pasien  yang  mengkonsumsi  tidak  rutin  atau  tidak  sesuai  dengan  dosis  dan ketentuan sebesar 53,5.
Hasil penelitian dari Susila 2011 pasien HIV yang teratur mengkonsumsi ARV risiko koinfeksi TB dapat ditekan. Pasien HIV dengan koinfeksi TB di Sao
Paulo  2012  43  pasien  HIV  yang  tidak  mengkonsumsi  rutin  ARV  mengalami penurunan  CD4  yang  diikuti  dengan  peningkatan  kadar  viral  load  yang
mengakibatkan  terinfeksi  TB,  pada  pasien  HIV  yang  mengkonsumsi  ARV  jika dinyatakan menderita TB memiliki risiko mortalitas kurang dari 20.
2.1.10.1.7 Kontak Dengan Penderita TB
Kontak  dengan  penderita  TB  merupakan  faktor  risiko  yang  berpengaruh besar  terhadap  penularan  TB.Riwayat  kontak  penderita  dalam  satu  keluarga
dengan  anggota  keluarga  yang  lain  yang  sedang  menderita  TB  Paru  merupakan hal  yang  sangat  penting  karenakuman  Mycobacterium  tuberkulosis  bersifat
aerobdan mampu bertahan hidup dalam sputum yang kering atauekskreta lain dan sangat  mudahmenular  melalui  ekskresi  inhalasi.  Sehingga  adanyaanggota
keluarga  yang  menderitaTB  paru  aktif,  maka  seluruhanggota  keluarga  yang  lain akanrentan  dengan  kejadian  TB  parutermasuk  juga  anggota  keluarga  dekat
Rusnoto dkk., 2006.
Retno  dkk  2010  menyebutkan  kontak  dengan  penderita  TB  paru merupakan  faktor  yang  memiliki  hubungan  kuat  dengan  koinfeksi  TB  paru
p=0,002, dengan adanya kontak dengan penderita TB memungkinkan penuaran bakteri  M.  tuberculosispada  pasien  HIV  yang  memiliki  imunitas  rendah.  Namun
Taha  et  al2013  menyebutkan  jika  kontak  dengan  penderita  TB  tidak  memiliki hubungan  kuat  karena  tidak  semua  kontak  dengan  penderita  TB  menjadikan
pasien  HIV  terinfeksi  bakteri  M.  tuberculosis.  Riwayat  TB  paru  yang  pernah diderita  disebutkan  memiliki  hubungan  kuat  p=0,001  karena  TB  paru  yang
pernah diderita memiliki kemungkinan besar untuk kambuh. 2.1.10.2 Faktor Risiko Distal
Faktor risiko
distal merupakan
faktor sosial
ekonomi yang
mengungkapkan munculnya koinfeksi TB paru secara tidak langsung. 2.1.10.2.1 Tingkat Pendidikan
Tingkat  pendidikan  merupakan  landasan  seseorang  dalam  melakukan beberapa  hal,  memahami  dan  mengerti  input  yang  didapat  termasuk  dalam
pencegahan  penyakit  Soemirat,2011  :  58.  Sedangkan  penelitian  yang dilaksanakan  oleh  Braulio  et  al  2012  menyebutkan  tingkat  pendidikan  pasein
Koinfeksi  terbanyak  ada  pada  tingkat  pendidikan  dasar  sekolah  dasar  dan menengah  pertama  sebesar  84  karena  orang  dengan  pendidikan  rendah
cenderung  berisiko  menderita  koinfeksi  penyakit  karena  kurang  kepedulian terhadap  masalah  kesehatan.  Nilai  p=0,002  sehingga  diinterpretasikan  memiiki
hubungan kuat antara pendidikan dengan koinfeksi TB paru. Notoatmodjo 2012 menyatakan  pendidikan  formal  tidak  selalu  memiliki  korelasi  dengan  kejadian
suatu  penyakit  dikarenakan  pendidikan  formal  tidak  menjadi  patokan  seseorang dalam mengambil sikap dan tindakan dalam upaya pencegahan penyakit.
2.1.10.2.2 Status Pernikahan