Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman (Nyeri) di RSUD. dr Pirngadi Medan

Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman (Nyeri) di RSUD. dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh Natalina Siagian
112500067
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

i
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman (Nyeri) di RSUD. dr Pirngadi Medan”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep. Ns., Sp. KMB Selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga serta memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan selama proses penyusunan hingga selesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam kesempatan yang sama pula penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Yessi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji. Terkhusus buat ayah dan ibu tercinta Bapak M.Siagian dan Ibu R.Simanjuntak yang selalu memotivasi saya dalam study saya dan yang pasti selalu berdoa untuk saya. Terimakasih juga buat abang dan kakak (Rikardo Siagian, Martha Theresi Siagian, dan Jhon Siagian). Trimakasih buat motivasi dan doa nya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Erniyati, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Evi Karota Bukit, SKp., MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ikhsanuddin A. Harahap, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

ii
Universitas Sumatera Utara

5. Nur Afi Darti, SKp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
8. Terkhusus untuk Sep Rotua, Herti, Eunike, Rianty, Elisa, Ayu, Exodus, dan Yosua Saragih. Terimakasih buat kasih sayang, nasehat, bantuan, dan perhatian selama ini. Bahkan terima kasih buat waktu yang sudah disediakan bagi penulis.
9. Serta Teman-Teman (yang telah banyak memberi semangat, doa dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan. Medan, Juni 2014 Penulis
Natalina Siagian
iii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI Lembar Sampul Lembar Pengesahan ........................................................................................... Kata Pengantar .................................................................................................. Daftar Isi ........................................................................................................... BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................ B. Tujuan ..................................................................................................... C. Manfaat ...................................................................................................

i ii iii
1 2 3

BAB II Pengelolaan Kasus


A. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine ............................................. 1. Defenisi Nyeri ........................................................................................ 2. Fisiologi Nyeri ....................................................................................... 3. Klasifikasi Nyeri……………. ........................................................ …. 4. Efek Membahayakan dari Nyeri…………………. .............................. 5. Stimulus Nyeri……………….. ............................................................ 6. Teori Nyeri………... ............................................................................. 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri……………………………. 8. Asuhan Keperawatan………………………………………………...
B. Pengkajian Pasien Rumah Sakit .............................................................. 1. Biodata .................................................................................................. 2. Keluhan Utama ...................................................................................... 3. Riwayat Kesehatan Sekarang ................................................................ 4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu .............................................................. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga ................................................................ 6. Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 7. Pola Kebiasaan Sehar-hari ..................................................................... 8. Perawatan Diri/Personal Hygine ............................................................ 9. Pola Kegiatan / Aktivitas ....................................................................... 10. Pola Eliminasi ........................................................................................

4 4 4 4 7 7 8 9 11 14 14 14 15 15 15 16 17 17 17 18

Universitas Sumatera Utariav

C. Masalah Keperawatan dan analisa data.................................................... D. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ............................................... F. Implementasi dan Evaluasi ......................................................................

18 18 19 22

BAB III Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan .............................................................................................. 24 B. Saran ................................................................................................. …… 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25 LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utarav

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer & Bare, 2002).
Proses terjadinya nyeri menurut Lindamen dan Athie dalam (Judha, 2012), adalah dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin, atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam substansi intraseluler dilepaskan ke ruang ekstraseluler maka akan mengiritasi nociceptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang serabut saraf atau neurotransmitter seperti prostalglandin dan epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medulla spinalis di transmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
Nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di man terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005).
Pasien dengan keadaan nyeri, kondisi ini dapat bersifat lama dan ada yang singkat, berdasarkan lama waktu terjadinya inilah sehingga nyeri dibagi dua, yaitu nyeri kronis dan nyeri akut. Nyeri akut diakibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri jaringan, nyeri ini biasanya awitan datang tiba-tiba, nyeri akut umumnya terjadi kurang dari 6 bulan. Nyeri kronis secara luas dipercaya menggambarkan penyakitnya, nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama atau lebih dari enam bulan, nyeri ini dapat dan sering menyebabkan masalah yang berat bagi pasien (Judha, 2012).
Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai. Akibat dari nyeri yang tidak segera ditangani akan
Universitas Sumatera Utara1

menyebabkan proses rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi menjadi lama. Hal ini karena pasien memfokuskan semua perhatiannya pada nyeri yang dirasakan (Smeltzer & Bare, 2002).
Peran perawat sebagai pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga profesional kesehatan lain, tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain itu perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga, mengajarkan mereka untuk menggunakan sendiri analgetik atau regimen pereda nyeri jika memungkinkan (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan studi kasus tentang asuhan keperawatan Nyeri Akut pada Tn.M di Ruang Tulip 2 RSUD Pirngadi Medan. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. M dengan nyeri akut yang dialami b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. M dengan nyeri akut c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan nyeri akut d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. M dengan nyeri akut e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. M dengan nyeri akut f. Penulis mampu melakukan analisa kondisi nyeri akut yang terjadi pada Tn. M
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam menambah pengetahuan dan memperoleh pengalaman khusunya dibidang keperawatan. 2. Bagi instansi Pendidikan Memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang/profesi keperawatan.
Universitas Sumatera Utara2

3. Bagi Pembaca Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dalam penanganan nyeri.
4. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan khususnya unruk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami nyeri akut dan sebagai pertimbangan perawat dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat kepada pasien.
Universitas Sumatera Utara3

BAB II Tinjauan Teoritis A. Konsep Dasar 2.1 Defenisi Nyeri Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri. 1. Mc. Coffery ( 1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut per nah mengalaminya. 2. Wolf Weifsel (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan. 3. Arthur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri. 4. Scrumun, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional. 2.2 Fisiologi Nyeri Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan

Universitas Sumatera Utara4

serabut lamban (serabut C). impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.
Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neutransmiter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. jalur nonopiate merupakan desenden yang tidak memberikan respon terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Barbara C. Long, 1989). 2.3 Klasifikasi Nyeri Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. a. Nyeri Akut
Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan. Sebagai contoh nyeri akut ialah jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, dengan nyeri yang hilang dengan cepat. Pada kasus dengan kondisi lebih berat, seperti fraktur ekstremitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun sejalan dengan penyembuhan tulang. b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis dapt tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobtan yang diarahkan pada penyebabnya.
Universitas Sumatera Utara5

Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat jenis nyeri yang spesifik,

diantaranya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent

pain), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas, nyeri

neurologis, dan lain-lain.

Nyeri somatis dan nyeri visceral ini umumnya bersumber dari kulit

dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang.


Perbedaan antara kedua jenis nyeri ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

Karakteristik Nyeri Somatis

Nyeri Viseral

Superfisial

Dalam

Kualitas

Tajam,

Tajam, tumpul, nyeri Tajam, tumpul,

menusuk,membakar terus


nyeri terus, kejang

Menjalar

Tidak

Tidak

Ya

Stimulasi

Torehan, abrasi

Torehan, panas, iskemia Distensi, iskemia,

terlalu panas dan

pergeseran tempat


spasmus, iritasi

dingin

kimiawi (tidak ada

torehan)

Reaksi

Tidak

Ya

Ya

otonom

Reflex


Tidak

Ya

Ya

kontraksi otot

Sumber. Barbara C, Long, 1989.

Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang

lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.

Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang

timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang

disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri


neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di

sepanjang atau di beberapa jalur saraf (Hidayat, 2009).

2.4 Efek Membahayakan dari Nyeri

Nyeri akut, tanpa melihat sifat, pola atau penyebab nyeri, nyeri

yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan

diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya. Selain merasakan

Universitas Sumatera Utara6

ketidaknyamanan dan menganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan imunologik (Yeager dkk, 1987; Benedetti dkk, 1984).
Nyeri kronik, sama seperti halnya nyeri akut yang mempunyai efek negatif, nyeri kronis juga mempunyai efek yang merugikan. Supresi fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis sering mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan melakukan aktivitas (Liebeskind, 1991). Mengabaikan tentang bagaimana pasien mengatasi nyeri kronisnya, nyeri yang terjadi sepanjang waktu yang lama sering mengakibatkan pasien tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal sebelum nyeri mulai terjadi. Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak mampu untu memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau makan. Perawat harus mengerti efek dari nyeri kronis pada pasien dan keluarganya dan harus mempunyai pengetahuan tentang strategi peredaan nyeri dan sumber-sumber yang sesuai untuk membantu penatalaksanaa nyeri (Smeltzer & Bare, 2002). 2.5 Stimulus Nyeri
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Menurut Alimul terdapat beberapa jenis stimulasi nyeri, diantaranya ialah: 1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor. 2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri. 3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri. 4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat. 5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik. 2.6 Teori Nyeri Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya ialah (Barbara C. Long, 1989):

Universitas Sumatera Utara7

1. Teori Pemisahan (Specifity Theory) Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis
(spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang digaris median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan. 2. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi sel T. 3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansi gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan mengahantarkan rangsangan nyeri. 4. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi impul-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif. 2.7 Faktor-fakrot yang Mempengaruhi Nyeri Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia, dan lainlain. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi
Universitas Sumatera Utara8

nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri. beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengalaman nyeri pada seseorang, diantarnya ialah:
1. Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami perubahan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami. Karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan. 2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh, tidak pantas bila laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri). 3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka merespon nyeri (contoh, suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari kesalahannya sendiri). 4. Makna Nyeri
Berhubungan dengan bagaiman pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaiman mengatasinya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. 5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi nyeri.
Universitas Sumatera Utara9

6. Ansietas Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Ansietas yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. 7. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam mengatasi nyeri. 8. Support keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan perlindungan. 2.8 Asuhan Keperawatan pada Masalah Nyeri a. Pengkajian
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan PQRST: 1. P (pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri 2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat. 3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri 4. S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri 5. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Gambar 2.1 Skala pengukuran nyeri angka
Universitas Sumatera Uta1ra0

b. Diagnosa Keperawatan Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, diantaranya adalah: 1. Nyeri akut akibat fraktur panggul 2. Nyeri kronis akibat arthritis 3. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas 4. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian 5. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri
c. Perencanaan Keperawatan Perawat membantu meredakan nyeri dengan memberikan
intevensi penghilang nyeri (termasuk pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis), mengakaji keefektifan intervensi tersebut, memantau terhadap efek yang merugikan dan berperan sebagai advokat pasien apabila intervensi yang dianjurkan tidak efektif dalam meredakan nyeri. Selain itu, perawat bertindak sebagai edukator bagi pasien dan keluarganya untuk memampukan mereka dalam menangani sendiri intervensi yang diharuskan bilaman memungkinkan (Smeltzer & Bare, 2002). Beberapa perencanaan keperawatan dalam mengatasi nyeri diantarnya ialah (Hidayat, 2009): 1. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri 2. Menggunakan berbagai teknik noninvansif untuk memodifikasi
nyeri yang dialami
Universitas Sumatera Uta1ra1

3. Menggunakan cara-cara unutuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti memberikan analgesik sesuai dengan program yang ditentukan.
d. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan Semua intervensi nyeri akan sangat berhasil bila dilakukan
sebelum nyeri menjadi semakin parah, dan keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan. Beberapa tindakan keperawatan yang dapat mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien, diantaranya ialah: 1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan. 2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan teknik-teknik seperti: a. Teknik latihan pengalihan, seperti menonton televisi,
berbincang-bincang dengan orang lain, dan mendengarkan musik. b. Teknik relaksasi, yaitu menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga di dapat rasa nyaman, tenang, dan rileks. c. Stimulasi kulit,seperti menggosok dengan halus pada daerah nyeri, menggosok punggung, mengguanakan air hangat dan dingin, dan memijat dengan air mengalir. 3. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. 4. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. e. Evaluasi Keperawatan Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya
Universitas Sumatera Uta1ra2

respon fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri. B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah sakit, pada tanggal 3 Juni 2014 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn.M. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1. 1. Seorang laki-laki Tn.M, berusia 64 tahun dan telah menikah, agama Islam. Tn. M adalah seorang wiraswata dengan pendidikan terakhir adalah SLTA, tinggal di Desa Parsombaan Padang Lawas Utara, Prop. Sumatera Utara. Pada tanggal 23 Mei 2014 dirawat di ruangan Tulip 2, kamar 609, dengan nomor rekam medik 00.92.68.06. 2. Dalam pengkajian yang dilakukan pasien mengatakan mengalami nyeri pada abdomen sinistra region hipokondria sinistra, hal ini dialami pasien kurang lebih selama 1 bulan. Nyeri bersifat hilang timbul dan terkadang nyeri akan terasa sangat sakit sampai menjalar ke pinggang sebelah kiri. Nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk, pasien juga mengeluhkan sering masuk angin sehingga perut terasa seperti ada yang menekan-nekan dan pasien merasa tidak nyaman. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien sering merasa sakit pada abdomen sinistra, region hipokondria kiri dan apabila nyeri yang dirasakan sangat hebat akan menyebar sampai ke pinggang kiri. Nyeri yang dialami oleh pasien disebabkan karena adanya batu pada ginjal, apabila pasien merasakan nyeri, pasien akan istirahat dan memijit bagian tubuh yang terasa nyeri. Pasien mengatakan nyeri dirasakan bila pasien sedang melakukan aktivitas, dan pada saat dilakukan pengakajian, pasien terlihat baik-baik saja dan nyeri yang dirasakan tidak terlalu sakit. Nyeri yang dialami oleh psien adalah hilang timbul, dan pada saat-saat tertentu nyeri akan sangat hebat. 4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pasien pernah mengalami sesak napas karena dulu sering merokok dan terkadang sesak akan kambuh bila pasien melakukan aktivitas yang berat atau melakukan perjalanan yang jauh dan sesak akan mereda bila pasien beristirahat. Bila pasien mengalami sesak, pasien akan berobat pada bidan
Universitas Sumatera Uta1ra3

atau mantri yang ada di kampungnya. Pasien memiliki alergi terhadap makanan yang mengandung tinggi protein dan lemak serta pengawet seperti telur, daging, dan indomie. Hal ini ditandai bila pasien mengalami luka pada tubuh, luka akan lama sembuh dan semakin membesar apabila pasien mengkonsumsi makanan yang dapat mengakibatkan alergi. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, di dapatkan hasil bahwa orang tua pasien maupun saudara kandung tidak memiliki riwayat penyakit yang serius, dan saudara pasien masih hidup semua, namun oarng tua pasien sudah meninggal. 6. Pemeriksaan Fisik
Secara umum didapati pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan baik, namun terkadang pasien mengalami sesak bila diajak berbicara terlalu lama dan nyeri yang dialami pasien masih dirasakan walaupun tidak terlalu berat dengan suhu tubuh 37,50 C, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 85x/menit, pernafasan 24x/ menit, skala nyeri 3 dengan pengukuran universal pain assessment tool (0-10), TB 160 cm dan BB 70 Kg.
Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan pada ubun-ubun, kebersihan kepala terjaga. Rambut tumbuh merata, berwarna hitam dan sebagian berwarna putih dan pendek serta tidak ada ketombe, tidak ada bau pada rambut.
Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak sawo matang dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah, lembab, dan tidak terdapat edema pada palpebra konjungtiva merah dan tidak anemis, sklera berwarna putih dan tidak ikterik, pupil hitam dan akan mengecil bila diberikan rangsangan cahaya, kornea bulat merata, iris simetris berbatas jelas berwarna coklat, ketajaman penglihatan baik.
Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga pasien lengkap dan bersih, ketajaman pendengaran baik.
Universitas Sumatera Uta1ra4

Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir lembab dan tidak ada luka pada bibir serta sedikit hitam, keadaan gusi baik berwarna pink, gigi sehat dan bersih, keadaan lidah bersih tidak ada jamur dan tidak ada luka pada lidah, pita suara baik. Posisi trachea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.
Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen bersih dan tampak keriput. Akral hangat, warna kulit normal, tidak ada cianosis, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, kelembaban kulit baik, kelainan pada kulit tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris, pernafasan (frekuensi, irama) 20kali / menit dan tidak ada tanda kesulitan saat bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal. Pada pemeriksaan jantung tidak didapati cianosis, tampak denyut jangtung pada celah intercosta 4, 5, 6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di tekan, tidak ada benjolan maupun asites.
Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) otot tampak simetris, tidak ada edema. 7. Pola kebiasaan sehari-hari
Pasien biasa makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), nafsu makan pasien baik dan pasien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit, tidak terdapat nyeri ulu hati, pasien alergi terhadap daging, telur, dan indomie. Biasanya pasien minum setelah selesai makan dan bila pasien merasa haus saja. Tidak ada kesulitan menelan saat makan dan minum. 8. Perawatan diri/ Personal Hygiene
Tubuh pasien tampak bersih, kebersihan gigi dan mulut juga terjaga, kuku, kaki dan tangan tampak bersih. 9. Pola Kegiatan/aktivitas
Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, bisa dilakukan secara mandiri. Selama dirawat di rumah sakit pasien selalu melakukan sholat bila sudah tiba waktunya dan pasien melakukannya secara mandiri. Namun selama
Universitas Sumatera Uta1ra5

dirumah sakit pola tidur pasien terganggu, pasien akan terbangun pada malam hari bila merasakan nyeri yang sangat hebat dan pasien sering sulit lagi tidur bila sudah terbangun. Pasien juga terlihat sering mondar-mandir di depan kamar dan tampak sedang berpikir. Pasien mengatakan cemas dengan pengobatan yang dilakukan. 10. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan bila BAB pasien normal yaitu 1 kali dalam sehari, karakter fese lunak dan tidak memiliki riwayat perdarahan serta tidak ada penggunaan laksatif. Pasien BAK 5 kali per hari dengan karakteristik urine kuning dan pasien tidak merasa nyeri pada kelamin saat BAK, Terdapat riwayat penyakit batu ginjal dan akan segera dilakukan pembedahan. Untuk mengatasi masalah akan dilakukan operasi, namun belum ditentukan jadwal operasi. C. Masalah Keperawatan dan Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 Juni 2014 dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu: gangguan rasa aman nyaman (nyeri), ansietas, dan gangguan pola tidur. Secara lengkap terdapat pada lampiran 2. D. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh tiga diagnosa yaitu:
1. Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal
2. Ansietas (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses pembedahan yang akan dilakukan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan
Universitas Sumatera Uta1ra6

keperawatan kepada Tn. M. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal
No Perencanaan Keperawatan Dx

Dx. 1 Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman

(nyeri) dapat berkurang

Kriteria hasil:

1. pasien mengatakan nyerinya berkurang

2. skala nyeri 1

3. pasien dalam keadaan tenang dan keadaan umum pasien membaik

Rencana Tindakan

Rasional

1. Gunakan komunikasi 1. Untuk mengetahui pengalaman nyeri

terapeutik

yang dialami oleh pasien

2. Kaji keadaan umum 2. untuk mengetahui keadaan umum

klien dan PQRST yang pasien, : mengetahui daerah

dialami klien

nyeri,kualitas,kapan

nyeri

dirasakan,faktor

pencetus,berat

ringannya nyeri yang dirasakan serta

mengetahui efek penggunaan obat

secara jangka panjang

3. Observasi TTV klien 3. Mengetahui perkembangan kesehatan

dan skala nyeri

pasien.

4. Jelaskan teknik latihan 4. Dengan teknik latihan pengalihan dapat

pengalihan

mengalihkan rasa nyeri, teknik

relaksasi dapat mengurangi nyeri..

5. Kolaborasi

dengan 5. Untuk mengurangi nyeri dan

dokter dalam pemberian mempercepat proses penyembuhan

anlgetik

Universitas Sumatera Uta1ra7

Tabel 2.2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa ansietas (cemas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan

No Perencanaan Keperawatan

Dx

Dx. 2 Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan ansietas yang dialami

pasien berkurang dengan

Kriteria hasil:

1. Tingkat ansietas hanya ringan sampai dengan sedang

2. Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, dan

koping

Rencana Tindakan

Rasional

1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya adalah

percaya antara perawat dan hubungan dasar terpadu yang

klien.

mendukung klien dalam mengatasi

perasaan cemas

2. Kaji tingkat ansietas yang 2. Mengetahui sejauh mana tingkat

dialami oleh pasien.

kecemasan yang dialami oleh

pasien.

3. Berikan pada pasien 3. Dapat mengurangi perasaan cemas

penjelasan

tentang pasien terhadap penyakitnya.

penyakitnya.

4. Berikan informasi tentang 4. Membantu pasien memahami
prosedur dan tes khusus dan tujuan yang dilakukan dan
apa yang akan terjadi mengurangi masalah ketidaktahuan
5. Dorong pasien untuk 5. Mengidentifikasi masalah yang
mengatakan apa yang sedang dihadapi oleh pasien
sedang dirasakan

Universitas Sumatera Uta1ra8

Tabel 2.3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
No Perencanaan Keperawatan Dx Dx. 3 Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan klien tidak mengalami gangguan pola tidur dengan Kriteria hasil: 1. Pasien mengatakan tidurnya cukup. 2. Pasien mengatakan tidurnya nyenyak

Rencana Tindakan

Rasional

1. Kaji pola tidur klien

1. Untuk mengetahui bagaimana pola

tidur klien

2. Berikan lingkungan yang 2. Lingkungan yang tenang dan aman

aman dan tenang kepada dapat membantu klien beristirahat

pasien.

3. Anjurkan klien untuk 3. Minum air hangat dapat membantu

minum air hangat sebelum pasien lebih relaksasi dan lebih

tidur.

nyaman

4. Kaji fungsi pernapasan dan 4. Untuk mengetahui tingkat

irama pernapasan.

kegelisahan yang dialami klien.

5. Ajarkan klien teknik 5. Membantu klien untuk mengurangi

relaksasi sebelum tidur.

persepsi nyeri atau mengalihkan

perhatian klien dari nyeri

6. Catat tindakan kemampuan 6. Untuk memantau seberapa jauh

untuk

mengurangi dapat bersikap tenang dan rilex.

kegelisahan.

F. Implementasi dan Evaluasi Dari perencanaan yang dilakukan tidak semua tindakan dilakukan sesuai
dengan perencanaan, ada juga perencanaan yang dilakukan namun pasien tidak setuju tindakan itu dilakukan (secara lengkap terdapat pada lampiran 3).

Universitas Sumatera Uta1ra9

Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan rasa aman nyaman (nyeri), tindakan yang dilakukan adalah menggunakan komunikasi terapeutik,mengkaji keadaan umum dan tingkat nyeri yang dialami oleh pasien, mengobservasi TTV klien dan skala nyeri yang dialami, menjelaskan teknik relaksasi dan distraksi, serta berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik. Setelah di evaluasi selama perawatan masalah untuk diagnosa pertama belum teratasi, pasien masih mengalami nyeri pada bagian perut sebelah kiri.
Untuk diagnosa kedua ansietas, tindakan yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien, mengkaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien, memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dialami, memberikan informasi pada klien tentang prosedur, dan tes khusus dan akibat apa yang akan terjadi. Dari tindakan yang dilakukan masalah teratasi, dapat dilihat ketika pasien tidak bertanya-tanya lagi tentang prosedur yang akan dilakukan dan dapat mengambil keputusan atas tindakan yang akan dilakukan.
Untuk diagnosa ketiga yaitu gangguan pola tidur, tindakan yang dilakukan pada pasien adalah mengkaji pola tidur klien, memberikan lingkungan yang aman dan tenang kepada klien, menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur, mengkaji fungsi pernapasan dan irama pernapsan, mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi sebelum tidur, serta mencatat tindakan kemampuan untuk mengurangi kegelisahan. Gangguan pola tidur dapat teratasi, ditunjukkan dengan keadaan umum pasien mulai membaik, dan tidak tampak lemas.
Universitas Sumatera Uta2ra0

A. Kesimpulan

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan pengkajian pasa pasien Tn. M, dilakukan analisa data untuk memperoleh diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal
2. Ansietas (cemas) berhubungan kurang pengetahuan tentang proses pembedahan yang akan dilakukan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) sebagai diagnosa prioritas.
Kemudian dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, dari tiga diagnosa yang diperoleh tidak dapat diatasi secara tuntas. Diagnosa keperawatan dengan gangguan rasa aman nyaman (nyeri) belum teratasi, diagnosa keperawatan dengan ansietas teratasi, diagnosa keperawatan gangguan pola tidur teratasi. B. Saran 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa, khususnya sebelum praktik di rumah sakit. Sebaiknya diadakan ujian praktek kembali sebelum praktik ke rumah sakit. 2. Bagi Praktik Keperawatan Untuk praktik keperawatan sebaiknya seorang medis meningkatkan kreatifitasnya dalam merawat pasien dan seorang perawat juga harus tetap meningkatkan kualitas pendidikannya untuk dapat diterapkan dalam praktik keperawatan.

Universitas Sumatera Uta2ra1

Daftar Pustaka Hidayat A.A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Salemba Medika. Mubarak W.I. (2007). Buku Ajar: Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Jakarta: EGC. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal-Bedah (edisi 8 volume 1). Jakarta: EGC Perry, Potter. (2005). Fundamental Keperawatan (edisi 4 volume 2). Jakarta: ECG.
Universitas Sumatera Uta2ra2

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. M

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 64 tahun

Status Perkawinan

: Sudah menikah

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Desa Parsombaan Padang Lawas Kab/kodya

Padang Lawas Utara, Prop. Sumatera Utara

Tanggal Masuk RS

: 23-05-2014

No. Register

:00.92.68.06

Ruangan/kamar

: Tulip 2/ kamar 609

Golongan Darah

:O

Tanggal Pengkajian : 03-06-2014

Tanggal Operasi

:-

Diagnosa Medis

: Neprolitiasis

II. KELUHAN UTAMA :

Pasien mengalami nyeri pada abdomen sinstra region hipokondira sinistra,

hal ini dialami pasien kurang lebih selama 1 bulan. Nyeri bersifat hilang

timbul dan terkadang nyeri akan terasa sakit sampai menjalar ke pinggang

sebelah kiri. Nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk, namun pasien

mengatakan bila sedang BAK tidak merasa nyeri dan warna air seni pasien

tidak kuning pekat, masih seperti biasa. Pasien juga mengeluhkan sering

mengalami masuk angin sehingga perut seperti ada yang menekan-nekan,

maka pasien merasa tidak nyaman.

Universitas Sumatera Uta2ra3

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

:

Nyeri yang dialami pasien disebabkan karena adanya batu pada

ginjal.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan ialah istirahat bila

merasakan nyeri yang sangat hebat atau memijit bagian tubuh yang

terasa nyeri.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Nyeri yang dialami pasien seperti ditusuk-tusuk

2. Bagaimana dilihat

Pada saat dilakukan pengkajian, pasien tampak baik dan tidak terlihat

meringis seperti merasa kesakitan

C. Region

1. Dimana lokasinya

Lokasi nyeri terdapat pada abdomen sinistra region hipokondria kiri

2. Apakah menyebar

Pasien mengatakan bila pasien mengalami nyeri yang sangat hebat

akan menyebar sampai ke pinggang sebelah kiri.

D. Severity

Skala nyeri yang dialami oleh pasien ialah 3, yaitu skala nyeri ringan

E. Time

Pada saat-saat tertentu, pasien akan mengalami nyeri yang sangat hebat

sehingga menjalar sampai ke pinggang sebelah kiri dan durasi nyeri yang

dialami oleh pasien 5-10 menit.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien pernah mengalami sesak napas karena dulu sering merokok, dan

terkadang sesak akan kambuh bila pasien melakukan aktivitas yang

berat atau melakukan perjalanan yang jauh dan sesak akan mereda bila

pasien beristirahat.

Universitas Sumatera Uta2ra4

B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan Pasien berobat pada bidan atau mantri yang ada dikampung
C. Pernah dirawat/ dioperasi Pasien tidak pernah dirawat atau dilakukan operasi
D. Lama dirawat -
E. Alergi Pasien memiliki alergi terhadap makanan yang mengandung tinggi protein dan lemak serta pengawet seperti telur, daging, dan mie. Hal ini ditandai dengan bila pasien mengalami luka pada tubuh luka akan lama sembuh dan semakin membesar apabila pasien mengkonsumsi makanan yang dapat mengakibatkan alergi.
F. Imunisasi Tidak ada dilakukan imunisasi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua Pasien mengatakan bahwa orang tua tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
B. Saudara kandung Saudara kandung pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang serius dan semua masih hidup.
C. Penyakit keturunan yang ada Tidak ada penyakit keturunan
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal Pasien mengatakan bahwa orang tua sudah meninggal
F. Penyebab meninggal Penyebab orang tua meninggal ialah usia yang sudah tua
Universitas Sumatera Uta2ra5

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan bahwa penyakit yang pada saat ini dialami tidak

terlalu membuatnya khawatir, namun pasien sedikit cemas karena akan

dilakukan operasi pada ginjal pasien, pasien cemas bila anastesi operasi

yang dilakukan dapat mengganggu fungsi organ tubuh yang lain,

sehingga untuk sementara waktu pasien menunda jadwal dilakukannya

operasi, pasien juga mengatakan agar pasien berobat jalan saja dan

meminta agar pasien pulang.

B. Konsep Diri:

- Gambaran Diri : Tn. M menerima keadaan tubuhnya dengan baik

- Ideal Diri

: Tn. M ingin segera sembuh agar bisa cepat dari

rumah sakit karena merasa sudah terlalu lama berada di rumah sakit

- Harga Diri

: Tn. M memiliki rasa percaya diri yang baik dan

berpenampilan rapi

- Peran Diri

: Pasien berperan sebagai seorang ayah dan suami

- Identitas

: Tn. M sebagai suami dan kepala keluarga

C. Keadaan emosi

: Keadaan emosi pasien sedikit gelisah, namum

Pasien masih mampu berinteraksi dengan baik dengan pasien yang lain

maupun dengan perawat.

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti

:

Hubungan pasien dengan istri ataupun anak terlihat baik, komunikasi

yang dilakukan juga berjalan dengan baik

- Hubungan dengan keluarga :

Hubungan pasien dengan keluarga pasien baik-baik saja

- Hubungan dengan orang lain :

Hubungan pasien dengan pasien yang lain atau keluarga pasien yang

sekamar dengan pasien terlihat baik.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:

Tidak ada hambatan yang terjadi pada pasien bila melakukan

komunikasi dengan orang lain.

Universitas Sumatera Uta2ra6

E. Spiritual:

- Nilai dan keyakinan : Pasien memiliki nilai dan keyakinan yang

baik, hal ini tampak pada saat dilakukan interaksi pasien mengatakan

bahwa semua diserahkan pada Tuhan dan pasien dulu sedikit

mengalami gangguan beribadah karena pasien di infuse, namun

sekarang pasien sudah bisa melakukan ibadah sebagaimana mestinya

- Kegiatan ibadah

: Pasien mengatakan melakukan ibadah

setiap hari dengan melakukan sholat.

VII. STATUS MENTAL

- Tingkat kesadaran: orientasi

- Penampilan

: Rapi

- Pembicaraan : Lambat

- Alam perasaan : Lesu dan sedikit putus asa

- Afek

: Datar

- Interaksi selama wawancara

1. Kooperatif dan melakukan kontak

2. mata dengan perawat

- Proses piker

: Proses berpikir baik dan mengambil keputusan

dengan dipikirkan terlebih dahulu

- Memori

Pasien tidak memiliki gangguan daya ingat, baik daya ingat pendek

maupun daya ingat jangka panjang, dibuktikan dengan pasien

memberitahukan hal-hal yang pernah terjadi selama hidupnya, pada

saat dilakukan pengakjian ataupun wawancara.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Keadaan umum pasien terlihat baik, namun terkadang pasien

mengalami sesak bila diajak bebicara terlalu lama, nyeri yang dialami

pasien masih dirasakan walaupun tidak terlalu berat, pasien juga masih

tampak cemas dan gelisah karena pada saat tidur siang pasien sering

terbangun dan tampak tidak tenang saat tidur.

Universitas Sumatera Uta2ra7

B. Tanda-tanda vital - Suhu tubuh

: 37,50 C

- Tekanan darah : 130/90 mmHg

- Nadi

: 85x/ menit

- Pernafasan

: 24x/ menit

- Skala nyeri

:3

- TB

: 165 cm

- BB

: 70kg

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan rambut

- Bentuk

: bentuk kepala simetris dan tidak terlihat adanya

luka ataupun benjolan pada kepala

- Ubun-ubun : tidak ada benjolan pada ubun-ubun kepala

- Kulit kepala : kulit kepala pasien bersih

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut tumbuh merata

berwarna hitam dan sebagian sudah berwarna putih,