Isolation of Acalyphin from Leaves of Anting-anting (Acalypha indica) Bogor
ISOLASI AKALIFIN DARI DAUN ANTING-ANTING
(
Acalypha indica
) DAERAH BOGOR
DINDA AL HAMDIKA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
(2)
ABSTRAK
DINDA AL HAMDIKA. Isolasi Akalifin dari Daun Anting-anting (
Acalypha
indica
) Daerah Bogor. Dibimbing oleh SUMINAR S. ACHMADI
Anting-anting merupakan tumbuhan liar yang dapat digunakan sebagai obat
oleh masyarakat. Tumbuhan tersebut mengandung senyawa glukosida sianogenik,
yaitu akalifin. Daun anting-anting dari daerah Bogor diekstraksi menggunakan
metanol dengan cara maserasi. Setelah itu, ekstrak dipartisi dengan diklorometana
sampai bebas klorofil, menghasilkan ekstrak dengan rendemen 4.02%. Akalifin
diisolasi menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif. Eluen
yang digunakan ialah etilasetat-dietil eter-diklorometana-metanol-air (20:15:6:5:4
v/v).
Kemurnian hasil isolasi diuji dengan KLT dua-dimensi menggunakan dua
sistem eluen. Senyawa ini dicirikan dengan kromatografi cair-spektrometer massa,
spektrofotometer inframerah, dan spektrofotometer UV-tampak. Hasil isolasi
menunjukkan akalifin dengan nilai
R
f0.39 berada di fraksi 1. Rendemen fraksi
yang kaya akalifin sebesar 1.77%. Isolat tersebut belum murni sehingga perlu
dipisahkan lagi dengan KLT preparatif menggunakan eluen yang lebih polar.
ABSTRACT
DINDA AL HAMDIKA. Isolation of Acalyphin from Leaves of Anting-anting
(
Acalypha indica
) Bogor. Supervised by SUMINAR S. ACHMADI
Acalypha indica
is wild plant which is traditionally used in folk medicine. The
plant contains cyanogenic glucoside compound, so called acalyphin. Fresh leaves
collected from Bogor area were extracted with methanol by maseration method
and further partitioned with dichloromethane to remove chlorophyl. Yield of the
chlorophyl-free extract was 4.02%. Acalyphin was isolated by preparative thin
layer chromatography (TLC) with ethylacetate-diethyl
ether-dichloromethane-methanol-water (20:15:6:5:4 v/v) as a solvent system.
The purity of the isolated
product
was checked by two-dimension TLC with two mobile phases. The
acalyphin was characterized using liquid chromatography-mass spectrometer,
infrared spectrophotometer, and UV-Visible spectrophotometer. The acalyphin
was detected at
R
f0.39 in the first fraction. Yield of the acalyphin rich fraction
was 1.77%. The product was not pure and need more separation on preparative
TLC using more polar solvent system.
(3)
ISOLASI AKALIFIN DARI DAUN ANTING-ANTING
(
Acalypha indica
) DAERAH BOGOR
DINDA AL HAMDIKA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
(4)
Judul : Isolasi Akalifin dari Daun Anting-anting (
Acalypha indica
) Daerah
Bogor
Nama : Dinda Al Hamdika
NIM : G44062403
Disetujui
Pembimbing
Prof. Ir. Suminar S. Achmadi, Ph. D
NIP 19480427 197412 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Kimia,
Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 19501227 197603 2 002
(5)
PRAKATA
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul Isolasi Akalifin dari Daun Anting-anting (
Acalypha indica
) Daerah
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Ir. Suminar S. Achmadi,
Ph. D selaku pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, ilmu,
dan bimbingannya selama penelitian dan penulisan karya ilmiah. Terima kasih tak
terhingga kepada orang-orang tersayang (Papa, Mama, Sulfia, Aulia, Najmi, Rifi,
Dany, dan Tyas) atas cinta, doa, semangat, dan bantuannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf Laboratorium
Kimia Organik (Pak Sabur, Bu Aah, Bu Yeni, dan Mbak Nia). Tidak lupa pula
ucapan terima kasih kepada Pak Rafi, Mbak Tuti, Pak Novriyandi, Kak Bekti, Ela,
Farid, Arif, Ina, Saki, Risal, Tito, Lia, Zae, Ita, Vei serta teman-teman Kimia 43
atas bantuan, diskusi, saran, dan kebersamaannya selama ini. Semoga tulisan ini
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya.
.
Bogor, Maret 2011
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 14 Januari 1988 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara dari Ayah Junaedi dan Ibu Juweriah. Tahun 2006
penulis lulus dari Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis masuk Program Studi S-1 Kimia,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa sebagai anggota Kementerian
Pendidikan periode 2009/2010. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten
praktikum Kimia Organik Berbasis Kompetensi untuk mahasiswa Kimia pada
tahun ajaran 2008
–
2010, asisten praktikum Kimia TPB pada tahun ajaran 2009
–
2011, asisten praktikum Kimia Organik Layanan untuk mahasiswa Ilmu dan
Teknologi Pangan pada tahun ajaran 2009/2010, asisten praktikum Kimia Pangan
untuk mahasiswa D-3 Analisis Kimia pada tahun ajaran 2009
–
2011, asisten
praktikum Kimia Organik untuk mahasiswa D-3 Analisis Kimia pada tahun ajaran
2009/2010, asisten praktikum Kimia Bahan Alam untuk mahasiswa Kimia pada
tahun ajaran 2010/2011, dan pengajar tutorial Kimia Dasar untuk mahasiswa
Beasiswa Utusan Daerah dan reguler pada tahun ajaran 2010/2011.
Penulis juga berkesempatan melaksanakan praktik lapangan di Balai Besar
Industri Agro Bogor pada tahun 2006 dan pada tahun 2009 di Balai Penelitian
Ternak Ciawi, Jawa Barat.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ...
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...
vii
PENDAHULUAN ... 1
METODE
Ekstraksi ... 1
Isolasi Akalifin dengan KLT Preparatif ... 1
Pencirian Akalifin ... 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Anting-anting...
2
Isolasi Akalifin dengan KLT Preparatif ... ...
2
Pencirin Akalifin ... 3
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ... 4
Saran ... 4
DAFTAR PUSTAKA ...
4
(8)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Tumbuhan anting-anting ...
2
2
Hasil isolasi akalifin pada KLTP ...
2
3
Hasil KLT dua-dimensi fraksi ...
2
4
Struktur akalifin ...
3
5
Spektrum IR akalifin ...
3
6
Gugus yang menyebabkan pergeseran batokromik ...
3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Diagram alir penelitian ...
6
2
Rendemen ekstrak bebas klorofil ...
7
3
Identifikasi akalifin dari EBK daun anting-anting dengan LC-MS ...
8
4
Rendemen akalifin ...
9
(9)
PENDAHULUAN
Anting-anting (Acalypha indica) adalah tumbuhan liar yang banyak terdapat di pinggir jalan, pekarangan, lahan-lahan kosong, dan lapangan berumput. Walaupun tergolong tumbuhan liar, sebagian masyarakat di Indonesia memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai obat, seperti obat diabetes, asam urat, dan penurun kolesterol. Beberapa penelitian juga memaparkan khasiat tumbuhan ini (Hiremath et al. 1999, Shirwaikar et al. 2004, Govindarajan et al. 2008). Govindarajan et al. (2008) menyebutkan bahwa ekstrak metanol daun anting-anting juga memiliki potensi menghambat pembentukan larva, aktivitas telur, dan pembentukan telur dari Anopheles stephensi. Shirwaikar et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak etanol anting-anting berkhasiat menetralkan bisa ular, sedangkan Hiremath et al. (1999) menyatakan bahwa ekstrak etanol dan petroleum eter daun anting-anting dapat meningkatkan aktivitas estrogen dan berperan sebagai antiimplantasi pada rahim tikus betina.
Bersamaan dengan penelitian di atas, analisis kandungan dalam fraksi alkohol tersebut juga dilakukan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa fraksi alkohol dari anting-anting mengandung senyawa akalifin yang memiliki gugus glukosida sianogenik (Nahrstedt et al. 1982, Govindarajan et al. 2008, Hungeling et al. 2009). Kandungan akalifin tersebut berbeda-beda dalam setiap bagian tumbuhan. Hungeling et al. (2009) menunjukkan kandungan akalifin dari anting-anting asal India tertinggi terdapat pada bagian daun dan bunga, yaitu 0.35%, sedangkan kandungan pada akar dan batang cukup kecil, yaitu berturut-turut 0.055 dan 0.033%.
Sebagian besar sampel anting-anting yang digunakan dalam penelitian-penelitian di atas berasal dari India. Penelitian mengenai isolasi akalifin di Indonesia belum dilakukan, padahal tumbuhan tersebut tumbuh subur di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengisolasi senyawa akalifin dari anting-anting yang diperoleh dari daerah Bogor menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) dan mencirikan fraksi
akalifin dengan kromatografi
cair-spektrometer massa (LC-MS),
spektro-fotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR), spek-trofotometer UV-tampak, dan KLT 2-dimensi.
METODE
Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap, yaitu ekstraksi daun anting-anting, isolasi akalifin dengan KLTP, dan pencirian senyawa akalifin. Anting-anting yang digunakan pada penelitian ini berasal dari daerah Bogor. Isolasi dilakukan dengan menggunakan pelat KLT analitik silika 60 F254, gel silika 60 GF254 untuk KLT preparatif, dan pencirian dengan
menggunakan FTIR Perkin Elmer
Spectrumone di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, kromatografi
cair-spektrometer massa Waters, dan
spektrofotometer UV-tampak Pharmaspec
1700 Shimadzu.
Ekstraksi (Nahrstedt 1982)
Sebanyak ±100 g daun basah dimaserasi dengan metanol selama 24 jam. Selanjutnya ekstrak diuapkan, disuspensikan dalam air,
dan dipartisi dengan CH2Cl2 untuk
menghilangkan klorofil. Ekstrak yang telah bebas klorofil dipekatkan dan dihitung rendemennya. Akalifin dari ekstrak bebas klorofil dideteksi dengan LC-MS.
Isolasi Akalifin dengan KLTP
Ekstrak bebas-klorofil daun difraksionasi dengan KLT preparatif. Ekstrak diteteskan pada pelat KLTP dengan jarak 1 cm dari tepi bawah pelat dengan fase diam gel silika 60 GF254. Pelat dikembangkan dengan sistem pelarut EtOAc-dietil eter-CH2Cl2-MeOH-H2O (20:15:6:5:4 v/v) (Hungeling et al. 2009).
Noda dideteksi di bawah lampu UV 254 nm. Fraksi yang sesuai dengan Rf dari literatur dikerok dan dikumpulkan. Setelah itu, fraksi
dilarutkan dengan metanol, didekantasi
sampai cairan terpisah dengan silika gel. Cairan ditampung dan dipekatkan sehingga didapatkan isolat padat akalifin. Diagram alir penelitian pada Lampiran 1. Isolat akalifin diuji kemurniannya menggunakan KLT 2-dimensi dengan sistem eluen pertama EtOAc-dietil eter-CH2Cl2-MeOH-H2O (20:15:6:5:4
v/v) dan eluen kedua aseton-MeOH-H2O
(5:1:0.5)
Pencirian akalifin
Fraksi akalifin yang didapat diuji dengan LC-MS, FTIR, dan spektrofotometer UV-tampak.
(10)
3
2 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Anting-antingDaun yang telah dipisahkan dari tumbuhan anting-anting (Gambar 1) dirajang dan
dimaserasi. Perajangan dilakukan agar
senyawa-senyawa aktif dapat keluar dari kantong sel daun sehingga rendemen ekstrak
yang didapat lebih banyak. Ekstraksi
dilakukan dengan metode maserasi agar senyawa aktif yang terkandung tidak rusak oleh panas. Pelarut yang digunakan adalah
metanol berdasarkan kepolaran akalifin.
Ekstrak yang didapat disuspensikan dalam air karena akalifin bersifat polar dan larut dalam air. Partisi dengan diklorometana ditujukan agar fraksi air terpisah dari klorofil. Rendemen ekstrak kasar bebas-klorofil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebesar 4.02% berdasarkan bobot basah (Lampiran 2).
Gambar 1 Tumbuhan anting-anting. Ekstrak kasar diperiksa secara kualitatif menggunakan LC-MS dan terdeteksi 12
senyawa dari m/z 300 sampai 400 yang
memiliki kelimpahan di atas 20% (Lampiran 3). Data tersebut menunjukkan nilai m/z
akalifin dengan bobot molekul 360.2 g/mol
positif ESI-MS pada m/z 360.3 [M]+,
kelimpahan senyawa tersebut sebesar 11%. Hungeling et al. (2009) dalam penelitiannya berhasil mengidentifikasi akalifin positif ESI-MS pada m/z 360.3 [M]+ dan m/z 383.2 [M+Na]+. Selain itu, ada m/z 361.2 [M+1] yang kemungkinan merupakan akalifin juga, berdasarkan kelimpahan dari isotop atom C dan H, dengan kelimpahan 17%. Menurut Pavia et al. (2001) pertambahan akibat isotop biasanya satu atau dua unit dari massa normal.
Isolasi Akalifin dengan KLTP
Hasil noda yang terdeteksi pada lampu UV 254 nm menunjukkan 3 fraksi. Dari ketiga fraksi, yang mengandung akalifin adalah fraksi 1 dengan nilai Rf 0.39 (Gambar 2). Penelitian terdahulu mengisolasi akalifin dengan kromatografi kolom. Metode tersebut
menghasilkan 8 fraksi yang salah satu fraksinya mengandung akalifin (Hungeling et al. 2009). Rendemen akalifin yang didapat sebesar 1.77%, sedangkan pada penelitian sebelumnya (Hungeling et al 2009) sebesar 0.82% (Lampiran 4). Hasil tersebut lebih besar dikarenakan akalifin yang didapat masih belum murni. Pemurnian dapat dilakukan dengan KLTP secara bertahap. Metode KLTP
lebih menguntungkan daripada metode
kromatografi kolom karena menggunakan eluen dengan volume sedikit, tetapi dengan kemampuan sama, yaitu dapat mengisolasi akalifin sebagai komponen mayor pada fraksi 1 yang didukung oleh hasil pencirian dengan menggunakan KLT 2-dimensi, LC-MS, FTIR, dan spektrofotometer UV-tampak.
Gambar 2 Hasil isolasi akalifin pada KLTP
(Rf 0.39; 0.45; 0.82).
Fraksi 1 yang didapat diuji kemurniannya dengan KLT 2-dimensi. Masih terdapat 2 noda dengan nilai Rf pada noda 1 adalah 0.16; 0.25 sedangkan pada noda 2 adalah 0.36; 0.55 (Gambar 3). Akalifin positif ditunjukkan pada noda 2. Arah dimensi pertama menggunakan eluen EtOAc-dietil eter-CH2Cl2-MeOH-H2O (20:15:6:5:4 v/v) yang cenderung bersifat semipolar, sedangkan arah dimensi kedua
menggunakan eluen aseton-MeOH-H2O
(5:1:0.5) yang cenderung bersifat lebih polar dari eluen pertama. Oleh karena itu, pemisahan lebih lanjut dari akalifin pada fraksi 1 adalah dengan melanjutkan KLT preparatif tahap dua dengan eluen yang bersifat lebih polar dari eluen sebelumnya.
Gambar 3 Hasil KLT 2-dimensi fraksi 1.
Arah dimensi kedua
A ra h d im en si p er ta m a
(11)
Pencirian akalifin
Akalifin memiliki nama IUPAC (-)-(5R,6S)-5-siano-5- -D -glukopiranosiloksi-6-hidroksi-4-metoksi-1-metil-2(5,6-dihidro) piridon. Senyawa ini merupakan golongan glukosida sianogenik yang mengandung gugus sianida (Gambar 4).
Gambar 4 Struktur akalifin.
Pencirian akalifin menggunakan LC-MS menunjukkan ESI-MS positif pada m/z 360.4 [M]+ dengan kelimpahan 17%. Informasi m/z
ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa akalifin dengan bobot molekul 360.2 g/mol positif ESI-MS pada m/z
360.3 [M]+ dan m/z 383.2 [M+Na]+
(Hungeling et al. 2009). Puncak yang
terdeteksi sebanyak 9 senyawa dari m/z 300 sampai 400 yang memiliki kelimpahan di atas 20% (Lampiran 5). Hasil LC-MS fraksi 1 tidak semurni yang diharapkan karena masih banyak terdapat senyawa yang terdeteksi dan alat yang kurang bersih.
Hasil pencirian FTIR akalifin (Gambar 5) menunjukkan adanya puncak pada daerah
2075 cm-1, yakni vibrasi ulur –CN (nitril),
namun lemah. Vibrasi lain pada 1638 cm-1 menunjukkan adanya puncak amida tersier. Menurut Nahrstedt (1982), spektrum IR mengindikasikan golongan amida tersier pada serapan 1630 dan 1670 cm-1. Pada puncak 3433 cm-1 terdapat vibrasi ulur O-H. Selain dengan IR, identifikasi senyawa akalifin juga
dilakukan dengan pemayaran panjang
gelombang pada daerah UV-tampak. Fraksi 1 memiliki puncak serapan pada λ 260 nm,
sedangkan menurut Nahrstedt (1982),
spektrum UV akalifin menunjukkan serapan pada 223 nm (log ε 3.80) dan bahu pada 255
nm (log ε 3.39). Serapan fraksi 1 lebih besar
daripada yang tercantum di literatur karena adanya pergeseran batokromik dari gugus
auksokrom, yaitu –CO, –CH3, dan –OH
(Gambar 6).
Gambar 6 Gugus yang dapat menyebabkan pergeseran batokromik.
4 00 0.0 3 00 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 4 50 .0
2 8.0 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0 5 5 6 0 6 4.8 cm-1 %T 3433.59 2950.13 2075.66 1638.88 1399.73 1053.91 1031.80 1015.33
(12)
SIMPULAN
Akalifin yang diisolasi dari daun dengan KLT preparatif terdapat pada fraksi 1 dan
rendemennya sebesar 1.77%. Pencirian
akalifin dengan LC-MS menunjukkan hasil positif m/z 360.3 [M]+. Selain itu, pencirian
dengan FTIR menunjukkan puncak –CN
(nitril), puncak amida tersier, dan puncak O-H. Panjang gelombang maksimum yang didapat sebesar 260 nm. Akan tetapi, fraksi yang didapat belum murni karena masih terdapat senyawa lain yang terdeteksi.
SARAN
Isolasi akalifin dari daun anting-anting sebaiknya dilakukan dengan 2 tahap KLT preparatif dengan menambah kepolaran eluen agar didapat isolat yang lebih murni.
DAFTAR PUSTAKA
Govindarajan M, Jebanesan A, Pushpanathan T. 2008. Studies on effect of Acalypha
indica L. (Euphorbiaceae) leaf extracts on the malarial vector, Anopheles stephensi Liston (Diptera: Culicidae). Parasitol Res
103:691-695.
Hiremath SP, Rudresh K, Badami S, Patil SB, Patil SR. 1999. Post-coital antifertility
activity of Acalypha indica L. J
Ethnopharmacol 67:253-258.
Hungeling M, Lechtenberg M, Fronczek FR, Nahrstedt A. 2009. Cyanogenic and non-cyanogenic pyridone glucosides from
Acalypha indica (Euphorbiaceae).
Phytochemistry 70:270-277.
Nahrstedt A, Kant JD, Wray V. 1982. Acalyphin, a cyanogenic glucoside from
Acalypha indica. Phytochemistry 21:101-105.
Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001.
Introduction to Spectroscopy: A Guide For Student of Organic Chemistry. Ed ke-3. Washington: Thomson Learning.
Shirwaikar A, Rajendran K, Bodla R, Kumar CD. 2004. Neutralization potential of
Viper russelli russelli (Russell’s viper) venom by ethanol leaf extract of Acalypha indica. J Ethnopharmacol 94:267-273.
(13)
(14)
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
100 g Daun anting-anting
Maserasi dengan metanol
Ekstrak dipartisi dengan CH2Cl2 untuk menghilangkan klorofil
Rendemen dihitung
Ekstrak bebas-klorofil difraksionasi dengan KLTP
Akalifin dengan Rf0.39
LC-MS
Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3
Diperiksa kemurniannya dengan KLT 2-dimensi
Dicirikan dengan LC-MS, FTIR, dan spektrofotometer UV-tampak
(15)
Lampiran 2 Rendemen ekstrak bebas-klorofil
•
Data penelitian
Bobot daun basah = 100.06 g
Bobot labu kosong = 118.64 g
Bobot labu + isi ekstrak = 122.66 g
Bobot ekstrak = 4.02 g
% Rendemen =
100
06
.
100
02
.
4
(16)
Lampiran 4 Rendemen akalifin
•
Data penelitian
Bobot ekstrak = 0.5 g (dilarutkan dalam labu takar 10 mL)
Bobot akalifin = 0.1101 g (didapatkan dari 5 mL larutan yang dipisahkan
dengan KLTP)
Bobot ekstrak bebas klorofil = 4.02 g
Bobot daun = 100.06 g
Perhitungan
0.1101 g/ 5 mL × 10 mL × 4.02 g/ 0.5 g = 1.77 g
% Rendemen = 1.77 g/ 100.06 g × 100% = 1.77%
•
Rendemen Hungeling
et al
. (2009)
Bobot akalifin = 1.34 g
Bobot daun = 163 g
(17)
(18)
(1)
(2)
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
100 g Daun anting-anting
Maserasi dengan metanol
Ekstrak dipartisi dengan CH2Cl2 untuk
menghilangkan klorofil
Rendemen dihitung
Ekstrak bebas-klorofil difraksionasi dengan KLTP
Akalifin dengan Rf0.39
LC-MS
Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3
Diperiksa kemurniannya dengan KLT 2-dimensi
Dicirikan dengan LC-MS, FTIR, dan spektrofotometer UV-tampak
(3)
Lampiran 2 Rendemen ekstrak bebas-klorofil • Data penelitian
Bobot daun basah = 100.06 g Bobot labu kosong = 118.64 g Bobot labu + isi ekstrak = 122.66 g Bobot ekstrak = 4.02 g
% Rendemen = 100
06 . 100 02 . 4
(4)
Lampiran 4 Rendemen akalifin • Data penelitian
Bobot ekstrak = 0.5 g (dilarutkan dalam labu takar 10 mL)
Bobot akalifin = 0.1101 g (didapatkan dari 5 mL larutan yang dipisahkan dengan KLTP)
Bobot ekstrak bebas klorofil = 4.02 g Bobot daun = 100.06 g
Perhitungan
0.1101 g/ 5 mL × 10 mL × 4.02 g/ 0.5 g = 1.77 g % Rendemen = 1.77 g/ 100.06 g × 100% = 1.77% • Rendemen Hungeling et al. (2009)
Bobot akalifin = 1.34 g Bobot daun = 163 g
(5)
(6)