Peran pendamping program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dalam pemberdayaan kelompok nelayan di Provinsi Maluku Utara
PERAN PENDAMPING PROGRAM PEMBERDAYAAN
EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DALAM
PEMBERDAYAAN KELOMPOK NELAYAN
DI PROVINSI MALUKU UTARA
ASMAR HI. DAUD
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Peran Pendamping Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dalam Pemberdayaan Kelompok
Nelayan di Provinsi Maluku Utara” adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2011
Asmar Hi. Daud
NIM I351080011
ABSTRACT
ASMAR HI. DAUD. The Role of Facilitators of the Economic Empowerment
Program for Coastal Communities on Empowerment of Fishers Groups in North
Moluccas Province. Under supervision SITI AMANAH and PANG S. ASNGARI.
The Economic Empowerment Program for Coastal Communities (PEMP)
was one program that aimed to improve coastal community welfare. Coastal
community in North Moluccas was community group participated in the PEMP.
PEMP had been implemented by Ministry of Marine and Fisheries Affairs since
2000 in 289 district/municipality. However, the impacts of the program varied
from one places to another. There were a number of issues related to the
achievement of the a includes the facilitation roles. This study aimed to analyse
the role of facilitation by the facilitators of the PEMP program, to know the level
of participation, and analyze the relationship between facilitation process and
level of group member participation into PEMP program in North Moluccas
Province. The research sites were three districts in North Moluccas Province.
Survey method was used to collected data from 120 respondents. Sample
respondents were selected randomly from 24 fishers groups. Data were analyzed
descriptively and correlation analyses. From the research, it was found that the
facilitators had not performed their facilitation properly, the level of group
member participation to the PEMP was limited in implementation levels and
utilization levels. There was a positive significant correlation between the role of
facilitators and the group member participation.
Key words: empowerment program, coastal community, role of facilitators,
groups, development fishers.
RINGKASAN
ASMAR Hi. DAUD. Peran Pendamping Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir dalam Pemberdayaan Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku
Utara. Dibimbing oleh SITI AMANAH dan PANG S. ASNGARI.
Provinsi Maluku Utara adalah Provinsi Kepulauan, yang memiliki basis
masyarakat pesisir dan keanekaragaman potensi kekayaan sumberdaya alam pesisir
dan laut yang melimpah. Sebagai provinsi kepulauan dengan potensi sumberdaya
pesisir dan laut (SDPL) yang besar, kenyataannya belum memberikan dampak
ekonomi yang berarti bagi masyarakat pesisir, terutama bagi nelayannya. Secara
fisik, berdasarkan aktivitas nelayan, kepemilikan armada dan jenis alat tangkap
yang digunakan, dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan, bahkan
cenderung menurun. Akibat kemunduran ini, potensi kekayaan lautnya lebih
banyak dimanfaatkan oleh nelayan asing. Kenyataan ini membuktikan bahwa
nelayan Maluku Utara masih berada dalam kondisi terbelakang.
Pemecahan masalah kemiskinan masyarakat pesisir/nelayan dengan
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang digulirkan
pada tahun 2000 oleh KementerianKelautan dan Perikanan memberikan harapan.
Hal ini di lihat dari tujuan, visi dan misi serta sasaran program yang diembannya.
Metode dan strategi pemberdayaan yang digunakan adalah melalui proses
pendampingan dan kelompok sebagai media intervensi. Di Provinsi Maluku
Utara, pelaksanaan Program PEMP dimulai sejak tahun 2001-2003 dan berakhir
pada tahun 2004-2009. Selama pelaksanaannya, telah disalurkan dana ekonomi
produktif sebagai dana bergulir yang dimanfaatkan oleh seluruh kelompok
pemanfaat program (KMP) yang telah dibentuk oleh seluruh kabupaten dan kota
di Provinsi Maluku Utara (Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera
Timur, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten
Kepulauan Sula, Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan).
Pelaksanaan Program PEMP di Maluku Utara dalam kurun waktu tersebut
dihadapkan pada berbagai kendala. Beberapa kabupaten/kota terindikasi gagal
pada tahun pertama, dan tidak lagi mengusulkan program pada tahun berikutnya,
sedangkan Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan serta Kabupaten Halmahera
Barat yang merupakan wilayah kajian masih berjalan, meskipun dengan periode
yang berbeda. Indikasi kegagalan pelaksanaan Program PEMP, diduga salah
satunya sebagai akibat dari lemahnya peranserta pendampingan kelompok dalam
pelaksanaan kegiatannya. Hal ini yang menjadi fokus penelitian, agar dalam
pelaksanaan program selanjutnya dapat diupayakan suatu program pendampingan
yang lebih efektif dengan menetapkan bentuk-bentuk peran pendamping yang
lebih selektif serta memiliki kompetensi dan karakter yang dapat diterima oleh
komunitas yang didampinginya.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji peran pendamping dalam
program PEMP; (2) Menganalisis karakteristik kelompok nelayan, partisipasi
anggota serta tingkat keberdayaan kelompok dalam program PEMP dan; (3)
Menganalisis hubungan peran pendamping, karakteristik kelompok terhadap tingkat
partisipasi dan tingkat keberdayaan kelompok dalam program PEMP di Provinsi
Maluku Utara.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, dalam hal ini
yang disurvei adalah anggota kelompok nelayan peserta/pemanfaat (KMP)
Program PEMP. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2010 yang berlokasi di
Propinsi Maluku Utara dengan wilayah kajian meliputi Kota Ternate, Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat.
Populasi penelitian adalah keseluruhan anggota kelompok nelayan
pemanfaat/penerima Program PEMP yang ada di tiga kabupaten/kota di Provinsi
Maluku Utara. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
anggota kelompok nelayan menggunakan kuesioner. Penentuan responden
dilakukan secara simple random sampling. Jumlah responden/sampel diambil dari
24 kelompok (262 orang) yang terdistribusi di tiga wilayah kajian, masing-masing
wilayah 40 responden (120 orang) Slovin (Sevilla dkk, 1993).
Data primer meliputi: Peran Pendamping (X 1 ), Karakterisirik Kelompok
(X 2 ), Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok (Y 1 ) dan Tingkat Keberdayaan
Kelompok (Y 2 ). Dari keempat variabel dibuat skala penilaian secara bertingkat
(sangat tinggi/sangat setuju/sangat baik, tinggi/setuju/baik diberi skor
rendah/kurang setuju/kurang baik, rendah sekali/sangat tidak setuju/sangat tidak
baik) dengan katageri skor berturut-turut adalah 4, 3, 2 1. Data sekunder diperoleh
dari lembaga terkait (Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota/Kabupaten,
Koperasi LEPP-M3 dan Konsultan Manajemen).
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui gambaran umum sebaran dari variabel-variabel yang diteliti,
sedangkan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel yang
diteliti digunakan uji koefisien korelasi peringkat Spearman (Spearman Rank
Correlation).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran pendamping dengan berbagai
indikator kinerja (fasilitator, mediator, motivator, edukator, komunikator dan
konselor) berada pada kategori rendah (1.75) (dari rentang skor 1-4); (2)
karakteristik kelompok dengan mayoritas indikator, baik pada aspek pembentukan
kelompok, aktivitas kelompok, kepemimpinan, akses anggota ke kelompok dan
jangkauan usaha kelompok masuk dalam kategori sedang (2.63) (dari rentang skor
1-4); (3) tingkat partisipasi anggota kelompok berdasarkan keseluruhan tahapan
partisipasi (perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan evaluasi) masuk dalam
kategori sedang (2.51) (dari rentang skor 1-4), namun pada tahapan perencanaan
(1.96) dan evaluasi (1.69) menunjukkan kategori rendah (dari rentang skor 1-4);
(4) tingkat keberdayaan kelompok dari keseluruhan indikator keberdayan
menunjukkan tingkat rendah (1.93) (dari rentang skor 1-4), kecuali pada aspek
produktivitas kerja KMP (2.22) dan aspek kemampuan membangun kemitraan
(2.09) masuk dalam kategori sedang (dari rentang skor 1-4); (5) terdapat
hubungan antara: (a) peran pendamping dengan tingkat partisipasi anggota
kelompok, (b) peran pendamping dengan tingkat keberdayaan kelompok, (c)
karakteristik kelompok (sejarah pembentukkan kelompok) dengan tingkat
partisipasi anggota kelompok pada tahapan perencanaan, (d) terdapat hubungan
antara karakteristik kelompok dengan tingkat keberdayaan kelompok, serta (e)
terdapat hubungan antara partisipasi anggota kelompok dengan tingkat
keberdayaan kelompok.
Peran pendampingan yang dilakukan oleh pendamping pada KMP-PEMP di
Maluku Utara belum sesuai dengan harapan program, sehingga pemberdayaan yang
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi belum mampu
meningkatkan partisipasi dan kemandirian/keberdayaan anggota maupun KMP
nelayan (kemampuan dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap dalam memecahkan masalah). Rendahnya derajat keberhasilan
kinerja peran pendamping dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (a)
pengetahuan pendamping yang masih kurang terhadap program PEMP; (b)
kemampuan berinteraksi dan SDM pendamping yang masih lemah; (c) program
yang dijalankan masih berorientasi proyek; (d) pemberian insentif yang kurang
memadai, (d) keterbatasan waktu yang diberikan kepada pendamping dalam
menjalankan tugas-tugas pendampingan kelompok di lapangan, serta (d)
aksebilitas (tempat tinggal pendamping dengan lokasi KMP).
Oleh karena itu, perlu adanya lembaga pendampingan yang lebih mandiri
dengan tenaga pendamping yang memiliki kompetensi yang memadai dan teruji
(profesional) di bidangnya, sehingga ke depan, dalam proses-proses
pendampingan kelompok masyarakat pesisir/nelayan yang akan diberdayakan
dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan pemberdayaan. Rekruitmen
tenaga pendamping perlu dilakukan lebih obyektif berdasarkan kemampuan
kompetensi dan pengalaman yang dimiliki, termasuk mempertimbangkan waktu
dan sistem/mekanisme insentif disesuaikan dengan kondisi geografis dan/atau
aksebilitas masing-masing wilayah. Diperlukan pelatihan tenaga pendamping
dan/atau bagi kelompok yang mencakup pelatihan administrasi, pelatihan
manajemen usaha, pelatihan organisasi dan lain-lain, serta adanya jaringan
kerjasama kemitraan dan pemasaran hasil dengan pihak swasta, instansi terkait
dan perbankan.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERAN PENDAMPING PROGRAM PEMBERDAYAAN
EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DALAM
PEMBERDAYAAN KELOMPOK NELAYAN
DI PROVINSI MALUKU UTARA
ASMAR HI. DAUD
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji luar komisi: Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si
Judul Tesis
Nama
NIM
: Peran Pendamping Program Ekonomi Masyarakat Pesisir dalam
Pemberdayaan Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku Utara
: Asmar Hi. Daud
: I351080011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Ketua
Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Penyuluhan Pembangunan
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 16 September 2011
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
petunjuk-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul
”Peran Pendamping Program Ekonomi Masyarakat Pesisir
dalam Pemberdayaan
Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku Utara,” ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Penyuluhan
Pembangunan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia IPB. Tesis ini merupakan hasil penelitian yang penulis kerjakan
berdasarkan penelaahan lapangan di Provinsi Maluku Utara (Kota Ternate, Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat) pada tahun 2010.
Penulisan tesis ini terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc dan Prof. Dr. Pang S. Asngari, selaku komisi pembimbing
yang selama dalam prosesnya telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan
saran dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada masyarakat nelayan di Provinsi
Maluku Utara, terutama kepada kelompok nelayan yang berada di Kota Ternate, Kota
Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat yang telah meluangkan waktunya
untuk diwawancarai dan atas kesediaannya mengisi kuisioner yang diberikan.
Terima kasih yang tulus, penulis haturkan kepada keluarga dan teman-teman
atas dorongan dan motivasi, perhatian serta doanya.
Disadari bahwa tidak ada kesempurnan dalam diri manusia kecuali terus
mencari dan berharap menemukan kesempurnaan. Oleh karena itu, uraian dalam tesis
ini juga tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangannya. Penulis berharap semoga
tesis ini dapat ditelaah, disempurnakan dan bermanfaat dalam pengembangan strategi
peran pendampingan pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya kelompok nelayan
di Provinsi Maluku Utara.
Bogor, September
2011
Asmar Hi. Daud
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara pada
tanggal 11 Agustus 1975 dari pasangan Bapak Abdullah (alm) dan Ibu Nurhaya
Khasyim. Penulis merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara. Pendidikan penulis
diawali pada tahun 1982 di SD Negeri Moari Busua Kabupaten Halmahera Selatan,
kemudian melanjutkan SMP Negeri 2 Kayoa Kabupaten Halmahera Selatan pada tahun
1989 dan tahun 1994 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Kota
Ternate.
Pada tahun 1994 penulis menempuh pendidikan (S1) di Fakultas Pertanian
Universitas Khairun Ternate Jurusan Perikanan dan tamat pada tahun 2000. Mulai
tahun 2001 sampai sekarang penulis bekerja sebagai dosen di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Khairun (Unkhair) Ternate pada Program Studi Budidaya
Perairan, dan pada tahun 2008 penulis berkesempatan melanjutkan tugas belajar di
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Institut Pertanian Bogor atas
beasiswa dari Kementerian Pendidikan Nasional.
Artikel dengan judul: “ Peran Pendamping Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir dalam Pemberdayaan Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku
Utara” sebagai bagian dari tesis, telah dipublikasikan dalam Jurnal Penyuluhan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..… xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xviii
PENDAHULUAN .............................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Masalah Penelitian........................................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................................
Kegunaan Penelitian ....................................................................................
1
1
5
6
6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Nelayan dan Kemiskinannya .......................................................................
Konsep Pembangunan ..................................................................................
Konsep Pemberdayaan Masyarakat..............................................................
Pemberdayaan sebagai Suatu Upaya Perubahan Perilaku ..........................
Peran Pendamping dalam Proses Pemberdayaan .……………..………...
Nelayan sebagai Kelompok Sosial Pemanfaat Program ...……………….
Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir...................................
7
9
11
15
21
23
27
32
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …............................................
Kerangka Berpikir ........................................................................................
Hipotesis Penelitian.......................................................................................
40
40
43
METODE PENELITIAN ..............................................................................
Desain Penelitian .........................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................
Populasi dan Sampel ....................................................................................
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel.......................................
Validitas dan Reliabilitas ................................................................... …….
Validitas ........................................................................................................
Reliabilitas ....................................................................................................
Metode Pengumpulan Data ..........................................................................
Sumber Data .................................................................................................
Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................
Analisis Data ................................................................................................
44
44
44
45
46
52
53
53
54
54
54
55
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
Gambaran Umum di Tiga Wilayah Penelitian..........................................
Perikanan Tangkap ..……………………………………………………..
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)….………
Tujuan Program PEMP….…………………………………………..
Visi Program...……………………………………………………….
Misi Program………………………………………………………...
Sasaran Program ...……………………….………………..................
Ruang Lingkup Kegiatan Program…………………………..............
Organisasi dan Kelembagaan Program PEMP……................……….
56
56
56
60
60
61
61
61
62
62
Halaman
Peran Pemerintah………..………………………………………………..
Konsultan Manajemen (KM) Kabupaten/Kota…………………………...
Tenaga Pendamping Desa (TPD)…………………………………………
Koperasi Ekonomi Masyarakat Pesisir Mikro Mina (LEP-M3)…………..
Lembaga Perbankan Pelaksana…………………………………………...
62
62
63
63
63
Peran Pendamping..............................................................................................
Peran Pendamping sebagai Fasilitator………………….…………………
Peran Pendamping sebagai Mediator……………………………………..
Peran Pendamping sebagai Motivator…………………………………….
Peran Pendamping sebagai Edukator……………………………………..
Peran Pendamping sebagai Komunikator…..……………………………..
Peran Pendamping sebagai Konselor……………………….......………...
64
65
70
76
79
83
87
Karakteristik Kelompok Nelayan………………........................................... 92
Sejarah Pembentukan Kelompok……………………………………........ 93
Aktivitas Kelompok……………………………………………………… 96
Kepemimpinan Pengurus Kelompok…………………………………….. 101
Akses Anggota ke Kelompok……………………………………………. 104
Jangkauan Usaha Kelompok……………………………………………... 107
Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok...................................................... …..
Tahapan Perencanaan………………………………………………….....
Tahapan Pelaksanaan…………………………………………………......
Tahapan Pemanfaatan…………………………………………………….
Tahapan Evaluasi…………………………………………………………
109
109
112
115
117
Tingkat Keberdayaan Kelompok Nelayan….....................................................
Produktivitas Kerja Kelompok……………………..…………………….
Kemampuan memenuhi Kebutuhan Dasar Kelompok………….………...
Kemandirian Kelompok Mengembalikan dan Mengembangkan dana........
Kemampuan Membangun Kemitraan…………………………………….
Kemampuan Memiliki Akses Modal, Barang Dan Jasa…………………..
Kesadaran Pemanfaatan dan Pengelolaan SDPL…………………………
121
122
127
130
134
140
143
Analisis Hubungan antara Peubah-Peubah Penelitian.......................................
Hubungan Peran Pendamping dan Tingkat Partisipasi Anggota
Kelompok......................................................................................................
Hubungan Karakteristik Kelompok Nelayan dan Tingkat Partisipasi
Anggota Kelompok Nelayan........................................................................
Hubungan Peran Pendamping dan Tingkat Keberdayaan Kelompok
Nelayan………………………………………............................................
Hubungan Karakteristik Kelompok Nekayan dan Tingkat Keberdayaan
Kelompok Nelayan.......................................................................................
Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Nelayan dan Tingkat
Keberdayaan Kelompok Nelayan.................................................................
146
146
149
151
156
158
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 161
Kesimpulan………………………………….............................................. 161
Saran …………………………………………........................................... 164
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
xiii
165
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah kelompok nelayan tangkap perikanan penerima Program
PEMP di tiga kabupaten/kota Provinsi Maluku Utara …..………..
2 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran peran
pendamping ....................................................................................
3 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran
karakteristik kelompok ………………………………………….
4 Indikator, definisi operasional, parameter tingkat partisipasi
anggota kelompok ……………………………………………. ….
5 Indikator, defenisi operasional, parameter pengukuran tingkat
keberdayaan kelompok …………………………………………..
6 Nilai uji coba instrumen penelitian per peubah/variable…………
7 Banyaknya alat tangkap ikan menurut Jenis di Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara ……………………………………………
8 Banyaknya alat tangkap ikan menurut jenis di tiga wilayah kajian
di Provinsi Maluku Utara tahun 2009 ……………………………
9 Banyaknya perahu/kapal penangkap ikan menurut jenis dan
ukuran di kabupaten/kota Provinsi Maluku Utara ……………….
10 Distribusi peran pendamping sebagai fasilitator ………………….
11 Distribusi indikator peran pendamping sebagai fasilitator ……….
12 Distribusi peran pendamping sebagai mediator …………………..
13 Distribusi indikator peran pendamping sebagai mediator ……….
14 Distribusi peran pendamping sebagai motivator ………………….
15 Distribusi indikator peran pendamping sebagai motivator ………
16 Distribusi peran pendamping sebagai educator …………………..
17 Distribusi indikator peran pendamping sebagai educator…………
18 Distribusi peran pendamping sebagai komunikator……………….
19 Distribusi indikator peran pendamping sebagai edukator ……….
20 Distribusi peran pendamping sebagai konselor …………………
21 Distribusi indikator peran pendamping sebagai konselor…………
22 Distribusi karakteristik kelompok nelayan berdasarkan sejarah
pembentukan kelompok …………………………………………
23 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator
sejarah pembentukan ……………………………………………
24 Distribusi kelompok nelayan berdasarkan aktivitas kelompok
25 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator aktivitas
kelompok ……………………………………………………….
26 Distribusi kelompok nelayan berdasarkan kepemimpinan pengurus
kelompok …………………………………………………………
27 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator
kepemimpinan pengurus kelompok ……………………………..
28 Distribusi kelompok nelayan berdasarkan akses anggota ke
kelompok ………………………………………………………..
29 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator akses
xiv
46
48
49
50
51
53
57
58
59
66
67
71
73
76
78
81
81
84
85
88
89
93
94
97
97
101
102
104
Halaman
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
anggota ke kelompok …………………………………………….
Distribusi kelompok nelayan berdasarkan jangkauan usaha
kelompok …………………………………………………………
Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator
Jangkauan usaha kelompok ………………………………………
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan aspek
perencanaan kelompok ……………………………………………
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
perencenaan ……………………………………………………..
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan tahapan
pelaksanaan kegiatan kelompok ………………………………….
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
pelaksanaan ……………………………………………………..
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan tahapan
pemanfaatan kegiatan kelompok …………………………………
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
pemanfaatan ……………………………………………………..
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan tahapan
evaluasi kegiatan kelompok ………………………………………
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
evaluasi …………………………………………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan derajat produktivitas
kerja anggota dan kelompok ……………………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan
produktivitas kinerja kelompok ………………………………….
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar anggota kelompok ………………….
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan
indikator kemampuan memenuhi kebutuhan dasar anggota ……..
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan
kemampuan/kemandirian mengembalikan dan
mengembangkan dana pinjaman program ………………………
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kemampuan/kemandirian mengembalikan dan mengembangkan
dana pinjaman program …………………………………………
Distribusi kemampuan kelompok membangun kemitraan
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kemampuan membangun kemitraan ……………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan kemampuan memiliki
akses, modal, barang dan jasa …………………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kemampuan memiliki akses ………………………………………
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan kesadaran dalam
pemanfaatan dan pengelolaan SDPL ……………………………...
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kesadaran pemanfaatan dan pengelolaan SDPL ………………….
Koefisien korelasi peran pendamping dengan partisipasi anggota
kelompok nelayan ………………………………………………..
xv
105
107
108
110
111
112
113
115
116
118
119
123
124
128
129
131
135
136
137
140
141
143
145
147
Halaman
53 Koefisien korelasi karakteristik kelompok nelayan dengan
partisipasi anggota kelompok nelayan …………………………..
54 Koefisien korelasi peran pendamping dengan keberdayaan
kelompok nelayan ……………………………………………….
55 Koefisien korelasi Karakteristik Kelompok Nelayan dengan
tingkat keberdayaan kelompok nelayan …………………………
56 Koefisien korelasi tingkat partisipasi anggota kelompok dengan
tingkat keberdayaan kelompok nelayan ………………………….
xvi
150
152
156
159
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
Kerangka Berpikir Peran Tenaga Pendamping dalam
Pemberdayaan kelompok Nelayan Pada Program PEMP di
Provinsi Maluku Utara ………………………………………..
Peta Lokasi Penelitian...............................................................
Model Struktur Organisasi Kelembagaan Program PEMP
(DKP 2003 Maluku Utara) .......................................................
xvii
42
45
64
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Kuisioner Penelitian ……………………………………………….
172
2
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Peran Pendamping ………….
178
3
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Karakteristik Kelompok........
179
4
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Partisipasi Anggota
Kelompok Kelompok......................................................................
180
5
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Keberdayaan Kelompok.......
181
6
Dokumentasi Pengambilan Data Lapangan ....................................
182
xviii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan merupakan komunitas pesisir yang secara langsung menggantungkan
sebagian besar kehidupannya di laut. Kebanyakan nelayan hidup di wilayah pesisir
yang terisolir, tertinggal, memiliki akses sumberdaya yang terbatas, serta kualitas dan
kemampuan SDM-nya yang masih sangat rendah. Gambaran ketidakberdayaan tersebut
memiliki relevansi dengan kondisi demografi masyarakat pesisir di Indonesia. Dari
67.439 desa yang ada di Indonesia terdapat 9.261 desa yang merupakan desa pesisir
Komunitas di dalamnya pun kebanyakan merupakan masyarakat tradisional dengan
kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang relatif sangat rendah ( 90%)
hanya berpendidikan sampai sekolah dasar (Kusnadi, 2002).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, penduduk miskin di
Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen di antaranya adalah masyarakat
yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Tahun 2010 angka kemiskinan yang
dikeluarkan BPS terakhir mencapai 35 juta orang atau 13,33 persen dari jumlah
penduduk yang mencapai sekitar 237 juta jiwa, sedangkan Bank Dunia melaporkan
kemiskinan di Indonesia masih berkisar sekitar 100 juta. Data terbaru DKP
menyebutkan, poverty headcount index (PHI) pada tahun 2006 sebesar 0,3214.
Berarti, sekitar 32 persen dari 16,42 juta masyarakat pesisir-nelayan di Indonesia
berada dibawah garis kemiskinan.
Fakta tentang keterbatasan kemampuan masyarakat pesisir terutama nelayan
dalam mengelola sumberdaya pesisir dan lautan ditemui pula di pesisir Maluku Utara,
dengan luas laut sebesar 106.977,31 km2 atau 76 persen dari total luas daratan yang
dimiliki. Ketersediaan potensi perikanan diperkirakan mencapai 1.035.230 ton ikan
per tahun, dengan potensi lestari yang dapat dimanfaatkan sebesar 517.615 ton ikan
per tahun (DKP Maluku Utara, 2005). Akan tetapi potensi laut yang sedemikian besar
tersebut belum memberikan dampak ekonomi yang berarti bagi masyarakat pesisir,
terutama bagi nelayannya.
Keterbatasan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut di atas, selain
karena persoalan kapasitas SDM nelayan, armada dan alat tangkap yang dimiliki oleh
2
nelayan Maluku Utara juga masih sangat terbatas. Dari 2.563 jumlah armada tangkap
yang dimiliki oleh nelayan Maluku Utara 1.124 adalah armada tanpa motor dan hanya
51 dari 261 armada tangkapnya yang berkapasitas dibawah 20 GT (DKP Maluku
Utara, 2009). Demikian juga dengan kepemilikan jenis alat tangkap. Dari 14.354 total
jenis alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Maluku Utara, 53 persen didominasi
oleh alat tangkap sederhana (DKP Maluku Utara, 2009). Kenyataan ini membuktikan
bahwa masyarakat nelayan Maluku Utara masih terbelakang.
Fenomena kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat pesisir/nelayan di tanah
air, termasuk masyarakat nelayan di Maluku Utara tidak sekedar isu, tetapi sudah
menjadi fakta nasional. Pemecahan masalah tersebut dengan digulirkannya Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) pada tahun 2000 oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan harapan. Tujuan adalah
meningkatkan
kesejahteraan
dan
partisipasi
masyarakat
pesisir
melalui
pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan SDM, penguatan kelembagaan sosial
ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya kelautan dan perikanan secara
optimal dan berkelanjutan.
Kaitannya dengan menumbuhkan partisipasi dan untuk mempercepat proses
perbaikan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir, strategi dan/atau pendekatan yang
digunakan dalam Program PEMP adalah melalui pandampingan, dan kelompok
masyarakat pemanfaat program atau yang lebih dikenal dengan KMP dijadikan
sebagai media intervensi. Oleh karena itu, diperlukan agen penggerak yaitu tenaga
pendamping. Dalam konteks ini, tenaga pendamping yang disyaratkan minimal
berpendidikan Diploma III, diutamakan yang telah memiliki pengalaman dalam
program yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta bersedia ditempatkan di
lokasi pendampingan yang bertugas mendampingi nelayan dalam pelaksanaan
kegiatan kelompok.
Pelaksanaan Program PEMP di Provinsi Maluku Utara sejak tahun 2001 telah
disalurkan dana ekonomi produktif (DEP) sebagai dana bergulir yang dimanfaatkan
oleh seluruh kelompok masyarakat pemanfaat program (KMP) dibentuk oleh seluruh
Kabupaten/Kota (Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera
3
Tengah, Halmahera Utara dan Kabupaten Kepulauan Sula, serta Kota Ternate dan
Kota Tidore Kepulauan) di Provinsi Maluku Utara. Dalam pelaksanaannya selama
kurun waktu tersebut, tidak berjalan mulus. Beberapa kabupaten/kota terindikasi
gagal pada tahun pertama, dan tidak lagi mengusulkan program pada periode
berikutnya sampai dengan berakhirnya program secara nasional pada tahun 2009.
Indikasi kegagalan pelaksanaan PEMP di Provinsi Maluku Utara diduga salah
satunya adalah sebagai akibat dari lemahnya peran pendamping dalam pelaksanaan
pendampingan kegiatan KMP.
Peran pendampingan menjadi sangat penting karena kelompok masyarakat
miskin yang terlibat atau tergabung dalam program pemberdayaan apa saja, termasuk
Program (PEMP) dengan sendirinya belum mampu mengelola dana program dan
belum dapat berjalan sendiri. Diperlukan tenaga pendamping yang bertugas
mendampingi masyarakat nelayan dalam kelompoknya sehingga terjadi suatu
kebersamaan dalam upaya perbaikan taraf hidupnya (Kartasasmita, 1995). Dalam
teori peran dikatakan bahwa pelaksanaan peran yang berhasil seringkali memerlukan
kompetensi dalam sejumlah perilaku yang saling berkaitan, dan pengetahuan
seseorang yang ditempatkan pada suatu kelompok, organisasi atau masyarakat
(Horton dkk, 1989). Dengan demikian, yang terpenting dari pendampingan kelompok
menurut Baskoro (2009), adalah menempatkan pendamping yang tepat pada
kelompok yang tepat pula.
Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa kelompok adalah kumpulan dua atau
lebih individu yang mempunyai beberapa kesamaan obyek perhatian, berinteraksi
secara mantap, menyusun struktur bersama dalam berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, atau dengan kata lain suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu
yang mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya,
serta terdapat norma yang mengatur tingkah laku anggotanya. Dalam kajian ini,
kelompok yang dimaksud adalah masyarakat nelayan tangkap penerima Program
PEMP. Kelompok nelayan ini diharapkan tumbuh dan berkembang atas dasar
kemauan dan kemampuan mereka sendiri, memiliki kesamaan jenis usaha, aktivitas
ekonomi dan keahlian masing-masing anggota. Tujuan dari pilihan tersebut
4
dimaksudkan untuk memudahkan nelayan dalam memperloleh modal usaha yang
dicanangkan oleh program, juga agar tidak menyulitkan nelayan dalam proses
menjalankan kegiatan kelompok, kekompakan dan kebersamaan anggota dalam
kelompok.
Prinsip pembetukan tersebut menuntut tenaga pendamping untuk berperan
membantu nelayan menggorganisasikan diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal dan
memobilisasi sumberdaya yang ada pada mereka, serta memberdayakan seluruh
anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan keberdayaannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tenaga pendamping yang memiliki pengetahuan,
sikap dan keterampilan merupakan hal yang sangat penting. Diperlukan ketersediaan
kemampuan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menyertai
dan berperan dalam proses penyelenggaraan kegiatan kelompok sebagai fasilitator,
mediator, memotivator, edukator, komunikator dan sebagai konselor sewaktu
diperlukan oleh kelompok. Asumsi ini mendasari konsep bahwa tingkat efektivitas
atau keberhasilan dari program pemberdayaan akan sangat ditentukan oleh
pemahaman kelompok masyarakat terhadap aktivitas program yang dijalankannya.
Berdasarkan uraian tersebut, upaya pengkajian terhadap pelaksanaan peran
pendamping Program PEMP di Provinsi Maluku Utara, terlebih dalam upaya
meningkatkan partisipasi dan keberdayaan kelompok nelayan yang didampingi sangat
urgent untuk dilakukan. Dipilihnya peran pendamping sebagai objek kajian
dimaksudkan untuk menggambarkan peran pendamping sebagai salah satu alternatif
pemberdayaan yang dilaksanakan untuk memampukan masyarakat yang tergabung
dalam KMP Program PEMP, agar dalam pelaksanaan program selanjutnya dapat
diupayakan suatu program pendampingan yang lebih efektif, selektif dan berkarakter
yang dapat diterima oleh kelompok komunitas yang didampingi atau yang
diberdayakan.
5
Masalah Penelitian
Hasil akhir dari suatu program pemberdayaan adalah terjadinya perubahan
perilaku
masyarakat
yang
lebih
partisipatif
(kemampuan
merencanakan,
melaksanakan, memanfaatkan dan mengevaluasi setiap kegiatan usaha yang
dijalankannya) serta mampu mandiri dan berdaya secara berkelanjutan. Prinsip
partisipasi digunakan untuk menghasilkan suatu kontribusi terhadap kepentingan
kegiatan kelompok nelayan yang terencana menurut potensi, kemauan dan
kemampuan yang mereka miliki. Demikian pula, harapan terhadap Program PEMP,
meskipun di beberapa daerah kab/kota di Indonesia, implementasi Program PEMP
dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat
pesisir/nelayan, namun dari hasil evaluasi maupun dari laporan-laporan independen,
ternyata tidak sedikit kabupaten/kota penerima Program PEMP yang tidak berhasil,
termasuk beberapa kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara.
Indikator-indikator kegagalan Program PEMP dapat di lihat dari lemahnya
kegiatan sosialisasi program, pendapatan kelompok nelayan yang stagnan dan
cenderung menurun, dan kelompok yang dibentuk hanya merupakan instrumen untuk
mendapatkan modal program, serta dana program dianggap sebagai pemberian cuma-
cuma (Hasanudin, 2006). Hambatan spesifik lainnya seperti dilaporkan Miraza
(2009), bahwa kelompok tidak mendapatkan bantuan apapun dari pendamping,
kegiatan pendampingan yang seharusnya dilakukan oleh kelembagaan yang telah
dibentuk tidak berjalan optimal, termasuk akses terhadap informasi program. Demikian
juga, rendahnya partisipasi anggota kelompok nelayan dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan atau ketidak-sungguhan komitmen kelompok nelayan dalam
memanfaatkan
dan
mengembangkan dana
program
semakin
memperburuk
keberhasilan program yang telah diberikan.
Fakta ini dipertegas oleh Hadi (2009), bahwa kurangnya kemauan baik
(political will) dari pemerintah, maupun dari komponen masyarakat yang tidak
partisipatif, tidak optimalnya peran pendamping dalam pendampingan masyarakat
serta ketidaksiapan peran institusi pendamping program sebagai agen perubahan
dalam pengembangan masyarakat, termasuk kurangnya sosialisasi dan lemahnya
6
perencanaan program di tingkat lokal adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab
gagalnya berbagai program pemberdayaan di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, secara spesifik
dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
(1)
Sejauh mana peran pendamping dalam pelaksanaan program pemberdayaan
KMP nelayan di Provinsi Maluku Utara?
(2)
Bagaimana karakteristik KMP nelayan dalam Program PEMP?
(3)
Bagaimana tingkat partisipasi anggota KMP nelayan dalam Program PEMP?
(4)
Sejauh mana tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam Program PEMP?
(5)
Bagaimana hubungan peran pendamping, karakteristik KMP terhadap tingkat
partisipasi anggota KMP dan tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam
pelaksanaan Program PEMP di Provinsi Maluku Utara?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
(1)
Mengkaji peran pendamping dalam Program PEMP di Provinsi Maluku Utara
(2)
Mengkaji karakteristik KMP nelayan dalam Program PEMP
(3)
Mengkaji tingkat partisipasi anggota KMP nelayan dalam Program PEMP
(4)
Mengkaji tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam Program PEMP
(5)
Menganalisis hubungan peran pendamping, karakteristik KMP terhadap tingkat
partisipasi dan tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam pelaksanaan
Program PEMP di Provinsi Maluku Utara.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan
ilmu
pengetahuan terutama
di bidang
penyuluhan
pembangunan, khususnya pada aspek pendampingan serta sebagai acuan bagi para
agen perubahan sosial dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Manfaat praktis
dalam kajian ini diharapkan menjadi alternatif dalam upaya menjawab masalah
kemiskinan dan strategi pendampingan dalam program pemberdayaan kelompok
komunitas pesisir/nelayan di Provinsi Maluku Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Nelayan dan Kemiskinannya
Umumnya masyarakat pesisir-nelayan merupakan kelompok masyarakat yang
relatif tertinggal secara ekonomi, sosial dan budaya dibandingkan dengan kelompok
masyarakat lainnya (Dahuri, 2003). Demikian juga kebijakan pemerintah/negara dalam
upaya mengentaskan nasib masyarakat-nelayan ternyata gagal sampai sekarang.
Persepsi ini didasarkan pada hasil pengamatan langsung terhadap realitas kehidupan
masyarakat nelayan atau dari hasil-hasil kajian akademis, seperti hasil temuan Karim
(IPB) kurun waktu tahun 2002-2004 mengenai pemberdayaan nelayan di Deli
Serdang, Asahan, Karawang, dan Sukabumi menunjukkan bahwa strategi
neoliberalisme ini banyak diaplikasikan sehingga mengalami kegagalan pada tingkat
implementasi (Riyono, 2010). Sebagai negara maritim terbesar di dunia, menurut
Purwanto (2007), mestinya keterbelakangan nelayan itu tidak harus terjadi, jika saja
pilihan strategi kebijakan pembangunan tidak salah.
Berdasarkan usaha dan aktivitas ekonominya, nelayan dapat didefinisikan
sebagai sekelompok orang yang tinggal di wilayah pesisir yang secara langsung
memanfaatkan sumberdaya alam pesisir dan laut. Mereka terdiri dari nelayan pemilik,
buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah
ikan, pemasok faktor sarana produksi perikanan, dan lain-lain untuk menyokong
kehidupan kesehariannya (Nikijuluw, 2001). Lebih lanjut dikatakan bahwa kelompok
nelayan ini secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan
melalui kegiatan penangkapan dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi
pemukiman di wilayah pesisir di seluruh Indonesia, di pantai dan di pulau-pulau besar
dan kecil. Sebagian besarnya adalah pengusaha skala kecil dan menengah, subsisten,
serta memenuhi kebutuhan keluarga dalam jangka waktu yang pendek.
Bantuan berupa alat tangkap untuk nelayan lebih sering gagal akibat tidak
melihat faktor struktural tersebut. Meskipun diberikan sampan dan peralatan tangkap
tetapi dana cadangan untuk pemeliharaan (maintenance) alat tangkap tidak tersedia,
akan kembali mengandalkan tokeh sebagai tempat meminjam. Sampan dan alat
8
tangkap bisa-bisa "tergadai", karena untuk membayar hutang. Berbagai hasil kajian
penelitian, selama ini mengungkapkan bahwa kehidupan sosial ekonomi kaum nelayan
sebagian besar dari mereka, khususnya yang tergolong nelayan buruh atau nelayannelayan kecil, hidup dalam kemiskinan. Kemampuan mereka untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimal kehidupan sehari-hari sangat terbatas. Bagi kaum nelayan, di
antara beberapa jenis kebutuhan pokok kehidupan, kebutuhan yang paling penting
adalah pangan. Adanya jaminan pemenuhan kebutuhan pangan setiap hari sangat
berperan besar untuk menjaga kelangsungan hidup mereka (Kusnadi, 2003).
Terdapat beberapa definisi dan kriteria kemiskinan menurut garis kemiskinan.
Tetapi secara umum para pakar ekonomi, sosial dan budaya mendefinisikan
kemiskinan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau
sekolompok orang yang tidak berdaya menyelenggarakan hidupnya sampai pada suatu
titik yang dianggap manusiawi (Jamasy, 2004). Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor
utamanya terkait dengan pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau
seluruh masyarakat yang berakibat kepada sempitnya lapangan kerja, upah kerja
rendah, produtivitas kerja menurun, aset menurun, diskriminasi, tekanan harga, dan
sampai pada suatu keadaan dimana setiap orang semakin mudah untuk mengorbankan
harta benda, termasuk harga diri miliknya untuk dijual.
Menurut Chambers (1987), inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletak
pada apa yang disebut deprivation trap atau lebih populer disebut dengan istilah
perangkap kemiskinan. Deprivation trap dicirikan atas lima unsur yaitu: kemiskinan itu
sendiri, kelemahan
fisik, keterasingan atau kadar isolasi, kerentanan atau
ketidakberdayaan. Kelima unsur tersebut seringkali terkait satu sama lain sehingga
merupakan perangkap kemiskinan yang benar-benar berbahaya dan mematikan peluang
hidup orang atau keluarga miskin.
Kemiskinan yang merupakan indikator ketertinggalan kaum nelayan, menurut
Nikijuluw (2001), paling tidak disebabkan oleh tiga hal utama, yaitu: (1) kemiskinan
struktural, (2) kemiskinan super-struktural, dan (3) kemiskinan kultural. Kemiskinan
struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh faktor atau variabel
eksternal di luar individu. Variabel-variabel tersebut adalah struktur sosial ekonomi
9
masyarakat, ketersediaan insentif atau disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas
pembangunan, ketersediaan teknologi, dan ketersediaan sumberdaya pembangunan
khususnya sumberdaya alam. Hubungan antara variabel-variabel ini dengan
kemiskinan umumnya bersifat terbalik. Kemiskinan super-struktural adalah
kemiskinan yang disebabkan karena variabel-variabel kebijakan makro yang tidak
begitu kuat berpihak pada pembangunan nelayan. Variabel-variabel super-struktur
tersebut di antaranya adanya kebijakan fiskal, kebijakan moneter, ketersediaan hukum
dan perundang-undangan, kebijakan pemerintahan yang diimplementasikan dalam
proyek dan program pembangunan. Sedangkan kemiskinan kultural adalah
kemiskinan yang disebabkan karena variabel-variabel yang melekat, inheren, dan
menjadi gaya hidup tertentu. Variabel-variabel penyebab kemiskinan kultural adalah
tingkat pendidikan, pengetahuan, adat, budaya, kepercayaan, kesetiaan pada
pandangan-pandangan tertentu, serta ketaatan pada panutan.
Menurut Kusnadi (2003), ada dua sebab yang melatarbelakangi ketidakberdayaan nelayan, yaitu faktor internal dan eksternal. Sebab yang pertama adalah
persoalan internal kehidupan nelayan itu sendiri, yakni: (1) keterbatasan kualitas
SDM nelayan; (2) keterbatasan kemampuan modal usaha, dan teknologi
penangkapan;
(3)
hubungan
kerja
dalam
organisasi
penangkapan
tidak
menguntungkan nelayan buruh; (4) kesulitan melakukan diversifikasi usaha; (5)
ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut; (6) pendapatan nelayan bersifat
harian dan jumlahnya sulit ditentukan; (7) ketergantungan yang besar terhadap
pedagang; (8) kebiasaan nelayan yang tidak mengikutsertakan perempuan dan anakanak; serta (9) gaya hidup yang dipandang boros sehingga kurang berorientasi ke
masa depan. Sedangkan sebab yang bersifat eksternal yakni berkaitan dengan kondisi
di luar diri dan aktivitas nelayan itu sendiri, yakni: (1) kebijakan pembangunan
perikanan yang lebih berorientasi pada produtivitas pertumbuhan ekonomi nasional dan
parsial; (2) sistem pemasaran hasil perikanan lebih menguntungkan pedagang
perantara; (3) kerusakan ekosistem wilayah pesisir dan laut; (4) penggunaan alat
tangkap yang tidak efektif; (5) penegakan hukum yang lemah; (6) terbatas
EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DALAM
PEMBERDAYAAN KELOMPOK NELAYAN
DI PROVINSI MALUKU UTARA
ASMAR HI. DAUD
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Peran Pendamping Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dalam Pemberdayaan Kelompok
Nelayan di Provinsi Maluku Utara” adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2011
Asmar Hi. Daud
NIM I351080011
ABSTRACT
ASMAR HI. DAUD. The Role of Facilitators of the Economic Empowerment
Program for Coastal Communities on Empowerment of Fishers Groups in North
Moluccas Province. Under supervision SITI AMANAH and PANG S. ASNGARI.
The Economic Empowerment Program for Coastal Communities (PEMP)
was one program that aimed to improve coastal community welfare. Coastal
community in North Moluccas was community group participated in the PEMP.
PEMP had been implemented by Ministry of Marine and Fisheries Affairs since
2000 in 289 district/municipality. However, the impacts of the program varied
from one places to another. There were a number of issues related to the
achievement of the a includes the facilitation roles. This study aimed to analyse
the role of facilitation by the facilitators of the PEMP program, to know the level
of participation, and analyze the relationship between facilitation process and
level of group member participation into PEMP program in North Moluccas
Province. The research sites were three districts in North Moluccas Province.
Survey method was used to collected data from 120 respondents. Sample
respondents were selected randomly from 24 fishers groups. Data were analyzed
descriptively and correlation analyses. From the research, it was found that the
facilitators had not performed their facilitation properly, the level of group
member participation to the PEMP was limited in implementation levels and
utilization levels. There was a positive significant correlation between the role of
facilitators and the group member participation.
Key words: empowerment program, coastal community, role of facilitators,
groups, development fishers.
RINGKASAN
ASMAR Hi. DAUD. Peran Pendamping Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir dalam Pemberdayaan Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku
Utara. Dibimbing oleh SITI AMANAH dan PANG S. ASNGARI.
Provinsi Maluku Utara adalah Provinsi Kepulauan, yang memiliki basis
masyarakat pesisir dan keanekaragaman potensi kekayaan sumberdaya alam pesisir
dan laut yang melimpah. Sebagai provinsi kepulauan dengan potensi sumberdaya
pesisir dan laut (SDPL) yang besar, kenyataannya belum memberikan dampak
ekonomi yang berarti bagi masyarakat pesisir, terutama bagi nelayannya. Secara
fisik, berdasarkan aktivitas nelayan, kepemilikan armada dan jenis alat tangkap
yang digunakan, dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan, bahkan
cenderung menurun. Akibat kemunduran ini, potensi kekayaan lautnya lebih
banyak dimanfaatkan oleh nelayan asing. Kenyataan ini membuktikan bahwa
nelayan Maluku Utara masih berada dalam kondisi terbelakang.
Pemecahan masalah kemiskinan masyarakat pesisir/nelayan dengan
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang digulirkan
pada tahun 2000 oleh KementerianKelautan dan Perikanan memberikan harapan.
Hal ini di lihat dari tujuan, visi dan misi serta sasaran program yang diembannya.
Metode dan strategi pemberdayaan yang digunakan adalah melalui proses
pendampingan dan kelompok sebagai media intervensi. Di Provinsi Maluku
Utara, pelaksanaan Program PEMP dimulai sejak tahun 2001-2003 dan berakhir
pada tahun 2004-2009. Selama pelaksanaannya, telah disalurkan dana ekonomi
produktif sebagai dana bergulir yang dimanfaatkan oleh seluruh kelompok
pemanfaat program (KMP) yang telah dibentuk oleh seluruh kabupaten dan kota
di Provinsi Maluku Utara (Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera
Timur, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten
Kepulauan Sula, Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan).
Pelaksanaan Program PEMP di Maluku Utara dalam kurun waktu tersebut
dihadapkan pada berbagai kendala. Beberapa kabupaten/kota terindikasi gagal
pada tahun pertama, dan tidak lagi mengusulkan program pada tahun berikutnya,
sedangkan Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan serta Kabupaten Halmahera
Barat yang merupakan wilayah kajian masih berjalan, meskipun dengan periode
yang berbeda. Indikasi kegagalan pelaksanaan Program PEMP, diduga salah
satunya sebagai akibat dari lemahnya peranserta pendampingan kelompok dalam
pelaksanaan kegiatannya. Hal ini yang menjadi fokus penelitian, agar dalam
pelaksanaan program selanjutnya dapat diupayakan suatu program pendampingan
yang lebih efektif dengan menetapkan bentuk-bentuk peran pendamping yang
lebih selektif serta memiliki kompetensi dan karakter yang dapat diterima oleh
komunitas yang didampinginya.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji peran pendamping dalam
program PEMP; (2) Menganalisis karakteristik kelompok nelayan, partisipasi
anggota serta tingkat keberdayaan kelompok dalam program PEMP dan; (3)
Menganalisis hubungan peran pendamping, karakteristik kelompok terhadap tingkat
partisipasi dan tingkat keberdayaan kelompok dalam program PEMP di Provinsi
Maluku Utara.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, dalam hal ini
yang disurvei adalah anggota kelompok nelayan peserta/pemanfaat (KMP)
Program PEMP. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2010 yang berlokasi di
Propinsi Maluku Utara dengan wilayah kajian meliputi Kota Ternate, Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat.
Populasi penelitian adalah keseluruhan anggota kelompok nelayan
pemanfaat/penerima Program PEMP yang ada di tiga kabupaten/kota di Provinsi
Maluku Utara. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
anggota kelompok nelayan menggunakan kuesioner. Penentuan responden
dilakukan secara simple random sampling. Jumlah responden/sampel diambil dari
24 kelompok (262 orang) yang terdistribusi di tiga wilayah kajian, masing-masing
wilayah 40 responden (120 orang) Slovin (Sevilla dkk, 1993).
Data primer meliputi: Peran Pendamping (X 1 ), Karakterisirik Kelompok
(X 2 ), Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok (Y 1 ) dan Tingkat Keberdayaan
Kelompok (Y 2 ). Dari keempat variabel dibuat skala penilaian secara bertingkat
(sangat tinggi/sangat setuju/sangat baik, tinggi/setuju/baik diberi skor
rendah/kurang setuju/kurang baik, rendah sekali/sangat tidak setuju/sangat tidak
baik) dengan katageri skor berturut-turut adalah 4, 3, 2 1. Data sekunder diperoleh
dari lembaga terkait (Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota/Kabupaten,
Koperasi LEPP-M3 dan Konsultan Manajemen).
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui gambaran umum sebaran dari variabel-variabel yang diteliti,
sedangkan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel yang
diteliti digunakan uji koefisien korelasi peringkat Spearman (Spearman Rank
Correlation).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran pendamping dengan berbagai
indikator kinerja (fasilitator, mediator, motivator, edukator, komunikator dan
konselor) berada pada kategori rendah (1.75) (dari rentang skor 1-4); (2)
karakteristik kelompok dengan mayoritas indikator, baik pada aspek pembentukan
kelompok, aktivitas kelompok, kepemimpinan, akses anggota ke kelompok dan
jangkauan usaha kelompok masuk dalam kategori sedang (2.63) (dari rentang skor
1-4); (3) tingkat partisipasi anggota kelompok berdasarkan keseluruhan tahapan
partisipasi (perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan evaluasi) masuk dalam
kategori sedang (2.51) (dari rentang skor 1-4), namun pada tahapan perencanaan
(1.96) dan evaluasi (1.69) menunjukkan kategori rendah (dari rentang skor 1-4);
(4) tingkat keberdayaan kelompok dari keseluruhan indikator keberdayan
menunjukkan tingkat rendah (1.93) (dari rentang skor 1-4), kecuali pada aspek
produktivitas kerja KMP (2.22) dan aspek kemampuan membangun kemitraan
(2.09) masuk dalam kategori sedang (dari rentang skor 1-4); (5) terdapat
hubungan antara: (a) peran pendamping dengan tingkat partisipasi anggota
kelompok, (b) peran pendamping dengan tingkat keberdayaan kelompok, (c)
karakteristik kelompok (sejarah pembentukkan kelompok) dengan tingkat
partisipasi anggota kelompok pada tahapan perencanaan, (d) terdapat hubungan
antara karakteristik kelompok dengan tingkat keberdayaan kelompok, serta (e)
terdapat hubungan antara partisipasi anggota kelompok dengan tingkat
keberdayaan kelompok.
Peran pendampingan yang dilakukan oleh pendamping pada KMP-PEMP di
Maluku Utara belum sesuai dengan harapan program, sehingga pemberdayaan yang
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi belum mampu
meningkatkan partisipasi dan kemandirian/keberdayaan anggota maupun KMP
nelayan (kemampuan dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap dalam memecahkan masalah). Rendahnya derajat keberhasilan
kinerja peran pendamping dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (a)
pengetahuan pendamping yang masih kurang terhadap program PEMP; (b)
kemampuan berinteraksi dan SDM pendamping yang masih lemah; (c) program
yang dijalankan masih berorientasi proyek; (d) pemberian insentif yang kurang
memadai, (d) keterbatasan waktu yang diberikan kepada pendamping dalam
menjalankan tugas-tugas pendampingan kelompok di lapangan, serta (d)
aksebilitas (tempat tinggal pendamping dengan lokasi KMP).
Oleh karena itu, perlu adanya lembaga pendampingan yang lebih mandiri
dengan tenaga pendamping yang memiliki kompetensi yang memadai dan teruji
(profesional) di bidangnya, sehingga ke depan, dalam proses-proses
pendampingan kelompok masyarakat pesisir/nelayan yang akan diberdayakan
dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan pemberdayaan. Rekruitmen
tenaga pendamping perlu dilakukan lebih obyektif berdasarkan kemampuan
kompetensi dan pengalaman yang dimiliki, termasuk mempertimbangkan waktu
dan sistem/mekanisme insentif disesuaikan dengan kondisi geografis dan/atau
aksebilitas masing-masing wilayah. Diperlukan pelatihan tenaga pendamping
dan/atau bagi kelompok yang mencakup pelatihan administrasi, pelatihan
manajemen usaha, pelatihan organisasi dan lain-lain, serta adanya jaringan
kerjasama kemitraan dan pemasaran hasil dengan pihak swasta, instansi terkait
dan perbankan.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERAN PENDAMPING PROGRAM PEMBERDAYAAN
EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DALAM
PEMBERDAYAAN KELOMPOK NELAYAN
DI PROVINSI MALUKU UTARA
ASMAR HI. DAUD
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji luar komisi: Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si
Judul Tesis
Nama
NIM
: Peran Pendamping Program Ekonomi Masyarakat Pesisir dalam
Pemberdayaan Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku Utara
: Asmar Hi. Daud
: I351080011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Ketua
Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Penyuluhan Pembangunan
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 16 September 2011
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
petunjuk-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul
”Peran Pendamping Program Ekonomi Masyarakat Pesisir
dalam Pemberdayaan
Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku Utara,” ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Penyuluhan
Pembangunan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia IPB. Tesis ini merupakan hasil penelitian yang penulis kerjakan
berdasarkan penelaahan lapangan di Provinsi Maluku Utara (Kota Ternate, Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat) pada tahun 2010.
Penulisan tesis ini terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc dan Prof. Dr. Pang S. Asngari, selaku komisi pembimbing
yang selama dalam prosesnya telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan
saran dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada masyarakat nelayan di Provinsi
Maluku Utara, terutama kepada kelompok nelayan yang berada di Kota Ternate, Kota
Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat yang telah meluangkan waktunya
untuk diwawancarai dan atas kesediaannya mengisi kuisioner yang diberikan.
Terima kasih yang tulus, penulis haturkan kepada keluarga dan teman-teman
atas dorongan dan motivasi, perhatian serta doanya.
Disadari bahwa tidak ada kesempurnan dalam diri manusia kecuali terus
mencari dan berharap menemukan kesempurnaan. Oleh karena itu, uraian dalam tesis
ini juga tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangannya. Penulis berharap semoga
tesis ini dapat ditelaah, disempurnakan dan bermanfaat dalam pengembangan strategi
peran pendampingan pemberdayaan masyarakat pesisir, khususnya kelompok nelayan
di Provinsi Maluku Utara.
Bogor, September
2011
Asmar Hi. Daud
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara pada
tanggal 11 Agustus 1975 dari pasangan Bapak Abdullah (alm) dan Ibu Nurhaya
Khasyim. Penulis merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara. Pendidikan penulis
diawali pada tahun 1982 di SD Negeri Moari Busua Kabupaten Halmahera Selatan,
kemudian melanjutkan SMP Negeri 2 Kayoa Kabupaten Halmahera Selatan pada tahun
1989 dan tahun 1994 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Kota
Ternate.
Pada tahun 1994 penulis menempuh pendidikan (S1) di Fakultas Pertanian
Universitas Khairun Ternate Jurusan Perikanan dan tamat pada tahun 2000. Mulai
tahun 2001 sampai sekarang penulis bekerja sebagai dosen di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Khairun (Unkhair) Ternate pada Program Studi Budidaya
Perairan, dan pada tahun 2008 penulis berkesempatan melanjutkan tugas belajar di
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Institut Pertanian Bogor atas
beasiswa dari Kementerian Pendidikan Nasional.
Artikel dengan judul: “ Peran Pendamping Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir dalam Pemberdayaan Kelompok Nelayan di Provinsi Maluku
Utara” sebagai bagian dari tesis, telah dipublikasikan dalam Jurnal Penyuluhan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..… xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xviii
PENDAHULUAN .............................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Masalah Penelitian........................................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................................
Kegunaan Penelitian ....................................................................................
1
1
5
6
6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Nelayan dan Kemiskinannya .......................................................................
Konsep Pembangunan ..................................................................................
Konsep Pemberdayaan Masyarakat..............................................................
Pemberdayaan sebagai Suatu Upaya Perubahan Perilaku ..........................
Peran Pendamping dalam Proses Pemberdayaan .……………..………...
Nelayan sebagai Kelompok Sosial Pemanfaat Program ...……………….
Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir...................................
7
9
11
15
21
23
27
32
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …............................................
Kerangka Berpikir ........................................................................................
Hipotesis Penelitian.......................................................................................
40
40
43
METODE PENELITIAN ..............................................................................
Desain Penelitian .........................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................
Populasi dan Sampel ....................................................................................
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel.......................................
Validitas dan Reliabilitas ................................................................... …….
Validitas ........................................................................................................
Reliabilitas ....................................................................................................
Metode Pengumpulan Data ..........................................................................
Sumber Data .................................................................................................
Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................
Analisis Data ................................................................................................
44
44
44
45
46
52
53
53
54
54
54
55
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
Gambaran Umum di Tiga Wilayah Penelitian..........................................
Perikanan Tangkap ..……………………………………………………..
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)….………
Tujuan Program PEMP….…………………………………………..
Visi Program...……………………………………………………….
Misi Program………………………………………………………...
Sasaran Program ...……………………….………………..................
Ruang Lingkup Kegiatan Program…………………………..............
Organisasi dan Kelembagaan Program PEMP……................……….
56
56
56
60
60
61
61
61
62
62
Halaman
Peran Pemerintah………..………………………………………………..
Konsultan Manajemen (KM) Kabupaten/Kota…………………………...
Tenaga Pendamping Desa (TPD)…………………………………………
Koperasi Ekonomi Masyarakat Pesisir Mikro Mina (LEP-M3)…………..
Lembaga Perbankan Pelaksana…………………………………………...
62
62
63
63
63
Peran Pendamping..............................................................................................
Peran Pendamping sebagai Fasilitator………………….…………………
Peran Pendamping sebagai Mediator……………………………………..
Peran Pendamping sebagai Motivator…………………………………….
Peran Pendamping sebagai Edukator……………………………………..
Peran Pendamping sebagai Komunikator…..……………………………..
Peran Pendamping sebagai Konselor……………………….......………...
64
65
70
76
79
83
87
Karakteristik Kelompok Nelayan………………........................................... 92
Sejarah Pembentukan Kelompok……………………………………........ 93
Aktivitas Kelompok……………………………………………………… 96
Kepemimpinan Pengurus Kelompok…………………………………….. 101
Akses Anggota ke Kelompok……………………………………………. 104
Jangkauan Usaha Kelompok……………………………………………... 107
Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok...................................................... …..
Tahapan Perencanaan………………………………………………….....
Tahapan Pelaksanaan…………………………………………………......
Tahapan Pemanfaatan…………………………………………………….
Tahapan Evaluasi…………………………………………………………
109
109
112
115
117
Tingkat Keberdayaan Kelompok Nelayan….....................................................
Produktivitas Kerja Kelompok……………………..…………………….
Kemampuan memenuhi Kebutuhan Dasar Kelompok………….………...
Kemandirian Kelompok Mengembalikan dan Mengembangkan dana........
Kemampuan Membangun Kemitraan…………………………………….
Kemampuan Memiliki Akses Modal, Barang Dan Jasa…………………..
Kesadaran Pemanfaatan dan Pengelolaan SDPL…………………………
121
122
127
130
134
140
143
Analisis Hubungan antara Peubah-Peubah Penelitian.......................................
Hubungan Peran Pendamping dan Tingkat Partisipasi Anggota
Kelompok......................................................................................................
Hubungan Karakteristik Kelompok Nelayan dan Tingkat Partisipasi
Anggota Kelompok Nelayan........................................................................
Hubungan Peran Pendamping dan Tingkat Keberdayaan Kelompok
Nelayan………………………………………............................................
Hubungan Karakteristik Kelompok Nekayan dan Tingkat Keberdayaan
Kelompok Nelayan.......................................................................................
Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Nelayan dan Tingkat
Keberdayaan Kelompok Nelayan.................................................................
146
146
149
151
156
158
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 161
Kesimpulan………………………………….............................................. 161
Saran …………………………………………........................................... 164
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
xiii
165
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah kelompok nelayan tangkap perikanan penerima Program
PEMP di tiga kabupaten/kota Provinsi Maluku Utara …..………..
2 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran peran
pendamping ....................................................................................
3 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran
karakteristik kelompok ………………………………………….
4 Indikator, definisi operasional, parameter tingkat partisipasi
anggota kelompok ……………………………………………. ….
5 Indikator, defenisi operasional, parameter pengukuran tingkat
keberdayaan kelompok …………………………………………..
6 Nilai uji coba instrumen penelitian per peubah/variable…………
7 Banyaknya alat tangkap ikan menurut Jenis di Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara ……………………………………………
8 Banyaknya alat tangkap ikan menurut jenis di tiga wilayah kajian
di Provinsi Maluku Utara tahun 2009 ……………………………
9 Banyaknya perahu/kapal penangkap ikan menurut jenis dan
ukuran di kabupaten/kota Provinsi Maluku Utara ……………….
10 Distribusi peran pendamping sebagai fasilitator ………………….
11 Distribusi indikator peran pendamping sebagai fasilitator ……….
12 Distribusi peran pendamping sebagai mediator …………………..
13 Distribusi indikator peran pendamping sebagai mediator ……….
14 Distribusi peran pendamping sebagai motivator ………………….
15 Distribusi indikator peran pendamping sebagai motivator ………
16 Distribusi peran pendamping sebagai educator …………………..
17 Distribusi indikator peran pendamping sebagai educator…………
18 Distribusi peran pendamping sebagai komunikator……………….
19 Distribusi indikator peran pendamping sebagai edukator ……….
20 Distribusi peran pendamping sebagai konselor …………………
21 Distribusi indikator peran pendamping sebagai konselor…………
22 Distribusi karakteristik kelompok nelayan berdasarkan sejarah
pembentukan kelompok …………………………………………
23 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator
sejarah pembentukan ……………………………………………
24 Distribusi kelompok nelayan berdasarkan aktivitas kelompok
25 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator aktivitas
kelompok ……………………………………………………….
26 Distribusi kelompok nelayan berdasarkan kepemimpinan pengurus
kelompok …………………………………………………………
27 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator
kepemimpinan pengurus kelompok ……………………………..
28 Distribusi kelompok nelayan berdasarkan akses anggota ke
kelompok ………………………………………………………..
29 Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator akses
xiv
46
48
49
50
51
53
57
58
59
66
67
71
73
76
78
81
81
84
85
88
89
93
94
97
97
101
102
104
Halaman
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
anggota ke kelompok …………………………………………….
Distribusi kelompok nelayan berdasarkan jangkauan usaha
kelompok …………………………………………………………
Distribusi karakteristik kelompok berdasarkan indikator
Jangkauan usaha kelompok ………………………………………
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan aspek
perencanaan kelompok ……………………………………………
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
perencenaan ……………………………………………………..
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan tahapan
pelaksanaan kegiatan kelompok ………………………………….
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
pelaksanaan ……………………………………………………..
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan tahapan
pemanfaatan kegiatan kelompok …………………………………
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
pemanfaatan ……………………………………………………..
Distribusi anggota kelompok nelayan berdasarkan tahapan
evaluasi kegiatan kelompok ………………………………………
Distribusi partisipasi anggota kelompok berdasarkan indikator
evaluasi …………………………………………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan derajat produktivitas
kerja anggota dan kelompok ……………………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan
produktivitas kinerja kelompok ………………………………….
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar anggota kelompok ………………….
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan
indikator kemampuan memenuhi kebutuhan dasar anggota ……..
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan
kemampuan/kemandirian mengembalikan dan
mengembangkan dana pinjaman program ………………………
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kemampuan/kemandirian mengembalikan dan mengembangkan
dana pinjaman program …………………………………………
Distribusi kemampuan kelompok membangun kemitraan
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kemampuan membangun kemitraan ……………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan kemampuan memiliki
akses, modal, barang dan jasa …………………………………..
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kemampuan memiliki akses ………………………………………
Distribusi tingkat keberdayaan berdasarkan kesadaran dalam
pemanfaatan dan pengelolaan SDPL ……………………………...
Distribusi tingkat keberdayaan kelompok berdasarkan indikator
kesadaran pemanfaatan dan pengelolaan SDPL ………………….
Koefisien korelasi peran pendamping dengan partisipasi anggota
kelompok nelayan ………………………………………………..
xv
105
107
108
110
111
112
113
115
116
118
119
123
124
128
129
131
135
136
137
140
141
143
145
147
Halaman
53 Koefisien korelasi karakteristik kelompok nelayan dengan
partisipasi anggota kelompok nelayan …………………………..
54 Koefisien korelasi peran pendamping dengan keberdayaan
kelompok nelayan ……………………………………………….
55 Koefisien korelasi Karakteristik Kelompok Nelayan dengan
tingkat keberdayaan kelompok nelayan …………………………
56 Koefisien korelasi tingkat partisipasi anggota kelompok dengan
tingkat keberdayaan kelompok nelayan ………………………….
xvi
150
152
156
159
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
Kerangka Berpikir Peran Tenaga Pendamping dalam
Pemberdayaan kelompok Nelayan Pada Program PEMP di
Provinsi Maluku Utara ………………………………………..
Peta Lokasi Penelitian...............................................................
Model Struktur Organisasi Kelembagaan Program PEMP
(DKP 2003 Maluku Utara) .......................................................
xvii
42
45
64
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Kuisioner Penelitian ……………………………………………….
172
2
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Peran Pendamping ………….
178
3
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Karakteristik Kelompok........
179
4
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Partisipasi Anggota
Kelompok Kelompok......................................................................
180
5
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Keberdayaan Kelompok.......
181
6
Dokumentasi Pengambilan Data Lapangan ....................................
182
xviii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan merupakan komunitas pesisir yang secara langsung menggantungkan
sebagian besar kehidupannya di laut. Kebanyakan nelayan hidup di wilayah pesisir
yang terisolir, tertinggal, memiliki akses sumberdaya yang terbatas, serta kualitas dan
kemampuan SDM-nya yang masih sangat rendah. Gambaran ketidakberdayaan tersebut
memiliki relevansi dengan kondisi demografi masyarakat pesisir di Indonesia. Dari
67.439 desa yang ada di Indonesia terdapat 9.261 desa yang merupakan desa pesisir
Komunitas di dalamnya pun kebanyakan merupakan masyarakat tradisional dengan
kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang relatif sangat rendah ( 90%)
hanya berpendidikan sampai sekolah dasar (Kusnadi, 2002).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, penduduk miskin di
Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen di antaranya adalah masyarakat
yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Tahun 2010 angka kemiskinan yang
dikeluarkan BPS terakhir mencapai 35 juta orang atau 13,33 persen dari jumlah
penduduk yang mencapai sekitar 237 juta jiwa, sedangkan Bank Dunia melaporkan
kemiskinan di Indonesia masih berkisar sekitar 100 juta. Data terbaru DKP
menyebutkan, poverty headcount index (PHI) pada tahun 2006 sebesar 0,3214.
Berarti, sekitar 32 persen dari 16,42 juta masyarakat pesisir-nelayan di Indonesia
berada dibawah garis kemiskinan.
Fakta tentang keterbatasan kemampuan masyarakat pesisir terutama nelayan
dalam mengelola sumberdaya pesisir dan lautan ditemui pula di pesisir Maluku Utara,
dengan luas laut sebesar 106.977,31 km2 atau 76 persen dari total luas daratan yang
dimiliki. Ketersediaan potensi perikanan diperkirakan mencapai 1.035.230 ton ikan
per tahun, dengan potensi lestari yang dapat dimanfaatkan sebesar 517.615 ton ikan
per tahun (DKP Maluku Utara, 2005). Akan tetapi potensi laut yang sedemikian besar
tersebut belum memberikan dampak ekonomi yang berarti bagi masyarakat pesisir,
terutama bagi nelayannya.
Keterbatasan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut di atas, selain
karena persoalan kapasitas SDM nelayan, armada dan alat tangkap yang dimiliki oleh
2
nelayan Maluku Utara juga masih sangat terbatas. Dari 2.563 jumlah armada tangkap
yang dimiliki oleh nelayan Maluku Utara 1.124 adalah armada tanpa motor dan hanya
51 dari 261 armada tangkapnya yang berkapasitas dibawah 20 GT (DKP Maluku
Utara, 2009). Demikian juga dengan kepemilikan jenis alat tangkap. Dari 14.354 total
jenis alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan Maluku Utara, 53 persen didominasi
oleh alat tangkap sederhana (DKP Maluku Utara, 2009). Kenyataan ini membuktikan
bahwa masyarakat nelayan Maluku Utara masih terbelakang.
Fenomena kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat pesisir/nelayan di tanah
air, termasuk masyarakat nelayan di Maluku Utara tidak sekedar isu, tetapi sudah
menjadi fakta nasional. Pemecahan masalah tersebut dengan digulirkannya Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) pada tahun 2000 oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan harapan. Tujuan adalah
meningkatkan
kesejahteraan
dan
partisipasi
masyarakat
pesisir
melalui
pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan SDM, penguatan kelembagaan sosial
ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya kelautan dan perikanan secara
optimal dan berkelanjutan.
Kaitannya dengan menumbuhkan partisipasi dan untuk mempercepat proses
perbaikan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir, strategi dan/atau pendekatan yang
digunakan dalam Program PEMP adalah melalui pandampingan, dan kelompok
masyarakat pemanfaat program atau yang lebih dikenal dengan KMP dijadikan
sebagai media intervensi. Oleh karena itu, diperlukan agen penggerak yaitu tenaga
pendamping. Dalam konteks ini, tenaga pendamping yang disyaratkan minimal
berpendidikan Diploma III, diutamakan yang telah memiliki pengalaman dalam
program yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta bersedia ditempatkan di
lokasi pendampingan yang bertugas mendampingi nelayan dalam pelaksanaan
kegiatan kelompok.
Pelaksanaan Program PEMP di Provinsi Maluku Utara sejak tahun 2001 telah
disalurkan dana ekonomi produktif (DEP) sebagai dana bergulir yang dimanfaatkan
oleh seluruh kelompok masyarakat pemanfaat program (KMP) dibentuk oleh seluruh
Kabupaten/Kota (Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera
3
Tengah, Halmahera Utara dan Kabupaten Kepulauan Sula, serta Kota Ternate dan
Kota Tidore Kepulauan) di Provinsi Maluku Utara. Dalam pelaksanaannya selama
kurun waktu tersebut, tidak berjalan mulus. Beberapa kabupaten/kota terindikasi
gagal pada tahun pertama, dan tidak lagi mengusulkan program pada periode
berikutnya sampai dengan berakhirnya program secara nasional pada tahun 2009.
Indikasi kegagalan pelaksanaan PEMP di Provinsi Maluku Utara diduga salah
satunya adalah sebagai akibat dari lemahnya peran pendamping dalam pelaksanaan
pendampingan kegiatan KMP.
Peran pendampingan menjadi sangat penting karena kelompok masyarakat
miskin yang terlibat atau tergabung dalam program pemberdayaan apa saja, termasuk
Program (PEMP) dengan sendirinya belum mampu mengelola dana program dan
belum dapat berjalan sendiri. Diperlukan tenaga pendamping yang bertugas
mendampingi masyarakat nelayan dalam kelompoknya sehingga terjadi suatu
kebersamaan dalam upaya perbaikan taraf hidupnya (Kartasasmita, 1995). Dalam
teori peran dikatakan bahwa pelaksanaan peran yang berhasil seringkali memerlukan
kompetensi dalam sejumlah perilaku yang saling berkaitan, dan pengetahuan
seseorang yang ditempatkan pada suatu kelompok, organisasi atau masyarakat
(Horton dkk, 1989). Dengan demikian, yang terpenting dari pendampingan kelompok
menurut Baskoro (2009), adalah menempatkan pendamping yang tepat pada
kelompok yang tepat pula.
Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa kelompok adalah kumpulan dua atau
lebih individu yang mempunyai beberapa kesamaan obyek perhatian, berinteraksi
secara mantap, menyusun struktur bersama dalam berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, atau dengan kata lain suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu
yang mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya,
serta terdapat norma yang mengatur tingkah laku anggotanya. Dalam kajian ini,
kelompok yang dimaksud adalah masyarakat nelayan tangkap penerima Program
PEMP. Kelompok nelayan ini diharapkan tumbuh dan berkembang atas dasar
kemauan dan kemampuan mereka sendiri, memiliki kesamaan jenis usaha, aktivitas
ekonomi dan keahlian masing-masing anggota. Tujuan dari pilihan tersebut
4
dimaksudkan untuk memudahkan nelayan dalam memperloleh modal usaha yang
dicanangkan oleh program, juga agar tidak menyulitkan nelayan dalam proses
menjalankan kegiatan kelompok, kekompakan dan kebersamaan anggota dalam
kelompok.
Prinsip pembetukan tersebut menuntut tenaga pendamping untuk berperan
membantu nelayan menggorganisasikan diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal dan
memobilisasi sumberdaya yang ada pada mereka, serta memberdayakan seluruh
anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan keberdayaannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tenaga pendamping yang memiliki pengetahuan,
sikap dan keterampilan merupakan hal yang sangat penting. Diperlukan ketersediaan
kemampuan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menyertai
dan berperan dalam proses penyelenggaraan kegiatan kelompok sebagai fasilitator,
mediator, memotivator, edukator, komunikator dan sebagai konselor sewaktu
diperlukan oleh kelompok. Asumsi ini mendasari konsep bahwa tingkat efektivitas
atau keberhasilan dari program pemberdayaan akan sangat ditentukan oleh
pemahaman kelompok masyarakat terhadap aktivitas program yang dijalankannya.
Berdasarkan uraian tersebut, upaya pengkajian terhadap pelaksanaan peran
pendamping Program PEMP di Provinsi Maluku Utara, terlebih dalam upaya
meningkatkan partisipasi dan keberdayaan kelompok nelayan yang didampingi sangat
urgent untuk dilakukan. Dipilihnya peran pendamping sebagai objek kajian
dimaksudkan untuk menggambarkan peran pendamping sebagai salah satu alternatif
pemberdayaan yang dilaksanakan untuk memampukan masyarakat yang tergabung
dalam KMP Program PEMP, agar dalam pelaksanaan program selanjutnya dapat
diupayakan suatu program pendampingan yang lebih efektif, selektif dan berkarakter
yang dapat diterima oleh kelompok komunitas yang didampingi atau yang
diberdayakan.
5
Masalah Penelitian
Hasil akhir dari suatu program pemberdayaan adalah terjadinya perubahan
perilaku
masyarakat
yang
lebih
partisipatif
(kemampuan
merencanakan,
melaksanakan, memanfaatkan dan mengevaluasi setiap kegiatan usaha yang
dijalankannya) serta mampu mandiri dan berdaya secara berkelanjutan. Prinsip
partisipasi digunakan untuk menghasilkan suatu kontribusi terhadap kepentingan
kegiatan kelompok nelayan yang terencana menurut potensi, kemauan dan
kemampuan yang mereka miliki. Demikian pula, harapan terhadap Program PEMP,
meskipun di beberapa daerah kab/kota di Indonesia, implementasi Program PEMP
dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat
pesisir/nelayan, namun dari hasil evaluasi maupun dari laporan-laporan independen,
ternyata tidak sedikit kabupaten/kota penerima Program PEMP yang tidak berhasil,
termasuk beberapa kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara.
Indikator-indikator kegagalan Program PEMP dapat di lihat dari lemahnya
kegiatan sosialisasi program, pendapatan kelompok nelayan yang stagnan dan
cenderung menurun, dan kelompok yang dibentuk hanya merupakan instrumen untuk
mendapatkan modal program, serta dana program dianggap sebagai pemberian cuma-
cuma (Hasanudin, 2006). Hambatan spesifik lainnya seperti dilaporkan Miraza
(2009), bahwa kelompok tidak mendapatkan bantuan apapun dari pendamping,
kegiatan pendampingan yang seharusnya dilakukan oleh kelembagaan yang telah
dibentuk tidak berjalan optimal, termasuk akses terhadap informasi program. Demikian
juga, rendahnya partisipasi anggota kelompok nelayan dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan atau ketidak-sungguhan komitmen kelompok nelayan dalam
memanfaatkan
dan
mengembangkan dana
program
semakin
memperburuk
keberhasilan program yang telah diberikan.
Fakta ini dipertegas oleh Hadi (2009), bahwa kurangnya kemauan baik
(political will) dari pemerintah, maupun dari komponen masyarakat yang tidak
partisipatif, tidak optimalnya peran pendamping dalam pendampingan masyarakat
serta ketidaksiapan peran institusi pendamping program sebagai agen perubahan
dalam pengembangan masyarakat, termasuk kurangnya sosialisasi dan lemahnya
6
perencanaan program di tingkat lokal adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab
gagalnya berbagai program pemberdayaan di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, secara spesifik
dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
(1)
Sejauh mana peran pendamping dalam pelaksanaan program pemberdayaan
KMP nelayan di Provinsi Maluku Utara?
(2)
Bagaimana karakteristik KMP nelayan dalam Program PEMP?
(3)
Bagaimana tingkat partisipasi anggota KMP nelayan dalam Program PEMP?
(4)
Sejauh mana tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam Program PEMP?
(5)
Bagaimana hubungan peran pendamping, karakteristik KMP terhadap tingkat
partisipasi anggota KMP dan tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam
pelaksanaan Program PEMP di Provinsi Maluku Utara?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
(1)
Mengkaji peran pendamping dalam Program PEMP di Provinsi Maluku Utara
(2)
Mengkaji karakteristik KMP nelayan dalam Program PEMP
(3)
Mengkaji tingkat partisipasi anggota KMP nelayan dalam Program PEMP
(4)
Mengkaji tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam Program PEMP
(5)
Menganalisis hubungan peran pendamping, karakteristik KMP terhadap tingkat
partisipasi dan tingkat keberdayaan anggota KMP nelayan dalam pelaksanaan
Program PEMP di Provinsi Maluku Utara.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan
ilmu
pengetahuan terutama
di bidang
penyuluhan
pembangunan, khususnya pada aspek pendampingan serta sebagai acuan bagi para
agen perubahan sosial dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Manfaat praktis
dalam kajian ini diharapkan menjadi alternatif dalam upaya menjawab masalah
kemiskinan dan strategi pendampingan dalam program pemberdayaan kelompok
komunitas pesisir/nelayan di Provinsi Maluku Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Nelayan dan Kemiskinannya
Umumnya masyarakat pesisir-nelayan merupakan kelompok masyarakat yang
relatif tertinggal secara ekonomi, sosial dan budaya dibandingkan dengan kelompok
masyarakat lainnya (Dahuri, 2003). Demikian juga kebijakan pemerintah/negara dalam
upaya mengentaskan nasib masyarakat-nelayan ternyata gagal sampai sekarang.
Persepsi ini didasarkan pada hasil pengamatan langsung terhadap realitas kehidupan
masyarakat nelayan atau dari hasil-hasil kajian akademis, seperti hasil temuan Karim
(IPB) kurun waktu tahun 2002-2004 mengenai pemberdayaan nelayan di Deli
Serdang, Asahan, Karawang, dan Sukabumi menunjukkan bahwa strategi
neoliberalisme ini banyak diaplikasikan sehingga mengalami kegagalan pada tingkat
implementasi (Riyono, 2010). Sebagai negara maritim terbesar di dunia, menurut
Purwanto (2007), mestinya keterbelakangan nelayan itu tidak harus terjadi, jika saja
pilihan strategi kebijakan pembangunan tidak salah.
Berdasarkan usaha dan aktivitas ekonominya, nelayan dapat didefinisikan
sebagai sekelompok orang yang tinggal di wilayah pesisir yang secara langsung
memanfaatkan sumberdaya alam pesisir dan laut. Mereka terdiri dari nelayan pemilik,
buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah
ikan, pemasok faktor sarana produksi perikanan, dan lain-lain untuk menyokong
kehidupan kesehariannya (Nikijuluw, 2001). Lebih lanjut dikatakan bahwa kelompok
nelayan ini secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan
melalui kegiatan penangkapan dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi
pemukiman di wilayah pesisir di seluruh Indonesia, di pantai dan di pulau-pulau besar
dan kecil. Sebagian besarnya adalah pengusaha skala kecil dan menengah, subsisten,
serta memenuhi kebutuhan keluarga dalam jangka waktu yang pendek.
Bantuan berupa alat tangkap untuk nelayan lebih sering gagal akibat tidak
melihat faktor struktural tersebut. Meskipun diberikan sampan dan peralatan tangkap
tetapi dana cadangan untuk pemeliharaan (maintenance) alat tangkap tidak tersedia,
akan kembali mengandalkan tokeh sebagai tempat meminjam. Sampan dan alat
8
tangkap bisa-bisa "tergadai", karena untuk membayar hutang. Berbagai hasil kajian
penelitian, selama ini mengungkapkan bahwa kehidupan sosial ekonomi kaum nelayan
sebagian besar dari mereka, khususnya yang tergolong nelayan buruh atau nelayannelayan kecil, hidup dalam kemiskinan. Kemampuan mereka untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimal kehidupan sehari-hari sangat terbatas. Bagi kaum nelayan, di
antara beberapa jenis kebutuhan pokok kehidupan, kebutuhan yang paling penting
adalah pangan. Adanya jaminan pemenuhan kebutuhan pangan setiap hari sangat
berperan besar untuk menjaga kelangsungan hidup mereka (Kusnadi, 2003).
Terdapat beberapa definisi dan kriteria kemiskinan menurut garis kemiskinan.
Tetapi secara umum para pakar ekonomi, sosial dan budaya mendefinisikan
kemiskinan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau
sekolompok orang yang tidak berdaya menyelenggarakan hidupnya sampai pada suatu
titik yang dianggap manusiawi (Jamasy, 2004). Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor
utamanya terkait dengan pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau
seluruh masyarakat yang berakibat kepada sempitnya lapangan kerja, upah kerja
rendah, produtivitas kerja menurun, aset menurun, diskriminasi, tekanan harga, dan
sampai pada suatu keadaan dimana setiap orang semakin mudah untuk mengorbankan
harta benda, termasuk harga diri miliknya untuk dijual.
Menurut Chambers (1987), inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletak
pada apa yang disebut deprivation trap atau lebih populer disebut dengan istilah
perangkap kemiskinan. Deprivation trap dicirikan atas lima unsur yaitu: kemiskinan itu
sendiri, kelemahan
fisik, keterasingan atau kadar isolasi, kerentanan atau
ketidakberdayaan. Kelima unsur tersebut seringkali terkait satu sama lain sehingga
merupakan perangkap kemiskinan yang benar-benar berbahaya dan mematikan peluang
hidup orang atau keluarga miskin.
Kemiskinan yang merupakan indikator ketertinggalan kaum nelayan, menurut
Nikijuluw (2001), paling tidak disebabkan oleh tiga hal utama, yaitu: (1) kemiskinan
struktural, (2) kemiskinan super-struktural, dan (3) kemiskinan kultural. Kemiskinan
struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh faktor atau variabel
eksternal di luar individu. Variabel-variabel tersebut adalah struktur sosial ekonomi
9
masyarakat, ketersediaan insentif atau disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas
pembangunan, ketersediaan teknologi, dan ketersediaan sumberdaya pembangunan
khususnya sumberdaya alam. Hubungan antara variabel-variabel ini dengan
kemiskinan umumnya bersifat terbalik. Kemiskinan super-struktural adalah
kemiskinan yang disebabkan karena variabel-variabel kebijakan makro yang tidak
begitu kuat berpihak pada pembangunan nelayan. Variabel-variabel super-struktur
tersebut di antaranya adanya kebijakan fiskal, kebijakan moneter, ketersediaan hukum
dan perundang-undangan, kebijakan pemerintahan yang diimplementasikan dalam
proyek dan program pembangunan. Sedangkan kemiskinan kultural adalah
kemiskinan yang disebabkan karena variabel-variabel yang melekat, inheren, dan
menjadi gaya hidup tertentu. Variabel-variabel penyebab kemiskinan kultural adalah
tingkat pendidikan, pengetahuan, adat, budaya, kepercayaan, kesetiaan pada
pandangan-pandangan tertentu, serta ketaatan pada panutan.
Menurut Kusnadi (2003), ada dua sebab yang melatarbelakangi ketidakberdayaan nelayan, yaitu faktor internal dan eksternal. Sebab yang pertama adalah
persoalan internal kehidupan nelayan itu sendiri, yakni: (1) keterbatasan kualitas
SDM nelayan; (2) keterbatasan kemampuan modal usaha, dan teknologi
penangkapan;
(3)
hubungan
kerja
dalam
organisasi
penangkapan
tidak
menguntungkan nelayan buruh; (4) kesulitan melakukan diversifikasi usaha; (5)
ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut; (6) pendapatan nelayan bersifat
harian dan jumlahnya sulit ditentukan; (7) ketergantungan yang besar terhadap
pedagang; (8) kebiasaan nelayan yang tidak mengikutsertakan perempuan dan anakanak; serta (9) gaya hidup yang dipandang boros sehingga kurang berorientasi ke
masa depan. Sedangkan sebab yang bersifat eksternal yakni berkaitan dengan kondisi
di luar diri dan aktivitas nelayan itu sendiri, yakni: (1) kebijakan pembangunan
perikanan yang lebih berorientasi pada produtivitas pertumbuhan ekonomi nasional dan
parsial; (2) sistem pemasaran hasil perikanan lebih menguntungkan pedagang
perantara; (3) kerusakan ekosistem wilayah pesisir dan laut; (4) penggunaan alat
tangkap yang tidak efektif; (5) penegakan hukum yang lemah; (6) terbatas