23
4 Kredit diragukan
Kredit diragukan yaitu kredit yang telah tidak lancar dan telah pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh debitur yang
bersangkutan. 5
Kredit macet Kredit macet sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau
pengaktifan kembali kredit yang tidak lancar dan usaha itu tidak berhasil, barulah kredit tersebut dikategorikan kedalam kredit macet.
Muchdarsyah Sinungan,2000:235-236
2.3. Likuiditas
2.3.1. Pengertian Likuiditas
Likuiditas perusahaan berarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat dapat memenuhi
kewajiban finansiilnya saat ditagih. Dalam hal ini perusahaan harus memperperhatikan apakah perusahaan setiap saat dapat memenuhi perubahan-
perubahan yang diperlukan untuk kelancaran jalannya perusahaan misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar gaji dan sebagainya Bambang
Riyanto,1995:26. Menurut Munawir 2001 likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban saat ditagih. Pendapat lain menurut Faisal abdullah, likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek kepada nasabah penyimpan maupun pihak lain 2003:28.
24
Dengan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendek. Suatu perusahaan atau PD BPR BKK mempunyai posisi keuangan yang
kuat apabila mampu : 1.
Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, yaitu pada waktu ditagih kewajiban keuangan pada pihak intern.
2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi.
3. Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan.
4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
S.Munawir,2001:72 Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur atau menilai tingkat likuiditas suatu
perusahaan atau PD BPR BKK. Rasio likuiditas merupakan perbandingan yang digunakan perusahaan PD BPR BKK yang berguna untuk mengukur dan menilai
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada nasabah penyimpan maupun pihak lain.
Bank dikatakan likuid jika bank tersebut mempunyai : 1.
Cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
2. Cash assets lebih kecil dari butir 1 diatas, tetapi bank juga mempunyai assets
lainnya khususnya surat-surat berharga yang daat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
25
3. Kemampuan untuk meciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk
utang. Malayu Hasibuan,2001:94
2.3.2. Macam –macam rasio likuiditas. Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan BPR
dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Rasio likuiditas yang digunakan untuk menilai bank adalah sebagai berikut :
1. Quick Ratio =
it TotalDepos
CashAsset
Digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para deposan dengan sejumlah cash yang dimiliki.
2. Banking Ratio =
it TotalDepos
TotalLoan
Digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kepada para penyimpan dana dengan jumlah kredit yang diberikan.
3. Loan to Asset Ratio =
TotalAsset TotalLoan
Digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah harta yang dimiliki.
4. Cash Ratio =
bayar ngSegeraDi
PinjamanYa CashAsset
Digunakan untuk mengukur kemampuan bank memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo melalui harta lancar yang dimiliki.
surat berharga. Faisal Abdullah,2003:125-126.
26
2.3.2 Fungsi likuiditas bank
Fungsi likuiditas bagi bank antara lain : 1
Untuk memenuhi ketetapan Bank Indonesia 2
Untuk jaminan pembayaran pencairan tabungan masyarakat 3
Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring 4
Untuk memperkuat daya tahan dalam menghadapi persaingan antar bank 5
Untuk menentukan tingkat kesehatan bank 6
Merupakan salah satu alat kebijaksanaan moneter pemerintah untuk mengatur jumlah uang beredar
7 Sebagai salah satu alat otoritas moneter dalam menstabilkan nilai tukar uang
8 Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank.
Malayu Hasibuan, 2001: 95
2.4 Kerangka Berfikir