Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM
PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ASSRIANTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Sektor
Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Assrianti
NIM H14090055

ABSTRAK
ASSRIANTI. Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi
Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO.
Provinsi Kalimantan Selatan berada pada peringkat ke-2 dalam
menghasilkan batubara di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
peran sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan
Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah Tabel Input-Output Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi 50 sektor yang diagregasi menjadi 20
sektor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan
(keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang), analisis penyebaran (koefisien
penyebaran dan kepekaan penyebaran), dan multiplier analisis (multiplier output
dan multiplier pendapatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sektor
pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi

dibandingkan nilai keterkaitan ke depannya, (2) koefisien penyebaran pada sektor
ini lebih besar dibandingkan dengan kepekaan penyebarannya, dan (3) multiplier
pendapatan sektor pertambangan batubara lebih tinggi dibandingkan multiplier
outputnya.
Kata kunci: analisis input-output, pertambangan batubara.

ABSTRACT
ASSRIANTI. The Role of Coal Mining Sector in The Economy of South
Kalimantan Province. Supervised by ARIEF DARYANTO.
The South Kalimantan is the second province in producing of coal in
Indonesia. This paper aims to analyze the role of coal mining sector in the
economy of South Kalimantan Province. The analytical method is using the 2010
Input-Output Table of South Kalimantan Province, classification 50 sectors that
aggregated into 20 sectors. The analysis of this research is linkage analysis
(forward and backward linkages), dispersion analysis (coefficient and sensitivity
of dispersions), and multiplier analysis (output multiplier and income multiplier).
The result showed that (1) the coal mining sector has larger score for backward
linkage than forward linkage, (2) the coefficient of dispersion is higher than the
sensitivity of coal mining sector dispersion, and (3) the income multiplier of the
coal mining sector is higher than the output multiplier..

Key Words: coal mining, input-output analysis.

PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM
PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ASSRIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 


Judul Skripsi : Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian
Provinsi Kalimantan Selatan
Nama
: Assrianti
NIM
: H14090055

Disetujui oleh

Arief Daryanto, Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Peran
Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan
Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arief Daryanto Ph.D selaku
dosen pembimbing, Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr selaku penguji utama, dan
Bapak Salahuddin el Ayyubi, MA selaku dosen penguji komdik atas seluruh
bimbingan, bantuan, kritik serta saran yang menyertai penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis haturkan terima kasih untuk para
dosen, staf, dan civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi dan terima kasih
juga disampaikan kepada orangtua penulis yaitu Bapak Sabur dan Ibu Praptiani,
adik Linda dan seluruh keluarga maupun sahabat-sahabat Ilmu Ekonomi 46 yang
telah mendukung dan memberi motivasi begitu besar kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi
penulis maupun bagi pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2013
Assrianti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN



Latar Belakang




Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



Ruang Lingkup Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

7


Konsep Pertambangan dan Penggalian

7

Sumberdaya Mineral dan Energi



Konsep Pembangunan Ekonomi

10 

Metode Input-Output

13

Penelitian Terdahulu

18


Kerangka Pemikiran

20

METODE PENELITIAN

22 

Jenis dan Sumber Data

22 

Metode Analisis

22 

GAMBARAN UMUM

26 


Geografi dan Iklim

26 

Pembangunan Manusia, Penduduk, dan Ketenagakerjaan

27 

Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

29

Sektor Pertambangan Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan

30 

HASIL DAN PEMBAHASAN

31 


Peranan Sektor Pertambangan Batubara terhadap Perekonomian Kalimantan
Selatan
31 
Analisis Keterkaitan

39

Analisis Penyebaran

42

Analisis Multiplier

44

DAFTAR ISI (LANJUTAN)
SIMPULAN DAN SARAN

49

Simpulan

49

Saran

50

DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

54

DAFTAR TABEL
 

1 Pasokan batubara tahun 2004-2011
2 Produksi batubara lima provinsi terbesar di Indonesia tahun 2008-2010
3 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi  
Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)
4 Produksi bahan tambang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi  
Kalimantan Selatan tahun 2011 (Ton)
5 Realisasi produk tambang tahun 2005 dan 2011
6 Jenis-jenis sumberdaya beserta penggunaannya
7 Ilustrasi Tabel Input-Output
8 Rumus multiplier output dan pendapatan menurut tipe dampak
9 Penduduk Kalimantan Selatan usia 15 tahun keatas yang bekerja
menurut lapangan pekerjaan utama Agustus 2009 - Agustus 2011
10 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi 
Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)
11 PDRB Atas Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi 
Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)
12 Struktur permintaan antara, permintaan akhir, dan jumlah
permintaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2010
13 Struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah  
terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010
14 Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi  
Kalimantan Selatan tahun 2010
15 Struktur nilai dan persentase ekspor bersih Provinsi Kalimantan 
Selatan tahun 2010
16 Struktur nilai tambah bruto Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010
17 Struktur pembentukkan output terhadap perekonomian Provinsi 
Kalimantan Selatan tahun 2010
18 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung 
ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2010
19 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung 
ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan 
Selatan tahun 2010
20 Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi 
Kalimantan Selatan
21 Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi 
Kalimantan Selatan
22 Multiplier output sektor-sektor perekonomian Provinsi 
Kalimantan Selatan
23 Multiplier pendapatan sektor-sektor perekonomian Provinsi  
Kalimantan Selatan
24 Pembagian sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan
25 Total nilai multiplier output dan pendapatan sektor-sektor 
perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan







15
26
28
29 
30 

32
33 
34 
36 
37 
39 
40 
41 
43 
43 
45
46
47 
48

 

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Volume ekspor batubara menurut negara tujuan tahun 2011
From comparative to competitive advantage
Kerangka Pemikiran
Peta Provinsi Kalimantan Selatan
Diagram penetapan sektor kunci

5
11
21
27
48

DAFTAR LAMPIRAN
1 Klasifikasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan
Selatan berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2010
2 Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 20
Sektor (Juta Rupiah)
3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 20 sektor
4 Matriks kebalikan Leontief klasifikasi 20 sektor
5 Multiplier output klasifikasi 20 sektor
6 Multiplier pendapatan klasifikasi 20 sektor

54

57
61
63
65
66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alam menyediakan berbagai sumber energi tak terbarukan, antara lain panas
bumi, minyak dan gas bumi, serta batubara. Pada saat teknologi belum maju
seperti saat ini, batubara sebagai sumber energi yang lebih awal ditemukan
merupakan pilihan utama, kemudian disusul minyak bumi yang ditemukan yang
ternyata lebih praktis (Sukandarrumidi 2006). Kepraktisan penggunaan sumber
energi jenis minyak dan gas bumi telah menggeser penggunaan sumber energi
jenis batubara untuk dunia industri. Namun seiring berkembangnya teknologi dan
ilmu pengetahuan, pemanfaatan batubara mulai dilakukan.
Batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dimana Indonesia termasuk ke dalam 10 negara terbesar penghasil
batubara yang menempati urutan ke-5 pada tahun 2011 setelah Australia (World
Coal Assosiation 2012). Dalam perdagangan dunia, Indonesia menduduki
peringkat pertama eksportir batubara dengan jumlah total ekspor sebesar 272 671
351 ton pada tahun 2011. Menurut Departemen Energi Sumberdaya Mineral,
produksi batubara dari tahun 2004 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan
yang cukup signifikan.
Tabel 1 Pasokan batubara tahun 2004-2011
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Produksi (Ton)
132 352 025
152 722 438
193 761 311
216 946 699
240 249 968
256 181 000
275 164 196
353 387 341

Ekspor (Ton)
93 758 806
110 789 700
143 632 865
163 000 000
191 430 218
198 366 000
208 000 000
272 671 351

Dalam Negeri
(Ton)
36 081 734
41 350 736
48 995 069
61 470 000
53 473 252
56 295 000
67 000 000
79 557 800

Sumber: Direktorat Jenderal Mineral Batubara, Diolah Pusdatin 2013.

Tabel 1 menjelaskan bahwa produksi batubara Indonesia dari tahun 2004
hingga tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu rata-rata sebesar 15.3% setiap
tahunnya dengan peningkatan paling tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 28.4%.
Hal tersebut diikuti oleh peningkatan ekspor yang semakin meningkat setiap
tahunnya mengingat kebutuhan dunia akan batubara juga semakin besar yang
disebabkan negara-negara importir menggunakan batubara sebagai sumber energi
pada pembangkit tenaga listrik yang meningkat rata-rata sebesar 17% pertahunnya
dengan laju ekspor paling besar yang terjadi di tahun 2011 yaitu sebesar 31.1%.
Setiap tahunnya, rata-rata sekitar 70% dari hasil produksi batubara domestik

2
diekspor untuk memenuhi kebutuhan negara importir, sedangkan sisanya untuk
memenuhi kebutuhan domestik (Nugraha 2010).
Data Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (2012) menyebutkan
bahwa Indonesia memiliki jumlah cadangan batubara nasional sebanyak 28.02
miliar ton yang tersebar di seluruh provinsi. Cadangan batubara terbesar terletak
di Pulau Sumatera, dengan jumlah cadangan sebesar 14.80 miliar ton dan Provinsi
Sumatera Selatan memiliki jumlah cadangan tertinggi, yaitu sekitar 92.06% dari
keseluruhan total jumlah cadangan batubara yang terdapat di Pulau Sumatera atau
sekitar 48.63% dari keseluruhan cadangan batubara di Indonesia. Sementara itu
Pulau Kalimantan sendiri memiliki cadangan batubara terbesar ke-2 setelah Pulau
Sumatera, dengan jumlah cadangan batubara sebanyak 13.22 miliar ton di mana
Provinsi Kalimantan Timur memiliki jumlah cadangan sebesar 67.05% (tertinggi
pertama) dan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sekitar 28.58% (tertinggi ke2) dari keseluruhan total cadangan batubara di Pulau Kalimantan atau sekitar
31.63% dan 13.48% dari total cadangan batubara di Indonesia.
Besarnya cadangan batubara di Pulau Sumatera tidak menjadikan daerah
tersebut sebagai sentra produksi batubara, dikarenakan infrastruktur maupun
teknologi produksi di Pulau Sumatera masih tergolong rendah dan tidak memadai
untuk dijadikan sebagai sentra produksi. Sentra produksi batubara sendiri terletak
di Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan.
Tabel 2 Produksi batubara lima provinsi terbesar di Indonesia tahun 2008-2010
Tahun
Nama Provinsi
2008 (Ton)
2009 (Ton)
2010 (Ton)
Sumatera Selatan
10 728 339
10 869 870
15 365 659
Jambi
4 216 057
2 731 060
3 186 244
Kalimantan Selatan
70 927 675
80 072 888
90 453 999
Kalimantan Tengah
1 443 221
1 549 526
1 687 927
Kalimantan Timur
118 853 758
123 256 163
140 753 374
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 2011.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa setiap tahunnya produksi batubara di 5
provinsi penghasil batubara terbesar terus meningkat. Sentra produksi batubara di
Indonesia terletak di Pulau Kalimantan dengan daerah penghasil batubara
terbesarnya yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Dalam kurun waktu 3 tahun terlihat
bahwa setiap tahunnya produksi batubara di Provinsi Kalimantan Timur terus
meningkat. Tak terkecuali di Provinsi Kalimantan Selatan yang menempati urutan
ke-2 dalam menghasilkan batubara dengan peningkatan rata-rata 4% setiap
tahunnya sampai tahun 2010. Provinsi ke-3 yang merupakan penghasil terbesar
batubara ditempati oleh Provinsi Sumatera Selatan, disusul Jambi di posisi ke-4
dan Provinsi Kalimantan Tengah menempati urutan ke-5.
Terus meningkatnya pertumbuhan produksi batubara di provinsi Kalimantan
Selatan menjadikan sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor yang
memiliki potensi dalam perekonomian Kalimantan Selatan seiring kondisi cuaca
dengan curah hujan rendah yang mendukung kegiatan produksinya.

3
Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar dalam
menyumbang pendapatan regional di Kalimantan Selatan sebagaimana terlihat
dalam Tabel 3 dimana subsektor pertambangan tanpa minyak dan gas menjadi
subsektor yang memiliki kontribusi paling tinggi di dalamnya yang kemudian
disusul oleh sektor pertanian. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan
di tahun 2012 mencatat bahwa untuk sektor pertanian kontribusi bagi PDRB yang
dihasilkan mencapai Rp14.60 triliun sedangkan untuk sektor pertambangan dan
penggalian menghasilkan sebesar Rp18.01 triliun atau menyumbang kontribusi
terbesar terhadap PDRB sebesar 19.17%.
Tabel 3 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
-Minyak dan Gas
Bumi
-Pertambangan
tanpa Migas
-Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas dan
Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan,
persewaaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB dengan
migas
PDRB tanpa migas

2009
11 380 214.21

2010
12 446 620.56

2011
13 696 209.72

2012
14 603 477.66

11 014 923.94

14 107 440.94

16 659 913.71

18 008 900.38

646 499.61

679 291.57

704 983.77

705 673.33

981 919.91
549 232.41

12 797 177.85
630 971.53

15 238 019.35
716 910.59

16 489 272.77
813 954.28

5 071 960.70

5 611 080.15

6 270 582.19

6 865 260.06

294 423.72
3 182 653.20

346 672.96
3 569 931.02

390 928.55
3 994 602.18

435 473.90
4 553 773.15

7 698 123.31

8 999 094.25

10 447 231.32

12 394 973.26

4 737 672.87

5 319 610.68

5 993 779.78

6 697 260.05

2 623 321.26
5 456 882.49

3 023 569.36
6 399 046.02

3438297 .87
7295337 .40

3 923 864.40
8 440 149.69

51 460 175.70
50 813 676.09

59 823 065.94
59 143 774.37

68 186 882.70
67 481 898.93

75 923 132.54
75 217 459.21

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

Pada tahun 2011 tercatat bahwa produksi batubara di Provinsi Kalimantan
Selatan mencapai angka 141.81 juta ton. Kabupaten Tanah Bumbu merupakan
daerah yang memiliki angka produksi paling tinggi dibandingkan dengan
kabupaten lainnya yaitu sebesar 41.48 juta ton atau memberikan kontribusi
sebesar 29.52% terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan (Tabel 4).

4
Tabel 4 Produksi bahan tambang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2011 (Ton)
Kabupaten
Tanah Laut
Kotabaru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Kotamadya
Banjarmasin
Banjarbaru
Total

Batubara
Biji Besi
Mangan
Kromit
19 079 539
226 880
400
250
10 554 886
3 782 003
0
0
6 073 065
0
0
0
0
0
0
0
16 603 630
0
0
0
350 202
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26 013 062
0
0
0
41 480 647
3 156 449
0
0
21 654 404
0
0
0
0
0
141 809 435

0
0
7 165 332

0
0
400

0
0
250

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012.

Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan
secara kumulatif, menurut nilai ekspor Kalimantan Selatan bulan JanuariDesember 2011 mencapai US$9 139.95 juta, yakni naik sebesar 44,72% bila
dibandingkan dengan periode yang pada sama tahun 2010 yaitu sebesar US$6
315.71 juta dimana peranan batubara terhadap total ekspor terus menunjukkan
tren peningkatan. Sub sesktor pertambangan tanpa migas yang mencakup adanya
kegiatan penambangan batubara di dalamnya meningkat rata-rata 25% setiap
tahunnya. Keadaan ini mendorong produsen batubara di Kalimantan Selatan untuk
melakukan ekspor ke mancanegara. Pada tahun 2005 peranan batubara terhadap
ekspor mencapai 77.52% dan mengalami peningkatan menjadi 86.01% pada tahun
2011 yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Realisasi ekspor produk tambang tahun 2005 dan 2011
2005
Jenis
Komoditas

Volume
(Ton)

2011
Nilai
(US$ Juta)

Volume
(Ton)

Nilai
(US$ Juta)

Batu Bara
50 928 511.13 1 587 376.95
100 817 475.25
7 722 153.78
Semen
0.00
0.00
0.00
0.00
Klinker
347 484.27
9 939.42
427 173.47
13 900.88
Biji Besi
234 111.45
9 874.14
6 370 799.00
112 966.86
Biji Mangan
440 00
46.20
0.00
0.00
Batu Pualam
64 28
8.56
0.00
0.00
Pasir Sirkon
68 403 24
15 159.96
31 823.99
11 866.87
Pasir Kwarsa
5 487 28
1 636.46
0.00
0.00
Total
51 584 501 65 1 624 041.70
107 647 271.71
7 860 888.40
Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan 2012.

5
Terdapat 26 negara tujuan ekspor batubara Kalimantan Selatan. Pada tahun
2011, negara yang paling banyak mengimpor batubara dari Kalimantan Selatan
untuk digunakan sebagai sumber energi ialah China yakni sebesar 29.51 juta ton
atau sekitar 29% dari keseluruhan total volume ekspor batubara Kalimantan
Selatan ke 26 negara tujuan, disusul oleh India yaitu sebesar 22.07 juta ton, atau
22% dari keseluruhan ekspor, dan negara ke-3 pengimpor terbesar batubara dari
Kalimantan Selatan ialah Jepang yang mengimpor sebanyak 13,52 juta ton atau
sebesar 14%.

China
South Korea
Philipina
Spanyol

4%

3%

Jepang
Taiwan
Hongkong
Others

India
Malaysia
Thailand

3% 3%
4%

5%

29%

6%
7%
14%
22%

Gambar 1 Volume ekspor batubara nenurut negara tujuan tahun 2011
Sumber: Kalimantan Selatan dalam Angka 2012.

Kinerja perekonomian Kalimantan Selatan dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan yang berarti sebagaimana telah ditunjukkan oleh Tabel 3. Sektorsektor dominan masih berperan dalam menyumbang pertumbuhan perekonomian
Kalimantan Selatan. Sektor yang memberi sumbangan terbesar pada pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan adalah sektor pertambangan di mana batubara
menjadi komoditas yang memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian
dan ditandai dengan sebanyak 24 perusahaan tambang batubara tergabung dalam
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang melakukan
kegiatan penambangan di 8 kabupaten di wilayah Kalimantan Selatan. Untuk itu
maka diperlukan analisis lebih lanjut mengenai peran pertambangan batubara bagi
perekonomian Kalimantan Selatan seiring dengan diberlakukannya UndangUndang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
menyatakan bahwa pemerintah daerah diberi kekuasaan dalam mengelola
kegiatan pertambangan batubara. Penelitian tersebut akan menggunakan model
Input-Output sebagai alat analisisnya.

6
Perumusan Masalah
Tingginya produksi batubara di wilayah Kalimantan Selatan tentu
memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
berbagai komoditas lainnya yang juga mendukung kontribusi terhadap PDRB.
Maka dari itu, berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah:
1. Bagaimana peranan sektor pertambangan batubara terhadap
perekonomian Provinsi Kalimantan dalam pembentukan permintaan,
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus
perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral?
2. Bagaimana keterkaitan sektor pertambangan batubara dalam
perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dengan sektor-sektor
lainnya?
3. Bagaimana dampak penyebaran dari sektor pertambangan batubara di
Provinsi Kalimantan Selatan terhadap sektor-sektor lainnya?
4. Bagaimana besarnya efek multiplier output dan pendapatan sektor
pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan
di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis kontribusi sektor pertambangan batubara terhadap
perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan ditinjau dari pembentukan
permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi,
surplus perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral.
2. Menganalisis keterkaitan sektor pertambangan batubara dengan sektorsektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Menganalisis dampak penyebaran dari sektor pertambangan batubara
dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan
Selatan.
4. Menganalisis efek multiplier output dan pendapatan sektor pertambangan
batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan mengenai komoditas
batubara baik secara regional maupun nasional.
2. Bagi para pelaku usaha penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan maupun referensi dalam mengembangkan sektor
pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan secara khusus
dan dalam lingkup nasional secara umum.

7
3. Bagi para kalangan akademisi dan masyarakat umum, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai
peranan sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah analisis peran sektor
pertambangan batubara di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Penggunaan
batubara sebagai sumber energi tak terbarukan tentu memengaruhi keseimbangan
lingkungan. Namun pada penelitian ini peneliti tidak menganalisis dampak
lingkungan yang terjadi dan hanya menganalisis dari aspek ekonominya saja.
Penelitian dilakukan menggunakan Tabel Input-Ouput Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2010 dengan mengklasifikasi Tabel Input-Output menjadi 20 sektor
dari 50 sektor yang ada. Klasifikasi sangat menentukan tahap-tahap kegiatan
selanjutnya yang bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang
sangat beraneka ragam ke dalam satuan-satuan sektor yang memiliki persamaan.
Klasifikasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peranan sektor
pertambangan batubara di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.
Data yang dianalisis dari tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi
domestik atas dasar harga produsen yang kemudian akan dihitung menggunakan
aplikasi Input Output Analysis for Practitioners (IOAP) 1.0.1 dan Microsoft Excel
2010. Dalam penelitian ini tidak dapat melihat efek pengganda tenaga kerja dari
masing-masing sektor karena keterbatasan data tenaga kerja sesuai dengan
klasifikasi pada Tabel Input-Ouput tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Pertambangan dan Penggalian
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian
berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis
maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, dan di bawah
permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara,
pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, bijih
mangan, dan perak. Sementara itu penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi
pengambilan segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia,
mineral, dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam (tidak termasuk
logam, batubara, mintak dan gas bumi, dan bahan radio aktif). Bahan galian ini
biasanya digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor industri
maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian antara lain, batu gunung, batu kali,
batu kapur, koral, kerikil, batu marmer, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah
liat, dan lain-lain.
Menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010) pertambangan dan penggalian,
mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian, dan penggaraman
rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh
segala macam barang tambang. Mineral dan barang-barang galian, baik berbentuk

8
padat, cair, dan gas baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat
dan tujuan menggunakan benda-benda tersebut adalah menciptakan nilai dari
barang tambang dan galian tersebut sehingga memungkinkan dimanfaatkan lebih
lanjut, dijual pada pihak lain maupun diekspor.
Tahapan Kegiatan Pertambangan
Tahapan kegiatan pertambangan meliputi prospeksi, eksplorasi, eksploitasi,
dan pengolahan/pengilangan/pemurnian.
a. Prospeksi
Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk
menemukan endapan bahan galian atau mineral berharga.
b. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi
pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata, dan
besarnya cadangan serta studi kelayakan dari endapan bahan galian atau
mineral berharga yang telah diketemukan.
c. Eksploitasi
Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaanpekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau
mineral
berharga
sampai
ke
tempat
penimbunan
dan
pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran.
d. Pengolahan/Pemurnian/Pengilangan
Pengolahan/Pemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan/meninggikan
kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dengan
yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga
tersebut (dapat dilakukan dengan cara kimia).

Sumberdaya Mineral dan Energi
Noor (2006) mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
manusia yang ada di planet bumi ini sangat tergantung kepada material-material
yang berasal dari planet bumi, seperti kebutuhan untuk transportasi, perumahan,
peralatan listrik, komputer, rumah tangga, dan lain-lain, serta seluruh produk
industri (manufaktur) terbuat dari material yang berasal dari mineral-mineral yang
ada di bumi. Permintaan pasokan sumberdaya mineral dalam jumlah besar
seringkali tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan persediaan sumberdaya
mineral. Sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang diperoleh dari hasil
ekstraksi batuan atau pelapukan batuan (tanah). Berdasarkan jenisnya sumberdaya
mineral dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu sumberdaya mineral logam dan
sumberdaya mineral non-logam. Tembaga, besi, nikel, emas, perak, timah adalah
beberapa contoh dari material yang berasal dari mineral logam, sedangkan kuarsa
(silika), muskovit (mika), batu pasir, bentonit, lempung adalah beberapa contoh
material yang berasal dari mineral non-logam. Sumberdaya mineral telah
dimanfaatkan oleh manusia sejak manusia pertama kali menemukan galian berupa
bijih tembaga dan bijih besi. Pemanfaatan bahan galian ini pada awalnya
digunakan untuk keperluan alat rumah tangga atau alat untuk mempertahankan
diri dan berburu, seperti pedang, tombak, panah, dan sebagainya. Kemudian pada

9
zaman revolusi industri, kebutuhan bahan galian mineral semakin meningkat
karena manfaat dari berbagai jenis mineral tersebut, misalnya untuk keperluan
membuat mesin-mesin industri, alat transportasi, alat komunikasi, dan alat-alat
rumah tangga.
Sumberdaya energi adalah sumberdaya geologi yang dimanfaatkan sebagai
penghasil energi. Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa jenis sumberdaya
geologi yang terdapat di alam, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu
dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi dapat dirubah dan dikonversikan
menjadi energi.
Tabel 6 menjelaskan berbagai jenis sumberdaya geologi yang dimanfaatkan
sebagai penghasil energi, yaitu: (1) minyak bumi, (2) gas alam (Liquid Natural
Gas/LNG), (3) batubara, (4) panas bumi (Geothermal), (5) air, (6) mineral
radioaktif, (7) angina, (8) gelombang air laut, dan (9) radiasi matahari. Berikut ini
adalah pemanfaatan sumberdaya energi dalam berbagai sektor, baik untuk energi
listrik, industri, transportasi, rumah tinggal, dan lain-lain.
Tabel 6 Jenis-jenis sumberdaya beserta penggunaannya
Jenis Sumberdaya
Penggunaan
Minyak bumi
Energi listrik, rumah tinggal, komersial,
industri, transportasi, ekspor/impor
Gas alam
Energi listrik, rumah tinggal, komersial,
industri, transportasi
Batubara
Energi listrik, rumah tinggal, komersial,
industri, transportasi, ekspor/impor
Panas bumi (Geothermal)
Energi listrik, rumah tinggal, komersial
Air
Energi listrik
Mineral radioaktif
Energi listrik
Angin
Energi listrik
Radiasi matahari
Energi listrik, rumah tinggal, komersial
Sumber: Sukandarrumidi 2006.

Batubara
Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan
tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N,
S, dan P. Hal ini terjadi dikarenakan batubara itu sendiri terbentuk dari jaringan
tumbuhan yang telah mengalami proses coalification. Dalam mempelajari cara
terbentuknya batubara dikenal dua teori, yaitu teori insitu dan teori drift (Krevelen
1993).
Teori insitu menjelaskan tempat dimana batubara terbentuk sama dengan
tempat terjadinya proses coalification dan sama pula dengan tempat dimana
tumbuhan berkembang. Oleh sebab itu, beberapa penciri yang dapat dipergunakan
untuk mengetahui berlakunya teori insitu pada suatu daerah tambang batubara,
antara lain didapatkannya suatu daerah tambang batubara, antara lain
didapatkannya getah tumbuhan yang mengeras (membatu), dalam istilah geologi
disebut Harz dan imprint tulang daun yang banyak ditemukan di daerah tambang
batubara Samarinda dan Tenggarong (Amperadi dan Sukandarrumidi 2005).

10
Sementara itu, teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang
terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat
terbentuknya batubara berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang
kemudian mati. Bahan pembentuk batubara tersebut telah mengalami proses
transportasi, sortasi, dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Hal ini
terjadi karena selama proses transportasi yang berkaitan dengan kekuatan arus air,
pada saat arus kuat akan terhanyutkan pokok pohon yang besar, sedang pada saat
arus air kekuatannya telah mulai berkurang yang diangkut bagian pohon yang
lebih kecil (ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan konsep teori drift,
mungkin luas ataupun sempit, tergantung pada luasan cekungan sedimentasi
(Krevelen 1993).
Wilayah penambangan batubara di Indonesia tersebar dari Provinsi
Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Selain memiliki
sebaran wilayah yang luas, pelaku penambangan batubara/perusahaan batubara
juga merupakan yang terbanyak jumlahnya dibandingkan dengan perusahaan yang
mengusahakan komoditas tambang non migas lainnya.
Dahulu batubara banyak digunakan untuk menggerakkan mesin uap yang
pada waktu itu digunakan untuk mesin lokomotif kereta api, kapal laut, dan mesin
industri lainnya. Dewasa ini batubara banyak digunakan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik tenaga uap dan mesin industri yang memerlukan kalori cukup
besar. Ditinjau dari segi pemanfaatannya, batubara dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
golongan, yaitu: (1) batubara untuk bahan bakar, disebut batubara bahan bakar
(steaming coal, fuel coal, atau energy coal), (2) batubara bitumen untuk
pembuatan kokas, disebut batubara kokas (coking coal), dan (3) batubara untuk
dibuat bahan-bahan dasar energi lainnya, disebut batubara konversi (conversion
coal).

Konsep Pembangunan Ekonomi
Secara tradisional, pembangunan dapat dikatakan sebagian kapasitas dari
sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih
bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan
mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI (gross national
income). Indeks ekonomi lainnya yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita
(income per capita) atau GNI per kapita. Tinggi rendahnya kemajuan
pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan
GNI, baik secara keseluruhan maupun per kapita dan akan menetes dengan
sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang
ekonomi lain yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang
diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial
secara lebih merata atau dapat dikatakan sebagai prinsip ‘efek penetasan ke
bawah’ (trickle down effect) (Todaro dan Smith 2006).
Todaro dan Smith (2006) juga mengatakan bahwa keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara ditujukan tiga nilai pokok, yaitu: (1)

11
berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
(basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai
manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom
for servitude).
Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mendorong
pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional ataupun secara regional. Pertumbuhan ekonomi yang baik
merupakan indikasi keberhasilan suatu pembangunan ekonomi.
Tahapan Pembangunan Ekonomi
Negara-negara maju sebagian besar kegiatan ekonominya telah sampai pada
tahap pembangunan ekonomi yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi (innovation driven). Seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 From comparative to competitive advantage
Sumber: World Economic Forum 2009.

Pada tahap 1 yaitu factor driven dijelaskan dengan peningkatan output yang
ditandai dengan memperluas areal usaha. Output akhir didominasi oleh komoditi
primer (bahan mentah), sehingga kemampuan penetrasi pasar rendah, segmen
pasar yang dimasuki terbatas dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati
sebagian rakyat masih juga relatif rendah. Kondisi faktor standar (upah rendah,
sumberdaya alam, lokasi geografi) merupakan sumber keunggulan kompetitif
dominan, teknologi diasimilasi melalui impor, FDI (foreign direct investment),
dan imitasi, perusahaan bersaing dalam harga dan kurangnya akses langsung
kepada konsumen, perusahaan mempunyai peran terbatas dalam rantai nilai, fokus

12
pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi sumberdaya alam, dan
perekonomian sangat sensitif terhadap siklus perekonomian dunia, harga
komoditi, dan nilai tukar.
Tahap yang ke-2 digerakkan oleh penggunaan barang-barang modal dan
SDM semi terampil atau capital driven. Pada tahap ini ditandai antara lain oleh
peningkatan produktivitas dan nilai tambah sebagai sumber pertumbuhan output
total, baik akibat peningkatan penggunaan barang-barang modal maupun akibat
peningkatan mutu sumberdaya manusia. Kemampuan penetrasi pasar meningkat,
segmen pasar yang dimasuki makin luas (peningkatan pangsa pasar) dan nilai
tambah (pendapatan) yang dinikmati rakyat daerah meningkat. Efisiensi dalam
memproduksi barang dan jasa standar adalah sumber dominan keunggulan
kompetitif, teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi,
negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi mempunyai kapasitas
untuk meningkatkannya, adanya dukungan dari investasi besar dalam infrastruktur
yang efisien dan proses produksi modern.
Tahap yang ke-3 adalah innovation driven. Pada tahap ini ditandai dengan
inovasi teknologi yang secara terus-menerus dan berkelanjutan sehingga akan
menghasilkan produk-produk baru dan bernilai tambah tinggi. Barang-barang dan
jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia mutakhir merupakan sumber
keunggulan kompetitif, pembangunan nasional dicirikan oleh kekuatan pada
semua area bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik, perusahaan bersaing
dengan strategi yang unik dan cakupan yang seringkali global, perekonomian
mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan terhadap external shocks.
Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah
menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka
terjadi pergeseran mengenai konsep pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat
sentralistis, mengarah pada desentralisasi, yaitu dengan memberikan kekuasaan
kepada daerah untuk membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam
bidang ekonominya. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut
(Subandi 2011).
Menurut Priyarsono dan Sahara (2007) pertumbuhan ekonomi wilayah
adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi.
Kuznets (1966) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan semakin banyak
jenis barang dan jasa kepada penduduknya, kemampuan tersebut tumbuh sesuai
dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menggambarkan balas jasa bagi
faktor-faktor produksi yang terdapat di wilayah tersebut. pertumbuhan ekonomi
juga diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Persentase pertambahan output haruslah lebih besar dari persentase pertambahan

13
jumlah penduduk dan ada kecenderungan bahwa dalam jangka waktu tertentu
pertumbuhan itu akan berlanjut.
Pada pertumbuhan ekonomi juga dikenal dengan teori klasik. Teori ini
dikemukakan oleh Adam Smith yang pada awalnya dipaparkan dalam bentuk
buku yang berjudul An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of
Nations yang diterbitkan pada tahun 1776. Adam Smith menentang campur
tangan pemerintah dalam perekonomian. Ia menganjurkan kebijaksanaan pasar
bebas atau laissez-faire, yaitu kebijaksanaan yang sifatnya memberikan kebebasan
yang maksimal kepada para pelaku perekonomian untuk melakukan kegiatan yang
disukainya dan meminimalkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian.
Menurut Smith, terdapat “kekuatan yang tidak terlihat” (invisible hands) dalam
pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme yang mendorong
efisiensi dan membawa ekonomi pada keadaan full employment. Smith
berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pertumbuhan
ekonomi karena penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan
pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut.
Teori Klasik Adam Smith menuai kritikan mengenai asumsinya yang tidak
realistis tentang pasar bebas. Kenyataan menyebutkan bahwa peranan pemerintah
dalam perekonomian selalu ada dan diperlukan untuk mengatur perekonomian.
Teori Klasik lainnya yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi
adalah teori dari David Ricardo (1821) yang menyebutkan bahwa penduduk yang
berjalan dengan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat
pertumbuhan ekonomi ke taraf yang lebih rendah. Ricardo juga menjelaskan di
sisi lain, jika tadinya proses produksi dilakukan pada lahan yang kualitasnya baik,
dengan semakin bertambahnya penduduk maka lahan yang kualitasnya rendah
pun akan digunakan yang menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh akan
menurun. Teori Ricardo juga menuai kritikan, salah satunya karena mengabaikan
peranan teknologi yang dapat menahan laju penurunan hasil, terutama teknologi
pertanian yang dapat meningkatkan kualitas lahan dan hasil produksi.

Metode Input-Output (IO)
Teori Input-Output
Baumol dalam Nazara (2005) menyatakan analisis Input-Output sebagai
usaha untuk memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris
sisi produksi. Analisis Input-Output merupakan suatu peralatan analisis
keseimbangan umum. Analisis itu didasarkan suatu situasi perekonomian dan
keseimbangan dalam analisis Input-Output didasarkan arus transaksi antar pelaku
perekonomian.
Pengertian Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan
informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor ekonomi
dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel InputOutput menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor
untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian
pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral,
sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan

14
oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara
maupun input primer.
Sebagai metode kuantitatif Tabel Input-Output memberikan gambaran
menyeluruh tentang hal-hal sebagai berikut ini.
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai
tambah masing-masing sektor.
2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa
antarsektor-sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri
mmaupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh
berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi,
dan ekspor.
Kegunaan, Prinsip Dasar (Asumsi), dan Keterbatasan
Metode Input-Output telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas
dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input-Output, antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Berguna untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output,
nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di
berbagai sektor produksi.
2. Berguna untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang
dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan
kemungkinan substitusinya.
3. Berguna untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling
dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka
terhadap pertumbuhan perekonomian.
4. Berguna untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan
mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
Menurut Jensen dan West dalam Priyarsono et al (2007) Tabel Input-Output
bersifat statis (state model), dan di dalam penyusunan tabel tersebut diperlukan
tiga prinsip dasar atau asumsi-asumsi pokok untuk memudahkan dalam
memahami, menyusun, dan menggunakan Tabel Input-Output. Asumsi yang
mendasari adalah sebagai berikut :
1. Keseragaman (Homogenity)
Suatu prinsip di mana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang
berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis
barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada
substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda.
2. Kesebandingan (Proportionality)
Suatu prinsip di mana hubungan antara output dan input pada setiap
sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dari penurunan
output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input
yang digunakan oleh sektor tersebut.
3. Penjumlahan (Additivity)
Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor
merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara
terpisah.

15
Adanya asumsi-asumsi tersebut membuat Tabel Input-Output memiliki
keterbatasan, antara lain: karena rasio Input-Output tetap konstan sepanjang
periode metode analisis maka produsen tidak dapat menyesuaikan perubahanperubahan inputnya atau mengubah prosesnya. Asumsi semacam ini tidak
menjelaskan adanya perubahan teknologi ataupun produktivitas yang dapat terjadi
dari waktu ke waktu. Walaupun mengandung keterbatasan, model Input-Output
tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lebih lengkap dan lebih
komprehensif.
Kerangka Umum Tabel Input-Output
Pada dasarnya Tabel Input-Output terdiri atas 4 kuadran, dengan tiap
kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks yang berbeda-beda dimensinya. Tabel 7
di bawah ini akan memberikan gambaran lebih lengkap format Tabel InputOutput.
Tabel 7 Ilustrasi Tabel Input-Output
Output

Sektor Produksi
1

2

3

z11

z12

z13

z21

z22

z23

3

z31

z32

z33

.

.

.

.

.

.

.

.

n

zn1

zn2

zn3

Input Primer

V

V1

V2

V3

Total Input

X

X1

X2

X3

Input
1
2

Sektor Produksi

..
..
..

..
..
..

..
..

N

Permintaan
Akhir

Total
Output

z1n

Y1

X1

z2n

Y2

X2

z3n

Y3

X3

.

.

.

.

.

.

znn

Yn

Xn

Vn
Xn

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda 2010.

Ada tiga matriks dasar yang dapat dilihat dalam Tabel 7 yakni:
1. Matriks Z atau matriks transaksi input antara,
2. Matriks Y atau matriks permintaan akhir yang terdiri atas permintaan
untuk konsumsi rumah tangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan
ekspor (X),
3. Matriks V atau matriks input primer yang terdiri atas upah/gaji (W),
surplus usaha (S), penyusutan (D), dan pajak tidak langsung/minus
subsidi (T).

16
Tabel 7 dapat pula menjelaskan mengenai 4 kuadran yang terdapat dalam
suatu Tabel Input-Output, yaitu:
1. Kuadran I (Intermediate Quadrant)
Setiap sel di kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang
dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini
memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor
produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output
kuadran ini sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan
keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.
2. Kuadran II (Final Demand Quadrant)
Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan
akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah
tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan
ekspor. Total permintaan akhir adalah jumlah dari total konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok,
dan ekspor.
3. Kuadran III (Primary Output Quadrant)
Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi
oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari
pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan, dan
pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan
menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah
tersebut.
4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant)
Merupakan input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi
langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa
melalui sistem produksi atau kuadran antara.
Bila dilihat secara horizontal (baris), setiap isi sel total output pada Tabel 7
menunjukkan bagaimana output suatu sektor itu dialokasikan, yang mana
sebagian untuk memenuhi input antara di sektor produksi dan sebagian lagi untuk
memenuhi permintaan akhir.
Secara keseluruhan distribusi output pada Tabel Input-Output dapat
dituliskan sebagai berikut:
i



zij + Yi = Xi

untuk i = 1, 2, 3,..., n

j =1

dimana zij adalah banyaknya output sektor i yang dialokasikan sebagai input
antara pada sektor j, sedangkan Yi adalah jumlah permintaan akhir terhadap sektor
i. Sedangkan isi sel menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi
pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi, dan bentuk
persamaannya adalah sebagai berikut:
j



zij + Vj = Xj

untuk j = 1, 2, 3,..., n

i =1

dimana zij adalah banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang
digunakan oleh sektor j, sedangkan Vj menunjukkan jumlah input primer yang
digunakan oleh sektor j.

17
Analisis Penerapan Sektor Kunci
Model Input-Output dapat digunakan juga sebagai alat pengambil keputusan
dalam merencanakan pembangunan sektoral, di mana dari hasil analisisnya dapat
diketahui sektor-sektor yang dijadikan leading sector (sektor pemimpin) atau
dapat juga dikatakan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi. Suatu
sektor kunci dianggap memiliki kemampuan daya sebar yang sangat tinggi dalam
suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat ganda. Disatu sisi
sektor tersebut dapat mendorong permintaan agregat (aggregate demand) yang
lebih tinggi, dan disisi lain dapat meningkatkan penawaran agregat (aggregate
supply) untuk pemenuhan kebutuhan domestik.
Menurut Arsyad (1999) suatu sektor yang dapat menyebar dalam berbagai
aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara
keseluruhan, memiliki ciri-ciri yakni: (1) perkembangannya relatif cepat, (2)
industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung,
(3) memiliki keterkaitan tinggi, dan (4) inovatif, dapat pula dijadikan sebagai
sektor kunci dalam pemb