Pengembangan Model Bisnis Produk Dadih Susu Sapi

PENGEMBANGAN MODEL BISNIS
PRODUK DADIH SUSU SAPI

MUHAMMAD RAHMAWAN ARDIANSYAH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul kajian pengembangan
model bisnis produk dadih susu sapi adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
M Rahmawan Ardiansyah
NIM F34090067

ABSTRAK

MUHAMMAD RAHMAWAN ARDIANSYAH. Pengembangan Model Bisnis
Produk Dadih Susu Sapi. Di bawah bimbingan ERLIZA HAMBALI dan AJI
HERMAWAN.
Dadih merupakan produk susu fermentasi yang sudah dianggap sebagai salah
satu minuman kesehatan tradisional dari bangsa Indonesia yang memanfaatkan susu
dan bakteri sebagai bahan baku pembuatan produknya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh penelitian menyatakan bahwa produksi aktual susu fermentasi
mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pengembangan konsumen merupakan
salah satu cara untuk memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen
menggunakan konsep iterasi hingga menemukan keputusan terbaik. Media kanvas
model bisnis merupakan alat bantu dalam menggabungkan dan menyaring ide
untuk menghasilkan konsep produk dadih yang baru. Hasil akhir dari iterasi yang
dilakukan berulang akan mengubah konsep dadih yang berasal dari pikiran
pencetus (founders) menjadi produk yang disenangi oleh konsumen. Dari

perhitungan harga pokok produksi skala 200 liter per hari harga jualnya Rp. 6.000,per unit. Analisis kriteria investasi menunjukkan proyek model bisnis produk dadih
susu sapi ini layak untuk dijalankan karena nilai NPV dan Net B/C lebih dari 1 dan
nilai IRR lebih besar dari suku bunga bank. Dari tahap customer discovery model
bisnis, ada perubahan pada elemen channel, value proposition, customer
relationship, dan customer segment.
Kata kunci :

dadih, kanvas model bisnis, model bisnis tervalidasi,
penerimaan konsumen, susu sapi

ABSTRACT

MUHAMMAD RAHMAWAN ARDIANSYAH. The Development of Business
Model Dadih Cow Milk Product. Supervised by ERLIZA HAMBALI and AJI
HERMAWAN.
Dadih is milk fermented product which reputed as one of each traditional
healthy food from Indonesia that use milk and lactic acid bacteria as the main raw
material. Based on the research that actual production fermented milk product in
Indonesia was increased from year to year. Customer development could be one of
the solution to know and fulfil customer needs taht use iteration concept until get

the best decision. Business model canvas was a tool to combine and choose an idea
to get the new concept dadih product. The last decision from iteration that had been
done with a repetition would change dadih concept from founders mind became a
product that got customer acceptance. Production cost calculation with 200 litre a

day scale was got Rp. 6.000,- for the selling price. In investation criteria analiysis,
dadih cow milk business project had passed and suitable because NPV and Net B/C
value was more than one and IRR more than bank interest. From customer
discovery step in customer validation for business model development was changed
in channel, value proposition, customer relationship, and customer segment.
Key Words : business model canvas, cow milk, customer acceptance, dadih,
validated business model.

PENGEMBANGAN MODEL BISNIS
PRODUK DADIH SUSU SAPI

MUHAMMAD RAHMAWAN ARDIANSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengembangan Model Bisnis Produk Dadih Susu Sapi
Nama
: Muhammad Rahmawan Ardiansyah
NIM
: F34090067

Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing I


Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Erliza Hambali
NIP. 19620821 198703 2 003

Dr. Ir. Aji Hermawan, MM
NIP. 19680923 199203 1 001

Diketahui oleh,
Ketua Departemen

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti
NIP. 19621009 198903 2 001

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan

rahmat-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penulis mengambil tema
Technopreneurship, dengan judul skripsi Kajian Pengembangan Model Bisnis
Produk Dadih Susu Sapi yang telah dilakukan dari bulan Mei hingga September
2013.
Ucapan terimakasih serta penghargaan penulis ucapkan kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Erliza Hambali dan Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, MM selaku
dosen pembimbing atas perhatian dan bimbingannya selama ini.
2. Ibu Dr. Endang Warsiki, MSi selaku dosen penguji atas masukan dan
arahannya dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ayahanda Bungsuhandika, Ibunda Moti Rahmawati, Mbak Mutiara Dian
Sari, dan Citra Dian dan segenap keluarga besar serta Intan Ayu Lestari,
STP atas doa, dukungan dan perhatiannya selama ini.
4. Keluarga besar TIN 46 atas kenangan manisnya selama ini.
5. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
M Rahmawan Ardiansyah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain Model Bisnis Awal
Uji Masalah
Profil Produk
Uji Solusi
Analisis Finansial
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
x
x
1
1
2
2
2
2
2
5
5
8
14
16
21
24

24
25
25
27
49

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Kandungan proksimat dadih
Standar SNI yoghurt
Produksi susu sapi Indonesia (dalam ribu ton)
Perhitungan harga pokok produksi Daygurt
Kriteria kelayakan investasi

14

14
21
23
23

DAFTAR GAMBAR

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.


Metodologi penelitan
Model bisnis awal dadih susu sapi
Hasil pengamatan uji masalah blok value proposition
Hasil pengamatan uji masalah blok channel
Hasil pengamatan uji masalah blok customer relationship
Model bisnis Daygurt versi 1
Kemasan dan logo produk Daygurt
Hasil pengamatan uji solusi blok value proposition
Hasil pengamatan uji solusi blok channel
Hasil pengamatan uji solusi blok customer relationship
Model bisnis Daygurt terverifikasi
Ruang lingkup pasar Daygurt

3
6
9
11
11
13
16
17
18
19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kuisioner uji masalah
Hasil uji masalah
Kuisioner uji solusi
Hasil uji solusi
Tabel variabel asumsi produksi Daygurt
Perincian kebutuhan investasi industri Daygurt
Rincian modal kerja industri Daygurt
Rekapitulasi produksi Daygurt
Penjadwalan investasi industri Daygurt
Biaya operasional produksi Daygurt
Proyeksi laba rugi industri Daygurt
Proyeksi arus kas industri Daygurt
Kriteria kelayakan investasi industri Daygurt

27
34
35
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dadih merupakan produk tradisional asli dari Indonesia. Produk ini memiliki
manfaat ganda baik terhadap gizi, kesehatan ataupun sebagai makanan budaya
(Sughita 1998). Produk susu fermentasi ini berasal dari Minangkabau, Sumatra
Barat yang diproses secara tradisional sehingga sulit dipasarkan karena produk
yang tidak higienis dan umur simpan yang relatif singkat. Proses pembuatannya
hanya dilakukan dengan fermentasi secara alami dari susu kerbau yang diletakkan
di dalam sebuah potongan bambu dan ditutup dengan daun pisang yang telah layu.
Kemudian dibiarkan selama beberapa hari sampai mengeras yang menandai
terjadinya proses fermentasi. (Sughita 1995) Dadih berbentuk hampir menyerupai
tahu dan berwarna putih, bisa dipotong atau dimakan menggunakan sendok serta
karakternya menyerupai yoghurt dan kefir (Sirait 1993). Proses tersebut tidak
menggunakan bakteri asam laktat (BAL) spesifik sehingga masih banyak
kontaminasi bakteri lain dan prosesnya juga kurang higienis (Hosono 1992). Hal
tersebut menyebabkan kurang maksimalnya rasa dan aroma yang dikeluarkan susu
saat proses fermentasi berlangsung.
Pembuatannya memodifikasi proses yang tradisional menjadi proses yang
lebih higienis. Bahan bakunya menggunakan susu sapi sebagai subtitusi susu
kerbau karena permasalahan dadih merupakan kapasitas produksi susu kerbau yang
masih sedikit di Indonesia sehingga produksi semakin sedikit dan harganya
semakin mahal (Sirait et al. 1995). Isolasi BAL spesifik dari dadih alami telah
dilakukan pada penelitian sebelumnya, BAL dalam dadih alami diidentifikasi
merupakan bakteri dari spesies Lactobacillus casei dan Bifidobacterium longum.
Sehingga dengan BAL yang spesifik dan proses yang dimodifikasi dengan
higienitas yang tinggi diharapkan dapat memperbaiki dari rasa, aroma, dan sifatsifat dari dadih alami kemudian dapat divaluasi dan dikomersialisasi di Indonesia.
Produk-produk olahan susu di Indonesia bahkan di dunia saat ini mulai terus
berkembang ke arah yang positif. Produk olahan susu mulai digemari segala umur
dan mulai masuk produk-produk impor untuk mengisi pasar di Indonesia, ditandai
dengan mudahnya menemukan produk tersebut di retail dan warung kaki lima
terdekat. Untuk salah satu produk olahannya yaitu, yogurt sudah mulai meningkat
produksinya sejak tahun 2008 sebanyak 11 % setiap tahun (CIC-Corinthians 2012).
Hal itu membuktikan masyarakat saat ini sudah sadar akan pentingnya makanan
untuk kesehatan mereka. Sehingga diperlukan diversifikasi produk susu fermentasi
dengan brand asli dari dalam negeri dan produk tradisional asli dari Indonesia,
sehingga diperlukan pengembangan produk dadih susu sapi fermentasi tradisional
dari Indonesia. Proses pengembangan konsumen produk ini diperlukan untuk
memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen dari pikiran pencetus (founders
mind) menjadi sebuah konsep produk dadih yang disukai konsumen. Media kanvas
model bisnis merupakan alat bantu dalam menggabungkan dan menyaring ide
untuk menghasilkan konsep produk dadih yang diharapkan konsumen.

Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, penelitian ini difokuskan pada:
1. Bagaimana proses pencarian konsumen (customer discovery) produk dadih susu
sapi?
2. Bagaimana proses validasi konsumen (customer validation) produk dadih susu
sapi?
3. Bagaimana penerapan hasil model bisnis tervalidasi yang didapatkan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model bisnis produk dadih
susu sapi menjadi model bisnis terverifikasi yang dapat diterapkan secara tepat dan
berkesinambungan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga,
Bogor, Jawa Barat mulai dari bulan Juni 2013 hingga September 2013.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode
action research atau metode penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah suatu
bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif yang dilakukan dalam situasi sosial
untuk meningkatkan pemahaman mengenai keinginan konsumen. Secara garis
besar, langkah-langkah dalam penelitian tindakan ini meliputi perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (monitoring), dan refleksi/ penilaian
(reflecting). Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh melalui tahapan
pada Gambar 1.

Mulai

Desain Model Bisnis
Awal

Uji Masalah

Perbaikan Model
YesBisnis
Desain Profil Produk
Uji Solusi

Perbaikan Model Bisnis

Perhitungan Model
Finansial

Selesai

Gambar 1. Metodologi penelitan
Pembuatan Model Bisnis Awal
Berupa pengumpulan dan telaah pustaka yang relevan. Studi pustaka
dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai masalah yang dihadapi konsumen
terkait dengan konsep produk yang akan dibuat. Kemudian solusi untuk masalah
tersebut ditentukan dari brainstorming dan studi pustaka dari sumber yang relevan
dan solusi dituliskan dalam kanvas model bisnis versi awal.
Uji Masalah
Pengujian masalah dilakukan dengan memilih 50 calon responden tetap dan
membuat pertanyaan untuk wawancara dan penyebaran kuisioner. Pemilihan
responden sesuai dengan kriteria kelompok umur dalam model bisnis awal dan
menyukai produk susu fermentasi. Masalah yang telah ditentukan menjadi dasar
dalam membuat pertanyaan yang akan diajukan ke calon responden tetap.

Pertanyaan yang dibuat diharapkan dapat mengarahkan responden untuk menjawab
masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian dilakukan seleksi kepada
calon responden untuk menjadi responden tetap berdasarkan hasil wawancara dan
penyebaran kuisioner. Jika masalah yang ditentukan sudah sesuai maka dilanjutkan
ke tahap kedua. Jika masalah yang ditentukan tidak sesuai maka dilakukan iterasi
pengujian masalah hingga masalah yang ditentukan sesuai dengan fakta yang ada
dilapangan. Untuk contoh kuisioner dan pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Desain Profil Produk
Desain profil produk dilakukan dengan formulasi produk sesuai dengan
masalah yang didapatkan dari uji masalah, sehingga produk sebagai solusi bagi
konsumen dapat tercapai. Setelah itu uji hedonik formulasi produk terpilih
dilakukan kepada panelis terpilih untuk mengetahui kelayakan produk dari
parameter rasa, aroma, tekstur, dan warna sebelum dipasarkan ke konsumen awal.
Kemudian dilakukan identifikasi karakteristik produk dengan uji proksimat dan uji
nutrisi produk untuk melengkapi nutrition facts yang akan dicantumkan dalam label
kemasan. Desain kemasan dibuat sesuai fungsi dan sifat produk. Dibuat sepraktis
mungkin dan menarik sehingga dapat mendorong konsumen untuk melihat dan
membeli.
Posisi produk untuk konsumen harus ditentukan untuk memperjelas konsep
dari produk yang dibuat agar konsumen dapat mengerti dan memahaminya dan agar
produk bisa lebih mudah diingat oleh konsumen. Positioning dibuat berdasarkan
value proposition yang ada di dalam model bisnis awal.
Dari penentuan cara penjualan dapat dilakukan penentuan strategi pemasaran
dan strategi promosi yang tepat untuk konsep produk sementara yang telah dibuat.
Hal tersebut diharapkan dapat mempermudah interaksi dan sosialisasi kepada
konsumen dan menarik konsumen untuk mengetahui lebih banyak tentang konsep
produk.
Uji Solusi
Setelah masalah yang ditentukan sudah sesuai dengan masalah yang ada
dilapangan maka dilanjutkan ke tahap pengujian solusi terhadap responden terpilih.
Responden terpilih merupakan 50 orang responden dari responden yang prospek
pada uji masalah ditambah dengan responden baru yang sesuai dengan hasil uji
masalah. Pengujian solusi juga dilakukan dengan wawancara dan penyebaran
kuisioner dengan menyertakan prototipe produk awal. Pertanyaan yang dibuat
mengenai konsep produk dan solusi yang ditawarkan. Jika sesuai dengan keinginan
konsumen maka dilanjutkan ke tahap berikutnya. Jika tidak sesuai maka dilakukan
iterasi hingga sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Untuk contoh
pertanyaan dan kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 3.
Verifikasi Model Finansial
Ketika sudah didapatkan problem dan solution fit maka model bisnis sudah
bisa diverifikasi. Tetapi perlu dilakukan perhitungan finansial untuk mengetahui
layak atau tidaknya bisnis tersebut dijalankan secara finansial. Perhitungan berupa
analisis kriteria kelayakan investasi, yaitu NPV, IRR, PBP, Net B/C, dan BEP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain Model Bisnis Awal
Model bisnis menggambarkan kerangka pikir sebuah organisasi membuat,
mengirimkan, dan menangkap nilai-nilai dari bisnis mereka (Osterwalder dan
Pigneur 2010). Kemudian menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), model bisnis
seperti sebuah blueprint dari strategi bisnis yang dapat diimplementasikan melalui
struktur, proses, dan sistem sebuah organisasi. Kanvas model bisnis merupakan
sebuah media yang digunakan untuk menggambarkan, menvisualisasikan, menilai
dan mengubah model bisnis dari konsep awal pikiran pencetus (founders mind) ke
dalam sebuah konsep model bisnis yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Pada kanvas bisnis model terdapat 9 bagian yang mencakup
dari 4 hal utama dalam bisnis, yaitu konsumen, produk yang ditawarkan,
infrastruktur, dan finansial. Sembilan bagian dari kanvas model bisnis awal produk
dadih susu sapi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model bisnis awal dadih susu sapi

Segmen Pelanggan (Customer Segments)
Pada model bisnis awal segmentasi konsumen produk dadih mencakup semua
umur dari remaja hingga dewasa pria dan wanita berumur antara 10-60 tahun.
Karena konsep awal produk dadih yang ingin memenuhi nutrisi konsumen seharihari dan kebutuhan probiotik mereka atau yang ingin sekedar melepas rasa lapar
dan dahaga, maka produk dadih ini cocok dikonsumsi segmen umur yang cukup
luas.
Proposisi Nilai (Value Proposition)
Proposisi nilai menggambarkan sebuah nilai yang dijual dari produk atau
yang membuat sebuah produk bernilai dan dibutuhkan konsumen. Pada produk
dadih nilai yang ditawarkan merupakan nilai kesehatan dan kandungan gizi yang
dibutuhkan konsumen, probiotik, nutrisinya yang cukup lengkap, dan teksturnya
padat mengenyangkan yang berguna untuk menurunkan berat badan menjadi ideal
diharapkan dapat menjadi makanan diet sehari-hari dan strain lokal dadih yang
lebih banyak keunggulan daripada strain yoghurt biasa.
Saluran (Channel)
Pertimbangan bagaimana proses sebuah produk dapat sampai langsung ke
tangan konsumen tepat sasaran sesuai dengan segmentasi yang ditentukan perlu
dilakukan agar sebuah bisnis dapat berjalan efektif. Pada konsep awal produk dadih
ada dua pilihan penjualan yang bisa dipilih, yang pertama produk dadih susu sapi
akan disajikan di retailer seperti Alfamart, Indomaret, Giant, dll. Kemudian yang
kedua dapat juga dengan sistem berlangganan yang memudahkan segmen
konsumen dadih susu sapi yang ingin mengkonsumsi secara rutin mendapatkan
produk langsung ke depan rumah mereka.
Hubungan dengan Pelanggan (Customer Relationship)
Strategi pasar dan strategi promosi dilakukan untuk mendapatkan awareness
dan respon dari segmen konsumen sesuai dengan konsep get, keep, dan grow.
1. Get : cara untuk mendapatkan konsumen pada konsep produk dadih awal ini
dengan segmen starter lokal dan dadih susu sapi dilakukan dengan promosi
melalui jejaring sosial dan website perusahaan dengan mengupdate informasi
produk
2. Keep : dengan tetap melakukan kontak dengan konsumen melalui customer
service layanan telepon, jejaring sosial, dan website
3. Grow : dengan strategi news delivery atau pengiriman produk langsung ke
tempat sesuai pesanan maupun berlangganan sehingga konsumen akan terus
membeli produk sesuai kontrak berlangganannya.
Aliran Laba (Revenue Stream)
Aliran laba didapatkan dari penjualan produk fisik dengan target pasar
420.000 liter/tahun kepada segmen konsumen produk dadih susu sapi melalui
retailer dan biaya berlangganan untuk konsumen produk dadih susu sapi yang ingin
mengkonsumsi produk secara rutin.

Mitra Utama (Key Partners)
Mitra kerja dibutuhkan untuk efektivitas pekerjaan dalam sebuah manajemen
dan struktur organisasi. Mitra kerja untuk produk dadih susu sapi adalah Gabungan
Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai penyedia susu sapi sebagai bahan baku
utama, PT Sinar Niaga Sejahtera sebagai jasa distributor produk ke seluruh
Indonesia, dan Balai Penelitian Pasca Panen untuk menjaga mutu produk.
Aktivitas Utama (Key Activities)
Kegiatan utama yang dilakukan sama seperti industri lain pada umumnya,
yaitu proses produksi yang meliputi perbanyakan starter, proses produksi dadih,
pengemasan, dan distribusi. Kemudian penelitian dan pengembangan produk untuk
menyempurnakan formulasi produk dan mencari produk turunan yang potensial
untuk dipasarkan. Kegiatan promosi, sosialisasi dengan cara mengikuti event-event
kesehatan atau produk makanan.
Sumber Daya Utama (Key Resources)
Sumberdaya investasi, yaitu gedung tempat produksi, mesin pasteurisasi,
homogenizer, mesin pengemas, dan lain-lain. Kemudian sumberdaya finansial
berupa modal sendiri dan sumbangan dana dari investor. Sumberdaya intelektual
berupa formulasi untuk perbanyakan starter lokal untuk proses produksi dan hak
kekayaan intelektual berupa copyrights, brands, dan paten untuk menjaga ide,
konsep, dan formula produk dari plagiator.
Struktur Biaya (Cost Structure)
Struktur biaya berupa biaya bahan baku dari pembelian susu sapi, pengental,
dan perisa. Biaya produksi berupa biaya bahan bakar, listrik, air, biaya operasional
lain, biaya perbanyakan starter untuk menekan biaya produksi dibanding membeli
starter ke pihak lain, dan biaya pengembangan produk untuk menambah fitur dan
nilai produk atau untuk menekan biaya produksi. Biaya promosi berupa biaya untuk
membuat iklan reklame, billboard, iklan online, membayar domain website
perusahaan, biaya dalam mengadakan dan mengikuti event-event kesehatan atau
dairy product.

Uji Masalah

Sebuah bisnis model awal hanya merupakan hipotesis maka hipotesis tersebut
perlu dijadikan menjadi sebuah fakta yang dilakukan dengan beberapa tahap proses
yang disebut proses customer development. Menurut Blank (2012) fakta yang dicari
pada proses customer development ada pada konsumen maka konsep pada
pengujian bisnis model adalah get out of the building. Uji masalah yang merupakan
bagian dari tahap customer discovery pada proses customer development dilakukan
langsung pada calon konsumen. Pengujian masalah pada model bisnis awal kali ini
dilakukan untuk produk dadih susu sapi. Kuisioner uji permasalahan dapat dilihat
di dalam Lampiran 1. Responden dipilih pria dan wanita yang menyukai yoghurt
dengan kelompok umur 10-18 tahun, 19-25 tahun, 26-35 tahun, 36-50 tahun, dan
51-60 tahun masing-masing 10 orang dengan jumlah seluruhnya 50 orang

responden. Elemen yang diuji berupa value proposition, customer segment,
channel, dan customer relationship.
Customer Segment
Hasil uji masalah pada Lampiran 2 menunjukkan 58% responden prospek
dengan ciri-ciri pria dan wanita berumur 16-45 tahun. Responden berumur 10-15
tahun lebih menyukai makanan dan minuman dengan rasa manis dan responden
umur 45 tahun ke atas lebih sulit merubah kebiasaan pola makan mereka dan tidak
terlalu memikirkan untuk memiliki tubuh yang ideal, maka customer segment
berubah menjadi pria dan wanita berumur 16-45 tahun.
Value Proposition
Pada model bisnis awal dadih masalah yang ingin diatasi adalah kesehatan
pencernaan konsumen dan kesulitan konsumen untuk membentuk tubuh lebih ideal.
Untuk menemukan value proposition yang tepat maka perlu memahami kebutuhan
dan masalah konsumen yang perlu dicari solusinya. Dalam kuisioner uji masalah
terdapat beberapa pertanyaan yang mengarahkan konsumen untuk menjawab
masalah yang dihadapi mereka seperti kecukupan gizi makanan di pasar untuk
kesehatan pencernaan, apa kesulitan konsumen dalam membentuk tubuh yang
ideal, dll. Dari pertanyaan tersebut didapatkan data seperti pada Gambar 3 berikut.
Kesulitan membentuk tubuh ideal

Kecukupan gizi makanan di
pasar untuk kesehatan
pencernaan

11%
13%

9%

Cukup
47%

53%

Berat badan sulit
naik
Makanan

Tidak

Makanan dan
pola hidup
Pola hidup

34%

33%

Tidak ada

Seberapa sering mengkonsumsi
yoghurt untuk kesehatan
pencernaan
Jarang

27%

4%

18%

7%
35%

Jika ingin
44%

7%

Tekstur yang paling disukai

58%
Rutin setiap
bulan
Rutin setiap hari

Cair
Kental
Padat

Rutin setiap
minggu

Gambar 3. Hasil pengamatan uji masalah elemen value proposition
Responden sangat mementingkan kesehatan pencernaannya dan 53% menilai
bahwa makanan di pasar saat ini tidak cukup menjaga kesehatan pencernaan
mereka, sisanya menilai cukup tetapi dengan lebih selektif memilih makanan yang
akan mereka konsumsi. 90% dari keseluruhan responden sangat memerhatikan
bentuk tubuh mereka kemudian kesulitan untuk membentuk tubuh yang ideal 67%
mengatakan dari makanan yang mereka konsumsi. Responden mengkonsumsi

yoghurt dan produk sejenisnya 52% secara rutin sedangkan 44% hanya jika ingin
mengkonsumsi dan sisanya sangat jarang mengkonsumsi. Responden lebih
menyukai yoghurt dengan tekstur kental atau padat dengan persentase 58%
daripada tekstur cair.
Dari hasil tersebut didapatkan beberapa masalah yang terbukti dan masalah
baru. Permasalahan yang ada dalam mayoritas responden ketika melakukan
wawancara terdapat pada konsumsi yoghurt yang berlebihan atau rasa asam yoghurt
yang berlebihan dapat membuat lambung terasa sakit atau diare. Penyebab diare
ringan saat mengkonsumsi yogurt dapat terjadi karena konsumsi yang berlebihan
atau probiotik dalam yoghurt yang kurang cocok dalam lingkungan perut
responden. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah
tersebut dalam value proposition produk dadih adalah penggunaan strain lokal yang
diisolasi langsung dari dadih tradisional. Dalam penelitian Wapodo (2004) dalam
Pangkalan Ide (2008) yang meneliti strain lokal dadih selama 3 tahun, disimpulkan
bahwa strain lokal Indonesia lebih bisa beradaptasi bagi tubuh dan tidak mahal serta
mampu menekan bakteri yang diinginkan. Konsumsi dadih tidak pernah
menyebabkan diare atau keracunan padahal susu yang digunakan untuk fermentasi
tidak dipanaskan lebih dahulu (Pangkalan Ide 2008). Produk dadih ini juga akan
diformulasi sesuai dengan keinginan kebanyakan konsumen dengan rasa yang tidak
terlalu asam dan penambahan potongan buah agar rasa lebih variatif.
Kemudian masalah selanjutnya untuk responden yang ingin memiliki tubuh
yang ideal terdapat pada pola makan atau makanan yang mereka konsumsi masih
sembarangan. Terutama untuk orang-orang yang aktivitasnya cukup padat sehingga
tidak sempat lagi memilih makanan yang mereka konsumsi. Menurut mereka
dengan mengkonsumsi yoghurt kurang bisa mengurangi nafsu makan mereka
walaupun pencernaan lebih lancar sehingga dibutuhkan yogurt yang dapat
mengenyangkan dan nutrisinya lengkap. Yoghurt juga hanya menjadi kebutuhan
sekunder yang tidak dianggap sebagai makanan diet. Solusi untuk masalah tersebut
adalah dengan dadih yang bertekstur lebih padat yang dapat mengenyangkan
diharapkan dapat menjadi makanan diet atau makanan yang dapat menjaga berat
tubuh sehari-hari. Penambahan potongan buah segar juga dapat menjadi penambah
nutrisi produk karena menurut responden orang-orang yang menjaga berat tubuh
identik dengan mengkonsumsi buah. Sehingga dadih dengan nutrisi yang lengkap
diharapkan dapat menjadi makanan pokok konsumen yang ingin menjaga kesehatan
sebagai diversifikasi produk yogurt dan nasi atau sereal yang biasa dikonsumsi
masyarakat.
Channel
Penjualan produk dadih susu sapi pada model bisnis awal ditentukan melalui
retail dan delivery berlangganan. Uji masalah untuk mengetahui channel yang
sesuai dengan keinginan konsumen dengan membuat pertanyaan yang
mengarahkan konsumen menjawab tempat mereka biasa membeli produk sejenis.
Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Tempat biasa membeli
9%

2% 2%

Delivery

11%

Kaki lima
Retail

76%

Retail dan kaki lima
Retail dan kantin

Gambar 4. Hasil pengamatan uji masalah elemen channel
Responden yang biasa membeli produk tersebut di retailer ada sebanyak 96%.
Tetapi masalah responden dalam penjualan melalui retailer adalah tidak semua
konsumen dapat membeli produk langsung ke retail karena aktivitas konsumen
yang cukup padat sehari-harinya. Kemudian probiotik pada yoghurt juga tidak
memiliki umur simpan yang cukup lama, sehingga sulit untuk disimpan untuk
dikonsumsi dalam jangka panjang. Maka selain retail, untuk orang-orang yang
beraktivitas padat dapat mengkonsumsi produk dadih dengan sistem berlangganan,
sehingga konsumen tidak perlu lagi repot membeli di retailer atau supermarket.
Customer Relationship
Untuk mendapatkan konsumen dengan segmen yang tepat maka diperlukan
customer relationship yang tepat. Pertanyaan pada uji masalah mengarahkan
konsumen untuk menjawab cara yang paling tepat untuk meningkatkan awareness,
ketertarikan, dan membuat mereka ingin membeli produk secara terus menerus.
Dari uji masalah customer relationship didapatkan data seperti pada Gambar 5.
Sumber informasi untuk
meningkatkan awareness

Yang paling mempengaruhi
pembelian produk

Internet
2%

Keluarga

Keluarga

16%
4%

36%

Lainnya

27%
Lainnya
24%

58%
22%

Media massa

2%
Televisi

9%
Teman

Tempat belanja
Tempat
belanja

Gambar 5. Hasil pengamatan uji masalah elemen customer relationship
Menurut 58% responden, promosi di tempat keramaian atau perbelanjaan
dapat lebih meningkatkan awareness konsumen terhadap produk dibanding
promosi melalui media massa dan media elektronik dan 62 % lebih tertarik jika
promosi dilakukan dengan memberitahu informasi mengenai produk. Sumber
informasi yang tepat untuk meningkatkan awareness konsumen berada di tempat
perbelanjaan, tetapi untuk orang-orang yang beraktivitas padat kebanyakan sering

membuka internet atau jejaring sosial daripada berbelanja. Setelah dites maka
ditentukan customer relationship seperti di bawah ini :
1. Get : untuk mendapatkan awareness pelanggan dilakukan dengan promosi
melalui jejaring sosial dan website pribadi. Setelah itu, untuk mendapatkan
pelanggan di tempat perbelanjaan dapat dilakukan dengan free tester dan
pemberian informasi di tempat perbelanjaan yang cukup ramai. Kemudian
promosi dilanjutkan dari mulut ke mulut untuk memperbesar jangkauan pasar
2. Keep : dengan tetap melakukan kontak dengan konsumen melalui customer
service layanan telepon, jejaring sosial, dan website
3. Grow : dengan strategi news delivery atau berlangganan secara rutin produk
akan diantarkan langsung ke konsumen.
Setelah menentukan solusi yang akan ditawarkan maka dilakukan formulasi
produk sesuai dengan problem yang dihadapi konsumen.
Perbaikan Model Bisnis
Setelah mendapatkan dan memahami fakta masalah yang dihadapi konsumen
maka dilakukan perubahan pada model bisnis dengan solusi yang dapat
memecahkan masalah konsumen tersebut. Pada elemen customer segment, segmen
produk berubah menjadi pria dan wanita berumur 16 - 45 tahun. Kemudian pada
customer relationship ditambahkan promosi melalui tempat perbelanjaan dengan
memberikan free tester dan informasi detail dan promosi intensif dari mulut ke
mulut. Pada Gambar 6 dapat dilihat modifikasi model bisnis setelah dilakukan uji
masalah.

Gambar 6. Model bisnis Daygurt versi 1

Profil Produk
Formulasi produk terbaik yang didapatkan dari hasil uji organoleptik dan
modifikasi proses adalah dengan komposisi basis susu segar, 8% pengental, 3%
starter dadih untuk membuat dadih plain. Dadih rasa dapat dibuat dengan
menambah 25% perisa pasta buah. Setelah mendapatkan formulasi terbaik untuk
produk dadih, maka dapat dilakukan identifikasi nutrisi produk. Hasil pengujian
proksimat untuk produk dadih dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan proksimat dadih
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kandungan
Kadar air (%)
Kadar abu (%)
Total padatan (%)
pH
Total asam (%)
Total BAL (cfu/gram)
Kadar lemak (%)
Kadar protein (%)
Kadar Karbohidrat (%)

Jumlah
72,13
0,75
27,87
4,46
1,52
2,7x108-3x109
4,75
3,83
18,54

Untuk mengetahui apakah hasil pengujian tersebut sesuai standar dan dapat
diterima oleh konsumen maka diperlukan pembanding dari standar yang ada. Tetapi
karena produk dadih merupakan produk baru yang belum ada standar pastinya,
maka sementara standar yang digunakan adalah yoghurt secara umum. Standar SNI
yoghurt yang diperbolehkan di pasaran terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar SNI yoghurt (SNI 2012)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kriteria Uji
Satuan
Penampakan
Bau
Rasa
Konsistensi
Kadar lemak b/b
%
Total padatan susu bukan lemak b/b
%
Protein b/b
%
Kadar abu b/b
%
Keasaman b/b
%
Jumlah bakteri starter
Cfu/gram

Nilai
Cairan kental-padat
Normal/khas
Asam/khas
Homogen
Min 3,0
Min 8,2
Min 2,7
Maks 1,0
0,5-2,0
Min 107

Dari standar yang ditetapkan dadih termasuk ke dalam golongan yoghurt
padat. Hasil dari formulasi terbaik memiliki penampakan yang padat seperti tahu,
bau khas susu fermentasi, rasa asam khas yoghurt, dan konsistensinya homogen
dengan tekstur lembut. Total asam didapatkan 1,52% dan pH 4,46 sehingga masih
masuk ke dalam range total asam standar yoghurt, yaitu 0,5-2,0%. Sedangkan pada

penelitian Cahyadi et al. (1995) nilai pH dadih susu kerbau 4,74-5,71 dengan nilai
total asam 1,18%.
Menurut Azima (1983), total padatan ideal untuk mendapatkan dadih susu
sapi yang baik paling tidak harus sama dengan total padatan susu kerbau (sekitar
18%) dan menurut SNI total padatan yoghurt minimal 8,2%. Sehingga dengan nilai
total padatan produk sebesar 27,87% masih sesuai standar dan dapat dikatakan
menyerupai dadih tradisional. Total padatan yang sangat tinggi mungkin
dikarenakan penambahan pengemulsi pada susu sapi saat penguapan susu.
Hasil analisis Hosono (1992) mendapatkan bahwa dadih adalah makanan
yang mengandung protein dan lemak cukup tinggi, yaitu 4,3% protein, 9,05%
lemak, 19,49% padatan, dan keasaman 1,42%. Sedangkan menurut SNI kadar
lemak yoghurt minimal 3% dan protein minimal 2,7%, sehingga dadih yang
diproduksi sesuai dengan standar dan relatif lebih baik dari penelitian sebelumnya
karena memiliki kadar lemak lebih rendah dan kadar protein lebih tinggi.
Dadih merupakan makanan susu fermentasi sehingga probiotik merupakan
hal yang sangat penting ada dalam produk tersebut. Dari penelitian Hosono (1992)
total bakteri probiotik/BAL dalam dadih adalah 1,06x107. Menurut FAO dan WHO
(2001) suatu makanan dikatakan probiotik apabila probiotik dalam keadaan hidup
dan dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Menurut Suskovic et al. (2001),
probiotik tersebut harus bersifat non patogen, viabilitas sekitar 106-108 cfu/ml,
dapat menghasilkan substansi antimikrobial yang akan menghambat bakteri
patogen dalam pencernaan, mampu berkompetisi dengan bakteri patogen dalam
berkembang biak dalam pencernaan, dan tahan terhadap enzim pencernaan dan
garam empedu. Hasil pengujian menunjukkan bakteri yang ada dalam produk
berkisar antara 2,7x108–3x109 cfu/ml, maka masih sesuai standar SNI yang
menetapkan minimal 107 cfu/ml dan relatif lebih baik dibanding penelitian
sebelumnya.
Kebutuhan akan dessert yang tinggi nilai kesehatan dan memiliki cita rasa
yang nikmat dan menyegarkan. Dessert yang mampu membantu sistem pencernaan
konsumen dalam mencerna makanan utama, serta membantu memenuhi pola 4
sehat 5 sempurna para konsumennya.
Dadih akan berguna mengatasi masalah konsumen dalam memenuhi
kebutuhan dessert yang tidak hanya nikmat dalam segi rasa dan memberi
kesegaran, namun juga memberi nilai lainnya berupa kesehatan dalam sistem
pencernaan konsumen. Bentuk yang menyerupai pudding serta teksturnya yang
lembut dan disajikan dalam keadaan dingin akan memberikan efek kesegaran dan
kelegaan dalam pencernaan konsumen setelah mengkonsumsi menu utama, seperti
halnya fungsi dessert pada umumnya. Varian rasa buah, coklat, dan vanilla akan
memberikan kenikmatan dari segi rasa dan membantu meningkatkan nilai
kesegaran dadih tersebut. Nilai kesehatan diberikan melalui probiotik yang
terkandung di dalam dadih tersebut. Hal ini dikarenakan dadih merupakan susu
fermentasi yang keuntungannya sama seperti yogurt, membantu sistem pencernaan
dalam mencerna makanan. Selain itu, bakteri Lactobacillus sp. yang berasal dari
strain lokal tentunya tidak memerlukan proses adaptasi terlebih dahulu pada
lingkungan di Indonesia. Alasan dipilihnya dadih sebagai basis produk, secara tidak
langsung untuk memperkenalkan susu fermentasi khas Indonesia. Kemasan praktis
tersebut berbentuk wadah kecil seperti produk Activia serta produk-produk Set
Yogurt lainnya yang merupakan kompetitor utama dari dadih ini nantinya.

Profil produk perlu ditentukan agar produk dapat dikomersialisasikan. Profil
produk dapat menjadi identitas produk di mata konsumen. Setelah menjelaskan
bagaimana pembuatan produk secara teknologis dan bagaimana nilai gizi dan
manfaat produk maka dapat dilakukan positioning produk di pasar. Pembuatan
brand dan merek dilakukan untuk mendukung hal tersebut, kemudian logo dan
nama perusahaan. Setelah itu dapat dilanjutkan pembuatan kemasan cup 125 gram
dengan mencantumkan nilai gizi, manfaat, merek, logo, positioning, dll, seperti
Gambar 7.

Gambar 7. Kemasan dan logo produk Daygurt
Merek Daygurt dipilih untuk produk utama atau produk dadih untuk
segmentasi usia 10-60 tahun karena sesuai segmen pasar awal, yaitu orang-orang
yang aktif dan menyukai produk sehat. Produk yang ditawarkan nantinya tidak
hanya Daygurt saja, namun akan ditawarkan produk-produk baru lainnya yang akan
masuk ke dalam segmen pasarnya masing-masing. Dalam beberapa tahun ke depan
akan dikembangkan sebuah produk yang merupakan starter bakteri dari dadih itu
sendiri, yang produk ini akan memenuhi kebutuhan dari home industry maupun
masyarakat yang ingin mengembangkan basis usahanya berupa dadih. Hal ini
secara tidak langsung akan membantu mengedukasi masyarakat untuk mengenal
dadih melalui jaringan home industry yang banyak tersebar di beberapa kota besar
di Indonesia. Produk lainnya yang juga akan dikembangkan merupakan suplemen
untuk para pria yang ingin membentuk tubuhnya, dengan menawarkan produk susu
fermentasi yang tinggi protein namun rendah lemak. Produk-produk lain seperti
dadih dalam bentuk cair ataupun ice dadih juga tidak menutup kemungkinan untuk
dikembangkan di masa yang akan datang.

Uji Solusi
Setelah masalah konsumen ditemukan dan dipahami maka solusi untuk
masalah tersebut dibuat dan dituliskan dalam model bisnis. Uji solusi dilakukan
untuk mengetahui apakah solusi yang dibuat dapat membuat konsumen cukup
tertarik untuk membeli produk kita (Blank, 2012). Kuisioner uji solusi dapat dilihat
di dalam Lampiran 3. Uji solusi dilakukan dengan wawancara responden terpilih
yang sudah diseleksi melalui uji masalah. Responden diseleksi berdasarkan segmen
konsumen yang sudah berubah setelah uji masalah. Responden terdiri dari 50 orang
pria dan wanita dengan kelompok umur 16-20 tahun, 21-25 tahun, 26-30 tahun, 3135 tahun, dan 36-45 tahun masing-masing 10 orang responden yang memiliki minat
dan menyukai produk Daygurt dan memiliki masalah yang sama. Elemen yang diuji

pada uji solusi adalah customer segment, value proposition, channel, dan customer
relationship.
Customer Segment
Dari keseluruhan responden pria dan wanita umur 16-45 tahun, yang tertarik
Daygurt sebagai makanan diet mayoritas wanita berumur 19-45 tahun. Sebanyak
34 responden yang sebagian besar wanita berumur 19-45 tahun atau 68% dari 50
orang responden tertarik dengan solusi yang ditawarkan Daygurt dapat dilihat pada
Lampiran 4. Hal ini dikarenakan responden pria dan remaja di bawah 19 tahun yang
tidak terlalu tertarik dalam menjaga bentuk tubuh mereka. Tetapi Daygurt juga
dapat dikonsumsi oleh konsumen semua umur sebagai makanan yang melengkapi
nutrisi sehari-hari dan makanan probiotik yang menjaga kesehatan pencernaan.
Untuk responden pria tertarik pada produk Daygurt body mass building untuk
asupan nutrisi pembentuk otot tubuh yang akan dikembangkan sebagai produk
premium nantinya.
Value Proposition
Masalah yang ingin diselesaikan pada konsumen selain masalah pencernaan
dan menjaga tubuh, dadih juga dapat menyelesaikan masalah konsumen yang
sensitif mengkonsumsi produk probiotik. Maka untuk membuktikan solusi yang
dibuat dapat menjawab masalah konsumen perlu dites value proposition mengenai
dadih yang dapat menjawab masalah konsumen dalam menjaga tubuh ideal dan
kesediaan konsumen mengkonsumsi dadih secara rutin dan menggantinya dari
produk yoghurt yang selama ini mereka konsumsi. Jawaban dari responden dapat
dilihat pada Gambar 8.

Apakah dadih dapat menjawab
solusi bagi masalah konsumen
menjaga tubuh ideal

Kesedian konsumen mengganti
produk yoghurt yang telah
dikonsumsi dengan dadih

15%

17%
Tidak

85%

Tidak

83%

Ya

Ya

Bersediakah konsumen mengkonsumsi dadih secara rutin
40%

60%

Tidak
Ya

Gambar 8. Hasil pengamatan uji solusi elemen value proposition

Responden sebanyak 85% berpendapat bahwa dadih dapat menjadi solusi
yang lebih baik terhadap kesehatan pencernaan dan solusi untuk membentuk tubuh
ideal dibandingkan produk yoghurt yang telah ada dipasaran, sisanya lebih
menyukai produk yang sudah ada saat ini. Kemudian 83% responden bersedia
mengganti produk yoghurt yang biasa mereka konsumsi dengan produk dadih
Daygurt, yang lainnya lebih menyukai produk yang mereka konsumsi saat ini dan
sulit mengubah kebiasaan tersebut. 60% mengaku bersedia mengkonsumsi dadih
Daygurt secara rutin.
Kebanyakan responden yang telah mencoba Daygurt menyukai rasa dari
produk tersebut karena rasanya yang tidak terlalu asam dibanding yoghurt yang
sudah ada. Kemudian responden tersebut tidak ada yang terkena gangguan
pencernaan setelah mengkonsumsi dadih seperti setelah mereka mengkonsumsi
yoghurt maka mereka bersedia mengganti produk yoghurt yang biasa mereka
konsumsi dengan dadih. Mayoritas berpendapat bahwa dengan mengkonsumsi
dadih dapat lebih mengenyangkan dibanding mengkonsumsi yogurt. Responden
juga bersedia mengkonsumsi Daygurt secara rutin sebagai makanan diet mereka
karena rasanya enak, nutrisi lengkap, dan mengenyangkan dan juga probiotik yang
digunakan tidak memerlukan proses adaptasi terlebih dahulu. Artinya solusi untuk
masalah konsumen pada value proposition yang diberikan dapat diterima
responden.
Channel
Setelah melakukan uji masalah, channel yang ditentukan ada dua, yaitu
penjualan melalui retail dan penjualan dengan sistem delivery sesuai pesanan
maupun berlangganan. Pada uji solusi, diuji apakah dengan channel tersebut dapat
dengan mudah produk sampai kepada konsumen dan menjangkau mereka. Hasil
dari uji tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.
Kemudahan membeli produk
melalui retailer

Seberapa rutin bersedia
mengkonsumsi dadih
Jika ingin

5%
Tidak
95%

Ya

48%

37%

13%

2%

Rutin setiap
bulan
Rutin setiap
hari
Rutin setiap
minggu

Gambar 9. Hasil pengamatan uji solusi elemen channel
Sebanyak 95% responden memilih pembelian produk melalui retail mudah
dijangkau. 48% responden ingin mengkonsumsi rutin setiap minggu dan 38% hanya
jika ingin mengkonsumsi. Penjualan melalui retail dapat dijadikan solusi pada
channel dan penjualan sistem berlangganan news delivery juga dapat menjadi solusi
pilihan untuk orang-orang yang ingin mengkonsumsi dadih secara rutin.
Customer Relationship
Pada customer relationship, salah satu cara untuk menarik konsumen dan
membuat mereka membeli produk secara terus menerus adalah dengan sistem

delivery sesuai pesanan atau dengan berlangganan. Cara ini dianggap cocok untuk
segmen yang memiliki aktivitas yang cukup padat dan ingin mengkonsumsi secara
rutin tetapi tidak sempat untuk membeli produk setiap hari di retail. Solusi yang
dianggap dapat memudahkan konsumen ini diuji dalam uji solusi dan hasilnya dapat
dilihat pada Gambar 10.
Ketertarikan konsumen untuk berlangganan
sistem news delivery

30%
70%

Tidak
Ya

Gambar 10. Hasil pengamatan uji solusi elemen customer relationship
Responden sebanyak 70% tertarik untuk berlangganan dengan metode news
delivery atau pengiriman produk langsung kedepan rumah konsumen secara rutin.
Responden tertarik untuk mengkonsumsi Daygurt dengan sistem berlangganan
karena praktis dan dapat membantu orang yang memiliki aktivitas yang padat dan
ingin mengkonsumsi Daygurt secara rutin.
Perbaikan Model Bisnis
Perbaikan dilakukan sesuai dengan hasil uji masalah dan solusi. Pada
customer segment segmen produk berubah menjadi wanita dengan umur 19-45
tahun, memiliki aktivitas yang padat, sensitif terhadap probiotik, dan menyukai
makanan sehat untuk menjaga tubuh tetap ideal dan memenuhi nutrisi sehari-hari.
Pada customer relationship ditambah dengan free tester dan pemberian informasi
di tempat perbelanjaan dan promosi dari mulut ke mulut. Pada value proposition
hanya ditambahkan tambahan potongan buah untuk pelengkap nutrisi dan
kesegaran. Pada Gambar 11 dapat dilihat hasil model bisnis terverifikasi setelah
elemen yang diuji telah sesuai dan terkonfirmasi dari uji masalah hingga uji solusi.

Gambar 11. Model bisnis Daygurt terverifikasi

Analisis Finansial
Dadih Tart merupakan salah satu produk susu fermentasi, sehingga ruang
lingkup pasar total atau total addressable market (TAM) adalah total pasar susu
fermentasi keseluruhan. Lapisan pasar produk Daygurt dapat dilihat pada Gambar
12.
Susu
Fermentasi
Yoghurt
Padat

Daygurt

Gambar 12. Ruang lingkup pasar Daygurt
Total addressable market atau besar pasar untuk produk susu fermentasi
sebesar 84 juta liter/tahun. Menurut CIC (2012) nilai tersebut akan tumbuh sebesar
11% setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan
gaya hidup masyarakat. Total pasar produk susu fermentasi bertekstur padat atau
served available market (SAM) sebesar 6,64 juta liter atau 7,9% dari TAM. Ukuran
target pasar dari produk Daygurt akan diperkirakan mencapai 0,42 juta liter/tahun
atau 0,5% dari TAM dan 6,33% dari SAM.
Untuk memenuhi target pasar 420.000 liter/tahun akan memerlukan bahan
baku susu sapi yang cukup banyak. Dari hasil perhitungan diperkirakan sekitar
2000 liter susu per hari dan 480 ton per tahun diperlukan sebagai bahan baku utama.
Karena itu, diperlukan pasokan bahan baku susu dari supplier di daerah yang
produksi susu sapinya stabil dan dengan skala yang cukup besar. Data besar
produksi susu sapi setiap tahunnya di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi susu sapi Indonesia (dalam ribu ton)
Provinsi
Sumatera Utara
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Lainnya
Indonesia

2000
4,62
5,09
184,52
78,93
6,89
214,58
1,21
495,84

2001
4,62
6,13
184,83
81,58
4,41
196,95
1,43
479,95

2002
4,64
5,8
198,51
80,06
5,3
197,46
1,6
493,37

2003
4,66
5,8
207,86
82,91
5,6
235,94
10,98
553,75

2004
4,56
5,15
215,33
78,26
7,26
237,66
1,83
550,05

2005
4,69
5,06
201,86
70,69
8,81
239,91
6,05
537,07

2006
8,78
6,37
211,89
130,9
11,06
244,3
3,17
616,47

2007
8,79
6,56
223,55
132,09
11,17
250,38
4,2
636,74

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa Jawa Barat berpotensi untuk dijadikan
sebagai sumber bahan baku bagi industri pengolahan susu serta produk olahan susu.
Sentra pengolahan susu potensial tersebut antara lain berada di kawasan
Pangalengan (Bandung Selatan), Kabupaten Garut, Kuningan serta Tasikmalaya.
Tingkat produksi susu dari kawasan Jawa Barat ini telah mencapai angka 270 ribu
ton pada akhir tahun 2011 (Ditjen Peternakan 2011).
Analisis finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara
pengeluaran dan pendapatan (Sutoyo 2003).

Pada perhitungan analisis finansial tidak hanya menghitung harga pokok
produksi tetapi juga melakukan analisis kelayakan investasi, yaitu dengan
menghitung Net Present Value (NPV), Pay Back Period (PBP), Net B/C, Internal
Rate of Return, dan Break Event Point (BEP) (Suwarsono 1993). Untuk melakukan
perhitungan tersebut perlu dilakukan asumsi-asumsi yang menjadi dasar
perhitungan. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Umur ekonomis proyek direncanakan selama 10 tahun dengan 240 hari
produksi/tahun. Umur proyek ini ditentukan berdasarkan umur mesin dan
peralatan yang digunakan dalam proyek.
2. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek bernilai 50 persen dari nilai awal
dan nilai tanah 10 persen lebih tinggi dari nilai awal.
3. Nilai sisa mesin 10 persen dari nilai awal, biaya pemeliharaan sebesar 0.5
persen dan biaya asuransi 0.5 persen dari harga awal.
4. Nilai depresiasi dihitung dengan metode garis lurus (Straight Line
Depreciation).
5. Kapasitas produksi maksimal yang akan diraih dan perhitungan massa adalah
sebagai berikut :
 Kapasitas produksi per hari adalah 2000 liter/hari, dengan hari kerja
selama seminggu adalah lima hari sehingga kapasitas produksi per minggu
100.000 liter. Kebutuhan susu dalam satu tahun adalah 480.000 liter.
 Bahan baku tambahan yaitu tepung maizena ditambahkan dalam 2000 liter
adalah 200 kg. Dalam satu tahun dibutuhkan 48.000 kg.
 Starter dadih yang dibutuhkan untuk 2000 liter susu sapi adalah 48,6 liter
kultur. Dalam satu tahun starter yang dibutuhkan adalah 11.664 liter.
Starter awal dibeli sebanyak 20 ml selanjutnya dibiakkan dan diproduksi
secara mandiri.
 Produk akhir (Daygurt) per hari adalah 2.583,24 kg atau 20.666 buah cup
PP 125 gram.
 Lama operasi terdapat dua shift/hari, delapan jam kerja per shift. Dalam
seminggu ada 80 jam kerja.
6. Harga-harga yang digunakan bedasarkan harga pada saat analisa kelayakan
tahun 2013 dan selama tahun perencanaan yang dipengaruhi discount factor
(DF) sebesar 12 persen.
7. Modal kerja awal selama 3 bulan menggunakan modal sendiri dan aliran dana
investor, selanjutnya menggunakan uang hasil penjualan.
8. Harga bahan baku diasumsikan sama selama periode operasional. Sedangkan
harga produk mengalami penyesuaian seiring peningkatan kapasitas produksi
dan target profit industri.
9. Besar pajak keuntungan didasarkan pada Undang-Undang No. 17 tahun 2000
dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) pasal 1 Undang-Undang PPN.
10. Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan produksi pertama berlangsung pada tahun
ke-1.
Perhitungan dilakukan dengan menentukan biaya investasi yang dapat dilihat
pada Lampiran 6 dan biaya modal kerja pada Lampiran 7. Setelah itu, dapat
dilakukan perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga jual produk seperti
pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan biaya produksi Daygurt
Kapasitas produksi per
HPP (Rp/kg)
tahun (kg)
(Biaya tenaga kerja + Biaya (Kapasitas produksi
(Total biaya per
bahan baku + Biaya
per hari x Jumlah hari tahun : Kapasitas
overhead )
kerja per tahun)
produksi per tahun)
(1.752 + 12.926,1 +
(20.666 x 240)
(16.209,14 : 4,96)
1.531,04)
16.209,14 juta
4,96 juta
3.268
Total biaya per tahun (Rp)

Rumus
Perhitungan
Hasil

Berdasarkan hasil perhitungan dan strategi harga yang ditetapkan, biaya
produksinya adalah Rp. 3.268,- dan harga jual produk yang ditetapkan pada
kapasitas 66% dan 100% adalah Rp. 6.000,-. Perbedaan kapasitas produksi
menentukan tingkat keuntungan yang didapatkan, keuntungan lebih besar pada
kapasitas produksi penuh atau 100%.
Dari harga jual yang telah ditentu