Hipertrofi Kordis pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fasicularis) Pasca Obes Induksi Diet Obesitogenik Diikuti Asupan Nikotin

HIPERTROFI KORDIS PADA MONYET EKOR PANJANG
(Macaca fasicularis) PASCA OBES INDUKSI DIET OBESITOGENIK
DIIKUTI ASUPAN NIKOTIN

YAYUK SRI RAHAYU PUSPITAWATHI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hipertrofi Kordis pada
Monyet Ekor Panjang (Macaca fasicularis) Pasca Obes Induksi Diet Obesitogenik
Diikuti Asupan Nikotin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013
Yayuk Sri Rahayu Puspitawathi
NIM B04080062

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari peneliti kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
YAYUK SRI RAHAYU PUSPITAWATHI. Hipertrofi Kordis pada Monyet Ekor
Panjang (Macaca fasicularis) Pasca Obes Induksi Diet Obesitogenik Diikuti
Asupan Nikotin. Dibimbing oleh RP. AGUS LELANA dan EKOWATI
HANDHARYANI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hipertrofi ventrikel kiri monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) jantan dewasa sebagai hewan model obesitas
dan aterosklerosis pada manusia. Monyet diberi makan diet obesitogenik selama
12 bulan dan diberikan nikotin cair per-oral selama 3 bulan. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengeksplorasi aspek makroskopik hipertrofi jantung dan
kompensasinya. Lima belas sampel jantung yang diamati menunjukkan tingkat

deposisi lemak yang bervariasi dengan bentuk apex tumpul. Pemotongan otot
jantung dilakukan dari bagian apex jantung satu sentimeter secara melintang dan
diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan ketepatan dua desimal.
Ketebalan dinding relatif (RWT) diukur dengan menghitung ketebalan dinding
septum (SWT) yang ditambahkan oleh ketebalan dinding posterior (PWT) dan
dibagi dengan diameter internal ventrikel kiri (LVID). Semua sampel jantung
memiliki tipe hipertrofi konsentris dengan rataan nilai RWT (1.87 ± 1.47
sentimeter) dibandingkan dengan yang normal (0.45 sentimeter). RWT ini
memiliki hubungan yang rendah terhadap berat badan (r = 0.060) dan indeks
massa tubuh (r = 0.054). Penelitian ini dapat membuktikan bahwa monyet ekor
panjang dapat dikembangkan sebagai hewan model hipertrofi ventrikel sebagai
solusi alternatif hipertrofi ventrikel dalam hubungannya dengan obesitas endemik
pada masyarakat perkotaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa studi efek nikotin
pada hipertrofi ventrikel harus dilakukan terhadap aspek mikroskopis.
Kata Kunci: Jantung, Hipertrofi ventrikel kiri, Obesitas, Ketebalan dinding relatif,
Nikotin

ABSTRACT
YAYUK SRI RAHAYU PUSPITAWATHI. Cordis Hipertrophy in Obese
Cynomolgus Macaque (Macaca fasicularis) with Obesitogenic Diet Followed by

Nicotin Administration. Supervised by RP. AGUS LELANA and EKOWATI
HANDHARYANI.
The aim of this study was to examine the evidence of left ventricular
hypertrophy of male cynomolgus macaque (Macaca fascicularis) as animal model
of human obesity and atherosclerosis. The animals were fed obesitogenic diet for
12 month and treated by per-oral nicotine liquid for 3 month. The objective of
this study is exploring the macroscopic aspect of fatty heart enlargement and its
compensation. Almost of fifteen samples of hearts showed varies level of fatty
deposition and blunted apex. Heart muscle thickening was measured on distal
transversal one centimeter’s cutting using caliper with two decimal precision.
Relative Wall Thickness (RWT) was measured by calculating Septal Wall
Thickness (SWT) that added by Posterior Wall Thickness (PWT) and divided by
Left Ventricular Internal Diameter (LVID). All of the heart mostly have
concentric type of hypertrophy with elevation of RWT (1.87 ± 1.47 centimeter)
compare to the normal one (0,45 centimeter). This RWT has low relations to body
weight (r = 0.060) and body mass index (r =0.054). This study refilled that
cynomlgous macaque can be developed as animal model of ventricular
hypertrophy as a part of alternative solution of ventricular hypertrophy in
conjunction with endemic obesity on urban society. This study suggested that the
study of nicotine effect on ventricular hypertrophy should be conducted

microscopically.
Key words : Heart, Left ventricular hypertrophy, Obesity, Relative Wall
Thickness, Nicotine

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB

HIPERTROFI KORDIS PADA MONYET EKOR PANJANG
(Macaca fasicularis) PASCA OBES INDUKSI DIET OBESITOGENIK
DIIKUTI ASUPAN NIKOTIN

YAYUK SRI RAHAYU PUSPITAWATHI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Hipertrofi Kordis pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fasicularis)
Pasca Obes Induksi Diet Obesitogenik Diikuti Asupan Nikotin
Nama
: Yayuk Sri Rahayu Puspitawathi
NIM
: B04080062

Disetujui oleh

Dr drh RP Agus Lelana, SpMP, MSi


drh Ekowati Handharyani, MSi, PhD

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi berjudul
Hipertrofi Kordis pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fasicularis) Pasca
Obes Induksi Diet Obesitogenik Diikuti Asupan Nikotin merupakan bagian
dari payung penelitian Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB atas prakarsa Prof
drh Dondin Sajuthi, MST, PhD.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr drh RP Agus Lelana, SpMP, MSi dan drh Ekowati Handharyani, MSi,
PhD selaku dosen pembimbing;
2. Kepala Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB beserta staff selaku fasilitator
penelitian;
3. Kepala dan staff Bagian Patologi, Departemen Klinik, Patologi dan
Reproduksi FKH IPB selaku fasilitator penelitian;
4. drh Fachruddin, MSc PhD selaku dosen pembimbing akademik;
5. Keluarga tercinta Bapak I Gede Wirta, AmD Pi, Ibu Sajiatul Muslimah, adik
Agung Govinda.
6. Keluarga Besar Avenzoar FKH 45, Himpunan Profesi Ornithologi dan
Unggas FKH IPB , KOPMA IPB, dan kelompok A20 TPB IPB; dan
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Besar harapan penulis semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi biomedis, khususnya
pengembangan satwa primata sebagai hewan model untuk penyakit
kardiovaskuler di Indonesia.

Bogor, April 2013
Yayuk Sri Rahayu Puspitawathi


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Waktu dan Tempat

2

Alat dan Bahan


2

Prosedur Umum

2

Analisa Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Hasil

4

Pembahasan


6

SIMPULAN DAN SARAN

9

Simpulan

9

Saran

9

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

11

RIWAYAT HIDUP

14

DAFTAR TABEL
1

Profil bobot badan, bobot jantung, dan ukuran ventrikel jantung pada
monyet jantan dewasa obes

4

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sayatan melintang jantung
Daerah pengukuran ventrikel jantung
Kondisi jantung pada hewan obes
Kondisi hipertrofi pada ventrikel kiri
Grafik korelasi antara nilai Relative Wall Thickness (cm) dan bobot
badan (kg)
Grafik korelasi antara nilai Relative Wall Thickness (cm) dan Indeks
Massa Tubuh (kg/m2)
Grafik korelasi antara nilai Relative Wall Thickness (cm) dan bobot
jantung (gram)
Tipe hipertrofi ventrikel
Peran obesitas dan adipokines dalam menginduksi hipertensi

3
3
4
4
5
5
6
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Surat Perjanjian ACUC
Protokol Nekropsi: PSSP LPPM IPB

11
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Obesitas masyarakat perkotaan sudah menjadi masalah endemis, akibat
perubahan pola hidup dan pola makan. Obesitas didefinisikan sebagai asupan
makanan yang tidak seimbang dengan penggunaannya, sehingga sumber energi
tubuh disimpan dalam jaringan adiposa. Bila kondisi ini berlangsung lama dapat
menimbulkan sindrom metabolik (Barter 2003). Sindrom metabolik merupakan
kondisi kesehatan dengan ciri tekanan darah tinggi, bobot badan melebihi 30%,
kadar gula darah tinggi, dan kadar lemak darah tidak normal. Kondisi ini
meningkatkan resiko serangan penyakit jantung koroner, aterosklerosis, stroke
dan diabetes mellitus (Sari 2009). Menurut Mehta et al. (2007) sindrom metabolik
juga memicu terjadinya hipertrofi ventrikel jantung.
Untuk mempelajari akibat sindrom metabolik ini dilakukan kajian obesitas
pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) jantan dewasa dengan induksi
diet obesitogenik selama 12 bulan yang diikuti asupan nikotin cair selama 3 bulan.
Penginduksian diet ini menghasilkan indeks masa tubuh (IMT) monyet meningkat
lebih dari 23.00 kg/m2, dan bahkan ada yang mencapai 34.57 kg/m2 (Oktarina
2010). Menurut Lelana (2012) pada saat nekropsi, jantung monyet tersebut
banyak ditutupi lemak dan cenderung mengalami pembesaran (hipertrofi).
Menurut (Fang et al. 2008), kondisi yang ditemukan Lelana (2012) dapat disebut
sebagai kardio-obesitas.
Hipertrofi jantung menurut Rubin dan Farber (1998) merupakan
kompensasi fungsional dan struktural sel otot jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. Hipertrofi ini dapat terjadi secara utuh pada ventrikel kiri dan kanan
atau secara parsial pada ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri yang bersifat
konsentris ini memiliki resiko kesehatan yang lebih nyata dibandingkan dengan
yang bersifat eksentris.
Penelitian hipertrofi jantung pada hewan model pada umumnya dilakukan
dengan teknik ekokardiografi pada mencit, kucing, dan anjing. Teknik yang sama
juga digunakan oleh Sleeper et al. (2008) untuk mengevaluasi struktur dan fungsi
jantung monyet yang mengalami hipertrofi ventrikel kiri. Namun demikian, kajian
hipertrofi jantung monyet ekor panjang berdasarkan patologi anatomi belum
pernah dilaporkan. Dengan alasan ini dilakukan kajian untuk melihat
perkembangan ventrikel jantung pada monyet obes.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji hipertrofi jantung ventrikel
kiri pada monyet sebagai hewan model obesitas. Tujuannya adalah melihat aspek
makroskopis kardio obesitas dan tipe kompensasinya.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi penting bagi program
biomedis terutama pengembangan monyet sebagai hewan model hipertrofi
ventrikel kiri.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian kelanjutan dari pembentukan monyet
obes dengan induksi diet obesitogenik selama 12 bulan (Februari 2008-Februari
2009) diikuti asupan nikotin 0.75 mg/kg BB/12 jam selama 3 bulan (Maret-Juni
2009). Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2013 di Laboratorium
Patologi Pusat Studi Satwa Primata Bogor LPPM IPB.

Bahan dan Alat
Bahan utama penelitian ini adalah 15 organ jantung monyet jantan dewasa
umur 6-8 tahun dengan bobot badan 4.0-6.8 kg. Bahan lain yang digunakan antara
lain formaldehida 4% dan alkohol. Alat-alat yang digunakan meliputi wadah
spesimen, kertas tissue, pinset, jangka sorong, blade dan kamera.

Prosedur Umum
Penelitian ini meliputi 7 prosedur: (1) nekropsi dan perfusi monyet, (2)
perfusi jantung, (3) penimbangan jantung, (4) preservasi jaringan jantung, (5)
observasi eksterior jantung, (6) pemotongan otot jantung, dan (7) pengukuran otot
jantung. Prosedur 1 sampai prosedur 4 dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
sedangkan prosedur 5 sampai prosedur 7 dilakukan oleh peneliti inti.
Prosedur nekropsi dan perfusi monyet. Nekropsi diawali dengan
penyuntikan ketamin HCl 10 mg/kgBB (im), dilanjutkan eutanasi menggunakan
Pentobarbital dosis 30 mg/kgBB (iv). Perfusi diawali dengan penyuntikan NaCl
fisiologis melalui jantung, dilanjutkan dengan formaldehida 4% dan drainase
melalui Vena abdominalis.
Prosedur perfusi jantung. Secara terpisah jantung diperfusi melalui aorta
menggunakan formaldehida 4% dengan tekanan 100 mmHg selama 1 jam. Setelah
itu, jaringan dikoleksi dalam larutan formaldehida 4% selama 3 hari, dan disimpan
dalam alkohol 70% sampai proses selanjutnya.

3
Prosedur penimbangan jantung. Organ jantung ditimbang menggunakan
timbangan elektrik.
Prosedur preservasi jaringan jantung. Preservasi jantung dilakukan
dengan menyimpannya dalam wadah tertutup berisi alkohol 70%.
Prosedur observasi eksterior jantung. Pembengkakan jantung diamati
berdasarkan bentuk apex jantung runcing atau tumpul. Selain itu diamati adanya
perlemakan di sekitar jantung.
Prosedur pemotongan otot jantung. Pemotongan jantung dilakukan
secara horizontal 1 cm dari apex jantung seperti ilustrasi gambar 1:

Gambar 1 Sayatan melintang jantung
Pengukuran otot jantung. Ketebalan otot jantung diukur dengan jangka
sorong terhadap: Septal Wall thickness (SWT), Posterior Wall Thickness (PWT)
dan Left Ventricular Internal Diameter (LVID) untuk mendapatkan nilai Relative
Wall Thickness (RWT) (Foppa et al. 2005).

Gambar 2 Daerah pengukuran ventrikel jantung

Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan memperhatikan ukuran
ketebalan dari dinding ventrikel dikorelasikan dengan bobot badan , IMT dan
bobot jantung.
RWT=

4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Penelitian hipertrofi jantung monyet jantan dewasa (gigi molar atas/bawah
3/3; Oktarina 2010) berlangsung lancar dan sesuai prosedur. Gambar 3
menunjukkan kondisi perlemakan jantung yang ditemukan pada hampir semua
sampel jantung. Selain itu juga terlihat adanya hipertrofi jantung yang ditunjukkan
dengan bentuk apex jantung yang tumpul.

Gambar 3 Kondisi jantung pada hewan
obes

Gambar 4 Kondisi hipertrofi pada
ventrikel kiri

Gambar 4 menunjukkan adanya penebalan otot jantung berdasarkan
potongan melintang jantung 1 cm dari apex jantung. Penebalan otot jantung
tersebut juga ditunjukkan dengan penyempitan lumen jantung, terutama pada
ventrikel kiri.
Tabel 1 Profil bobot badan, bobot jantung, dan ukuran ventrikel kiri jantung pada
monyet jantan dewasa obes
No.

Bobot
badan (Kg)
(a)

IMT
(Kg/m2)
(b)

Bobot
jantung
(gram)
(c)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rataan

3.6
4.6
5.0
4.2
4.9
4.7
5.0
4.8
6.8
4.0
5.2
4.4
4.5
4.7
4.6
4.73 ± 0.70

21.42
21.92
26.11
23.24
24.83
23.03
26.75
25.47
36.66
22.36
25.49
23.46
22.59
23.89
22.83
24.67±3.67

14.19
15.13
15.45
11.03
16.30
16.33
16.85
13.22
19.53
12.49
18.15
15.75
14.58
14.59
14.75
15.22±2.13

Ukuran ventrikel kiri (cm)
(d)

SWT
0.54
0.58
0.41
0.74
0.94
0.47
0.50
0.60
0.95
0.72
1.10
0.94
0.92
0.76
0.92
0.74±0.21

PWT
0.23
0.25
0.35
0.62
0.55
0.30
0.37
0.34
0.57
0.31
0.97
1.00
0.44
0.38
0.35
0.47±0.23

LVID
1.15
0.90
1.20
0.37
0.43
1.30
1.30
0.44
0.40
0.38
0.53
1.00
0.25
0.39
1.41
0.76±0.42

RWT
0.66
0.62
0.63
3.67
1.98
0.59
0.66
0.67
3.80
2.70
2.13
1.94
5.44
1.60
0.90
1.87±1.47

5
Hasil pengukuran (a) bobot badan, (b) indeks massa tubuh (IMT), (c) bobot
jantung, dan (d) ukuran ventrikel disajikan pada Tabel 1. Data a dan b diperoleh
dari Oktarina (2010), data c dari Lelana (2012), dan data (d) dari hasil pengamatan.
Ukuran ketebalan ventrikel yang ditunjukkan oleh nilai Relative Wall Thickness
(RWT) merupakan perhitungan dari Septal Wall thickness (SWT), Posterior Wall
Thickness (PWT) dan Left Ventricular Internal Diameter (LVID) (Foppa et al.
2005). Untuk mengetahui adanya hubungan RWT dengan bobot badan, IMT, dan
bobot jantung dilakukan analisis deskriptif sebagaimana disajikan pada Gambar 5,
6, dan 7.
y = 0.112x + 4.476
R² = 0.060

Bobot badan

8
6
4

2
Bobot badan

0
0

2

4

6
Linear (Bobot
badan)

Relative Wall Thickness

IMT

Gambar 5 Grafik korelasi antara nilai Relative Wall Thickness (cm) dan bobot
badan (kg)
40
35
30
25
20
15
10
5
0

y = 0.552x + 23.40
R² = 0.054

IMT
0

2

4

6

Linear (IMT)

Relative Wall Thickness

Gambar 6 Grafik korelasi antara nilai Relative Wall Thickness (cm) dan Indeks
Massa Tubuh (kg/m2)

Bobot Jantung

6
25
20
15
10
5
0

y = 0.023x + 15.16
R² = 0.000

Bobot jantung

0

2

4

Relative Wall Thickness

6

Linear (Bobot
jantung)

Gambar 7 Grafik korelasi antara nilai Relative Wall Thickness (cm) dan bobot
jantung (gram)

Pembahasan
Monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) melalui penelitian sebelumnya
terbukti dapat menjadi hewan model obesitas dengan induksi diet tinggi energi
selama 1 tahun (Februari 2008 - Februari 2009). Karakter monyet obesitas ini
diantaranya IMT > 23.00 kg/m2 atau setara dengan obesitas tipe 1 (overweigh);
untuk orang Asia (18.5-22.9 kg/m2) (World Health Organization 2006), dan
peningkatan bobot badan lebih dari 30%.
Sebagai catatan pengukuran IMT pada monyet merupakan modifikasi dari
pengukuran IMT pada manusia, yaitu dengan membagi bobot badan (kg) dengan
tinggi duduk dipangkat dua (m2). Meskipun demikian kriteria obesitas tetap
menggunakan IMT pada manusia yaitu 23.0-27.5 kg/m2 untuk overweigh, dan
27.6-40 kg/m2 untuk obese.
Pengaruh nikotin dalam penelitian ini tidak dapat dianalisis mengingat
semua sampel jantung berasal dari monyet yang mendapat tambahan perlakuan
nikotin cair dengan 0.75 mg/kg bobot badan selama 3 bulan setelah induksi diet
obesitogenik. Lelana (2012) menyatakan bahwa nikotin dapat menghambat
pembentukan aterosklerosis dengan menjaga keutuhan endothelium dan sel-sel
otot polos dan mempercepat regenerasi tunika intima sehingga nikotin diduga
dapat menstabilkan kondisi aterosklerosis koroner. Dosis nikotin yang diberikan
monyet merupakan dosis aman. Adapun dosis letal adalah 30-60 mg/kg bobot
badan (Zakariah 2010).
Penelitian ini menunjukkan bahwa monyet obes dengan induksi diet
obesitogenik mengalami hipertrofi ventrikel kiri disertai dengan perlemakan di
sekitar jantung. Pada manusia, ratio bobot normal jantung 0.6-0.65% bobot badan
(Effendi 2003). Pada penelitian ini, ratio bobot jantung monyet 0.3% dari bobot
badan. Nilai ini lebih kecil dari pada ratio bobot jantung manusia. Jika ratio bobot
jantung manusia diterapkan pada monyet, maka terbukti monyet mengalami
obesitas.
Hipertrofi ventrikel kiri dalam penelitian ini dibuktikan dengan adanya apex
jantung yang tumpul, penebalan dinding ventrikel kiri, dan penyempitan lumen
endokardium. Menurut Saragi (2011) hipertrofi ventrikel kiri merupakan
remodeling struktur jantung untuk menormalisasikan regangan dinding ventrikel

7
sehingga regangan dinding menurun dan fungsi jantung tetap normal. Menurut
Rodriguez et al. (2010) terdapat dua jenis hipertrofi ventrikel kiri yaitu hipertrofi
konsentris dan hipertrofi eksentris. Hipertrofi konsentris ditandai dengan
penebalan dinding ventrikel, bertambahnya massa ventrikel namun volume akhir
diastolik masih normal atau hanya sedikit bertambah serta rasio masa terhadap
volume meningkat. Hipertrofi eksentris merupakan kelanjutan dari tipe konsentris
yaitu massa dan volume ventrikel bertambah sedangkan tebal dinding tidak
berubah. Perbedaan kedua jenis hipertrofi ini disajikan pada Gambar 8. Pola
hipertrofi eksentrik (ruang ventrikel berdilatasi dan terjadi penurunan rasio
ketebalan dinding/ruang dimensi) juga awalnya kompensasi, sehingga jantung
dapat memenuhi permintaan untuk mempertahankan volume curah jantung yang
tinggi. Pada hipertrofi ventrikel kiri tipe eksentris, terjadi pelebaran tenunan
kolagen sehingga menyebabkan elastisitas meningkat, serat otot terselip, dan
peningkatan ukuran ruang ventrikel jantung (Lorell dan Blasse 2000).

Gambar 8 Tipe hipertrofi ventrikel
Sumber : Foppa et al. 2005
Penebalan dinding ventrikel kiri dalam penelitian ini diukur berdasarkan
Relative Wall Thickness (RWT). Ketebalan otot jantung merupakan pembagian
antara ketebalan dinding posterior (Posterior Wall Thickness/PWT) dan ketebalan
dinding septum (Septal Wall thickness/SWT) dengan diameter internal ventrikel
kiri (Left Ventricular Internal Diameter/LVID).
Pada penelitian ini, ketebalan otot jantung ventrikel kiri monyet berkisar
antara 0.59-5.44 cm dengan rataan 1.87±1.47 cm. Hasil pengukuran ini
mempertegas bahwa monyet yang digunakan dalam penelitian ini menderita
hipertrofi yang bersifat konsentris. Sebagai perbandingan ketebalan otot jantung
manusia adalah 0.44-0.45 cm. Menurut effendi (2003) pada kasus di manusia,
penebalan dinding ventrikel kiri lebih dari 1.2 cm mengindikasikan bahwa
hipertrofi telah melewati masa kritis. Jika nilai ini dibandingkan dengan rataan
ketebalan otot ventrikel kiri jantung monyet, dapat diduga monyet telah melewati
masa krisis perubahan otot jantung.
Obesitas monyet dalam penelitian ini dipertegas dengan ditemukannya
perlemakan di permukaan otot jantung. Dijelaskan oleh Lilyasari (2007) bahwa
jaringan adiposa terutama white adipose tissue dapat menghasilkan adipokines
yang berdampak terhadap peningkatan tekanan darah. Pada Gambar 9 dijelaskan
peran obesitas dan adipokines dalam mempengaruhi reabsorpsi Na di tubular

8
ginjal dan mengganggu tekanan natriuresis sehingga menyebabkan hipertensi.
Hipertensi ini dalam berbagai penelitian disebutkan sebagai penyebab terjadinya
hipertrofi ventrikel kiri. Contohnya menurut Lorell dan Blasse (2000) faktor
predisposisi hipertrofi ventrikel kiri dipengaruhi oleh obesitas, tekanan darah lebih
tinggi, riwayat penyakit koroner, dan depresi fungsi sistolik ventrikel kiri.
penggunaan rokok, diabetes, dan profil kolesterol.

Gambar 9 Peran obesitas dan adipokines dalam menginduksi hipertensi
Sumber: Nagase dan Toshiro (2009)
Terjadinya hipertrofi ventrikel kiri biasanya berhubungan dengan
pertambahan massa jantung dengan beban kerja jantung untuk menghasilkan
stroke volume dan cardiac output. Kejadian hipertrofi ventrikel kiri ini awalnya
disebabkan oleh gangguan fungsi diastolic dari ventrikel kiri yang ditandai
dengan penurunan kecepatan pengisian ventrikel kiri. Contohnya gangguan fungsi
diastolic pada penelitian ini adalah akibat peningkatan kekentalan darah karena
adanya diet obesitogenik. Dengan adanya gangguan ini jantung melakukan
adaptasi untuk mempertahankan fungsi pompa jantung, misalnya dengan
mekanisme Frank Straling untuk mengurangi beban stroke volume ventrikel kiri.
Akibat pengosongan yang tidak sempurna, volume darah dalam ventrikel kiri akan
terakumulasi melebihi normal pada saat diastol, sehingga peningkatan regangan
serabut otot ventrikel ini dapat memicu stroke volume yang lebih besar pada
kontraksi selanjutnya (Saragi 2011).
Dalam penelitian ini dilakukan kajian terhadap hubungan antara RWT
dengan bobot badan, IMT, dan bobot jantung. Sebagaimana, disajikan pada
Gambar 5, 6, dan 7. Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan positif
yang lemah antara RWT dan bobot badan (r=0.060) maupun RWT dan IMT
(r=0.054).
Dari pembahasan tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa monyet jantan
dewasa obes dengan induksi diet obesitogenik (tinggi energi) berpotensi sebagai

9
hewan model hipertrofi ventrikel kiri jantung. Patogenesis terjadinya hipertrofi ini
erat kaitannya dengan peran obesitas dan adipokines yang memicu terjadinya
hipertensi maupun dugaan kekentalan cairan darah selama induksi diet
obesitogenik. Meskipun nikotin dalam penelitian ini sulit dibuktikan peranannya
dalam menekan hipertrofi, tetapi berdasarkan penelitian Lelana (2012) peluang
peran nikotin diharapkan dapat dipelajari berdasarkan penelitian yang bersifat
mikroskopis.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa monyet obes yang diinduksi asupan
diet obesitogenik berpotensi sebagai hewan model hipertrofi ventrikel kiri jantung.
Hal ini dibuktikan dengan pengukuran ketebalan dinding jantung relative (Relatif
Wall Thickness) maupun dengan menguraikan patogenesis hipertrofi ventrikel kiri
akibat hipertensi obesitas. Ketebalan dinding jantung ini memiliki korelasi positif
yang lemah terhadap bobot badan dan indeks massa tubuh.

Saran
Penelitian hipertrofi ventrikel kiri jantung monyet secara mikroskopis
perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh lebih lanjut pengaruh nikotin dan
perubahan yang menyertainya.

10

DAFTAR PUSTAKA
Barter P. 2003. The metabolic syndrome: A major public health issue. MetS insights.
1:4.
Efendi D. 2003. Korelasi disperse QT dengan hipertrofi ventrikel kiri pada
penderita hipertensi [Internet]. [Diunduh pada 12 Januari 2013]. Tersedia
pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6330/1/penydalamdasril%20efendi.pdf.
Fang CX, Feng Dong, D.Paul Thomas, Heng ma, Leilei He, Jun Ren. 2008.
Hipertrophic cardiomyopaty in high fat diet induced obesity: rule of
suppression of forkhead transcription factor and atrophi gene transcription.
Am J Physiol Heart Circ Physiol. 295(3): H1206–H1215.
Foppa, Murilo, Bruce B. Duncan, Luis EP Rohde. 2005. Cardiovascular
ultrasound. Biomed Central. 3:17.
Lelana RPA. 2012. Efek nikotin dalam mekanisme hambat aterosklerosis monyet
ekor panjang (Macaca fasicularis) obes [disertasi]. Bogor [ID]: Institut
Pertanian Bogor.
Lilyasari O. 2007. Hipertensi dengan obesitas: adakah peran endotelin-1?. Kardiol
Ind. 28:460-475.
Lorell BH, Blasse A Carabello. 2000. Left Ventricular Hypertrophy. American
Heart Association. 102: 470-479.
Mehta SK et al. 2007. Ventricular hypertrophy, subclinical atherosclerosis, and
inflamation hypertension. Am J Physiol Heart Circ Physiol. 49:1385-1391.
Nagase M, Toshiro F. 2009. Mineralocorticoid receptor activation in obesity
hypertension [Internet]. [Diunduh pada 9 April 2013]. Tersedia pada:
http://www.nature.com/hr/journal/v32/n8/fig_tab/hr200986f1.html.
Oktarina R. 2010. Kajian pakan bersumber energi tinggi pada pembentukan
monyet obes [tesis]. Bogor Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Rodriguez CJ et al. 2010. Left ventricular mass and ventricular remodeling among
hispanic subgroups compared with non Hispanic blacks and white.
American College of Cardiology.55:3.
Rubin E, Farber JL. 1998. Cell Injury. Textbook of pathology. 1998;1:8-9.
Sari DD. 2009. Profil darah monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) yang
diberi pakan berenergi tinggi pada periode obesitas empat bulan kedua
[skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Saragi RR. 2011. Pompa jantung [Internet]. [Diunduh 20 Maret 2013]. Tersedia
pada: http://ofstudyners.blogspot.com/2011/04/pompa-jantung.html
Sleeper MM et al. 2008. Echocardiographic reference range for sedated healthy
cynomolgus monkeys. American College of Cardiology. 47:1.
World Health Organization. 2006. Obesity and Overweight [Internet]. [ Diunduh
tanggal
11
november
2012
].
Tersedia
pada.
http://www.who.int/mediacentre/factsheet/index.html.
Zakariah LMS. 2010. Analisis hematologi, nilai kecernaan, dan tingkah laku
monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) jantan obes yang diintervensi
nikotin [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

11
Lampiran 1

Surat Perjanjian ACUC

Komisi Pengawasan Kesejahteraan Hewan dan Penggunaan Hewan
Percobaan
PT.INDOANILAB
Animal Care and Use Committee
Jl.Ceremai No.1 Taman Kencana,Bogor 16151.Telp.0251-363634.Fax.0251-363634
PERSETUJUAN ATAS PERLAKUAN ETIS
Judul Penelitian : Intervensi Nikotin Terhadap Ekspresi Leptin-LDL, dan
resiko Aterogenesis Pada Monyet Ekor Panjang
Peneliti Utama : Dr Anwar Wardy, SpS
Bahan Riview :
1. Form Aplikasi ACUC PT. INDOANILAB
2. Protokol Penelitian
3. Prosedur penelitian pada hewan coba
Dengan memperhatikan:
4. Species dan Relevansi Hewan Model,
5. Justifikasi jumlah hewan yang digunakan
6. Prosedur Penelitian pada hewan coba.
Kami menyatakan bahwa prosedur dalam penelitian ini memenuhi persyaratan etis
dan memperhatikan kesejahteraan hewan coba yang digunakan.
Maka, kami memberikan Ethical Approval pada penelitian ini.
Nomor : 04-IA-ACUC-09

Bogor, 18 Februari 2009
Ketua Komisi

Dr dr Irma Herawati Suparto, Ms

12
Lampiran 2 Protokol Nekropsi : PSSP LPPM IPB
LABORATORIUM PATOLOGI
PUSAT STUDI SATWA PRIMATA
LPPM-IPB

No
Lembar Ke
Tanggal terbit
Riview/tanggal
Paraf
NEKROPSI

: 01/NEKROPSI/01/10
:1
: 01 Januari 2010
:
:

TUJUAN
Mengetahui prosedur yang tepat untuk melakukan nekropsi dan pemeriksaan
post mortem.
Mendapatkan suatu kondisi yang menjamin kualitas nekropsi untuk tujuan
diagnostik maupun penelitian.
TANGGUNG JAWAB
Staf peneliti atau dokter hewan yang melakukan nekropsi (prosektor) dan
pemeriksaan jaringan hewan postmortem.
Nekropsi dilakukan ketika teramati mortalitas atau morbiditas yang tidak
terduga diluar suatu prosedur penelitian untuk menilai status kesehatan suatu
koloni hewan atau untuk tujuan diagnostik.
PROSEDUR
1. Nekropsi hewan dilakukan pada area atau ruangan yang di desain khusus
untuk tujuan nekropsi.
2. Kadaver yang dikirimkan ke laboratorium Patologi, PSSP IPB harus disertai
surat pengantar dari dokter hewan yang berwenang yang berisi signalemen
hewan, anamnesa dan sejarah kematian hewan.
3. Surat pengantar diserahkan kepada staf/pegawai Laboratorium patologi agar
dicatatkan di dalam buku induk nekropsi dan mendapatkan nomor diagnosa.
4. Nekropsi harus dilakukan agar setelah kematian terjadi untuk menjamin
integritas jaringan.
5. Kadaver yang tidak dapat langsung dinekropsi harus diidentifikasi dahulu dan
disimpan dalam refrigerator setelah dilakukan konfirmasi terhadap
pengiriman atau staf peneliti yang terkait.
6. Perlengkapan Pelindung Personal (PPE) yang tepat harus selalu digunakan
pada saat melakukan nekropsi.
a. Sarung tangan disposable, masker, shoe cover, atau sepatu karet
tertutup dan gown.
b. Penggunaan sarung tangan ganda dan penutup mata ditambahkan pada
saat nekropsi primata.
7. Spesimen untuk analisis mikrobiologi harus dikoleksi dan ditempatkan
dengan prosedur dan peralatan aseptis.
8. Semua spesimen asal kadaver dikoleksi dan ditempatkan dalam wadah dan
larutan fiksatif sesuai yang diinginkan untuk keperluan diagnostik atau
berdasarkan prosedur penelitian; dilengkapi dengan tanggal koleksi, nomor
diagnosa, identitas hewan, jenis larutan fiksatif yang digunakan dan
persyaratan penyimpanan.

13
9. Spesimen berukuran kecil dikoleksi dalam kaset atau dibungkus kassa
dilengkapi dengan informasi yang jelas.
10. Semua spesimen yang diajukan untuk evaluasi histopatologi oleh patologis
harus disertai dengan informasi yang spesifik yang diperlukan untuk
identifikasi spesimen meliputi tanggal koleksi, nomor diagnosa, identitas
hewan, jenis larutan fiksatif yang digunakan, permintaan prosedur atau
analisis dan nama prosektor.
11. Laporan hasil nekropsi selambat-lambatnya dikeluarkan oleh Laboratorium
Patologi adalah 3 (tiga) hari sesudah dilakukan nekropsi.
12. Perencanaan nekropsi dengan baik diperlukan untuk memastikan nekropsi
dilakukan secara komprehensif, efisien dan sesuai dengan tujuan diagnosa
atau protocol penelitian. Tujuan penelitian harus dipertimbangkan ketika
menentukan spesimen harus dievaluasi lanjutan yang lebih spesifik, dikoleksi
dan dilakukan penimbangan bobot organ atau tidak.

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Biak, Papua pada tanggal 27 maret 1990 dari
pasangan Bapak I Gede Wirta dan Ibu Sajiatul Muslimah. Penulis adalah putri
pertama dari dua bersaudara. Tahun 2008 penulis menamatkan studinya di SMAN
1 Biak Kota dan ditahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk
IPB (USMI).
Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif di berbagai kegiatan
mahasiswa diantaranya sekretaris divisi PSDA Koperasi mahasiswa IPB (20082009), Wakil Ketua Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas FKH IPB
(2009-2010), anggota Badan Eksekutif Mahasiswa FKH IPB (2009-2010),
anggota Hipoterapi FKH IPB (2010), dan Ketua Himpunan Minat Profesi
Ornithologi dan Unggas FKH IPB (2010-2011). Penulis juga pernah mengikuti
Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Penelitian, dan Program Tanoto Research
tahun 2012. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian mengenai
Hipertrofi kordis pada monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) obes induksi
diet obesitogenik diikuti asupan nikotin dibawah bimbingan Dr drh RP Agus
Lelana, SpMP, MSi dan drh Ekowati Handharyani, MSi, PhD.