Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri

di RSUD dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Milisa Isma Lubis

NIM. 112500059

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri di RSUD dr. Pirngadi Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Sumatra Utara Medan.

2. Erniyati S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatra Utara Medan.

3. Nunung Febriany, S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ikram, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan

memberi masukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatra Utara Medan.

6. Yang terhormat kepada kedua orang tua, Ayahanda (Alm. M. Y. Lubis), Ibunda

(Aminah) serta seluruh keluarga yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Sahabat-sahabat dan orang-orang yang saya sayangi Rezky Yolanda Tari, Ade Ira

Wati, Raudhatun Wardah Lubis, Radha A. Saragih, Nur Kholila Siregar, Ahmad Husein, Zulfadly Hariadi P, Muhammad R Dhana yang selalu memberikan dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


(4)

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, 24 Juni 2014 Penulis

Milisa Isma Lubis NIM. 112500059


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 3

BAB II KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWTAN ... 4

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi... 4

1. Definisi Nyeri ... 4

2. Penyebab Nyeri ... 4

3. Klasifikasi Nyeri ... 5

4. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ... 7

5. Penilaian Nyeri ... 10

6. Proses Keperawatan Nyeri ... 11

a. Pengkajian ... 11

b. Analisa Data ... 13

c. Rumusan Masalah ... 14

d. Perencanaan ... 15

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 16

1. Pengkajian ... 16

2. Analisa Data ... 24

3. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan ... 26

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 27

5. Implementasi dan Evaluasi ... 31

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis ... 6

2.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik ... 10

2.3 Contoh Analisa Data ... 13

2.4 Terapi Obat-Obatan ... 22

2.5 Analisa Data ... 24

2.6 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 27


(7)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Skala Faces ... 11


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaaan yang banyak terjadi di masyarakat karena dapat menyebabkan peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal. WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada tahun 2011 cukup prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia (Gustin, 2012).

Gastritis merupakan gangguan kesehatan dimana pada umumnya didiagnosis berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi saja. Kekambuhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya stress dan dukungan keluarga. Kekambuhan gastritis dapat dipengaruhi oleh pola dan kebiasaan makan yang salah serta kurangnya aktivitas fisik sehingga dapat menimbulkan stress (Handayani dkk, 2011).

Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan Dasar Manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Teori Hirarki merupakan teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami kebutuhan dasar manusia ketika mengaplikasikan asuhan keperawatan. Kebutuhan dasar manusia mempunyai banyak kategori atau jenis. Salah satunya ialah kebutuhan fisiologis (seperti oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, keselamatan dan keamanan, dan lain-lain) (Asmadi, 2008).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Brunner dan Suddarth, 2002).

Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaannya harus diatasi, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahatnya. Secara garis besar nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya awitannya


(9)

tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik, waktunya kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih (Potter dan Perry, 2006).

Nyeri akut sering memiliki penyebab yang jelas, misalnya trauma, operasi, atau terjadinya proses penyakit yang diakui dengan baik. Intensitas nyeri dapat diukur menggunakan skala numerik dari angka 0-10, dengan kriteria 0 tidak ada nyeri, kriteria 1-3 nyeri ringan, kriteria 4-6 nyeri sedang, kriteria 7-9 nyeri berat, dan kriteria 10 nyeri sudah tidak dapat ditoleransi. Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya penyembuhan (Brunner dan Suddarth, 2002).

Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium. Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir, dll), pergerakkan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll), interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Mander, 2004).

Hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pada Ny.M di ruang Tulip 2 RSUD.Dr.Pirngadi Medan didapatkan keluhan nyeri akut pada klien. Apabila nyeri yang dialami oleh klien tidak segera diatasi maka akan mengganggu aktivitas lain klien, seperti kebutuhan tidur dan istirahat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri pada Kasus Gastritis di RSUD.Dr.Pirngadi Medan”.


(10)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi gangguan rasa nyaman nyeri yang dialami oleh klien yaitu Ny. M di RSUD.dr.Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan konsep nyeri.

b. Menyusun rencana asuhan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa

nyaman nyeri pada Ny.M.

c. Melakukan implementasi pada Ny.M dengan gangguan rasa nyaman nyeri.

d. Melakukan evaluasi pada Ny.M dengan prioritas masalah gangguan rasa

nyaman nyeri.

C. Manfaat

1. Responden

Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien selama proses perawatan.

2. Penulis

Dapat menambah pengetahuan tentang intervensi terhadap gangguan rasa nyaman nyeri serta meningkatkan keterampilan dan wawasan bagi penulis.

3. Tenaga kesehatan

Masukan agar tenaga kesehatan lebih bertanggung jawab dalam memberikan kontribusi penanganan masalah nyeri pada klien.

4. Bagi instansi pendidikan

Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa DIII keperawatan.


(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri

1. Definisi Nyeri

Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit (Prasetyo, 2010).

McCaffery (1980), menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tantang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Definisi ini menempatkan seseorang sebagai expert (ahli) di bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam mendefinisikan nyeri (Prasetyo, 2010).

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat didefenisikan sebagai keadaan dimana individu mengalami dan mengeluh adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi ketidak nyamanan (Tucker, 1998).

Nyeri diartikan berbeda-beda antarindividu, bergantung pada persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Asmadi, 2008).

2. Penyebab Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik),


(12)

neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis (Asmadi, 2008).

Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan, atau metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan tergantungnya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam (Asmadi, 2008).

Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk kategori psikosomatik. Nyeri karena faktor ini disebut pula psychogenic pain (Asmadi, 2008).

3. Klasifikasi Nyeri

Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-macam tipe nyeri. Dengan mengetahui macam-macam tipe nyeri diharapkan dapat menambah pengetahuan dan membantu perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri. Ada banyak jalan untuk memulai mendiskusikan tentang tipe-tipe nyeri, antara lain melihat nyeri dari segi durasi nyeri, tingkat keparahan dan intensitas, model transmisi, lokasi nyeri, dan kausatif dari penyebab nyeri itu sendiri (Prasetyo, 2010).

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :

1) Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori, persepsi dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan dari suatu penyakit seperti pada luka yang diakibatkan oleh kecelakaan, operasi, atau oleh karena prosedur terapeutik (Lewis, 1983). Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau memerlukan pengobatan (Brunner dan Suddarth, 2002).


(13)

2) Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya (Brunner dan Suddarth, 2002).

Tabel 2.1 Perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis (Prasetyo, 2010)

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Tujuan

Memperingatkan klien terhadap adanya cedera/masalah

Memberikan alasan pada klien untuk mencari

informasi berkaitan dengan perawatan dirinya

Awitan Mendadak Terus menerus /

intermittent

Durasi

Intensitas

Durasi singkat (dari beberapa detik samapai enam bulan) Ringan sampai berat

Durasi lama (enam bulan atau lebih)

Ringan sampai berat

Respon otonom

Frekuensi jantung meningkat Volume sekuncup meningkat Tekanan darah meningkat Dilatasi pupil meningkat Tegangan otot meningkat Motilitas gastrointestinal menurun

Aliran saliva menurun

Tidak terdapat respon otonom

Vital sign dalam batas normal

Respon psikologis Ansietas

Depresi Keputusasaan

Mudah tersinggung / marah Menarik diri

b. Nyeri berdasarkan tempatnya :

1. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada

kulit, mukosa.

2. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.


(14)

3. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

4. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf

pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain. c. Nyeri berdasarkan sifatnya :

1. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

2. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu

yang lama.

3. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

d. Nyeri berdasarkan berat ringannya :

1. Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah. 2. Nyeri sedang, yaitu yang menimbulkan reaksi.

3. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

4. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi, spiritual, psikologis, dan budaya. Setiap individu mempunyai pengalaman yang berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fisiologi

Faktor fisiologi yang mempengaruhi nyeri terdiri dari umur, jenis kelamin, kelelahan, gen dan fungsi neurologi. Umur mempengaruhi persepsi nyeri seseorang karena anak-anak dan orang tua mungkin lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan orang dewasa muda karena mereka sering tidak dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan. Anak-anak belum mempunyai perbendaharaan kata yang cukup sehingga mereka sulit untuk mengungkapkan nyeri secara verbal dan sulit untuk mengekspresikannya kepada orang tua maupun perawat. Pada orang tua, nyeri yang mereka rasakan sangat kompleks, karena mereka umumnya memiliki berbagai macam penyakit dengan gejala yang sering sama sengan bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, perawat harus teliti melihat di mana sumber nyeri yang dirasakan pasien (Potter & Perry, 2009).


(15)

Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespons terhadap nyeri. Hanya beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh mengangis dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan faktor yang unik bagi setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Prasetyo, 2010).

Begitu juga dengan kelelahan, kelelahan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka waktu lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap diabandingkan pada akhir hari yang melelahkan (Potter & Perry, 2006).

Penelitian kesehatan mengungkapkan bahwa informasi genetik yang diturunkan oleh orang tua kemungkinan dapat meningkatkan atau menurunkan sensitifitas nyeri. Genetik mempunyai kemungkinan untuk dapat menentukan ambang batas nyeri seseorang atau toleransi seseorang terhadap nyeri (Potter & Perry, 2009). Fungsi neurologi juga dapat mempengaruhi pengalaman nyeri seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi normal dari nyeri (seperti cedera spinal cord, neuropati perifer, atau penyakit neurologi) sebagai efek kewaspadaan dan respons pasien (Potter & Perry, 2009).

b. Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi nyeri terdiri dari perhatian, pengalaman nyeri sebelumnya, dan keluarga dan dukungan keluarga. Peningkatan perhatian dihubungkan dengan peningkatan nyeri (Carrol & Seers, 1998 dalam Potter & Perry, 2009). Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase (Prasetyo, 2010).


(16)

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri (Prasetyo, 2010).

Seorang yang merasakan nyeri sering bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk mendukung, menemani, atau melindunginya. Walaupun nyeri masih ada, kehadiran keluarga atau teman-teman dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2009).

c. Faktor Spiritual

Spiritual membuat seseorang mencari tahu makna atau arti dari nyeri yang dirasakannya, seperti mengapa nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang telah dia lakukan selama ini, dan lain-lain (Potter & Perry, 2009).

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi nyeri terdiri dari kecemasan dan koping individu. Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas (Prasetyo, 2010).

Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian (Potter & Perry, 2006).

Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan nyeri. Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal merasa bahwa diri mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi nyeri. Sebaliknya, seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal lebih merasa bahwa faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakanya. Oleh karena itu, koping pasien sangat penting untuk diperhatikan (Potter & Perry, 2009).

e. Faktor Budaya

Faktor budaya yang mempengaruhi nyeri terdiri dari makna nyeri dan suku. Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan


(17)

latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter & Perry, 2006).

Begitu juga dengan kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo dan Flaskerud, 1991).

5. Penilaian Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan (Prasetyo, 2010).

Hayward (1975), mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer) dengan

skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa nyeri) dan ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori (Prasetyo, 2010).

Tabel 2.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik

Skala Keterangan

0 1-3 4-6 7-9

10

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang

Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa dilakukan


(18)

Sedangkan skala nyeri McGill (McGill scale) mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu:

0 = tidak nyeri 1 = Nyeri ringan 2 = Nyeri sedang 3 = Nyeri berat 4 = Nyeri sangat berat 5 = Nyeri hebat

Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES

Rating Scale yang ditujukan untuk klien tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan berkomunikasi.

Gambar 2.1 Skala Faces

6. Proses Keperawatan Nyeri a. Pengkajian

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan. Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul), menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, dan mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri (Prasetyo, 2010).

Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Donovan & Girton (1984), mengidentifikasi kompenen-komponen tersebut diantaranya:


(19)

1) Penentuan ada tidaknya nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.

2) Karakteristik nyeri (Metode PQRST)

a) Faktor pencetus (P : Provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetus nyeri.

b) Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain, dimana tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

c) Lokasi (R : Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasikan nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar). d) Keparahan (S : Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.

e) Durasi (T : Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang


(20)

dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?”, “Seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata lain yang semakna.

b. Analisa Data

Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan apabila analisa data yang dilakukan cermat dan akurat. Berikut ini contoh proses analisa data untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada klien (Prasetyo, 2010).

Data subjektif (Tucker, 1998):

Komunikasi (verbal atau kode) tentang gambaran nyeri. Data objektif (Tucker, 1998):

1) Perilaku berhati-hati seperti melindungi daerah yang nyeri. 2) Memfokuskan pada diri sendiri.

3) Penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak sosial,

kerusakan proses berpikir).

4) Perilaku distraksi (merintih, mengangis, mencari orang lain/aktivitas, gelisah). 5) Perubahan pada tonus otot (dapat direntang dari lesu sampai kaku).

6) Respon autonomik tidak tampak pada nyeri kronis, stabil (tekanan darah dan

frekuensi nadi berubah, dilatasi pupil, peningkatan atau penurunan frekuensi nafas). Tabel 2.3 Contoh Analisa Data

No. Data Masalah

Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 DS :

P : Klien menyatakan dua hari yang lalu mengalami kecelakaan bermotor yang mengakibatkan luka kedua tangannya.

Q : Klien menyatakan nyeri terasa panas dan tertusuk-tusuk

R : Klien menyatakan nyeri dirasakan pada lengan kanan bawah dan telapak tangan kiri

S : Klien menyatakan derajat nyeri pada angka 5

T : Klien menyatakan nyeri terasa

Nyeri Akut Nyeri akut

berhubungan dengan trauma jaringan


(21)

ringan apabila daerah sekitar luka digosok

DO :

Respirasi: 24 x/i

Tekanan darah: 130/80 mmHg Suhu : 37 °C

Nadi : 80 x/i

Klien terlihat meringis kesakitan terutama saat dilakukan perawatan luka

Ekspresi wajah klien pucat Terlihat luka robek pada lengan

c. Rumusan Masalah

Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah gangguan rasa nyaman nyeri bisa pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA, label diagnosis untuk masalah gangguan rasa nyaman nyeri meliputi defisit perawatan diri : makan & minum. Sedangkan label diagnosis dengan masalah gangguan rasa nyaman nyeri sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi (Prasetyo, 2010).

Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk klien dengan gangguan nyeri : 1. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis

2. Nyeri berhubungan dengan :

− Cedera fisik/trauma

− Penurunan suplai darah ke jaringan

− Proses melahirkan

3. Nyeri kronik berhubungan dengan :

− Control nyeri yang tidak adekuat − Jaringan parut

− Kanker maligna

4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan :

− Nyeri muskuloskeletal


(22)

5. Gangguan pola tidur berhubunga dengan nyeri yang dirasakan

d. Perencanaan

Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut (Prasetyo, 2010):

1) Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri

2) Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman

3) Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki

4) Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri


(23)

B. Asuhan Keperawatan Kasus I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 46 tahun

Status Perkawinan : Sudah menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Bejo Gg. Sejahtera No. 249

Tanggal Masuk RS : 02 Juni 2014

No. Register : 00.92.77.86

Ruangan / Kamar : Tulip 2 / kamar 602

Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Gastritis

II. KELUHAN UTAMA :

Nyeri abdomen seperti ditusuk-tusuk selama ± 7 hari. III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative / palliative

1. Apa penyebabnya : Pasien mengatakan karena

kelelahan dan sering terlambat makan

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Pasien mengatakan setiap sakit

timbul, pasien selalu diberikan minuman air kunyit dan telur oleh suaminya.

B. Quantity / quality

1. Bagaimana dirasakan : Pasien merasakan sakit seperti

ditusuk-tusuk

2. Bagaimana dilihat : Pasien terlihat meringis ketika


(24)

C. Region

1. Dimana lokasinya : Lokasinya di abdomen sebelah kiri (Lumbalis

Sinistra)

2. Apakah menyebar : Pasien mengatakan jika sakit timbul akan

menyebar ke kaki sebelah kiri dan pinggang D. Severity

Pasien mengatakan merasa nyeri dengan intensitas berat sehingga mengganggu aktivitas pasien (skala nyeri = 7).

E. Time

Pasien mengatakan waktunya tidak tentu IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius sebelumnya B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan

Pasien jika sakit berobat ke puskesmas dekat rumah C. Pernah dirawat / dioperasi

Pasien tidak pernah dirawat ataupun dioperasi D. Lama dirawat

Pasien tidak pernah dirawat E. Alergi

Pasien tidak ada riwayat alergi F. Imunisasi

Imunisasi pasien tidak lengkap

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Pasien mengatakan orang tuanya hanya mengalami penyakit orang tua biasa. B. Saudara kandung

Saudara kandung pasien tidak ada yang mengalami sakit yang mengharuskan dirawat di rumah sakit.

C. Penyakit keturunan yang ada

Keluarga pasien tidak ada mengalami penyakit keturunan D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


(25)

E. Anggota keluarga yang meninggal Orang tua pasien sudah meninggal F. Penyebab meninggal

Pasien mengatakan orang tua pasien meninggal karena sudah tua VI. RIWAYAT OBSTETRIK

G : 3 P : 3 A : 0 HPHT : - TTP : -

No Umur Komplikasi / Masalah Kondisi

Anak Penolong Kehamilan Persalinan Nifas

1 2 3 23 tahun 20 tahun 15 tahun Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Normal, tidak ada kelainan Normal Normal Bidan Bidan Bidan

VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL (Pasien tidak ada riwayat mengalami gangguan jiwa)

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan dia sakit karena kecapekan dan sering terlambat makan B. Keadaan Emosi : Emosi pasien Stabil

C. Hubungan sosial :

− Orang yang berarti : pasien mengatakan suami dan anaknya

− Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan berhubungan baik

− Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan berhubungan baik

dengan tetangga sekitar

− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan

dengan orang lain D. Spiritual :

− Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan bahwa dia

beragama islam

− Kegiatan ibadah : Pasien mengatakan sebelum dirawat


(26)

VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Composmentis (E4, V5, M6) B. Tanda-tanda vital

− Suhu tubuh : 36,5 oC

− Tekanan darah : 120/70 mmHg

− Nadi : 84 x/i

− Pernafasan : 20 x/i

− Skala nyeri : 7 (jika nyeri timbul)

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut

− Bentuk : Simetris

− Ubun-ubun : Simetris

− Kulit kepala : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada

benjolan Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : Lebat dan merata

− Bau : Tidak ada bau

− Warna kulit : Hitam dan ikal

Wajah

− Warna kulit : Normal, warna kulit sawo

matang

− Struktur wajah : Simetris

Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris antara kanan dan kiri

− Palpebra : Normal dan simetris

− Konjungtiva dan sklera : Tidak terdapat anemis, normal

− Pupil : Isokor

− Cornea dan iris : Normal

Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris

− Lubang hidung : Bersih, tidak ada sekret


(27)

Telinga

− Bentuk telinga : Simetris

− Ukuran telinga : Simetris

− Lubang telinga : Bersih

− Ketajaman pendengaran : Normal, pendengaran pasien baik

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : Lembab

− Keadaan gusi dan gigi : Gigi pasien lengkap, ada gigi berlubang pada

gigi graham kanan, gusi berwarna pink

− Keadaan lidah : Simetris, lembab, berwarna pink

− Orofaring : Normal

Leher

− Posisi trachea : Simetris

− Thyroid : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri

− Suara : Jelas

− Kelenjar Limfe : Tidak terdapat pembesaran

− Vena jugularis : Distensi (-)

− Denyut nadi karotis : Teraba (+)

Pemeriksaan integumen

− Kebersihan : Bersih

− Kehangatan : Hangat (36,5 oC)

− Warna : Normal, warna sawo matang

− Turgor : Baik / elastis, < 2 detik

− Kelembaban : Lembab

− Kelainan pada kulit : Tidak ikterik, tidak ada sianosis Pemeriksaan abdomen

− Inspeksi (bentuk, benjolan) : Sawo matang, tidak ikterik, bagian sebelah kiri terlihat lebih besar

− Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : Terdapat nyeri tekan, dan teraba ascites


(28)

Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema):

(tidak dilakukan pemeriksaan)

Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis): (tidak dilakukan pemeriksaan)

Fungsi motorik:

(tidak dilakukan pemeriksaan)

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran):

(tidak dilakukan pemeriksaan)

Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tenson achiles, plantar): (tidak dilakukan pemeriksaan)

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Pola makan dan minum

− Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari

− Nafsu / selera makan : Berkurang

− Nyeri ulu hati : Tidak ada

− Alergi : Tidak ada

− Mual dan muntah : Tidak ada

− Waktu pemberian makan : 10.00 am, 12.00 am, 18.00 pm

− Jumlah dan jenis makanan : Makanan Biasa

− Waktu pemberian cairan/minum : 6-8 gelas/hari, IVFD NaCl

− Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :

Tidak ada masalah makan dan minum pada pasien 2. Perawatan diri / personal hygiene

− Kebersihan tubuh : Mandi 1 x/hari

− Kebersihan gigi dan mulut : Sikat gigi 1 x/hari

− Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih, dipotong ketika panjang 3. Pola kegiatan / Aktivitas

− Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian,

dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total : aktivitas pasien dilakukan secara sebagian


(29)

− Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat / sakit :

Pasien tidak melakukan sholat seperti biasa ketka dirawat di rumah sakit.

4. Pola eliminasi 1. BAB

− Pola BAB : ± 1 x/hari

− Karakteristik : Lunak, warna hitam

− Riwayat perdarahan : Tidak ada

− BAB terakhir : Tadi pagi

− Diare : Pasien tidak mengalami

diare

− Penggunaan laktasif : Pasien tidak

menggunakan laktasif 2. BAK

− Pola BAK : 5-6 x/hari

− Karakter urine : Kuning cerah

− Nyeri / rasa terbakar / kesulitan kemih : Pasien tidak ada rasa nyeri/rasa terbakar/ kesulitan kemih

− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Pasien tidak ada riwayat

penyakit ginjal/kandung kemih

− Penggunaan diuretik : Pasien tidak

menggunakan diuretik


(30)

X. TERAPI OBAT-OBATAN Tabel 2.4 Terapi Obat-Obatan

Nama terapi/obat Dosis Fungsi Efek Samping

Ringer Laktat 20 tetes/menit Untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit

Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya, termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi

Ranitidine 1 ampul/12

jam

Tukak lambung dan usus 12 jari, hipersekresi patologik sehubungan

dengan syndrome zollinger-Ellison

Diare, nyeri otot, pusing, timbul ruam pada kulit, malaise,

eosinofila, konstipasi, penurunan jumlah sel darah

putih, sedikit peningkatan kadar serum kreatinin.

Ondansetron 8 mg/ 8

jam

Penanggulangan mual dan muntah karena

kemoterapi dan radioterapi serta operasi.

Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada kepala dan epigastrum, sedasi dan diare.


(31)

ANALISA DATA Tabel 2.5 Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah Keperawatan

1. DS :

−Klien mengatakan nyeri abdomen seperti

ditusuk-tusuk.

−Klien mengatakan

nyerinya akan

menyebar ke pinggang dan kaki sebelah kiri. DO :

−Diagnosa medis klien adalah gastritis. −Skala nyeri 7 (0-10). −Nyeri tekan pada

abdomen kiri.

Stress fisik ↓

Perfusi mukosa lambung terganggu

Jumlah asam lambung meningkat

Iritasi mukosa lambung ↓

Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri

2. DS :

− Klien selalu bertanya tentang penyakitnya, mengapa nyeri yang dirasa menyebar. − Klien selalu

memberitahu apa yang dirasakannya berulang-ulang.

−Klien selalu mengatakan ingin pulang dari pada di rumah sakit karena merasa tidak nyaman.

Nyeri ↓

Kurangnya informasi tentang penyakit

Pasien aktif bertanya ↓

Ansietas (cemas)


(32)

DO :

− Klien terlihat cemas dan tidak tahu penyakit apa yang dideritanya.

− Gelisah

− Pengulangan

pertanyaan

− Gerakan tidak tenang


(33)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri

2. Ansietas

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

ditandai dengan skala nyeri dan ada nyeri tekan pada daerah abdomen kiri.

2. Ansietas ringan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi klien

tentang penyakit yang diderita ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, mengapa nyeri yang dirasa menyebar, selalu memberitahu apa yang dirasakannya berulang-ulang.


(34)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Tabel 2.6 Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Senin / 2 Juni 2014

1 Tujuan :

Nyeri dapat hilang atau berkurang. Kriteria Hasil :

− Klien tampak tenang

− Nyeri abdomen terkontrol

Ekspresi wajah rileks

Rencana Tindakan Rasional

a. Kembangkan hubungan saling

percaya (anjurkan pasien untuk membicarakan tentang diri sendiri, bersikap menjadi pendengar yang baik, hindari pernyataan menilai, mengakui nyeri sesuai yang dirasakan pasien, terangkan hubungan nyeri dengan proses penyakit) b. Kaji lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, dan skala nyeri.

c. Kaji faktor resiko

d. Kaji keefektifan tindakan

penghilang nyeri

a. Membantu

mengurangi ketegangan akibat nyeri dan menciptakan hubungan saling percaya

b. Berguna dalam

pengawasan

keefektifan obat, dan kemajuan

penyembuhan.

c. Menghindari apa saja

yang dapat menjadi pemicu terjadinya nyeri.

d. Mengetahui apa saja tindakan yang dapat mengurangi rasa nyeri


(35)

e. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, kompres dingin dan hangat, pada saat nyeri berlangsung.

f. Beri kesempatan klien untuk istirahat pada saat nyeri berkurang.

e. Membantu

menurunkan stress dan ketegangan otot klien dalam keadaan sakit.

f. Memulihkan kekuatan

tubuh


(36)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa / 3 Juni 2014

2 Tujuan :

Ansietas teratasi. Kriteria Hasil :

− Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

− Klien tidak bingung dengan apa yang dialaminya.

Rencana Tindakan Rasional

a. Perhatikan tanda peningkatan ansietas

b. Kaji tingkat pengetahuan tentang penyakit, dan rencana perawatan.

c. Jelaskan mengenai penyebab

nyeri kepada klien.

d. Jelaskan tentang penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis dan farmakologis.

a. Berguna dalam

pengawasan

peningkatan ansietas pasien.

b. Dengan mengetahui

tingkat pengetahuan, perawat lebih terarah dalam memberikan pendidikan sesuai dengan pengetahuan klien/keluarga secara efisien dan efektif. c. Klien perlu

mengetahui penyebab nyeri yang dialaminya untuk mengurangi kecemasan. d. Intervensi

nonfarmakologis memberikan klien perasaan kontrol yang kian meningkat, mengurangi stres dan ansietas, memperbaiki mood dan mengurangi


(37)

e. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat.

f. Dorong orang terdekat tinggal dengan klien / pasien.

rasa nyeri.

Farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.

e. Memindahkan paien

dari stressor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat meningkatkan

keterampilan koping.

f. Membantu

menurunkan takut dengan membuat klien tidak merasa sendiri.


(38)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tabel 2.7 Implementasi dan Evaluasi

No.

Dx Hari / Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi

1 Rabu / 4 Juni

2014

a. Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri klien.

Lokasi : Lumbalis Sinistra Karakteristik : intensitas nyeri sedang

Skala nyeri : 5

b. Mengkaji tanda-tanda vital klien.

TD= 110/80mmHg HR= 82x/menit RR= 24x/menit T= 36,2 oC

c. Mengajarkan tehnik

relaksasi nafas dalam, kompres hangat.

d. Mendengarkan klien

menceritakan keluhannya.

S= Klien melaporkan nyerinya berkurang O= Tanda-tanda vital:

TD= 110/80mmHg HR= 82x/menit RR= 24x/menit T= 36,2 oC Skala nyeri 5 Klien tampak lebih tenang.

Wajah tidak pucat. A= Masalah sebagian

teratasi

Nyeri berkurang Pasien sudah bisa menggunakan kompres hangat P= Intervensi dilanjutkan

Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi dan kompres hangat.

Kaji skala nyeri pasien.

2 Jumat / 6 Juni

2014

a. Mengkaji tingkat

pengetahuan tentang penyakit, dan cara perawatannya.

b. Melibatkan keluarga dalam

S= Keluarga klien

mengatakan tidak tahu penyebab penyakit pasien dan bagaimana perawatan yang harus


(39)

penerimaan informasi.

c. Menjelaskan mengenai

penyebab nyeri kepada klien

d. Menjelaskan tentang

penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis dan farmakologis.

Nonfarmakologis : relaksasi nafas dalam, kompres hangat

Farmakologis : Ringer Laktat (20 tetes/menit), Ranitidine (1 ampul/12 jam), Ondansetron (8 mg/8 jam)

e. Memberikan lingkungan

yang tenang untuk beristirahat.

f. Mendorong agar orang

terdekat tinggal dengan klien / pasien.

dilakukan dirumah. O= Keluarga

mendengarkan dan memahami informasi yang diberikan perawat.

A= Masalah teratasi, pasien dijadwalkan pulang hari ini. P= Intervensi dihentikan


(40)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Ny.M yang dilaksanakan pada tanggal 2-6 Juni 2014 di ruangan Tulip 2 RSUD dr.Pirngadi Medan.

Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif klien mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kiri dan menyebar ke daerah pinggang dan ekstremitas kiri bawah dan data objektif antara lain skala nyeri 7, klien tampak meringis, klien merasakan pola istirahat tidur terganggu juga, dan gelisah. Dengan data-data di atas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri sebagai masalah prioritas.

Untuk menangani masalah nyeri tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain mengkaji nyeri, lokasi, skala nyeri, dan tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi, dan kompres hangat atau dingin, serta mendengarkan keluhan klien.

Klien mengalami penurunan skala nyeri setiap hari lalu pada hari kelima klien sudah dapat beradaptasi sepenuhnya terhadap nyeri dengan skala nyeri 4, dan masalah nyeri teratasi.

B. Saran

1. Institusi pendidikan

Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang lebih inovatif lagi dan waktu pengelolaan pada pasien gastritis di tambahkan agar bisa lebih detail melakukan asuhan keperawatan.

2. Rumah sakit

Agar penerapan pengkontrolan nyeri di ruangan dapat di maksimalkan, mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien gastritis sehingga masalah dapat diatasi dan untuk fisioterapi untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pasien gastritis di ruangan dalam pengontrolan rasa nyaman nyeri.


(41)

3. Penulis selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus ganguuan rasa nyaman nyeri pada pasien untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan yang lebih dan untuk rajin melakukan pengkajian skala nyeri dan mengatasi nyeri agar skala nyeri pada pasien teratasi.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta. Salemba Medika.

Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.

Gustin, Rahmi Kurnia. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Gastiritis pada Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota

Bukit Tinggi Tahun 2011.

gastritis&ie=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta. Diakses tanggal 10 Juni 2014.

Handayani, Siska Dwi dkk. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kekambuhan Pasien Gastritis di Puskesmas Jatinangor.

Juni 2014.

Mander, Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta. EGC.

Potter & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.

Prasetyo, Sigit Nian. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta.

Graha Ilmu.

Tucker, Susan Martin dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,


(43)

Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari/ tanggal Pukul

1 Rabu,

04-06-2014

10.10

10.25

10.50

11.30

− Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri

Lokasi : Lumbalis Sinistra

Karakteristik :

intensitas nyeri sedang Skala nyeri : 5

Mengkaji tanda-tanda vital klien.

TD= 110/80mmHg HR= 82x/menit RR= 24x/menit T= 36,2 oC

− Memberikan klien

posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk.

− Mengajarkan tehnik

relaksasi nafas dalam, kompres hangat. − Memberikan kesempatan klien untuk menceritakan keluhannya pada perawat

S= Klien melaporkan nyerinya berkurang O= Skala nyeri 5

Klien tampak tenang, Tidak gelisah. Klien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan. A= masalah sebagian

teratasi

Nyeri berkurang Pasien sudah bisa menggunakan kompres hangat P= intervensi

dilanjutkan Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi dan kompres hangat. Kaji skala nyeri


(44)

1 Kamis, 05-06-2014 10.15 10.25 10.35 10.50

− Mengkaji tanda-tanda

vital klien.

TD= 120/80mmHg HR= 82x/menit RR= 20x/menit T= 36,6oC

− Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri

Lokasi : Lumbalis Sinistra

Karakteristik :

intensitas nyeri ringan Skala nyeri : 3

− Menganjurkan

keluarga dan orang terdekat klien untuk berbincang dengan klien.

− Mengajarkan tehnik

relaksasi nafas dalam, kompres hangat.

S= Klien melaporkan nyerinya sudah jauh berkurang

O= Tanda-tanda vital: TD= 120/80mmHg HR= 82x/menit RR= 20x/menit T= 36,6oC Skala nyeri 3 Klien tampak tenang, dapat menggerakkan kedua tangan dan kakinya dengan baik,

Terlihat senang berinteraksi dengan keluarga.

A= masalah teratasi Skala nyeri 3 Pasien sudah bisa menggunakan kompres hangat dan relaksasi ketika nyeri

P= intervensi dihentikan

2 Jumat,

06-06-2014 10.30 11.00 − Memberikan pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan nyeri pada gastritis − Memberikan pendidikan kesehatan

S= Klien mengatakan mengerti tentang penatalaksanaan nyeri gastritis, mengetahui tentang diet gastritis yang benar.


(45)

tentang cara perawatan pada pasien gastritis

O= Klien mengerti dan mampu melakukan teknik relaksasi, kompres hangat dengan benar, mampu menyebutkan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk penderita gastritis. A= Masalah teratasi

Pasien terlihat tenang

Pasien mengetahui penyakit yang dideritanya P= Intervensi


(1)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Ny.M yang dilaksanakan pada tanggal 2-6 Juni 2014 di ruangan Tulip 2 RSUD dr.Pirngadi Medan.

Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif klien mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kiri dan menyebar ke daerah pinggang dan ekstremitas kiri bawah dan data objektif antara lain skala nyeri 7, klien tampak meringis, klien merasakan pola istirahat tidur terganggu juga, dan gelisah. Dengan data-data di atas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri sebagai masalah prioritas.

Untuk menangani masalah nyeri tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain mengkaji nyeri, lokasi, skala nyeri, dan tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi, dan kompres hangat atau dingin, serta mendengarkan keluhan klien.

Klien mengalami penurunan skala nyeri setiap hari lalu pada hari kelima klien sudah dapat beradaptasi sepenuhnya terhadap nyeri dengan skala nyeri 4, dan masalah nyeri teratasi.

B. Saran

1. Institusi pendidikan

Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang lebih inovatif lagi dan waktu pengelolaan pada pasien gastritis di tambahkan agar bisa lebih detail melakukan asuhan keperawatan.

2. Rumah sakit

Agar penerapan pengkontrolan nyeri di ruangan dapat di maksimalkan, mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien gastritis sehingga masalah dapat diatasi dan untuk fisioterapi untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pasien gastritis di ruangan dalam pengontrolan rasa nyaman nyeri.


(2)

3. Penulis selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus ganguuan rasa nyaman nyeri pada pasien untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan yang lebih dan untuk rajin melakukan pengkajian skala nyeri dan mengatasi nyeri agar skala nyeri pada pasien teratasi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta. Salemba Medika.

Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.

Gustin, Rahmi Kurnia. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastiritis pada Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota

Bukit Tinggi Tahun 2011.

gastritis&ie=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta. Diakses tanggal 10 Juni 2014.

Handayani, Siska Dwi dkk. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Gastritis di Puskesmas Jatinangor. Juni 2014.

Mander, Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta. EGC.

Potter & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.

Prasetyo, Sigit Nian. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Tucker, Susan Martin dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. Edisi 5. Jakarta. EGC.


(4)

Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari/ tanggal Pukul

1 Rabu, 04-06-2014

10.10

10.25

10.50

11.30

− Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri

Lokasi : Lumbalis Sinistra

Karakteristik :

intensitas nyeri sedang Skala nyeri : 5

Mengkaji tanda-tanda vital klien.

TD= 110/80mmHg HR= 82x/menit RR= 24x/menit T= 36,2 oC − Memberikan klien

posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk.

− Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, kompres hangat. − Memberikan kesempatan klien untuk menceritakan keluhannya pada perawat

S= Klien melaporkan nyerinya berkurang O= Skala nyeri 5

Klien tampak tenang, Tidak gelisah. Klien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan. A= masalah sebagian

teratasi

Nyeri berkurang Pasien sudah bisa menggunakan kompres hangat P= intervensi

dilanjutkan Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi dan kompres hangat. Kaji skala nyeri


(5)

1 Kamis, 05-06-2014 10.15 10.25 10.35 10.50

− Mengkaji tanda-tanda vital klien.

TD= 120/80mmHg HR= 82x/menit RR= 20x/menit T= 36,6oC

− Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, karakteristik nyeri, skala nyeri

Lokasi : Lumbalis Sinistra

Karakteristik :

intensitas nyeri ringan Skala nyeri : 3

− Menganjurkan keluarga dan orang terdekat klien untuk berbincang dengan klien.

− Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, kompres hangat.

S= Klien melaporkan nyerinya sudah jauh berkurang

O= Tanda-tanda vital: TD= 120/80mmHg HR= 82x/menit RR= 20x/menit T= 36,6oC Skala nyeri 3 Klien tampak tenang, dapat menggerakkan kedua tangan dan kakinya dengan baik,

Terlihat senang berinteraksi dengan keluarga.

A= masalah teratasi Skala nyeri 3 Pasien sudah bisa menggunakan kompres hangat dan relaksasi ketika nyeri

P= intervensi dihentikan 2 Jumat,

06-06-2014 10.30 11.00 − Memberikan pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan nyeri pada gastritis − Memberikan

S= Klien mengatakan mengerti tentang penatalaksanaan nyeri gastritis, mengetahui tentang diet gastritis yang


(6)

tentang cara perawatan pada pasien gastritis

O= Klien mengerti dan mampu melakukan teknik relaksasi, kompres hangat dengan benar, mampu menyebutkan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk penderita gastritis. A= Masalah teratasi

Pasien terlihat tenang

Pasien mengetahui penyakit yang dideritanya P= Intervensi