sawit, teh dan gula. Produk yang dihasilkan merupakan karet alam (SIR dan RSS),
Crude Palm Oil (CPO), inti sawit, teh hitam, gula putih dan tetes. Jaringan
distribusi meliputi tiga provinsi sebagai wilayah usaha yaitu Lampung, Sumatera
Selatan, dan Bengkulu. Wilayah usaha tersebut terdiri dari 27 unit usaha yang
tergabung menjadi lima (5) distrik, yang didukung oleh 16.219 tenaga kerja
organik. Wilayah distrik tersebut yakni distrik Bengkulu, distrik Banyuasin,
distrik Muara Enim, distrik Way Sekampung dan distrik Way Seputih. Luas areal
tanaman karet yang diusahakan PTPN VII, yaitu 55.617 ha yang terdiri dari areal
inti 34.918 Ha dan areal plasma 20.699 Ha.
Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan
PTPN VII mempunyai misi sebagai perusahaan agribisnis berbasis karet,
kelapa sawit, teh dan tebu yang tangguh, serta berkarakter global. Guna
11
mewujudkan visi tersebut, PTPN VII memiliki lima (5) misi, yaitu (1)
Menjalankan usaha perkebunan karet, kelapa sawit, teh dan tebu dengan
menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan efektif, serta ramah
lingkungan; (2) Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis
inti (karet, kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi terbaru; (3)
Mengembangkan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi; (4)
Membangun tata kelola usaha yang efektif; (5) Memelihara keseimbangan
kepentingan stakeholders untuk mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.
Kebijakan mutu perusahaan yang diterapkan, secara rutin ditinjau untuk
menjamin kualitas produksi karet yang diisyaratkan dalam Sistem Manajamen
Mutu (SMM) ISO 9001. PTPN VII juga mengaplikasikan sistem manajemen
lingkungan berdasarkan ISO 14001. Selain itu, PTPN VII juga sangat
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya di seluruh pabrik
dengan menerapkan Sistem Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
yang sesuai OHSAS 18001. Dimana semuaa tools sistem manajemen tersebut
akan diintegrasikan ke dalam Sistem Manajemen Terpadu PTPN VII.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada PTPN VII merupakan struktur organisasi garis
(Lampiran 1). Wilayah kerja PTPN VII tersebar di tiga (3) provinsi yang terdiri
atas lima (5) distrik dengan 27 unit usaha. Masing-masing distrik dikepalai
manajer distrik dan masing-masing unit usaha dikepalai manajer unit usaha.
Secara struktural direksi membawahi manajer distrik dan manajer unit usaha.
Organisasi di kantor pusat terdiri atas 15 bagian yang masing-masing dikepalai
seorang manajer.
Lokasi dan Tata Letak Pabrik
PTPN VII saat ini memilki 12 buah pabrik karet yang terdiri dari empat
(4) unit pabrik karet RSS dan delapan (8) unit pabrik karet SIR, serta satu buah
kantor head office dari perusahaan. Kedua belas pabrik dan kantor pusat tersebut
masing-masing berlokasi sebagai berikut :
1. Kantor pusat (Head Office), jalan Teuku Umar No. 300, Bandar Lampung
2. Dua (2) unit usaha karet RSS dan empat (4) unit usaha karet SIR, Lampung
3. Satu (1) unit usaha karet RSS dan tiga (3) unit usaha karet SIR, Sumatera
Selatan
4. Satu (1) unit usaha karet RSS dan satu (1) unit usaha karet SIR, Bengkulu
Salah satu penghasil karet jenis SIR yaitu unit usaha Tebenan yang
berlokasi di jalan Kol. H. Barlian Km. 9 Alang-alang, Palembang, Sumatera
Selatan. Unit usaha ini memiliki tiga area yaitu areal perkebunan karet, gudang
lateks dan pabrik pengolahan karet.
12
Gudang Lateks
Pencacahan lateks
Kamar predrying
Penggilingan
lateks
Perkebunan Karet
Kamar pengeringan
Kamar Sortir
Office
Ruang pengepresan
Parkir
Packing
U
Gambar 4 Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII
Jenis Produk
PTPN VII sebagai salah satu produsen karet alam di Indonesia
memproduksi dua (2) jenis produk yaitu Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan
Standard Indonesian Rubber (SIR) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan memenuhi standar kualitas global. Perkembangan harga minyak dunia yang
tinggi dan kesadaran akan pemanasan global, menjadi salah satu tantangan bagi
PTPN VII menghasilkan produksi karet alam yang lebih tinggi dan ramah
lingkungan. Salah satu jenis produk yang dihasilkan oleh PTPN VII untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat adalah karet Standard Indonesian Rubber (SIR).
SIR adalah standar mutu karet bongkah Indonesia berdasarkan warna atau
penilaian visual, golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, dan lateks pekat.
Terdapat dua (2) jenis karet yang diproduksi PTPN VII berdasarkan SIR, yaitu
lateks pekat dan crumb rubber. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk
cairan pekat, tidak termasuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dibuat
melalui proses pendidihan atau creamed lateks dan melalui pemusingan atau
centrifuged lateks. Sedangkan crumb rubber adalah karet alam yang dibuat
khusus, sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada
sifat-sifat teknis (Lampiran 2).
Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII
Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen
yaitu input, proses, output, serta mekanisme untuk pengendalian sistem produksi
agar mampu meningkatkan perbaikan secara terus menerus. Kegiatan produksi
dilakukan juga dalam rangka menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan
13
benda baru sehingga mempunyai nilai manfaat yang lebih dalam memenuhi
kebutuhan.
Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII memiliki strategi make
to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses
manufaktur tidak dapat diprediksi. Bahan baku tersebut dikirim dari unit
penyadapan karet untuk menuju gudang penyimpanan lateks, kuantitas lateks
yang dikirim oleh unit penyadapan karet selalu berubah-ubah setiap
pengirimannya. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep
push system. Konsep push system ini membuat lateks yang yang dikirim unit
penyadapan karet sebagai bahan baku akan disesuaikan dengan jadwal produksi
pabrik pengolahan karet. Lateks yang dikirim unit penyadapan karet ke gudang
penyimpanan lateks akan mengikuti aturan FIFO scheduling. Aturan FIFO
scheduling ini digunakan untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang
penyimpanan lateks, akan masuk pertama ke pabrik pengolahan karet.
Analisis Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PTPN VII adalah serangkaian proses
yang panjang dimulai dari perencanaan hingga pengolahan karet yang bermutu.
Secara umum proses dari pengolahan tanaman karet dapat dibagi menjadi tiga (3)
proses utama, yaitu proses perencanaan budidaya karet, proses penyadapan karet
dan proses pengolahan karet. Proses pengolahan karet SIR pada PTPN VII dapat
dilihat pada Gambar 5.
Penyaringan
Pembekuan
Pencacahan
Penggilingan
Penyaringan
Pengeringan
Pengepresan
Penyortiran
Oven
Penggilingan
Packing
Warehouse
Production
Plant Production
Gambar 5 Proses produksi karet SIR di PTPN VII
Proses pengolahan karet SIR dimulai di gudang lateks, hasil lateks dari
penyadapan dimasukan ke truk pengangkutan, kemudian lateks dimasukan ke
dalam mixer untuk dilakukan penyaringan selama satu (1) jam. Setelah dilakukan
penyaringan kemudian lateks di alirkan ke bak penampungan. Lateks yang telah
berada didalam penampungan dibekukan menggunakan asam semut, asam semut
yang digunakan dengan konsentrasi 3-5 kg/ton lateks selama enam (6) jam.
Lateks yang telah beku kemudian masuk ke pabrik pengolahan, lateks
tersebut akan dicacah terlebih dahulu menggunakan mesin hamer mill. Kemudian
lateks tersebut digiling menggunakan mesin giling crepper menjadi lembaran
crepe dengan panjang 5–6 m. Setelah keluar lembaran crepe kemudian
dimasukan ke kamar predrying untuk di keringkan selama 10 hari. Setelah
14
dikeringkan, lembaran crepe tersebut digiling kembali menggunakan mesin giling
crepper. Lembaran crepe yang telah digiling lalu masuk ke oven untuk
dikeringkan selama enam (6) jam, kapasitas oven tersebut untuk 10 ton lembaran
crepe. Setelah di oven lembaran crepe masuk ke dalam kamar sortir untuk seleksi
great (SIR 10, SIR 20 dan 3L). Penyortiran selesai, lembaran crepe masuk ke
mesin cetakan untuk di pres, yang beratnya masing-masing 20 kg. Setelah itu di
bungkus plastik menjadi bal, kemudian disusun menjadi palet (1 palet beratnya
1.260 kg).
Analisis Push System
Prinsip selanjutnya dalam sistem produksi terpadu pengolahan karet SIR
unit pada unit usaha Tebenan PTPN VII adalah push system. Penerapan pull
system pada proses pengolahan karet adalah bahan baku dari proses sebelumnya
yaitu unit penyadapan karet mendistribusikan lateks ke gudang penyimpanan
lateks. Dengan sistem ini, pabrik pengolahan karet akan menyesuaikan kapasitas
produksi dengan bahan baku yang dikirim dari unit penyadapan karet dengan
berbagai ketentuan. Sehingga unit penyadapan karet mengikuti aturan kebijakan
yang dibuat perusahaan untuk berapa kali melakukan penyadapan karet. Hal ini
dilakukan karena tidak adanya pengiriman bahan baku yang bersifat tetap. Dari
hasil penyadapan tersebut lateks disimpan sesuai aturan first in first out (FIFO)
untuk masuk selanjutnya ke proses pengolahan karet (Gambar 6).
Perkebunan
Karet
Warehouse
Karet
Plant Karet
Gambar 6 Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII
Penerapan push system ini menjadi unsur penting dalam sistem produksi
terpadu pada pengolahan karet. Setiap kegiatan produksi akan dijalankan seefisien
mungkin dengan tingkat pemborosan akibat over inventory yang besar bisa
diminimalisir. Selain itu, penggunaan push system yang bersifat large batch dalam
menjalankan strategi make to stock. Unit usaha Tebenan memiliki resiko yang
tinggi berkaitan dengan inventori.
15
Pengolahan Data
Hasil Peramalan Bahan Baku Lateks SIR
Penyusunan jadwal induk produksi unit usaha Tebenan PTPN VII
dipengaruhi oleh peramalan bahan baku lateks. Peramalan bahan baku dapat
dilakukan dengan melihat data hasil penyadapan karet SIR tahun-tahun
sebelumnya. Peramalan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai gambaran
bagi perusahaan untuk melakukan alternatif kebijakan terhadap peramalan
selanjutnya yang akan dilakukan. Proses peramalan dalam penelitian ini
didapatkan berdasarkan data hasil penyadapan karet SIR terhitung dari bulan
januari 2011 hingga desember 2012 atau selama 24 bulan (Lampiran 3).
Peramalan bahan baku lateks disusun untuk 12 periode selanjutnya, yaitu untuk
tahun 2013. Proses peramalan dilakukan terlebih dahulu dengan melihat pola data
dengan pola trend, musiman, siklikal dan random. Pola data yang dimiliki akan
mempengaruhi cara melakukan peramalan. Pola data hasil penyadapan karet SIR
dapat dilihat pada Gambar 7.
Pola Data Bahan Baku SIR 2011-2012
1800
Jumlah (Ton)
1600
1400
1200
1000
800
600
2
4
6
8
10
12
14
Bulan
16
18
20
22
24
Gambar 7 Pola data bahan baku SIR
Hasil analisis autokorelasi menggunakan bantuan perangkat lunak minitab
14 menunujukan pola data bahan baku SIR dilakukan secara musiman. Menurut
(Baroto, 2002), metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah
metode winter atau moving average (Tabel 1). Parameter kesalahan yang akan
menjadi patokan pemilihan teknik terbaik adalah MAPE karena memiliki nilai
kesalah terkecil dibandingkan MAD dan MSE. Selain itu untuk menghindari
masalah nilai MAD dan MSE yang memiliki nilai yang sangat besar.
16
Tabel 1 Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan
Bahan baku Lateks SIR
Metode winters
Metode moving average
MAPE
2,53
28,4
MAD
30,59
260,2
MSE
1534,46
89834,5
Teknik yang memliki MAPE terkecil dalam peramalan bahan baku SIR
adalah metode winter. Untuk melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan bahan
baku SIR tahun 2013. Hasil peramalan bahan baku 2013 menunjukan nilai pada
Gambar 7.
Winters' Method Plot for Bahan Baku SIR Tahun 2013
Multiplicative Method
Variable
Actual
Fits
1200
Smoothing Constants
Alpha (level)
0.2
Gamma (trend)
0.2
Delta (seasonal)
0.2
Jumlah (Ton)
1150
Accuracy
MAPE
MAD
MSD
1100
Measures
0.10619
1.20313
1.72155
1050
1000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Bulan
Ags Sep Okt Nov Des
Gambar 8 Pola data bahan baku SIR 2013
Berdasarkan hasil peramalan bahan baku SIR untuk bulan JanuariDesember 2013 dengan menggunakan metode winter didapat hasil pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013
Bulan
Bahan Baku Lateks SIR
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Sumber : Data hasil olahan
1160
1080
1160
1120
1160
1120
1200
1000
1160
1160
1120
1160
13600
Hasil peramalan ini merupakan input yang menjadi penetapan jadwal
induk produksi, berdasarkan hasil peramalan bahan baku SIR menggunakan
metode winter mempunyai hasil yang berbeda dengan peramalan yang telah
dilakukan oleh unit usaha Tebenan. Pembandingan hasil peramalan bahan baku
SIR sebagai penetapan jadwal induk produksi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP)
Metode CRP Teknik Level Method
Metode CRP teknik level method adalah sebuah metode perencanaan
produksi yang mempunyai distribusi merata dalam produksi. Dalam perencanaan
produksi, level method akan mempertahankan tingkat kestabilan produksi
sementara menggunakan inventori yang bervariasi. Beberapa langkah yang
diperlukan untuk melaksanakan analisis CRP, yaitu :
Langkah 1 : Memperoleh informasi tentang bahan baku yang tersedia
Informasi mengenai bahan baku yang tersedia pada pengolahan unit usaha
Tebenan didapatkan dari jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi ini
merupakan jumlah bahan baku yang harus diproduksi oleh unit pengolahan karet.
Jumlah bahan baku ini merupakan hasil dari peramalan dari bahan baku yang
tersedia tahun-tahun sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 2.
18
Langkah 2 : Memperoleh informasi tentang kapasitas produksi dan waktu
produksi
Informasi mengenai kapasitas produksi unit usaha Tebenan didapatkan
jumlah kapasitas mesin pengolahan karet dalam memproduksi karet sehari.
Sedangkan waktu produksi didapatkan dari kebijakan waktu produksi dalam
setahun 340 hari, yang kemudian dijabarkan kembali menjadi bulanan. Sehingga
dari penjabaran tersebut dapat diketahui waktu produksi dari setiap bulannya
(Tabel 3).
Tabel 3 Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013
Bulan
Waktu Produksi
Kapasitas Produksi (ton/hari)
(hari)
SIR 10
SIR 20
Januari
28
25
15
Februari
27
15
25
Maret
29
15
25
April
29
15
25
Mei
29
15
25
Juni
29
15
25
Juli
30
15
25
Agustus
29
15
25
September
24
15
25
Oktober
30
15
25
November
28
15
25
Desember
28
15
25
Langkah 3 : Menghitung kapasitas kebutuhan bahan baku dari masing-masing
kapasitas produksi
Perhitungan kapasitas kebutuhan bahan baku diddapatkan dengan
menggunakan rumus berikut :
Kapasitas kebutuhan bahan baku = kapasitas produksi × waktu produksi
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas kebutuhan bahan baku SIR pada
tahun 2013 (Lampiran 5). Dapat diketahui kapasitas kebutuhan bahan baku untuk
SIR 10 dan 20 pada setiap bulannya. Kapasitas kebutuhan bahan baku tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Tabel 4 Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013
Bulan
Kapasitas Kebutuhan Bahan baku
(ton/hari)
SIR 10
SIR 20
Januari
700
420
Februari
675
405
Maret
725
375
April
725
375
Mei
725
375
Juni
725
375
Juli
750
450
Agustus
725
435
September
600
360
Oktober
750
450
November
700
420
Desember
700
420
Langkah 4 : Membuat laporan CRP
Metode CRP dengan teknik level method digunakan untuk
menyeimbangkan beban (load) terhadap kapasitas. Teknik level method
mempunyai dua tindakan dasar apabila terjadi perbedaan antara kapasitas yang
ada dengan beban. Tindakan dasar tersebut, yaitu :
1. Meningkatkan kapasitas (Increasing Capasity)
2. Mengurangi kapasitas (Reducing Capacity)
3. Meningkatkan beban (Increasing Load)
4. Mengurangi beban (Reducing Load)
Berdasarkan empat tindakan dasar dalam membuat laporan CRP dapat
ditentukan, peningkatkan kapasitas pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan
tidak dapat dilakukan, karena kapasitas yang dimiliki merupakan maksimum
produksi yang dapat dilakukan unit usaha Tebenan. Meningkatkan dan
mengurangi beban produksi dapat dilakukan, unit usaha Tebenan merupakan unit
usaha yang tergabung dalam distrik Banyuasin yang terdapat unit usaha lain yang
juga memproduksi karet SIR. Unit usaha tersebut yaitu Musilandas, yang dalam
perencanaan produksinya disebut unit usaha seinduk. Hasil laporan CRP teknik
level method dengan mengunakan peramalan winter (Lampiran 6) memiliki hasil
perhitungan berbeda dengan laporan CRP teknik level method dengan
mengunakan metode perusahaan (Lampiran 7).
Dalam mempertimbangkan meningkatkan dan mengurangi beban produksi
pada unit usaha Tebenan perlu diperhatikan dalam meningkatkan biaya
operasional produksi. Biaya operasional itu harus dikeluarkan unit usaha sebab
dalam pengiriman bahan baku dari unit usaha seinduk ke unit usaha tebenan
ataupun sebaliknya terdapat biaya transportasi. Biaya operasional tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Biaya operasional = biaya transportasi × kapasitas pengiriman (truk)
Biaya transportasi yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan untuk
pengiriman satu truk Rp. 700.000. Kapasitas pengiriman dalam satu truk sebanyak
20
40 Ton, sehingga dapat diketahui berdasarkan hasil laporan CRP teknik level
method yang menggunakan peramalan winter, sehingga biaya operasional yang
harus dikeluarkan unit usaha Tebenan adalah Rp 4.900.000 (Lampiran 8).
Sedangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan
berdasarkan hasil laporan CRP teknik level method menggunakan peramalan
perusahaan Rp 8.400.000 (Lampiran 9). Dari kedua laporan CRP ini terdapat
selisih biaya operasional Rp. 3.500.000. Biaya operasional yang dikeluarkan unit
usaha Tebenan apabila menggunakan peramalan perusahaan lebih tinggi 41,67%
dari peramalan winter.
Pembahasan
Berdasarkan perhitungan kapasitas menggunakan metode CRP menurut
Baroto (2002) output dari sistem CRP adalah rencana produksi yang dibuat atas
dasar kapasitas produksi. Menurut Handoko (2008) perencanaan kapasitas adalah
menyeimbangkan beban terhadap kapasitas yang dimiliki. Dimana dengan
mengidentifikasi overloads atau underloads, tindakan perencanaan dapat
dilakukan untuk menghilangkan situasi itu guna mencapai suatu keseimbangan
antara beban dan kapasitas. Hasil pengolahan data menunujukan bahan baku yang
tersedia menunjukkan melebihi kapasitas dan mengalami dibawah kapasitas
produksi.
Rekomendasi metode perencanaan kapasitas yang dapat digunakan oleh
perusahaan adalah metode dengan level method. Metode yang dijadikan sebagai
rekomendasi bagi perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan metode
peramalan bahan baku perusahaan dengan metode winter. Perbandingan permalan
bahan baku SIR metode perusahaan dengan metode winter dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan perencanaan kapasitas menggunakan metode CRP teknik level
method menggunakan peramalan winter (Lampiran 6) memiliki perbedaan pada
hasil perhitungan perencanaan kapasitas menggunakan peramalan bahan baku
metode perusahaan (Lampiran 7). Dari kedua perhitungan tersebut dapat dilihat
melalui grafik perbandingan dari bahan baku dan kapasitas menggunakan metode
CRP teknik level method menggunakan peramalan winter pada Gambar 9.
21
Variable
Bahan Bak u
Kapasitas
1200
Jumlah (Ton)
1150
1100
1050
1000
950
Jan Feb Mar Apr
Mei
Jun Jul
Bulan
Ags Sep Okt Nov Des
Gambar 9 Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter
Dari grafik tersebut terlihat pada bulan Januari, September dan Desember
bahan baku melebihi kapasitas yang dimiliki unit usaha Tebenan. Sedangkan
grafik perbandingan dari bahan baku dan kapasitas menggunakan metode CRP
dengan teknik level method menggunakan peramalan perusahaan, seperti dimuat
pada Gambar 10.
1250
Variable
Bahan Bak u
Kapasitas
1200
Jumlah (Ton)
1150
1100
1050
1000
950
Jan
Feb Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Bulan
Ags Sep
Okt
Nov Des
Gambar 10 Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan
Dari grafik tersebut dapat terlebih bahwa bahan baku melebihi kapasitas
yang dimiliki unit usaha Tebenan terdapat pada bulan Januari, Maret, Mei,
Juli,September, November dan Desember.
Berdasarkan hasil analisis perencanaan kapasitas prouksi SIR 10 dan SIR 20
dengan mempertimbangkan meningkatkan beban dan mengurangi beban produksi
22
serta mengurangi kapasitas. Adanya unit usaha seinduk membuat perencanaan
kapasitas dapat lebih efektif dengan metode CRP teknik level method. Dari hasil
perencanaan kapasitas ini dapat diketahui biaya operasional menggunakan
peramalan winter lebih baik daripada peramalan metode perusahaan sebab dapat
mengurangi biaya operasional Rp 3.500.000.
Implikasi Manajerial
Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi mengenai kemungkinan
perencanaan kapasitas pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan untuk
membuat keseimbangan antara kapasitas dan bahan baku.
Berdasarkan hasil pembahasan terdapat beberapa rekomendasi manajerial
yang perlu dilakukan oleh unit usaha Tebenan PTPN VII.
1. Unit usaha Tebenan PTPN VII perlu memperkirakan peramalan bahan baku
untuk produksi, agar dapat mempersiapkan kebutuhan produksi. Proyeksi
permalan didapat dari jumlah bahan baku sebelumnya dengan metode
peramalan sebagai komponen penyusunan jadwal induk produksi.
2. Analisis peramalan bahan baku SIR dengan menggunakan metode winter
menghasilkan total bahan baku 13.600 ton dibandingakan dengan metode
yang diterapkan perusahaan 13.766 ton. Dengan selisih 166 ton, metode
perusahaan lebih besar daripada metode winter.
3. Analisis perencanaan kapasitas dengan menggunakan metode CRP teknik
level method menghasilkan perhitungan perencanaan kapasitas dengan
penambahan bahan baku dan pengurangan bahan baku, serta mengurangi
kapasitas untuk mendapatkan keseimbangan kapasitas dan bahan baku.
4. Analisis biaya operasional pengiriman bahan baku ke unit usaha seinduk
menghasilkan biaya terendah dengan metode peramalan winter Rp 4.900.000
dengan besarnya penghematan 41,67% dibandingakan dengan metode yang
diterapkan perusahaan.
5. Perhitungan berkala terhadap aktual stok bahan baku yang ada di gudang
perlu dilakukan dengan metode tertentu untuk meningkatkan keakuratan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
a) Sistem produksi yang diterapkan oleh PTPN VII memiliki strategi make to
stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses
manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem produksi PTPN
VII menetapkan konsep push system. Aturan FIFO scheduling ini digunakan
untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang penyimpanan lateks, akan
masuk pertama ke pabrik pengolahan karet.
b) Berdasarkan metode CRP diperoleh bahwa sistem kapasitas bahan baku SIR
pada pengolahan karet unit usaha Tebenan PTPN VII dapat diminimalkan
karena perbandingan peramalan bahan baku perusahaan menghasilkan 13.766
ton/tahun dengan peramalan metode winter menghasilkan 13.600ton/tahun
23
memiliki selisih bahan baku 166 ton. Dengan kapasitas total 13.600
ton/tahun, maka keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan
biaya operasional untuk mengurangi beban. Biaya tersebut harus dikeluarkan
unit usaha Tebenan
PADA PENGOLAHAN KARET SIR UNIT USAHA TEBENAN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG
HARDA RAMADHAN SYAH
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penerapan
Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan
PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
September 2013
Harda Ramadhan Syah
NIM H24114075
ABSTRAK
HARDA RAMADHAN SYAH. Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu
Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII,
Palembang. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS
PTPN VII adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor
perkebunan Indonesia yang menjalankan usaha di bidang agribisnis dan
agroindustri. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi sistem produksi pada
pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII dan Menganalisis
penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR dengan
menggunakan metode CRP. Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII
memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang
tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem
produksi PTPN VII menetapkan konsep pull system. Berdasarkan metode CRP
diperoleh bahwa sistem kapasitas bahan baku SIR pada pengolahan karet unit
usaha Tebenan PTPN VII masih dapat diminimalkan karena perbandingan
peramalan bahan baku perusahaan menghasilkan 13.766 ton/tahun dengan
peramalan metode winter menghasilkan 13.600ton/tahun memiliki selisih bahan
baku sebesar 166 ton. Dengan kapasitas total yang 13.600 ton/tahun,
keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan biaya operasional
untuk mengurangi beban.
Kata kunci : peramalan bahan baku, perencanaan kapasitas, pull system
ABSTRACT
HARDA RAMADHAN SYAH. Application Analysis of Integrated Production
Systems On Rubber Processing Business Unit SIR Tebenan PT. PTPN VII,
Palembang. Supervised by H. MUSA HUBEIS
PTPN VII is one of the State-Owned Enterprises (SOE) sector Indonesian
plantation which carries on business in the field of agribusiness and agroindustries The purpose of this study identify the production system on rubber
processing SIR Business Unit Tebenan PTPN VII and analyze the application of
rubber processing capacity planning system SIR using CRP. Production system be
applicable by PTPN VII has make to stock strategy. This strategy is used as raw
material available for the manufacturing process can not be predicted. This makes
the production system PTPN VII established the concept of a pull system. CRP
obtained by the method that the system capacity in the processing of raw materials
SIR rubber business unit Tebenan PTPN VII still be minimized because the ratio
of raw material forecasting company produces 13 766 tonnes / year with winter
forecasting method produces 13.600ton/tahun has a difference of 166 tons of raw
materials. With a total capacity of 13,600 tons / year, load balancing and capacity
of raw materials result in operating costs to reduce the burden.
Keywords: capacity planning, forecasting raw materials, pull system
ANALISIS PENERAPAN SISTEM PRODUKSI TERPADU
PADA PENGOLAHAN KARET SIR UNIT USAHA TEBENAN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG
Harda Ramadhan Syah
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Program Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Proposal : Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan
Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII,
Palembang
Nama
: Harda Ramadhan Syah
NIM
: H24114075
Disetujui oleh
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi dengan
judul ”Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet
SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang”.
Skripsi ini merupakan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan
lapang di PT. Perkebunan Nusantara VII dengan waktu kurang lebih tiga (3)
bulan.
Penulis berharap bahwa penulisan laporan ini benar-benar dapat
memberikan kontribusi positif dan menimbulkan sikap kritis kepada para pembaca
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk senantiasa memperoleh
wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan
penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka mengharapkan
saran dan kritik, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang dan
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bogor,
September 2013
Harda Ramadhan Syah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu yang Relevan
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Metode Peramalan Time Series
Capacity Requirement Planning (CRP)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan
Struktur Organisasi
Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Jenis Produk
Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII
Analisis Proses Produksi
Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP)
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
vii
vii
1
3
3
3
3
4
6
7
7
7
8
8
8
9
10
10
10
10
11
11
12
12
13
17
22
22
23
25
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan
Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013
Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013
Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013
16
17
18
19
DAFTAR GAMBAR
1. Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia
2. Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia
3. Kerangka pemikiran penelitian
4. Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII
5. Proses produksi karet SIR di PTPN VII
6. Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII
7. Pola data bahan baku SIR
8. Pola data bahan baku SIR 2013
9. Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter
10. Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan
1
2
7
12
13
14
15
16
21
21
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Struktur organisasi PTPN VII
25
Standard Indonesian Rubber (SIR) PTPN VII
26
Penjabaran produksi lateks unit usaha Tebenan PTPN VII tahun 2011-2012 27
Hasil perbandingan peramalan bahan baku lateks SIR metode perusahaan
dengan metode winter
28
Hasil perhitungan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013
29
Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan
baku
SIR metode winter tahun 2013
31
Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan
baku
SIR perusahaan tahun 2013
33
Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan winter
35
Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan perusahaan
36
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan
paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Menurut data yang
telah diolah oleh BPS, beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia
adalah karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, gula dan lainnya. Kelapa
sawit, karet, kopi dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman
perkebunan lainnya. Sedangkan menurut data yang telah diolah oleh Departemen
Pertanian (Deptan) , pertumbuhan yang pesat dari keempat (4) komoditas tersebut
pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan komoditas dan juga
kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut.
Berikut ini gambar perkembangan produksi dan luas areal perkebunan di
Indonesia yang dimuat pada Gambar 1 dan 2.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Sawit
Karet
Kopi
Kakao
Jan-Agst 2010 Jan-Agst 2011
Gambar 1 Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia (BPS, 2011)
2
8
7
6
5
Sawit
4
Kopi
3
Karet
2
1
0
2005
2006
2007
2008
Gambar 2 Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia (Deptan, 2008)
Saat ini penerapan sistem produksi merupakan salah satu aspek penting
yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena perusahaan berskala kecil,
maupun besar memiliki permasalahan yang sama. Sistem produksi terpadu
merupakan sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan mutu, biaya dan
waktu penyerahan sebaik mungkin. Sistem produksi ini mengedepankan suatu
penghematan dalam segala hal untuk memperkecil pemborosan (waste).
Pemborosan-pemborosan ini biasanya datang dari berbagai kegiatan produksi
yang tidak menghasilkan nilai tambah, atau nilai guna pada barang yang
diproduksi seperti biaya penyimpanan, transportasi ke gudang, perbaikan (rework)
dan kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan biaya tambahan pada kegiatan
produksi.
PT Perkebunan Nusantara VII yang berlokasi di jalan teuku umar no. 300
Bandar Lampung adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor
perkebunan Indonesia. Sejak awal, PTPN VII didirikan untuk ambil bagian dalam
melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta subsektor perkebunan
pada khususnya. Semua ini bertujuan untuk menjalankan usaha di bidang
agribisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya untuk
menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk
mendapatkan keuntungan. PTPN VII memiliki beberapa komoditas, yaitu kelapa
sawit, karet, teh, kakao, tebu dan hortikultura dengan areal konsesi seluas
76.740,11 Ha. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal 31.874 Ha, karet
34.439 Ha, teh 1.500 Ha, kakao seluas 20 Ha, tebu 20.400 Ha dan hortikultura 50
Ha. Selain penanaman komoditas pada areal sendiri dan inti, PT. Perkebunan
Nusantara VII juga mengelola areal milik petani seluas 65.335 Ha untuk tanaman
kelapa sawit seluas 23.868 Ha dan karet 31.467 Ha. Sedangkan areal tebu rakyat
seluas 5.502 Ha. PTPN VII memiliki kapasitas produksi karet untuk Standard
Indonesian rubber (SIR) sebesar 38.393 ton/tahun dan Ribbed Smoked Sheet
(RSS) sebesar 4.016 ton/tahun.
3
Rumusan Masalah
Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh
keuntungan sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin. Namun untuk
mencapai hal tersebut banyak kendala-kendala yang dihadapi perusahaan untuk
mencapai tujuan tersebut. Agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan
efektif, maka perusahaan harus menggunakan metode yang tepat dalam
menjalankan kegiatan produksinya. Kesuksesan suatu sistem produksi adalah
dilihat pada kemampuanya untuk mengendalikan aliran bahan yang tepat, disuatu
tempat yang tepat, pada saat yang tepat untuk memenuhi jadwal produksi,
menekan persediaan seminimum mungkin, menjaga tingkat pembebanan atas
pekerjaan dan mesin, serta akhirnya untuk mencapai efisiensi produksi yang
optimum . Salah satu metode perencanaan kapasitas adalah metode CRP. Sistem
CRP mampu memberikan indikasi apabila tidak terjadi keseimbangan antara
persediaan dan kemampuan. Berdasarkan hal di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan
PTPN VII.
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perencanaan kapasitas
pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha
Tebenan PTPN VII.
2. Menganalisis penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR
dengan menggunakan metode CRP.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat berikut :
a. Bagi Penulis
1) Menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan
pada lapangan kerja sesungguhnya.
2) Menambah wawasan ilmu dan pengetahuan tentang penerapan sistem
produksi terpadu pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan PTPN
VII.
b. Bagi Perusahaan
1) Memberikan masukan dalam membantu perusahaan untuk
mengoptimalkan efektifitas penerapan sistem produksi terpadu pada
pengolahan karet SIR.
2) Sebagai pengembangan, atau media promosi PTPN VII di lingkungan
kampus, atau pendidikan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada analisis penerapan sistem produksi
terpadu pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan di PTPN VII.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Produksi dan Operasi
Menurut Handoko (1997), manajemen produksi dan operasi (MPO)
merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber dayasumber daya (faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan
mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja
menjadi berbagai produk dan jasa. Para manajer produksi dan operasi
mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai
keluaran (output) dalam jumlah, mutu, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai
dengan permintaan konsumen.
Menurut Assauri (2008), proses produksi dapat diartikan sebagai cara,
metode dan teknik untuk menciptakan, atau menambah kegunaan suatu barang
dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan
dan dana). Komponen atau unsur struktural yang membentuk sistem produksi
terdiri dari bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi,
informasi dan tanah. Sedangkan komponen, atau unsur fungsional seperti
supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang
berkaitan dengan manajemen dan organisasi.
Menurut Handoko (1997), berbagai kegiatan yang dilaksanakan para
spesialis perencanaan dan pengawasan produksi pada umumnya dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Berpartisipasi dalam penyusunan jadwal produksi induk dan realistis atas dasar
kapasitas tersedia.
2. Berpartisipasi dalam perencanaan bahan baku dan tenaga kerja untuk
menerima jadwal proses produksi.
3. Menerima pesanan-pesanan untuk memproduksi produk-produk.
4. Menentukan kebutuhan-kebutuhan bahan mentah untuk komponen-komponen
yang diproduksi.
5. Menentukan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk proses produksi.
6. Mempersiapkan perintah-perintah produksi yang mengarahkan pelaksanaan
operasi-operasi.
7. Menyusun jadwal-jadwal untuk pelaksanaan operasi-operasi pada mesin-mesin
tertentu.
8. Menjamin bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses produksi akan
tersedia dalam jumlah dan pada waktu yang tepat pula sesuai perintah yang
diumumkan.
9. Membantu dalam pemecahan masalah-masalah yang mengakibatkan
penundaan-penundaan produksi.
10. Menerima laporan-laporan tentang pekerjaan yang telah diselesaikan dan
membandingkannya dengan apa yang telah dijadwalkan.
11. Memperbaharui catatan-catatan kemajuan pekerjaan-pekerjaan yang
berpindah-pindah dalam pabrik.
5
12. Merevisi rencana-rencana, bila rencana-rencana semula tidak dapat
dilaksanakan dan bila ada perubahan-perubahan ukuran suatu pesanan, atau
hari penyelesaian yang disyaratkan.
Sistem Produksi
Menurut Assauri (2008), Sistem produksi adalah suatu keterkaitan unsurunsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam
pentransformasian masukan menjadi keluaran. Menurut Ishak (2010), sistem
produksi mengombinasikan atau menggabungkan dalam proses transformasi,
komponen-komponen masukan tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal
dan lainnya, dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai
tujuan akhir yang sama.
Proses Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah
nilai guna suatu benda, atau menciptakan benda baru, sehingga lebih bermanfaat
dalam memenuhi kebutuhan. Menurut Heizer dan Render (2004), produksi adalah
aktifitas yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui adanya
perubahan input menjadi output.
Assauri (2008), menyatakan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan,
atau proses mentraformasikan masukan (input) menjadi luaran (output). Menurut
Handoko (2008) produksi dan operasi adalah pengelolaan secara optimal
penggunaan input atau faktor produksi (tenaga kerja, mesin, peralatan, bahan
mentah dan sebagainya) dalam proses transformasi menjadi berbagai produk atau
jasa.
Peramalan
Menurut Gaspersz (2001), pada dasarnya manajemen permintaan
didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk
untuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk mengetahui dan menyadari semua
permintaan produk ini. Menurut Heizer dan Render (2006) peramalan adalah seni
dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Menurut Harding (1999),
peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan
terhadap satu atau beberapa produk periode yang akan datang. Peramalan
dilakukan dengan menggunakan softwere Minitab teknik winter dan moving
average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD, MSE dan MAPE.
Perencanaan Jadwal Induk Produksi
Menurut Buffa (1996), pada dasarnya jadwal induk produksi merupakan
suatu pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur
yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode
waktu.
6
Perencanaan Kapasitas
Menurut Gaspersz (2001), perencanaan kapasitas adalah mengukur
kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu
dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya
yang tersedia. Menurut Handoko (1997), perencanaan kapasitas adalah berusaha
mengatur secara bersama kapasitas dari pusat kerja untuk mencapai suatu aliran
yang seimbang.
Menurut Assauri (2008), pada dasarnya dalam sistem CRP terdapat tiga
alternatif teknik perencanaan produksi, yaitu :
1. Level method adalah mempertahankan tingkat kestabilan produksi
sementara menggunakan inventori yang bervariasi untuk mengakumulasi
output apabila terjadi kelebihan permintaan total.
2. Chase strategy adalah metode perencanaan produksi yang
mempertahankan tingkat kestabilan inventori, sementara produksi
bervariasi mengikuti permintaan total.
3. Compromise strategy adalah kompromi antara kedua metode perencanaan
produksi level method dan chase strategy.
Menurut Ishak (2010), terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan
apabila menggunakan CRP, yaitu :
Keuntungan dari CRP :
1. Memberikan informasi dari ketidakseimbangan kapasitas dan beban
2. Mengkonfirmasi kapasitas pada periode waktu tertentu
3. Mempertimbangkan untuk menyesuaikan kapasitas dan beban
Kelemahan dari CRP :
1. Hanya dapat diterapkan terutama dalam strategi make to stock
2. Tidak mampu memberikan informasi terperinci yang tepat dalam periode
harian (day-to-day) sehingga keputusan jangka pendek menjadi sulit
diambil secara tepat.
3. Tidak menunjukkan secara jelas pengaruh perbaikan kepada master
production schedule terhadap keseimbangan yang dicapai.
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Hutajulu (2010), melakukan penelitian tentang kajian peramalan
permintaan dan perencanaan optimasi produksi semen pada plant 11 PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Parameter-parameter yang mempengaruhi
proses perencanaan optimasi produksi adalah jumlah permintaan, jam tenaga kerja
langsung, kapasitas gudang dan kecepatan produksi.
Naibaho (2009), melakukan penelitian mengenai kajian perencanaan
produksi agregat di PT Wiska. Faktor-faktor yang menjadi sorotan pada
laporannya adalah faktor yang mempengaruhi perencanaan produksi, waktu
produksi dan kebijakan perusahaan terhadap tingkat persediaan tiap periode.
Solehudin (2007), melakukan penelitian mengenai kajian perencanaan
produksi agregat (studi kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug – Sukabumi).
Masalah yang dihadapi perusahaan adalah sistem produksi agregat yang
dijalankan tidak dapat mencapai produktivitas dengan berbagai faktor
penghambat.
7
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Umumnya dari sekian banyak perusahaan pastinya ingin mendapatkan
keuntungan optimal. Dalam hal ini, banyak perusahaan mengalami kendala pada
proses
produksinya,
sehingga
tidak
dapat
mencapai
keuntungan
optimalImplementasi sistem produksi terpadu pada pengolahan karet didukung
oleh faktor-faktor beserta berbagai unsur yang berkaitan dengan sistem produksi
di perusahaan.
Sistem produksi terpadu merupakan suatu sistem yang saling terkait dan
berhubungan. Analisis Capacity Requirement Planning membuat kesesuaian
antara kapasitas produksi dengan bahan baku yang dimiliki, sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Sebagai ilustrasi, pada
Gambar 3 disajikan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
Sistem Produksi Pengolahan Karet Unit Usaha
Tebenan PTPN VII :
Proses Produksi
Push System
Sistem CRP
Jadwal Induk Produksi
Kapasitas Produksi
Waktu Pengolahan
Peramalan Time
Series untuk Jadwal
Induk Produksi
Analisis CRP Teknik Level Method
Efisiensi Penjadwalan
Produksi
Rekomendasi Perencanaan Kebutuhan Kapasitas
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha Tebenan PT Perkebunan
Nusantara VII yang beralamat di jalan Kol. H. Barlian Km. 9 Alang-alang,
Palembang, Sumatera Selatan dengan waktu ± 3 bulan (Mei sama Juli 2013).
8
Pengumpulan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, khususnya wawancara
dengan bagian produksi dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari
data dokumen perusahaan yang telah ada.
Data dalam penelitian berupa :
1. Data gambaran umum perusahaan seperti sejarah, lokasi, visi dan misi,
struktur organisasi dan proses produksi.
2. Laporan bulanan perusahaan dari bagian production planning control (PPC)
dan logistic departement.
Pengumpulan data berupa kegiatan survei lapangan, wawancara,
dokumentasi dan penelitian pustaka. Tahapan dalam pengumpulan data dilakukan
berikut :
1. Studi Literatur
Data yang diperlukan dan dikumpulkan dengan cara membaca dan
mempelajari buku literatur, serta sumber-sumber yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung
dengan pihak bersangkutan, diantaranya pihak produksi, akuntasi dan
pemasaran.
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan
dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian.
Pengolahan dan Analisis Data
Peramalan
Pengolahan dan analisis data kuantitatif untuk peramalan bahan baku SIR
dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14 teknik
winter dan moving average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD,
MSE dan MAPE.
Metode Peramalan Time Series
Penelitian ini menggunakan metode peramalan time series. Menurut Baroto
(2002), metode peramalan time series terdiri dari beberapa metode. Untuk
menggunakan time series perlu diketahui beberapa asumsi penting, yaitu adanya
ketergantungan kejadian masa datang terhadap masa sebelumnya dan aktivitas
masa depan mengikuti pola yang terjadi di masa lalu. Proses analisis time series
memperlakukan data asli sebagai produk dari komponen-komponen, yaitu data
tahunan merupakan produk dari fluktuasi tren, siklus, musiman dan fluktuasi tidak
tentu, yang dinyatakan sebagai berikut :
Y = T x C x S x I ………………………………………………………………..(1)
dimana :
9
Y= nilai sebenarnya
T = trend sekuler
C = pergerakan siklus
S = fluktuasi musiman
I = variasi tak beraturan
Penilaian terhadap akurasi hasil peramalan dapat dilakukan dengan
mengamati besarnya selisih nilai aktual pengamatan dengan nilai estimasi dari
peramalan. Nilai residual atau error adalah perbedaan antara nilai aktual dengan
hasil peramalan. Terdapat tiga jenis penilaian terhadap akurasi peramalan, yakni
MSE, MAD dan MAPE. Berdasarkan semua metode yang digunakan tersebut
dipilih metode yang paling sesuai dengan pola data yang terdapat pada perusahaan
berdasarkan kriteria nilai MSE, MAD dan MAPE terkecil.
Formulasi peramalan berdasarkan pola data yang sesuai :
1) Metode winter
=α
=β
=
…………………………………………………………….(2)
dimana :
= nilai pemulusan baru
α = konstanta pemulusan data (0 < α < 1)
= pengamatan baru atau nilai aktual dari deret periode t
β = konstanta pemulusan untuk estimasi tren (0 < β < 1)
= estimasi tren
P = periode yang diramalkan kedepan
= ramalan p periode kedepan
2) Metode rataan bergerak berganda :
=
=
=
=2
=
…………………………...……………………………........(3)
dimana :
k = nilai periode moving average
= moving average kedua
P = peramalan periode kedua
Capacity Requirement Planning (CRP)
Langkah-langkah perhitungan dalam menganalisis data dengan sistem
CRP adalah sebagai berikut :
1. Menentukan beban (load) adalah perhitungan beban pada dalam setiap
periode waktu dengan menggunakan jadwal induk produksi yang telah
ditentukan.
10
2. Menghitung kapasitas adalah perhitungan pusat kerja yang ditentukan
berdasarkan sumber daya mesin atau manusia dan faktor-faktor jam
operasi yang dijadwalkan dalam suatu periode waktu.
3. Menyeimbangkan kapasitas dan beban adalah perhitungan yang
menunjukkan hubungan antara kapasitas dan beban, dengan cara salah satu
dari kapasitas atau beban harus disesuaikan kembali untuk memperoleh
jadwal yang seimbang. Sekaligus mengindentifikasi apakah terjadi
overloads atau underloads.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
PTPN VII merupakan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam sektor perkebunan, yaitu penghasil karet alam
dengan jenis produk RSS dan SIR. PT. Perkebunan Nusantara VII berkomitmen
tangguh dengan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan mutu produk
untuk memenuhi kepuasaan pelanggan.
Karet alam yang dihasilkan PTPN VII mempunyai karakter global, yaitu
perusahaan berkelas dunia, proses bisnis dan kinerja prima dan menghasilkan
produk berstandar internasional. Tujuan pasar yang dituju oleh PTPN VII adalah
27 % pasar dalam negeri dan 73 % mancanegara.
Sejarah Perusahaan
PTPN VII dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
1996 tanggal 14 Februari 1996 dan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 40 tanggal
11 Maret 1996. PTPN VII berkantor pusat di Bandar Lampung. PT. Perkebunan
Nusantara VII merupakan penggabungan dari PT. Perkebunan X, PT. Perkebunan
XXXI, Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XI di kabupaten Lahat dan Proyek
Pengembangan PT. Perkebunan XXIII di Provinsi Bengkulu.
PTPN VII memiliki komoditas yang diusahakan seperti karet, kelapa
sawit, teh dan gula. Produk yang dihasilkan merupakan karet alam (SIR dan RSS),
Crude Palm Oil (CPO), inti sawit, teh hitam, gula putih dan tetes. Jaringan
distribusi meliputi tiga provinsi sebagai wilayah usaha yaitu Lampung, Sumatera
Selatan, dan Bengkulu. Wilayah usaha tersebut terdiri dari 27 unit usaha yang
tergabung menjadi lima (5) distrik, yang didukung oleh 16.219 tenaga kerja
organik. Wilayah distrik tersebut yakni distrik Bengkulu, distrik Banyuasin,
distrik Muara Enim, distrik Way Sekampung dan distrik Way Seputih. Luas areal
tanaman karet yang diusahakan PTPN VII, yaitu 55.617 ha yang terdiri dari areal
inti 34.918 Ha dan areal plasma 20.699 Ha.
Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan
PTPN VII mempunyai misi sebagai perusahaan agribisnis berbasis karet,
kelapa sawit, teh dan tebu yang tangguh, serta berkarakter global. Guna
11
mewujudkan visi tersebut, PTPN VII memiliki lima (5) misi, yaitu (1)
Menjalankan usaha perkebunan karet, kelapa sawit, teh dan tebu dengan
menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan efektif, serta ramah
lingkungan; (2) Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis
inti (karet, kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi terbaru; (3)
Mengembangkan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi; (4)
Membangun tata kelola usaha yang efektif; (5) Memelihara keseimbangan
kepentingan stakeholders untuk mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.
Kebijakan mutu perusahaan yang diterapkan, secara rutin ditinjau untuk
menjamin kualitas produksi karet yang diisyaratkan dalam Sistem Manajamen
Mutu (SMM) ISO 9001. PTPN VII juga mengaplikasikan sistem manajemen
lingkungan berdasarkan ISO 14001. Selain itu, PTPN VII juga sangat
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya di seluruh pabrik
dengan menerapkan Sistem Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
yang sesuai OHSAS 18001. Dimana semuaa tools sistem manajemen tersebut
akan diintegrasikan ke dalam Sistem Manajemen Terpadu PTPN VII.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada PTPN VII merupakan struktur organisasi garis
(Lampiran 1). Wilayah kerja PTPN VII tersebar di tiga (3) provinsi yang terdiri
atas lima (5) distrik dengan 27 unit usaha. Masing-masing distrik dikepalai
manajer distrik dan masing-masing unit usaha dikepalai manajer unit usaha.
Secara struktural direksi membawahi manajer distrik dan manajer unit usaha.
Organisasi di kantor pusat terdiri atas 15 bagian yang masing-masing dikepalai
seorang manajer.
Lokasi dan Tata Letak Pabrik
PTPN VII saat ini memilki 12 buah pabrik karet yang terdiri dari empat
(4) unit pabrik karet RSS dan delapan (8) unit pabrik karet SIR, serta satu buah
kantor head office dari perusahaan. Kedua belas pabrik dan kantor pusat tersebut
masing-masing berlokasi sebagai berikut :
1. Kantor pusat (Head Office), jalan Teuku Umar No. 300, Bandar Lampung
2. Dua (2) unit usaha karet RSS dan empat (4) unit usaha karet SIR, Lampung
3. Satu (1) unit usaha karet RSS dan tiga (3) unit usaha karet SIR, Sumatera
Selatan
4. Satu (1) unit usaha karet RSS dan satu (1) unit usaha karet SIR, Bengkulu
Salah satu penghasil karet jenis SIR yaitu unit usaha Tebenan yang
berlokasi di jalan Kol. H. Barlian Km. 9 Alang-alang, Palembang, Sumatera
Selatan. Unit usaha ini memiliki tiga area yaitu areal perkebunan karet, gudang
lateks dan pabrik pengolahan karet.
12
Gudang Lateks
Pencacahan lateks
Kamar predrying
Penggilingan
lateks
Perkebunan Karet
Kamar pengeringan
Kamar Sortir
Office
Ruang pengepresan
Parkir
Packing
U
Gambar 4 Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII
Jenis Produk
PTPN VII sebagai salah satu produsen karet alam di Indonesia
memproduksi dua (2) jenis produk yaitu Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan
Standard Indonesian Rubber (SIR) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan memenuhi standar kualitas global. Perkembangan harga minyak dunia yang
tinggi dan kesadaran akan pemanasan global, menjadi salah satu tantangan bagi
PTPN VII menghasilkan produksi karet alam yang lebih tinggi dan ramah
lingkungan. Salah satu jenis produk yang dihasilkan oleh PTPN VII untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat adalah karet Standard Indonesian Rubber (SIR).
SIR adalah standar mutu karet bongkah Indonesia berdasarkan warna atau
penilaian visual, golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, dan lateks pekat.
Terdapat dua (2) jenis karet yang diproduksi PTPN VII berdasarkan SIR, yaitu
lateks pekat dan crumb rubber. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk
cairan pekat, tidak termasuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dibuat
melalui proses pendidihan atau creamed lateks dan melalui pemusingan atau
centrifuged lateks. Sedangkan crumb rubber adalah karet alam yang dibuat
khusus, sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada
sifat-sifat teknis (Lampiran 2).
Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII
Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen
yaitu input, proses, output, serta mekanisme untuk pengendalian sistem produksi
agar mampu meningkatkan perbaikan secara terus menerus. Kegiatan produksi
dilakukan juga dalam rangka menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan
13
benda baru sehingga mempunyai nilai manfaat yang lebih dalam memenuhi
kebutuhan.
Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII memiliki strategi make
to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses
manufaktur tidak dapat diprediksi. Bahan baku tersebut dikirim dari unit
penyadapan karet untuk menuju gudang penyimpanan lateks, kuantitas lateks
yang dikirim oleh unit penyadapan karet selalu berubah-ubah setiap
pengirimannya. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep
push system. Konsep push system ini membuat lateks yang yang dikirim unit
penyadapan karet sebagai bahan baku akan disesuaikan dengan jadwal produksi
pabrik pengolahan karet. Lateks yang dikirim unit penyadapan karet ke gudang
penyimpanan lateks akan mengikuti aturan FIFO scheduling. Aturan FIFO
scheduling ini digunakan untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang
penyimpanan lateks, akan masuk pertama ke pabrik pengolahan karet.
Analisis Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PTPN VII adalah serangkaian proses
yang panjang dimulai dari perencanaan hingga pengolahan karet yang bermutu.
Secara umum proses dari pengolahan tanaman karet dapat dibagi menjadi tiga (3)
proses utama, yaitu proses perencanaan budidaya karet, proses penyadapan karet
dan proses pengolahan karet. Proses pengolahan karet SIR pada PTPN VII dapat
dilihat pada Gambar 5.
Penyaringan
Pembekuan
Pencacahan
Penggilingan
Penyaringan
Pengeringan
Pengepresan
Penyortiran
Oven
Penggilingan
Packing
Warehouse
Production
Plant Production
Gambar 5 Proses produksi karet SIR di PTPN VII
Proses pengolahan karet SIR dimulai di gudang lateks, hasil lateks dari
penyadapan dimasukan ke truk pengangkutan, kemudian lateks dimasukan ke
dalam mixer untuk dilakukan penyaringan selama satu (1) jam. Setelah dilakukan
penyaringan kemudian lateks di alirkan ke bak penampungan. Lateks yang telah
berada didalam penampungan dibekukan menggunakan asam semut, asam semut
yang digunakan dengan konsentrasi 3-5 kg/ton lateks selama enam (6) jam.
Lateks yang telah beku kemudian masuk ke pabrik pengolahan, lateks
tersebut akan dicacah terlebih dahulu menggunakan mesin hamer mill. Kemudian
lateks tersebut digiling menggunakan mesin giling crepper menjadi lembaran
crepe dengan panjang 5–6 m. Setelah keluar lembaran crepe kemudian
dimasukan ke kamar predrying untuk di keringkan selama 10 hari. Setelah
14
dikeringkan, lembaran crepe tersebut digiling kembali menggunakan mesin giling
crepper. Lembaran crepe yang telah digiling lalu masuk ke oven untuk
dikeringkan selama enam (6) jam, kapasitas oven tersebut untuk 10 ton lembaran
crepe. Setelah di oven lembaran crepe masuk ke dalam kamar sortir untuk seleksi
great (SIR 10, SIR 20 dan 3L). Penyortiran selesai, lembaran crepe masuk ke
mesin cetakan untuk di pres, yang beratnya masing-masing 20 kg. Setelah itu di
bungkus plastik menjadi bal, kemudian disusun menjadi palet (1 palet beratnya
1.260 kg).
Analisis Push System
Prinsip selanjutnya dalam sistem produksi terpadu pengolahan karet SIR
unit pada unit usaha Tebenan PTPN VII adalah push system. Penerapan pull
system pada proses pengolahan karet adalah bahan baku dari proses sebelumnya
yaitu unit penyadapan karet mendistribusikan lateks ke gudang penyimpanan
lateks. Dengan sistem ini, pabrik pengolahan karet akan menyesuaikan kapasitas
produksi dengan bahan baku yang dikirim dari unit penyadapan karet dengan
berbagai ketentuan. Sehingga unit penyadapan karet mengikuti aturan kebijakan
yang dibuat perusahaan untuk berapa kali melakukan penyadapan karet. Hal ini
dilakukan karena tidak adanya pengiriman bahan baku yang bersifat tetap. Dari
hasil penyadapan tersebut lateks disimpan sesuai aturan first in first out (FIFO)
untuk masuk selanjutnya ke proses pengolahan karet (Gambar 6).
Perkebunan
Karet
Warehouse
Karet
Plant Karet
Gambar 6 Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII
Penerapan push system ini menjadi unsur penting dalam sistem produksi
terpadu pada pengolahan karet. Setiap kegiatan produksi akan dijalankan seefisien
mungkin dengan tingkat pemborosan akibat over inventory yang besar bisa
diminimalisir. Selain itu, penggunaan push system yang bersifat large batch dalam
menjalankan strategi make to stock. Unit usaha Tebenan memiliki resiko yang
tinggi berkaitan dengan inventori.
15
Pengolahan Data
Hasil Peramalan Bahan Baku Lateks SIR
Penyusunan jadwal induk produksi unit usaha Tebenan PTPN VII
dipengaruhi oleh peramalan bahan baku lateks. Peramalan bahan baku dapat
dilakukan dengan melihat data hasil penyadapan karet SIR tahun-tahun
sebelumnya. Peramalan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai gambaran
bagi perusahaan untuk melakukan alternatif kebijakan terhadap peramalan
selanjutnya yang akan dilakukan. Proses peramalan dalam penelitian ini
didapatkan berdasarkan data hasil penyadapan karet SIR terhitung dari bulan
januari 2011 hingga desember 2012 atau selama 24 bulan (Lampiran 3).
Peramalan bahan baku lateks disusun untuk 12 periode selanjutnya, yaitu untuk
tahun 2013. Proses peramalan dilakukan terlebih dahulu dengan melihat pola data
dengan pola trend, musiman, siklikal dan random. Pola data yang dimiliki akan
mempengaruhi cara melakukan peramalan. Pola data hasil penyadapan karet SIR
dapat dilihat pada Gambar 7.
Pola Data Bahan Baku SIR 2011-2012
1800
Jumlah (Ton)
1600
1400
1200
1000
800
600
2
4
6
8
10
12
14
Bulan
16
18
20
22
24
Gambar 7 Pola data bahan baku SIR
Hasil analisis autokorelasi menggunakan bantuan perangkat lunak minitab
14 menunujukan pola data bahan baku SIR dilakukan secara musiman. Menurut
(Baroto, 2002), metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah
metode winter atau moving average (Tabel 1). Parameter kesalahan yang akan
menjadi patokan pemilihan teknik terbaik adalah MAPE karena memiliki nilai
kesalah terkecil dibandingkan MAD dan MSE. Selain itu untuk menghindari
masalah nilai MAD dan MSE yang memiliki nilai yang sangat besar.
16
Tabel 1 Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan
Bahan baku Lateks SIR
Metode winters
Metode moving average
MAPE
2,53
28,4
MAD
30,59
260,2
MSE
1534,46
89834,5
Teknik yang memliki MAPE terkecil dalam peramalan bahan baku SIR
adalah metode winter. Untuk melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan bahan
baku SIR tahun 2013. Hasil peramalan bahan baku 2013 menunjukan nilai pada
Gambar 7.
Winters' Method Plot for Bahan Baku SIR Tahun 2013
Multiplicative Method
Variable
Actual
Fits
1200
Smoothing Constants
Alpha (level)
0.2
Gamma (trend)
0.2
Delta (seasonal)
0.2
Jumlah (Ton)
1150
Accuracy
MAPE
MAD
MSD
1100
Measures
0.10619
1.20313
1.72155
1050
1000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Bulan
Ags Sep Okt Nov Des
Gambar 8 Pola data bahan baku SIR 2013
Berdasarkan hasil peramalan bahan baku SIR untuk bulan JanuariDesember 2013 dengan menggunakan metode winter didapat hasil pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013
Bulan
Bahan Baku Lateks SIR
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Sumber : Data hasil olahan
1160
1080
1160
1120
1160
1120
1200
1000
1160
1160
1120
1160
13600
Hasil peramalan ini merupakan input yang menjadi penetapan jadwal
induk produksi, berdasarkan hasil peramalan bahan baku SIR menggunakan
metode winter mempunyai hasil yang berbeda dengan peramalan yang telah
dilakukan oleh unit usaha Tebenan. Pembandingan hasil peramalan bahan baku
SIR sebagai penetapan jadwal induk produksi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP)
Metode CRP Teknik Level Method
Metode CRP teknik level method adalah sebuah metode perencanaan
produksi yang mempunyai distribusi merata dalam produksi. Dalam perencanaan
produksi, level method akan mempertahankan tingkat kestabilan produksi
sementara menggunakan inventori yang bervariasi. Beberapa langkah yang
diperlukan untuk melaksanakan analisis CRP, yaitu :
Langkah 1 : Memperoleh informasi tentang bahan baku yang tersedia
Informasi mengenai bahan baku yang tersedia pada pengolahan unit usaha
Tebenan didapatkan dari jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi ini
merupakan jumlah bahan baku yang harus diproduksi oleh unit pengolahan karet.
Jumlah bahan baku ini merupakan hasil dari peramalan dari bahan baku yang
tersedia tahun-tahun sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 2.
18
Langkah 2 : Memperoleh informasi tentang kapasitas produksi dan waktu
produksi
Informasi mengenai kapasitas produksi unit usaha Tebenan didapatkan
jumlah kapasitas mesin pengolahan karet dalam memproduksi karet sehari.
Sedangkan waktu produksi didapatkan dari kebijakan waktu produksi dalam
setahun 340 hari, yang kemudian dijabarkan kembali menjadi bulanan. Sehingga
dari penjabaran tersebut dapat diketahui waktu produksi dari setiap bulannya
(Tabel 3).
Tabel 3 Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013
Bulan
Waktu Produksi
Kapasitas Produksi (ton/hari)
(hari)
SIR 10
SIR 20
Januari
28
25
15
Februari
27
15
25
Maret
29
15
25
April
29
15
25
Mei
29
15
25
Juni
29
15
25
Juli
30
15
25
Agustus
29
15
25
September
24
15
25
Oktober
30
15
25
November
28
15
25
Desember
28
15
25
Langkah 3 : Menghitung kapasitas kebutuhan bahan baku dari masing-masing
kapasitas produksi
Perhitungan kapasitas kebutuhan bahan baku diddapatkan dengan
menggunakan rumus berikut :
Kapasitas kebutuhan bahan baku = kapasitas produksi × waktu produksi
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas kebutuhan bahan baku SIR pada
tahun 2013 (Lampiran 5). Dapat diketahui kapasitas kebutuhan bahan baku untuk
SIR 10 dan 20 pada setiap bulannya. Kapasitas kebutuhan bahan baku tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Tabel 4 Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013
Bulan
Kapasitas Kebutuhan Bahan baku
(ton/hari)
SIR 10
SIR 20
Januari
700
420
Februari
675
405
Maret
725
375
April
725
375
Mei
725
375
Juni
725
375
Juli
750
450
Agustus
725
435
September
600
360
Oktober
750
450
November
700
420
Desember
700
420
Langkah 4 : Membuat laporan CRP
Metode CRP dengan teknik level method digunakan untuk
menyeimbangkan beban (load) terhadap kapasitas. Teknik level method
mempunyai dua tindakan dasar apabila terjadi perbedaan antara kapasitas yang
ada dengan beban. Tindakan dasar tersebut, yaitu :
1. Meningkatkan kapasitas (Increasing Capasity)
2. Mengurangi kapasitas (Reducing Capacity)
3. Meningkatkan beban (Increasing Load)
4. Mengurangi beban (Reducing Load)
Berdasarkan empat tindakan dasar dalam membuat laporan CRP dapat
ditentukan, peningkatkan kapasitas pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan
tidak dapat dilakukan, karena kapasitas yang dimiliki merupakan maksimum
produksi yang dapat dilakukan unit usaha Tebenan. Meningkatkan dan
mengurangi beban produksi dapat dilakukan, unit usaha Tebenan merupakan unit
usaha yang tergabung dalam distrik Banyuasin yang terdapat unit usaha lain yang
juga memproduksi karet SIR. Unit usaha tersebut yaitu Musilandas, yang dalam
perencanaan produksinya disebut unit usaha seinduk. Hasil laporan CRP teknik
level method dengan mengunakan peramalan winter (Lampiran 6) memiliki hasil
perhitungan berbeda dengan laporan CRP teknik level method dengan
mengunakan metode perusahaan (Lampiran 7).
Dalam mempertimbangkan meningkatkan dan mengurangi beban produksi
pada unit usaha Tebenan perlu diperhatikan dalam meningkatkan biaya
operasional produksi. Biaya operasional itu harus dikeluarkan unit usaha sebab
dalam pengiriman bahan baku dari unit usaha seinduk ke unit usaha tebenan
ataupun sebaliknya terdapat biaya transportasi. Biaya operasional tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Biaya operasional = biaya transportasi × kapasitas pengiriman (truk)
Biaya transportasi yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan untuk
pengiriman satu truk Rp. 700.000. Kapasitas pengiriman dalam satu truk sebanyak
20
40 Ton, sehingga dapat diketahui berdasarkan hasil laporan CRP teknik level
method yang menggunakan peramalan winter, sehingga biaya operasional yang
harus dikeluarkan unit usaha Tebenan adalah Rp 4.900.000 (Lampiran 8).
Sedangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan
berdasarkan hasil laporan CRP teknik level method menggunakan peramalan
perusahaan Rp 8.400.000 (Lampiran 9). Dari kedua laporan CRP ini terdapat
selisih biaya operasional Rp. 3.500.000. Biaya operasional yang dikeluarkan unit
usaha Tebenan apabila menggunakan peramalan perusahaan lebih tinggi 41,67%
dari peramalan winter.
Pembahasan
Berdasarkan perhitungan kapasitas menggunakan metode CRP menurut
Baroto (2002) output dari sistem CRP adalah rencana produksi yang dibuat atas
dasar kapasitas produksi. Menurut Handoko (2008) perencanaan kapasitas adalah
menyeimbangkan beban terhadap kapasitas yang dimiliki. Dimana dengan
mengidentifikasi overloads atau underloads, tindakan perencanaan dapat
dilakukan untuk menghilangkan situasi itu guna mencapai suatu keseimbangan
antara beban dan kapasitas. Hasil pengolahan data menunujukan bahan baku yang
tersedia menunjukkan melebihi kapasitas dan mengalami dibawah kapasitas
produksi.
Rekomendasi metode perencanaan kapasitas yang dapat digunakan oleh
perusahaan adalah metode dengan level method. Metode yang dijadikan sebagai
rekomendasi bagi perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan metode
peramalan bahan baku perusahaan dengan metode winter. Perbandingan permalan
bahan baku SIR metode perusahaan dengan metode winter dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan perencanaan kapasitas menggunakan metode CRP teknik level
method menggunakan peramalan winter (Lampiran 6) memiliki perbedaan pada
hasil perhitungan perencanaan kapasitas menggunakan peramalan bahan baku
metode perusahaan (Lampiran 7). Dari kedua perhitungan tersebut dapat dilihat
melalui grafik perbandingan dari bahan baku dan kapasitas menggunakan metode
CRP teknik level method menggunakan peramalan winter pada Gambar 9.
21
Variable
Bahan Bak u
Kapasitas
1200
Jumlah (Ton)
1150
1100
1050
1000
950
Jan Feb Mar Apr
Mei
Jun Jul
Bulan
Ags Sep Okt Nov Des
Gambar 9 Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter
Dari grafik tersebut terlihat pada bulan Januari, September dan Desember
bahan baku melebihi kapasitas yang dimiliki unit usaha Tebenan. Sedangkan
grafik perbandingan dari bahan baku dan kapasitas menggunakan metode CRP
dengan teknik level method menggunakan peramalan perusahaan, seperti dimuat
pada Gambar 10.
1250
Variable
Bahan Bak u
Kapasitas
1200
Jumlah (Ton)
1150
1100
1050
1000
950
Jan
Feb Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Bulan
Ags Sep
Okt
Nov Des
Gambar 10 Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan
Dari grafik tersebut dapat terlebih bahwa bahan baku melebihi kapasitas
yang dimiliki unit usaha Tebenan terdapat pada bulan Januari, Maret, Mei,
Juli,September, November dan Desember.
Berdasarkan hasil analisis perencanaan kapasitas prouksi SIR 10 dan SIR 20
dengan mempertimbangkan meningkatkan beban dan mengurangi beban produksi
22
serta mengurangi kapasitas. Adanya unit usaha seinduk membuat perencanaan
kapasitas dapat lebih efektif dengan metode CRP teknik level method. Dari hasil
perencanaan kapasitas ini dapat diketahui biaya operasional menggunakan
peramalan winter lebih baik daripada peramalan metode perusahaan sebab dapat
mengurangi biaya operasional Rp 3.500.000.
Implikasi Manajerial
Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi mengenai kemungkinan
perencanaan kapasitas pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan untuk
membuat keseimbangan antara kapasitas dan bahan baku.
Berdasarkan hasil pembahasan terdapat beberapa rekomendasi manajerial
yang perlu dilakukan oleh unit usaha Tebenan PTPN VII.
1. Unit usaha Tebenan PTPN VII perlu memperkirakan peramalan bahan baku
untuk produksi, agar dapat mempersiapkan kebutuhan produksi. Proyeksi
permalan didapat dari jumlah bahan baku sebelumnya dengan metode
peramalan sebagai komponen penyusunan jadwal induk produksi.
2. Analisis peramalan bahan baku SIR dengan menggunakan metode winter
menghasilkan total bahan baku 13.600 ton dibandingakan dengan metode
yang diterapkan perusahaan 13.766 ton. Dengan selisih 166 ton, metode
perusahaan lebih besar daripada metode winter.
3. Analisis perencanaan kapasitas dengan menggunakan metode CRP teknik
level method menghasilkan perhitungan perencanaan kapasitas dengan
penambahan bahan baku dan pengurangan bahan baku, serta mengurangi
kapasitas untuk mendapatkan keseimbangan kapasitas dan bahan baku.
4. Analisis biaya operasional pengiriman bahan baku ke unit usaha seinduk
menghasilkan biaya terendah dengan metode peramalan winter Rp 4.900.000
dengan besarnya penghematan 41,67% dibandingakan dengan metode yang
diterapkan perusahaan.
5. Perhitungan berkala terhadap aktual stok bahan baku yang ada di gudang
perlu dilakukan dengan metode tertentu untuk meningkatkan keakuratan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
a) Sistem produksi yang diterapkan oleh PTPN VII memiliki strategi make to
stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses
manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem produksi PTPN
VII menetapkan konsep push system. Aturan FIFO scheduling ini digunakan
untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang penyimpanan lateks, akan
masuk pertama ke pabrik pengolahan karet.
b) Berdasarkan metode CRP diperoleh bahwa sistem kapasitas bahan baku SIR
pada pengolahan karet unit usaha Tebenan PTPN VII dapat diminimalkan
karena perbandingan peramalan bahan baku perusahaan menghasilkan 13.766
ton/tahun dengan peramalan metode winter menghasilkan 13.600ton/tahun
23
memiliki selisih bahan baku 166 ton. Dengan kapasitas total 13.600
ton/tahun, maka keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan
biaya operasional untuk mengurangi beban. Biaya tersebut harus dikeluarkan
unit usaha Tebenan