Peran, dampak investasi dan kebijakan sektor pertambangan terhadap perekonomian nasional dan regional

PERAN, DAMPAK INVESTASI DAN KEBIJAKAN SEKTOR
PERTAMBANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN REGIONAL

DISERTASI

MARGO YUWONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
disertasi saya yang berjudul :

PERAN, DAMPAK INVESTASI DAN KEBIJAKAN SEKTOR
PERTAMBANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN REGIONAL
merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan
pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali dengan jelas ditunjukkan dengan

rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program yang sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2012

Margo Yuwono
NRP: H361064124

ABSTRACT
MARGO YUWONO. The Roles, Investment Impacts, and Mining Sector
Policies on Regional and National Economy (RINA OKTAVIANI as a
Chairperson, BONAR M SINAGA, and DEDI BUDIMAN HAKIM as
Members of the Advisory Committee)
The objective of this study is to analyze The Roles, Investment Impacts, and
Mining Sector Policies on Regional and National Economy. This study uses
Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) models of Kalimantan, and nonKalimantan framework. The IRSAM model is used based on a consideration that it can
explain the social and economic performance quite well. Kalimantan and nonKalimantan framework are used to see the transmission or flow of the mining sector
development impacts in Kalimantan. In the IRSAM models, the mining sector

disaggregated into oil and gas, and coal mining, and other mining sub-sectors.
Furthermore, disaggregation of urban and rural household criteria is adopted from World
Bank concepts that divide household income into three categories namely low, medium,
and high income. The objectives of this research are achieved using two different ways.
Firstly, an analysis is conducted by using a descriptive analysis and IRSAM multipliers,
and secondly, by using policy simulations analysis. A descriptive analysis and IRSAM
multipliers are used to see the impacts of any increased in investment on Mining sector,
and the policy simulation analysis is used to see the impact of any development policies
on the same sector. The roles of the mining sectors are analyzed using relevance and
multiplier values, and it shows that the mining sector linkages in the economy both
backward and forward are very low. Based on the mining sector development multiplier
analysis, it shows that the development of the mining sector does not give too much of a
benefit to the economy of Kalimantan, or the high level of spillover effect occurs in the
economy. Furthermore, shocks in the mining sector are causing high income disparities
in economic. Any increases in investments in the mining sector produce a less good
impact on the economy of Kalimantan. The reason is because not all capital goods that
are used by the mining sector are available in Kalimantan. This is causing the impact
flows out from the territory. Several policy alternatives to optimize the mining sector's
roles in the economy are simulated in the models. The result shows that not all specified
scenarios give good results in all aspects. However, the most effective policy, in short

term or long term, is scenario 7, which increased regional revenues by getting 6.5 percent
of royalty, and from that amount distributes 20 percent to agricultural sector, 40 percent
to infrastructures, and 40 percent to the development of agro-industry. The
implementation of this policy could result in additional revenues in all sectors of
productions, and would be more evenly distributed especially in agriculture sector, and
agro-industry. Additional income is also generated more evenly in all household groups.
Keywords : Mining, Interregional Social Accounting Matrix, Multiplier, Disparity,
Spillover Effects, Policy Impact.

RINGKASAN
Margo Yuwono. Peran, Dampak Investasi dan Kebijakan Sektor Pertambangan
terhadap Perekonomian Nasional dan Regional (Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS
sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Dr. Ir.
Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Dalam beberapa tahun terakhir, produksi beberapa komoditas pertambangan
Indonesia seperti timah, tembaga, nikel, emas dan batubara tidak saja berperan
besar dalam perekonomian nasional namun juga telah menjadi pemasok bagi
kebutuhan dunia. Kontribusi sektor pertambangan bukan migas dalam
perekonomian Indonesia selama periode 2000-2010 cenderung meningkat, jika
pada tahun 2000 kontribusinya baru mencapai 2.81 persen kemudian pada tahun

2010 sudah mencapai 5.16 persen. Komoditas terbesar dalam sektor
pertambangan bukan migas adalah komoditas batubara, dalam beberapa tahun
terakhir produksinya meningkat cukup tajam. Peningkatan produksi batubara ini
diduga akibat dari kebijakan energi mix yang lebih mengutamakan energi
batubara dibandingkan energi yang lain, sehingga permintaan internasional akan
komoditas tersebut juga meningkat.
Selain berkontribusi dalam penciptaan nilai tambah (value added), sektor
pertambangan bukan migas juga memberikan manfaat yang besar pada
penerimaan keuangan negara. Penerimaan pemerintah dari sektor ini selama
periode 2005-2010, berkisar antara Rp.6-13 Triliun dan terbesar terjadi pada tahun
2008 yang mencapai Rp.12,8 triliun. Sementa itu penerimaan negara dari SDA
berkisar antara Rp.100-225 triliun, atau sekitar 18-27 persen dari total APBN. Hal
ini memberikan indikasi bahwa ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap
sumberdaya alam masih sangat tinggi.
Secara spasial, aktivitas sektor pertambangan bukan migas terkonsentrasi di
Pulau Kalimantan, sekitar 50,84 persen nilai tambah pertambangan bukan migas
Indonesia di hasilkan di Kalimantan. Implikasi dari terkonsentrasinya kegiatan
pertambangan di Kalimantan sangat luas. Pertama, meningkatkan PDRB dan
APBD daerah. Kedua, karena karakteristik pertambangan adalah padat modal dan
berisiko tinggi terhadap kerusakan lingkungan beberapa daerah penghasil

pertambangan di Kalimantan dihadapkan pada beberapa persoalan sosial seperti
masalah pengangguran, kemiskinan, dan kualitas pembangunan manusia yang
rendah. Ketiga, struktur perekonomian Kalimantan cenderung tidak seimbang
(imbalances), ketimpangan pendapatan sektoral yang diakibatkan ketergantungan
terhadap pertambangan menyebabkan pondasi perekonomian sangat rentan,
dikuatirkan jika tambang berhenti berproduksi (habis) maka ekonomi daerah bisa
collaps. Dalam jangka panjang struktuk ekonomi yang demikian tentu saja kurang
menguntungkan bagi perekonomian Kalimantan.
Studi ini menggunakan pendekatan model Interregional Sosial Accounting
Matrix (IRSAM) Kalimantan dan non Kalimantan. Penggunaan model ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa model IRSAM mampu menjelaskan kinerja
ekonomi dan sosial dengan baik, sedangkan kerangka Kalimantan dan non
Kalimantan dimaksudkan untuk melihat transmisi atau aliran dari pembangunan
sektor pertambangan di Kalimatan. Dalam hal ini, ingin didapatkan informasi
mengenai aliran pendapatan dari sektor pertambangan di Kalimantan, banyak
dinikmati oleh Kalimantan sendiri atau sebaliknya justru mengalir keluar wilayah.
Dengan adanya informasi ini diharapkan dapat dihasilkan beberapa rekomendasi

kebijakan terhadap pembangunan sektor pertambangan di Kalimantan dalam
kerangka kesetaraan pembangunan antarwilayah.

Berdasarkan data IRSAM 2008, diperoleh informasi bahwa pertambangan
batubara dalam pembentukan PDB pada tahun 2008 mencapai 3.78 persen, dan
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 0.91 persen dari tenaga kerja nasional.
Jika dilihat sebarannya, 41.32 persen produksi batubara tersebut dihasilkan oleh di
Pulau Kalimantan dan sisanya sebesar 56.68 persen terdapat di pulau laiinya di
Indonesia. Kontribusi pertambangan sektor petambangan di Kalimantan dalam
pembentukan PDRB mencapai 13.75 persen dan daya serap tenaga kerjanya hanya
3,23 persen dari total tenaga kerja di Kalimantan. Rendahnya daya serap tenaga
kerja di sektor ini mengindikasikan bahwa sektor pertambangan batubara
tergolong sektor yang capital intensive.
Pengamatan terhadap distribusi pendapatan faktorial di sektor pertambangan
diketahui lebih banyak diterima oleh pemilik kapital, secara nasional alokasi
pendapatan untuk kapital sebesar 68.87 persen, di Kalimantan sebesar 87.53
persen dan di Luar Kalimantan sebesar 88.98 persen. Hal ini mengindakasikan
bahwa pembangunan sektor pertambangan lebih banyak dinikmati oleh para
pemilik kapital dari pada tenagakerja. Bila dikaji lebih lanjut penerima pendapatan
tenaga kerja terbesar adalah pekerja non pertanian sebagai tenaga produksi,
operator alat angkutan dan buruh kasar. Sedangkan bila dilihat perbandingan desakota, ternyata alokasi pendapatan tenaga kerja banyak dinikmati oleh tenagakerja
di kota atau dengan kata lain pembangunan sektor pertambangan adalah bias
perkotaan (urban bias).

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa keterkaitan sektor
pertambangan dalam perekonomian baik keterkaitan ke Belakang (backward
linkage) maupun keterkaitan ke Depan (forward linkage) sangat rendah. Hal ini
mengindasikan bahwa dalam setiap tahapan produksi maupun penggunaannya
(distribusi) dalam perekonomian tidak banyak melibatkan sektor ekonomi lainnya.
Berdasarkan analisis multiplier pembangunan sektor pertambangan menunjukkan
bahwa pembangunan sektor pertambangan tidak banyak memberikan manfaat
bagi perekonomian Kalimantan, atau dengan kata lain adanya goncangan (shock)
di sektor pertambangan batubara banyak dinikmati oleh penduduk Luar
Kalimantan, terjadi spillover effect yang cukup tinggi dalam perekonomian. Pada
sisi lain, adannya shock pada sektor pertambangan juga menimbulkan disparitas
pendapatan yang cukup tinggi, baik di Faktor Produksi, Sektor Produksi maupun
Institusi.
Beberapa alternatif kebijakan untuk meminimumkan dampak negatif dari
pembangunan sektor pertambangan di Kalimantan ternyata tidak semua skenario
yang ditetapkan memberikan hasil yang baik pada semua aspek. Bila tujuan
pembangunan adalah meningkatkan pendapatan masyarakat di perdesaan, maka
skenario 4, yaitu meningkatkan penerimaan royalti 6.5 persen dan
mendistribusikan ke seluruh rumahtangga di perdesaan merupakan cara yang
paling efektif bila dibandingkan dengan skenario lainnya. Namun demikian,

apabila mempertimbangkan berbagai kepentingan baik jangka pendek maupun
jangka penjang, skenario 7, yaitu meningkatkan penerimaan daerah dari roylati
sebesar 6.5 peren dan mendistribusikan ke sektor pertanian 20 persen,
infrastruktur 40 persen, dan pengembangan agroindustri 40 persen merupakan
kebijakan yang paling efektif.

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian
Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

PERAN, DAMPAK INVESTASI DAN KEBIJAKAN SEKTOR
PERTAMBANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN

NASIONAL DAN REGIONAL

MARGO YUWONO

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup :
1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS
Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Pertanian
Fakultas Ekonomi dan Manejemen, Institut Pertanian Bogor
2. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan,M.Sc
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manejemen, Institut Pertanian Bogor

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka :
1. Dr. Slamet Sutomo, MS
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
2. Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A., PhD
Kasubdit Bidang Analisis Sosial Ekonomi Regional
Direktorat Pengembangan Wilayah
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional

Judul

:

Peran, Dampak Investasi dan Kebijakan Sektor
Pertambangan terhadap Perekonomian Nasional dan
Regional

Nama Mahasiswa

:


Margo Yuwono

Nomor Pokok

:

H.361064124

Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS
Ketua

Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, MA
Anggota

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Anggota

Mengetahui :

2. Ketua Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian,

3. Dekan Sekolah Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, MA

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian : 30 Januari 2012

Tanggal Pengesahan :

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wata’ala yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan disertasi yang
berjudul : Peran, Dampak Investasi dan Kebijakan Sektor Pertambangan terhadap
Perekonomian Nasional dan Regional.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menganalisis peran sektor
pertambangan di Kalimantan melalui analisis keterkaitan dan multiplier effect
sektor pertambangan, (2) menganalisis dampak peningkatan investasi sektor
pertambangan di Kalimantan, dan (3) menganalisis berbagai simulasi kebijakan
pembangunan di sektor pertambangan dengan menggunakan model Interregional
Social Accounting Matrix.
Seiring dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih dan penghormatan yang setinggi tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Prof.
Dr. Ir. Bonar M Sinaga, MA, Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc selaku
Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu yang sangat
berharga untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sejak
penyusunan proposal sampai penyelesaian disertasi ini.
2. Istri tercinta, Irma Susanty dan anak-anak, Vinna dan Dini yang telah ikut
memberi motivasi dan pengorbanan waktu selama hampir 5 tahun.
3. Sdr. Windy, Dimas, Pepi dan rekan-rekan di BPS yang telah memberikan
motivasi kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini.
Kepada semua yang penulis sebutkan diatas semoga Allah SWT selalu
memberi kelapangan dan kelancaran dalam pengabdian masing-masing.

Penulis sangat menyadari dengan waktu dan kemampuan yang terbatas
penelitian ini masih jauh dari harapan dan belum sempurna. Namun demikian
penulis tetap berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2012

Margo Yuwono

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 5 Juni 1963, dari
Ayah Rajikan dan Ibu Suparti Penulis adalah anak pertama dari 5 bersaudara.
Setelah menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri 45 Jakarta pada
tahun 1982, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Muda di Akademi Ilmu
Statistik (AIS), Jakarta dan lulus tahun 1986. Kemudian melanjutkan program
sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jurusan Statistik dan tamat tahun 1994.
Pada tahun 1999 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan Pascasarjana,
pada Program Perencanaan Wilayah dan Perdesaan (PWD)-IPB dan lulus pada
tahun 2005.
Sejak tahun 1986 hingga tahun 2009, penulis bekerja di Badan Pusat
Statistik, Jakarta sebagai staf pada bagian Konsolidasi Neraca Regional,
Direktorat Neraca Produksi. Pada tahun 2009 sampai sekarang penulis bekerja di
Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik, BPS. Pada tahun 2006, penulis
berkesempatan mengambil program Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian (EPN), Institut Pertanian Bogor

DAFTAR ISI

Halaman

I.

II.

III.

DAFTAR TABEL .................................................................................

xxiii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

xvi

PENDAHULUAN ...............................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................

7

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................

10

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................

11

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .............................

11

KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................

13

2.1. Makna Pembangunan dan Pembangunan Regional ...................

13

2.1. Paradigma Pembangunan Berkelanjutan .....................................

14

2.3. Teori Basis Ekspor ......................................................................

16

2.4. Model Pendapatan Interregional .................................................

17

2.5. Pertumbuhan dan Pemerataan .....................................................

24

2.6. Distribusi Pendapatan ..................................................................

31

2.7. Kelembagaan dan Kebijakan Batubara Nasional .......................

38

2.8. Studi Empirik Dampak Ekonomi Pertambangan di Indonesia
dan beberapa Negara Penghasil Tambang ..................................

48

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS .............................................

53

3.1. Kerangka Pikir Penelitian ...........................................................

53

3.2. Interregional Social Accounting Matrix .....................................

54

3.2.1. Dekomposisi Multplier Social Accounting Matrix dan
IRSAM ...........................................................................

58

3.2.2. Penyusunan Sistem Jaringan IRSAM .............................

67

3.3. Metode Updating dan Balancing SAM ......................................

74

IV.

V.

3.3.1. Metode RAS ..................................................................

74

3.3.2. Metode Estimasi Cross-Enthropy ..................................

76

3.4. Structural Path Analysis .............................................................

79

3.4.1. Pengaruh Langsung.........................................................

82

3.4.2. Pengaruh Total ................................................................

83

3.4.3. Pengaruh Global .............................................................

84

3.5. Kerangka Pemikiran Operasional ..............................................

85

3.6. Hipotesis ....................................................................................

87

METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................

89

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................

89

4.2. Jenis dan Sumber Data ...............................................................

89

4.3. Struktur IRSAM Kalimantan dan Non Kalimantan ...................

90

4.4. Metode Analisis .........................................................................

94

4.4.1. Metode Analisis Keterkaitan Sektor Pertambangan
dengan Sektor Ekonomi Lainnya ...................................

94

4.4.2. Metode Analisis Multiplier Effect Sektor Pertambangan
terhadap Peningkatan Pendapatan Sektor Produksi .......

95

4.4.3. Metode Analisis Multiplier Effect Sektor Pertambangan
terhadap Peningkatan Pendapatan Faktor Produksi .......

96

4.4.4. Metode Analisis Multiplier Effect Sektor Pertambangan
terhadap Peningkatan Pendapatan Institusi ....................

96

4.4.5. Metode Analisis Jalur Struktural ...................................

97

4.4.6. Metode Analisis Simulasi Dampak Kebijakan
Pembangunan Sektor Pertambangan di Kalimantan ......

98

PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PADA
PEREKONOMIAN .............................................................................

101

5.1. Posisi Pertambangan Batubara Indonesia dalam Pasar Global ..

101

5.1.1. Posisi Produksi Batubara Indonesia dalam Pasar Global

101

5.1.2. Posisi Ekspor Batubara Indonesia dalam Pasar Global .

103

5.1.3. Rangkuman ....................................................................

104

5.2. Kontribusi Pertambangan Batubara dalam Perekonomian ........

104

5.2.1. Kontribusi dalam PDB/PDRB .......................................

104

5.2.2. Kontribusi dalam APBN dan APBD .............................

107

VI.

5.2.3. Rangkuman .....................................................................

109

5.3. Distribusi Pendapatan Faktorial Sektor Pertambangan ..............

110

5.3.1. Distribusi Pendapatan Faktorial Sektor Pertambangan
Batubara di Kalimantan ..................................................

110

5.3.2. Distribusi Pendapatan Faktorial di Non Kalimantan ......

112

5.3.3. Rangkuman .....................................................................

112

5.4. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Produksi ..............................

113

5.4.1. Analisis Keterkaitan Intraregional ..................................

113

5.4.2. Analisis Keterkaitan Interregional ..................................

120

5.4.3. Rangkuman .....................................................................

123

5.5. Analisis Multiplier Pembangunan Sektor Pertambangan Dalam
Perekonomian .............................................................................

123

5.5.1. Efek terhadap Pendapatan Faktor Produksi ....................

125

5.5.2. Efek terhadap Pendapatan Institusi ................................

126

5.5.3. Efek terhadap Pendapatan Sektor Produksi ....................

128

5.5.4. Rangkuman .....................................................................

130

ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI
KEBIJAKAN .......................................................................................

131

6.1. Dampak

Kenaikan

Investasi

Sektor

Pertambangan

di

Kalimantan .................................................................................

131

6.1.1. Perubahan Nilai Tambah Faktor Produksi .....................

131

6.1.2. Perubahan Pendapatan Rumahtangga ............................

133

6.1.3. Perubahan Pendapatan Sektor Produksi .........................

134

6.1.4. Perubahan penyerapan Tenaga Kerja ..............................

136

6.1.5. Analisis Jalur Struktural ..................................................

138

6.1.6. Transmisi Jalur Peningkatan Investasi terhadap
Pembentukan Output Sektor Pertambangan di
Kalimantan ......................................................................

138

6.1.7. Spillover Effect Akibat dari Investasi Barang Modal di
Sektor Pertambangan Batubara dan tambang Lainnya di
Kalimantan .....................................................................

143

6.1.8 Rangkuman .....................................................................

145

6.2. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertambangan ......................

146

6.2.1. Perubahan Nilai Tambah Faktor Produksi .....................

146

6.2.2. Perubahan Pendapatan Rumahtangga ............................

148

6.2.3. Transmisi Jalur Akibat Kenaikan Output Sektor
Pertambangan Batubara di Kalimantan .........................

150

6.2.4 Spillover Effect Akibat Kenaikan Ekspor Sektor
Pertambangan Batubara di Kalimantan .........................

158

6.2.5. Rangkuman ....................................................................

161

6.3. Analisis Simulasi Kebijakan .......................................................

161

6.3.1 Simulasi
Kebijakan
Pembangunan
Sektor
Pertambangan di Kalimantan terhadap Pendapatan
Sektor Produksi ..............................................................

161

6.3.2. Simulasi
Kebijakan
Pembangunan
Sektor
Pertambangan terhadap Pendapatan rumahtangga .........

168

6.3.4. Rangkuman .....................................................................

168

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................

171

7.1. Kesimpulan .................................................................................

171

7.2. Saran ...........................................................................................

175

7.2.1. Implikasi Kebijakan ........................................................

175

7.2.2. Penelitian Lanjutan .........................................................

186

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

177

LAMPIRAN .........................................................................................

183

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

Halaman
Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Sumberdaya Alam, Tahun
2005-2010...........................................................................................

4

2.

Struktur Perekonomian Pulau Kalimantan Tahun 2005-2010 ...........

6

3.

Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah Penghasil Tambang Tahun
2010 ....................................................................................................

8

4.

Kerangka Dasar Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) .

57

5.

Definisi Neraca Transaksi Inter-Regional Social Accounting Matrix
(IRSAM) .............................................................................................

58

6.

Klasifikasi IRSAM Kalimantan dan Non Kalimantan, Tahun 2008 ..

91

7.

Produsen Utama Batubara di Dunia, Tahun 2000-2008.....................

102

8.

Ekspor Batubara Beberapa Negara di Dunia, Tahun 2005-2008 .......

103

9.

Struktur Ekonomi Pulau Kalimantan, Non Kalimantan dan
Indonesia, Tahun 2008 .......................................................................

106

10.

Alokasi Bagi Hasil Sektor Pertambangan Umum, Tahun 2009 .........

109

11.

Distribusi Pendapatan Faktorial Sektor Pertambangan, Tahun 2008 .

111

12.

Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan Menurut Sektor Produksi di
Kalimantan .........................................................................................

115

Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan Menurut Sektor Produksi di
Non Kalimantan .................................................................................

118

Keterkaitan Interregional ke Belakang dan ke Depan Menurut
Sektor Produksi di Kalimantan dan Non Kalimantan .......................

122

Efek Sektor Pertambangan Batubara di Kalimantan terhadap
Pendapatan Faktor Produksi ...............................................................

125

Efek Sektor Pertambangan Batubara di Kalimantan terhadap
Pendapatan Institusi ............................................................................

127

Efek Sektor Pertambangan Batubara di Kalimantan terhadap
Pendapatan Sektor Produksi ...............................................................

129

Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan Batubara
Sebesar 10 persen terhadap Penambahan Pendapatan di Faktor
Produksi ..............................................................................................

132

13.
14.
15.
16.
17.
18.

19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

28.

29.

30.
31.

32.
33.

Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan Batubara
Sebesar 10 persen terhadap Penambahan Pendapatan Rumahtangga

133

Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan Batubara
Sebesar 10 persen terhadap Penambahan Sektor Produksi................

135

Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan Sebesar 10
persen terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ........................................

137

Analisis Jalur Investasi Barang Modal terhadap Pembentukan
Output Pertambangan di Pulau Kalimantan ......................................

139

Analisis Jalur Investasi Sektor Pertambangan di Pulau Kalimantan
terhadap Pendapatan Institusi di Kalimantan dan Non Kalimantan ..

141

Efek Total dari Investasi Pertambangan Batubara dan Tambang
Lainnya di Kalimantan ......................................................................

145

Dampak Kenaikan Ekspor Pertambangan Batubara Sebesar 20
persen terhadap Penambahan Pendapatan Faktor Produksi...............

147

Dampak Peningkatan Ekspor Pertambangan Batubara Sebesar 20
persen terhadap Penambahan Pendapatan Rumahtangga ..................

149

Transmisi Akibat Kenaikan Output di Sektor Pertambangan
Batubara dan Lainnya di Pulau Kalimantan terhadap Peningkatan
Pendapatan di Kalimantan dan di Luar Kalimantan ..........................

150

Transmisi Kenaikan Ekspor Sektor Pertambangan Batubara di
Pulau Kalimantan terhadap Penciptaan Kapital di Kalimantan dan
di Non Kalimantan .............................................................................

153

Pengaruh Global Akibat Kenaikan Ekspor Sektor Pertambangan
Batubara di Pulau Kalimantan terhadap Peningkatan Pendapatan
Rumahtangga .....................................................................................

155

Transmisi Jalur Kenaikan Ekspor Sektor Pertambangan Pulau
Kalimantan terhadap Peningkatan Pendapatan Rumahtangga ..........

156

Efek Total dari Guncangan Output Sektor Pertambangan Batubara
dan tambang Lainnya di Kalimantan terhadap Output Sektoral,
Pendapatan Institusi, Pendapatan Faktor, dan Total Perekonomian ..

159

Hasil Simulasi Beberapa Kebijakan Pembangunan Sektor
Pertambangan di Kalimantan terhadap Pendapatan Sektor Produksi

167

Hasil Simulasi Beberapa Kebijakan Pembangunan Sektor
Pertambangan di Kalimantan terhadap Peningkatan Pendapatan
Rumahtangga .....................................................................................

169

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.

Halaman
Kontribusi Sektor Pertambangan Bukan Migas dalam
Perekonomian Indonesia, Tahun 2000-2010 ......................................

3

PDRB Pertambangan dan Non Pertambangan di Kalimantan,
Tahun 2000-2010 ...............................................................................

5

3.

Unsur-Unsur Pendukung Pembangunan Berkelanjutan .....................

15

4.

Arus Uang Melalui Perekonomian .....................................................

32

5.

Distribusi Pendapatan dengan Pendekatan Fungsional ......................

34

6.

Sistem Bagi Hasil Produksi Batubara ..............................................

38

7.

Kerangka Interregional Social Accounting Matrix Sumber: Hadi
(2001), Achjar et al., Rum Alim (2005) .............................................

55

8.

Proses Pengganda antara Neraca Endogen SAM ...............................

63

9.

Jalur Dasar dalam Analisis Jalur ........................................................

80

10.

Sirkuit dalam Analisis Jalur ...............................................................

80

11.

Contoh Dua Sektor .............................................................................

81

12.

Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................

86

13.

Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan menurut Sektor Produksi di
Kalimantan .........................................................................................

117

Keterkaitan ke Belakang dan ke Depan menurut Sektor Produksi di
Non Kalimantan .................................................................................

119

Analisis Jalur Investasi Barang Modal Interregional terhadap
Sektor Pertambangan Batubara di Pulau Kalimantan ........................

140

Analisis Jalur Investasi Barang Modal Intraregional dan
Interregional Sektor Pertambangan terhadap Pendapatan Institusi ....

142

Analisis Jalur Peningkatan Ekspor Sektor Pertambangan Batubara
di Kalimantan terhadap Peningkatan Pendapatan Kapital .................

152

Analisis Jalur Ekspor Sektor Pertambangan Batubara di Pulau
Kalimantan terhadap Penciptaan Kapital ...........................................

154

Analisis Jalur Kenaikan Ekspor Pertambangan Batubara di
Kalimantan terhadap Peningkatan Pendapatan ..................................

157

Strategi Pendekatan Sektoral ..............................................................

164

2.

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Klasifikasi Tabel IRSAM Kalimantan dan Non Kalimantan ............

184

2. Matriks Koefisien Input IRSAM Kalimantan dan Non Kalimantan .

187

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan
tanggung jawab bersama. Oleh karenanya harus dilaksanakan secara bertanggung
jawab dan transparan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Selain aspek ekonomi, pengelolaan pertambangan juga harus
tetap memperhatikan aspek ekologi, sosial dan budaya sehingga pemanfaatan
sumberdaya pertambangan tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan keuntungan
ekonomi semata tetapi yang lebih penting adalah keberlanjutan fungsi sumberdaya
tambang itu sendiri untuk menopang kehidupan manusia antar generasi.
Sumberdaya pertambangan sebagai salah satu kekayaan yang dimiliki
Bangsa Indonesia, apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi nasional. Sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar 1945, pemerintah sebagai penguasa sumberdaya harus mampu mengatur,
mencegah pemborosan, dan mengoptimalkan pendapatan dari penguasaan
sumberdaya tersebut untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pada sisi
lain, tekanan pembangunan ekonomi yang dilakukan di negara-negara
berkembang sering menimbulkan dilema bagi kelestarian sumberdaya alam. Hal
ini mengingat kebutuhan konsumsi untuk masyarakat sering tidak ditunjang oleh
pengelolaan yang baik dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
kelestarian sumberdaya alam, sehingga penurunan kualitas lingkungan sering

2

dianggap sebagai biaya yang harus dibayar untuk suatu proses pembangunan
ekonomi. Dengan makin meningkatnya kebutuhan ekonomi yang berbasis
sumberdaya alam (resource base), makin memberikan tekanan yang tinggi
terhadap sumberdaya alam itu sendiri sehingga kebutuhan akan pengelolaan
sumberdaya alam yang baik menjadi kebutuhan yang mendesak.
Undang-undang No. 11 Tahun 1967 tentang pokok-pokok Pertambangan
yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (UU) Pertambangan Mineral dan
Batubara Tahun 2009, telah menjadi landasan eksploitasi sumberdaya mineral dan
batubara secara besar-besaran untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Dalam
beberapa tahun terakhir, produksi beberapa komoditas pertambangan Indonesia
seperti timah, tembaga, nikel, emas dan batubara tumbuh sangat tinggi dan tidak
saja telah berperan besar dalam perekonomian nasional namun juga telah menjadi
pemasok bagi kebutuhan dunia.
Kontribusi sektor pertambangan non migas dalam perekonomian Indonesia
selama periode 2000-2010 menunjukkan tren yang terus meningkat. Berdasarkan
Gambar 1 dapat diketahui bahwa kontribusi sektor pertambangan bukan migas
pada tahun 2000 baru mencapai 2.81 persen, kemudian pada tahun 2010
meningkat menjadi 5.16 persen. Komoditas terbesar dalam sektor pertambangan
bukan migas adalah batubara, dalam beberapa tahun terakhir produksinya
meningkat cukup tajam. Peningkatan produksi batubara ini diduga akibat dari
kebijakan energi mix yang lebih mengutamakan energi batubara dibandingkan
energi yang lain, sehingga permintaan internasional akan komoditas tersebut juga
meningkat.

3

Persen
6.00
5.16
5.00

4.53
3.95

2005 2006
Tahun

2007

2008

3.77

4.00
3.19
3.00

3.91

4.06

2.81

2.81

2.65

2002

2003

2.84

2.00
1.00
0.00
2000

2001

2004

2009

2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

Gambar 1. Kontribusi Sektor Pertambangan Bukan Migas dalam Perekonomian
Indonesia Tahun 2000-2010
Selain berkontribusi dalam penciptaan nilai tambah (value added), sektor
pertambangan juga berkontribusi besar pada penerimaan keuangan negara.
Penerimaan pemerintah dari sektor ini selama periode 2005-2010 berkisar antara
6-13 triliun rupiah dan terbesar terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 12.8 triliun
rupiah atau sekitar 5.72 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa bahwa penerimaan
pemerintah bukan pajak yang berasal dari Sumberdaya Alam (SDA) selama
periode tersebut berkisar antara 100-225 triliun rupiah atau berkontribusi pada
APBN sekitar 10-27 persen. Hal ini membuktikan bahwa peran sektor yang
berbasis SDA, termasuk pertambangan non migas mempunyai peran yang sangat
penting dalam perekonomian nasional.

4

Tabel 1.

Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Sumberdaya Alam Tahun 20052010
Migas
(Miliar Rupiah)

Bukan Migas
(Miliar Rupiah)

Total Penerimaan
SDA
(Miliar Rupiah)

Kontribusi
Terhadap APBN
(Persen)

2005

103 762.1

6 705.3

110 467.4

22.37

2006

158 086.1

9 387.8

167 473.9

26.33

2007

124 783.7

8 108.9

132 892.6

18.82

2008

211 617.0

12 846.0

224 463.0

22.96

2009

162 123.1

11 373.5

173 496.5

17.62

111 453.9

12.65

Tahun

2010
101 259.3
10 908.5
Sumber: Kementerian Keuangan, 2010 (diolah)

Secara spasial, aktivitas sektor pertambangan non migas terkonsentrasi di
Pulau Kalimantan, sekitar 50.84 persen nilai tambah pertambangan non migas
Indonesia di hasilkan di Kalimantan, dan sekitar 90 persen produksinya diekspor
ke luar wilayah. Hal ini berarti sebagian besar sumberdaya alam di Kalimantan
yang ada dikirim ke luar Kalimantan tanpa melalui proses produksi. Melalui cara
ini berarti kegiatan ekonomi yang dilaksanakan di Kalimantan sedikit sekali yang
menghasilkan nilai tambah. Padahal proses nilai tambah itulah yang sebenarnya
dapat menaikkan pendapatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam jangka panjang kondisi tersebut tentu saja tidak menguntungkan
bagi daerah. Oleh karena sektor pertambangan bersifat nonrenewable, maka
daerah perlu segera mengembangkan sektor ekonomi alternatif lain yang dapat
dijadikan leading sector di bidang perekonomian. Sektor ekonomi tersebut harus
mulai dikembangkan sedini mungkin, sehingga pada saat pertambangan berhenti
berproduksi, maka sektor ekonomi alternatif tersebut sudah mampu menggantikan
posisi pertambangan sebagai penggerak utama perekonomian.

5

Pertambangan

Triliun Rupiah

Non Pertambangan

300
249.64

250

236.49
210.59

200

246.05

217.19
170.55

192.91

155.43
142.00

150

162.99
141.96

101.12

100
63.98

50

70.55

69.39
85.47

78.51
95.11

124.93

108.66

76.00
67.59

0
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

Gambar 2. PDRB Pertambangan dan Non Pertambangan di Kalimantan Tahun
2000-2010
Melihat dominasi sektor pertambangan
perekonomian

mengakibatkan

terjadinya

yang cukup besar dalam

ketimpangan

dalam

struktur

perekonomian. Struktur ekonomi dari daerah penghasil tambang seakan terbagi ke
dalam dua bagian yaitu ekonomi modern dan ekonomi tradisional. Masing-masing
struktur tersebut relatif terpisah dan kurang terkait satu sama lain. Keterpisahan
kedua struktur tersebut mengakibatkan perkembangan ekonomi yang cepat dari
sektor modern kurang mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi tradisional.
Ekonomi modern pada umumnya berskala besar yang dikelola oleh swasta
dan pada umum kepemilikannya dikuasi oleh penduduk luar wilayah tersebut.
Sektor modern yang berkembang ini sangat bergantung pada sumberdaya alam
yang tidak dapat diperbaharui dan memberikan pengaruh besar terhadap masalahmasalah lingkungan. Selain itu, sektor modern ini juga bergantung kepada modal

6

dan tenaga kerja dari luar wilayah dan relatif kurang memberikan multiplier
kepada ekonomi lokal.
Pada sisi lain ekonomi tradisional merupakan ekonomi rakyat yang masih
bersifat subsisten. Pola ekonomi ini menunjukkan bahwa tingkat perkembangan
ekonomi tradisional berada pada tahap awal dengan volume perdagangan yang
relatif kecil serta cenderung hanya melayani kebutuhan lokal. Karakter ekonomi
yang bersifat subsisten dengan ukuran pasar yang kecil ini tidak memungkinkan
untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi wilayah. Begitu juga apabila dilihat
dari aspek produktivitas, rendahnya kontribusi sektor pertanian dalam PDRB dan
tingginya ketergantungan tenaga kerja pada sektor pertanian menyebabkan
kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian lebih rendah jika
dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja di sektor pertambangan.
Tabel 2. Struktur Perekonomian Pulau Kalimantan Tahun 2005-2010
2005
Sektor

2010

Nilai
Tambah

Tenaga
Kerja

Nilai
Tambah

Tenaga
Kerja

1. Pertanian

12.41

52.97

12.14

47.54

2. Pertambangan & Penggalian

31.84

3.26

35.55

4.75

3. Industri Pengolahan

29.40

7.71

20.60

5.51

4. Listrik, Gas & Air Bersih

0.40

0.26

0.37

0.22

5. Bangunan

3.72

4.30

4.23

5.03

10.15

17.52

11.99

17.80

7. Pengangkutan &
Komunikasi

4.73

4.51

5.32

3.92

8. Keuangan. Persewaan, &
Jasa Perusahaan

2.64

0.58

3.28

1.38

9. Jasa-Jasa

4.72

8.91

6.52

13.85

100.00

100.00

100.00

100.00

6. Perdag., Hotel & Restoran

Produk Domestik Regional
Bruto

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

7

Masalah lainnya yang juga terjadi dalam pengelolaan tambang adalah pola
pemanfaatan sumberdaya alam tambang kurang memberikan akses kepada
masyarakat adat dan lokal di satu pihak dan di pihak lain cenderung sentralistik
dan terpusat pada beberapa kelompok masyarakat dan golongan tertentu, sehingga
mengurangi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat adat dan lokal. Kondisi
tersebut jika dibiarkan secara terus menerus dapat menimbulkan kesenjangan
pendapatan antara penduduk pendatang dan masyarakat lokal. Secara rata-rata
hanya sekitar 19 persen saja pendapatan yang dapat dinikmati oleh 40 persen
penduduk yang berpendapatan rendah. Sementara 20 persen penduduk yang
berpendapatan tinggi menikmati pendapatan lebih banyak yaitu sekitar 45 persen.
Hal ini menandakan bahwa distribusi pendapatan dalam masyarakat Kalimantan
terjadi ketimpangan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa bukti empiris yang telah diuaraikan sebelumnya,
teridentifikasi beberapa permasalahan pokok yang perlu segera ditangani dalam
pengelolaan sumberdaya tambang di Kalimantan, antara lain sebagai berikut:
1.

Pengelolaan tambang selama ini telah menimbulkan “bias” pembangunan
regional. Artinya, meskipun secara nasional sektor pertambangan mempunyai
kontribusi signifikan dalam perekonomian nasional, namun secara regional
(daerah) belum memberikan manfaat langsung yang memuaskan, atau dengan
kata lain terdapat indikasi yang kuat bahwa pembangunan sektor
pertambangan dampaknya banyak mengalir ke luar wilayah. Berdasarkan
Tabel 3 terlihat bahwa tingginya PDRB per kapita dan APBD pada daerahdaerah penghasil tambang ternyata belum berdampak langsung kepada
kesejahteraan masyarakat, bahkan terkesan sebaliknya, daerah hanya

8

menerima

dampak

negatif

(eksternalitas

negatif)

dari

pengambilan

sumberdaya alam. Hal ini di indikasikan oleh masih banyaknya penduduk
miskin dan rendahnya kualitas manusia di daerah, nilai IPM pada daerahdaerah penghasil tambang secara umum masih sangat rendah.
Tabel 3.

Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah Penghasil Tambang
Tahun 2010

Indikator Sosial dan Ekonomi

Kutai
Timur

Sumbawa
Barat

Mimika

Kontribusi Pertambangan Dalam
Perekonomian (Persen)

85.83

93.68

95.17

PDRB per Kapita (Juta Rupiah)

140.02

128.26

295.05

APBD per Kapita (Juta Rupiah)

8.79

3.02

9.46

2 130.1

526.6

1 412.6

Tax Ratio

0.32

0.14

0.68

Persentase Penduduk Miskin
(Persen)

11.9

23.0

24.3

Indeks Pembangunan Manusia

71.23

68.49

66.16

Peringkat IPM secara Nasional
(497 Kabupaten/Kota)

223

438

361

APBD (Miliar Rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

2.

Struktur perekonomian di Pulau Kalimantan cenderung tidak seimbang
(imbalances).

Ketimpangan

pendapatan

sektoral

yang

diakibatkan

ketergantungan terhadap pertambangan menyebabkan pondasi perekonomian
Kalimantan sangat rentan, dikuatirkan jika tambang berhenti berproduksi
(habis) maka ekonomi daerah bisa collaps. Dalam jangka panjang struktur
ekonomi tersebut kurang menguntungkan bagi perekonomian Kalimantan.
3.

Sektor pertanian yang merupakan sumber utama ekonomi masyarakat daerah
kontribusinya dalam perekonomian masih sangat kecil. Melihat potensi yang
ada, mengindikasikan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya di
sektor pertanian masih belum optimal.

9

Dari rumusan permasalahan di atas, maka beberapa pertanyaan yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1.

Seberapa besar peran sektor pertambangan dalam perekonomian nasional dan
regional Kalimantan? Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan peran sektor
pertambangan dalam perekonomian meliputi antara lain:
a.

Seberapa besar keterkaitan sektor pertambangan di Kalimantan terhadap
sektor ekonomi lainnya?

b.

Seberapa

besar

multiplier

effect

sektor

pertambangan

terhadap

pendapatan faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) baik intra maupun
interregional Kalimantan dan non Kalimantan?
c.

Seberapa

besar

multiplier

effect

sektor

pertambangan

terhadap

pendapatan rumahtangga baik intra maupun interregional Kalimantan dan
non Kalimantan?
d.

Seberapa

besar

multiplier

effect

sektor

pertambangan

terhadap

pendapatan sektor-sektor produksi lainnya di Kalimantan dan non
Kalimantan?
2.

Seberapa besar dampak investasi dan ekspor sektor pertambangan di Pulau
Kalimantan terhadap pendapatan Faktor Produksi, Institusi dan Sektor
Produksi?

3.

Strategi dan kebijaksanaan seperti apa yang perlu dilakukan oleh Pemerintah
agar kegiatan sektor pertambangan dapat memberikan manfaat yang optimal
bagi perekonomian Kalimantan?

10

1.3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran dan dampak
peningkatan investasi sektor pertambangan di pulau Kalimantan terhadap
perekonomian nasional dan regional. Secara khusus tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
1.

Menganalisis peran sektor pertambangan dalam perekonomian Nasional dan
regional Kalimantan, yang meliputi antara lain:
a.

Menganalisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan
ke depan (forward linkage) dari sektor pertambangan di Kalimantan.

b.

Menganalisis multiplier effect dari sektor pertambangan terhadap
pendapatan faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) baik intra maupun
interregional Kalimantan dan non Kalimantan.

c.

Menganalisis multiplier effect sektor pertambangan terhadap pendapatan
rumahtangga baik intra maupun interregional Kalimantan dan non
Kalimantan.

d.

Menganalisis multiplier effect sektor pertambangan terhadap pendapatan
pendapatan sektor-sektor produksi lainnya di Kalimantan dan non
Kalimantan.

2.

Menganalisis dampak investasi dan ekspor sektor pertambangan di Pulau
Kalimantan terhadap pendapatan faktor produksi, institusi dan sektor
produksi..

3.

Menganalisis dampak kebijakan sektor pertambangan terhadap perekonomian
Kalimantan.

11

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk:
1.

Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan tambang yang dapat
memberikan manfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat.

2.

Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah mengenai dampak dari
kegiatan pertambangan terhadap perekonomian wilayah.

3.

Sebagai bahan pembanding dan referensi untuk studi-studi dengan isu yang
relevan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan kasus di Kalimantan sebagai daerah penelitian
yang didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: (1) peran sektor
pertambangan di Kalimantan cukup tinggi dan cenderung terus meningkat, bahkan
pemerintah melalui program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah menetapkan bahwa Kalimantan akan dijadikan
sebagai lumbung energi nasional, (2) struktur perekonomian cenderung
imbalances,

kondisi

ini

mengindikasikan

bahwa

pembangunan

sektor

pertambangan di Kalimantan kurang memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi
lainnya, dan (3) Kalimantan sebagai wilayah yang sangat kaya dengan SDA tetapi
tingkat pengangguran masih tinggi, jumlah penduduk miskin masih cukup banyak
dan kualitas pembangunan manusia juga relatif masih rendah. Kondisi ini menarik
untuk menjadi wilayah penelitian, karena pembangunan ekonomi yang didasarkan
pada sumberdaya alam tidak dapat diperbaharui jika tidak dikelola dengan baik
tidak akan berkesinambungan dalam jangka panjang. Hal lain yang juga menjadi
pertimbangan adalah selain kaya akan SDA tambang, Kalimantan juga memiliki
sumberdaya alam lain, seperti perkebunan, tanaman pangan, kehutanan dan

12

perikanan, akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Untuk melihat peran dari sektor pertambangan di Kalimantan terhadap
perekonomian nasional dan regional dalam penelitian ini akan difokuskan pada
aspek keterkaitan sektor pertambangan dengan sektor ekonomi lainnya, baik
keterkaitan antar sektor ekonomi di Kalimantan maupun antar sektor dan
antarwilayah. Keterkaitan yang akan dilihat adalah berupa keterkaitan ke belakang
(backward lingkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage). Sedangkan
dampak dari peningkatan investasi sektor pertambangan di Kalimantan terhadap
perekonomian nasional dan regional, akan dilihat dampaknya pada perubahan
pendapatan di sektor produksi, faktor produksi dan institusi, baik intra maupun
interregional.
Untuk mengetahui peran dan dampak peningkatan investasi sektor
pertambangan di Kalimantan terhadap perekonomian nasional dan regional
menggunakan pendekatan Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM)
Kalimantan dan non Kalimantan. Dengan demikian cakupan dalam penelitian ini
hanya melihat aspek makroekonomi regional atau dengan kata lain penelitian ini
tidak melakukan analisis dari aspek mikroekonomi.
Data IRSAM yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data tahun
2008, sehingga hasil yang diperoleh hanya dapat menggambarkan kondisi
perekonomian nasional dan regional pada waktu tersebut. Namun demikian,
apabila diasumsikan bahwa struktur perekonomian antara tahun 2008 dan
sekarang tid