Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka.

(1)

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN BERITA ACARA SIDANG

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH HAK CIPTA

MOTTO ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGENTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

1.4.1 Kegunaan Akademis ... 6

1.4.2 Kegunaan Teoritis ... 6

1.4.3 Kegunaan Praktis ... 7

1.4.4 Manfaat Lainnya ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern ... 8

2.1.1 Efektivitas ... 8

2.1.1.1 Definisi Efektivitas... 8

2.1.1.2 Ukuran Efektivitas ... 9


(2)

2.1.2.1 Definisi Sistem Pengendalian Intern ... 9

2.1.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern ... 10

2.1.2.3 Unsur Sistem Pengendalian Intern ... 11

2.1.3 Kredit... 13

2.1.3.1 Definisi Kredit ... 13

2.1.3.2 Unsur Kredit ... 14

2.1.3.3 Manfaat dan Tujuan Kredit ... 15

2.1.3.4 Fungsi Kredit ... 16

2.1.3.5 Jenis-jenis Kredit ... 17

2.2 Pengembalian Kredit Bank Perkreditan Rakyat ... 20

2.2.1 Pengembalian Kredit ... 20

2.2.1.1 Definisi Pengembalian Kredit ... 20

2.2.1.2 Tingkat Pengembalian Kredit ... 20

2.2.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 22

2.2.2.1 Definisi BPR ... 22

2.2.2.2 Kegiatan Usaha BPR ... 22

2.3 Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit ... 22

2.3.1 Pengaruh Lingkungan Pengendalian Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit... 23

2.3.2 Pengaruh Penilaian Risiko Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit ... 23

2.3.3 Pengaruh Informasi Dan Komunikasi Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit... 23

2.3.4 Pengaruh Aktivitas Pengendalian Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit... 23

2.3.5 Pengaruh Pemantauan Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit ... 24

2.4 Hubungan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Dengan Kelancaran Pengembalian Kredit ... 24

2.5 Penelitian Terdahulu ... 26


(3)

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

2.7 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Objek Penelitian ... 35

3.2 Metode Penelitian... 36

3.2.1 Desain Penelitian ... 36

3.2.2 Operasional Variabel ... 36

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.2.3.1 Populasi Penelitian ... 39

3.2.3.2 Sampel Penelitian ... 41

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.2.5 Teknik Analisis Data ... 42

3.2.5.1 Statistik Kualitatif ... 43

3.2.5.2 Statistik Kuantitatif ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Penelitian ... 50

4.1.1.1 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 50

4.1.1.2 Profil Perusahaan ... 52

4.1.2 Analisis Deskipsi Data Responden ... 53

4.1.3 Pengujian Instrumen Penelitian... 54

4.1.4 Analisis Deskripsi Data Penelitian ... 57

4.1.4.1 Deskriptif Data Variabel X (Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit) ... 57

4.1.4.1.1 Deskripsi Data Variabel Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Per Dimensi ... 57

4.1.4.1.2 Deskripsi Data Variabel Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Secara Keseluruhan ... 63

4.1.4.2 Deskripsi Data Variabel Y (Kelanacaran Pengembalian Kredit) ... 63

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 65


(4)

4.2 Pembahasan ... 67 4.2.1 Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Pada BPR Kabupaten Sumedang dan BPR Kabupaten Majalengka ... 67 4.2.2 Rasio Kredit Lancar Pada BPR Kabupaten Sumedang dan BPR Kabupaten Majalengka ... 71 4.2.3 Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terdadap Kelancaran Pengembalian Kredit BPR Kabupaten Sumedang dan BPR Kabupaten Majalengka... 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 74 5.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... xii


(5)

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penyaluran Kredit BPR di Kabupaten Sumedang ... 2

Tabel 1.2 Pertumbuhan Pengembalian BPR di Kabupaten Sumedang ... 3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 38

Tabel 3.2 Populasi BPR di Kabupaten Sumedang... 39

Tabel 3.3 Populasi BPR di Kabupaten Sumedang... 40

Tabel 3.4 Daftar Informan Kuesioner Dalam Penelitian ... 41

Tabel 3.5 Skala Likert Variabel X Penyataan Positif ... 42

Tabel 3.6 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi ... 49

Tabel 4.1 BPR Kabupaten Sumedang ... 52

Tabel 4.2 BPR Kabupaten Majalengka ... 53

Tabel 4.3 Profil Responden ... 54

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas (Variabel Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit) ... 55

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit ... 57

Tabel 4.6 Interpretasi Skor ... 57

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Tentang Dimensi Lingkungan Pengendalian ... 58

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Pada Dimensi Penaksiran Rasio ... 59

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Pada Dimensi Kegiatan Pengendalian ... 60

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Pada Dimensi Informasi dan Komunikasi ... 61

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Pada Dimensi Pemantauan ... 61

Tabel 4.12 Rekapitulasi Rata-rata Jawaban untuk Variabel X ... 62

Tabel 4.13 Rasio Kolektibilitas Kredit Lancar BPR Responden di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka ... 64

Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 65


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan Pengembalian Kredit... 4

Gambar 2.1 Tujuan Pokok Sistem Pengendalian Intern ... 11

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 34


(7)

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Tabulasi Data Variabel Sistem Pengendalian Intern Lampiran 3 Output Pengujian Validitas

Lampiran 4 Output Pengujian Reliabilitas

Lampiran 5 Output Pengujian Korelasi Product Moment Lampiran 6 Formulir Frekuensi Bimbingan

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Draft Usulan Penelitian Lampiran 8 Matriks Perbaikan (Revisi) Draft Usulan Penelitian

Lampiran 9 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Draft Skripsi Lampiran 10 Matriks Perbaikan (Revisi) Draft Skripsi

Lampiran 11 Lembar Pengesahan Skripsi

Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penyebaran Kuesioner Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyediaan dana untuk pelaksanaan pembangunan yang semakin pesat sangatlah diperlukan. Dengan keterbatasan pemerintah dalam penyediaan dana untuk pembangunan, peran bank dalam pembangunan adalah sangat mutlak. Bank merupakan salah satu sumber pendanaan bagi pembangunan di Indonesia, yaitu dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup banyak orang.

Peranan bank sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, mempunyai kegiatan utama menghimpun (funding) dan menyalurkan dana (lending). Kegiatan penyaluran dana ini dikenal dengan istilah alokasi dana, dimana salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit.

Dewasa ini kredit menjadi hal yang penting bagi masyarakat. Ketika masyarakat sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan karena kekurangan dana, maka salah satu pilihan yang diambil adalah dengan memilih kredit sebagai alternatif dalam mencari dana,

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu lembaga perbankan yang melakukan kegiatan dengan menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito untuk kemudian disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak yang membutuhkan dana. Pengalokasian dana tersebut tidak lain agar BPR dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin, karena sebagian besar pendapatan yang diterima oleh sebuah bank merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan penyaluran kredit.

Dalam dua tahun terakhir, penyaluran kredit BPR di Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan, hal ini terbukti dalam periode Januari 2011 sampai dengan Agustus 2013 total penyaluran kredit yang dikucurkan oleh BPR Kabupaten


(9)

2

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

Sumedang cenderung meningkat. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia, sebagaimana ditampilkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Penyaluran Kredit BPR Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka Periode Januari 2011-Agustus 2013

Bulan Total Penyaluran Kredit Maret 2011 Rp212.289.042

Juni 2011 Rp234.048.811 September 2011 Rp233.423.443 Desember 2011 Rp239.066.597 Maret 2012 Rp247.235.390 Juni 2012 Rp252.184.245 September 2012 Rp242.638.719 Desember 2012 Rp243.569.234 Maret 2013 Rp266.033.390 Juni 2013 Rp289.664.970 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia diolah kembali

Berdasarkan tabel 1.1 yang telah ditampilkan sebelumnya dapat terlihat bahwa total penyaluran kredit BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka selalu mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2011 total penyaluran kredit hanya Rp212.289.042, kemudian sempat mengalami penurunan pada bulan Sempember 2011 menjadi Rp233.423.443, mengalami penurunan lagi pada bulan September 2012 menjadi Rp242.638.719 dan bulan Desember 2012 menjadi Rp243.569.234, tetapi pada bulan-bulan berikutnya selalu mengalami peningkatan, hingga pada bulan Juni 2013 total penyaluran kredit mencapai sebesar Rp289.664.970.

Akan tetapi, sudah menjadi suatu yang lumrah bahwasanya segala sesuatu pasti ada risikonya, begitupun dengan kegiatan penyaluran kredit. Risiko terkait adalah risiko kredit, yaitu risiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank. Risiko kredit akan semakin besar apabila bank tidak mampu meningkatkan atau memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan. Kualitas kredit BPR digolongkan menjadi empat golongan, yaitu kredit lancar, kredit


(10)

kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet, sebagaimana ditampilakn pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Pertumbuhan Pengembalian Kredit BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

Periode Maret 2011-Juni 2013

Bulan Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet

Maret 2011 89,01% 2,21% 2,53% 6,25%

Juni 2011 88,28% 2,87% 2,06% 6,78%

September 2011 88,07% 2,15% 2,30% 7,48%

Desember 2011 89,45% 2,14% 2,29% 6,13%

Maret 2012 88,52% 2,48% 2,15% 6,86%

Juni 2012 89,42% 1,80% 2,35% 6,43%

September 2012 89,29% 2,88% 2,37% 5,46%

Desember 2012 89,73% 2,28% 3,09% 4,91%

Maret 2013 90,65% 1,89% 2,75% 4,71%

Juni 2013 90,14% 2,47% 2,07% 5,32%

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia diolah kembali

Berdasarkan tabel 1.2, dapat terlihat bahwa pertumbuhan kualitas kredit dengan kategori kredit lancar presentasenya tinggi dibandingkan dengan kualitas kredit dengan kreiteria kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.

Pada bulan Maret 2011, pertumbuhan kredit lancar sebesar 89,01%, dan pada bulan Maret 2013 pertumbuhan kredit lancar mencapai 90,65%. Namun dapat dilihat, pertumbuhan kredit macet lebih besar dibandingkan dengan kredit kurang lancar dan kredit diragukan. Pada bulan Maret 2011 kredit kurang lancar sebesar 2,21%, kredit diragukan sebesar 2,53% dan kredit macet mencapai 6,25%.

Untuk lebih memperjelas informasi mengenai peningkatan pertumbuhan pengembalian kredit, data 1.2 ditampilkan pada gambar 1.1 dibawah ini:


(11)

4

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

Gambar 1.1

Pertumbuhan Pengembalian Kredit BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

Periode Maret 2011-Juni 2013

Dengan adanya pertumbuhan kredit macet yang memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan kredit kurang lancar dan kredit diragukan, maka dapat disimpulkakan bahwa efektivitas pengendalian intern terhadap kelancaran pengembalian kredit di Kabupaten Sumedang belum efektif.

Tingkat kredit bermasalah periode Juni 2013 di Kabupaten Sumedang dalam kategori lancar sebesar Rp105.418.280, kurang lancar sebesar Rp2.883.774, diragukan sebesar Rp2.424.492 dan macet sebesar Rp6.225.312. Jadi, total dari seluruh kategori sebesar Rp116.951.858. Jika dibuat menjadi sebuah persentase, maka persentase untuk kredit bermasalah sebesar 9,86%.

Berdasarkan penjelasan di atas menunjukan bahwa tingkat kredit bermasalah pada periode Juni 2013 di BPR Kabupaten Sumedang masih tinggi, yaitu sebesar 9,86%. Karena melebihi besaran maksimal yang ditetapkan BI yaitu sebesar 5%.

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08

Maret 2011

Juni 2011 Maret 2012

Juni 2012 Maret 2013

Juni 2013

Kurang Lancar

Diragukan


(12)

Untuk mengatasi tingginya kredit bermasalah diperlukan pengelolaan kredit yang dapat meningkatkan kualitas kreditnya.

Hasil penelitian-penelitian sebelumnya, yang menguji pengaruh sistem pengendalian intern kredit dengan kelancaran pengembalian kredit menunjukan hasil yang baik. Sebagian penelitian seperti Tuti Maria (2012) menyatakan bahwa hubungan pengendalian intern kredit kolektibilitas kredit UMKM pada bank di Kota Bandung sangat memadai. Kolektibilitas kredit lancar yang menjadi indicator dalam penelitiannya, pada bank di Kota Bandung masih kurang dari jumlah minimum pencapaian pengembalian kredit minimum yang idealnya harus 95%.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada lokasi penelitan. Dalam penelitian Tuti Maria (2012) berlokasi di kota Bandung, sedangkan penelitian yang penulis lakukan berlokasi di Kabupaten Sumedang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba membahas dan menganalisa efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit dengan mengangkat judul: “Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR Sumedang”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas sistem pengendalian intern kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka?

2. Bagaimana kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka?

3. Bagaimana pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka?


(13)

6

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut: 1. Mengetahui efektivitas sistem pengendalian intern kredit pada BPR di

Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

2. Mengetahui kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka.

3. Mengetahui pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari dan berguna bagi pegembangan ilmu akuntansi, khususnya pada mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan manajemen keuangan.

Selain berguna untuk pengembangan ilmu Akuntansi, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang memerlukan dan dapat menjadi bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan mengenai pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit pada BPR Cabang Sumedang.

Bagi nasabah dapat melihat bagaimana pengaruh penyaluran kredit dan keamanan nasabah dengan melihat resiko usaha dan kredit. Bagi pengambil kebijakan (manajemen) dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengelolaan dana dalam rangka meningkatkan Return On Asset (ROA). Dasar kebijakan itu adalah dengan melihat variabel independen yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.


(14)

1.4.3 Kegunaan Praktis

Dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah kemajuan perusahaan, khususnya agar pengawasan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit dapat lebih efektif.

Dengan demikian, penelitian ini bisa dijadikan acuan oleh bank, dalam hal pemberian kredit kepada nasabahnya, yang pada akhirnya saat pengembalian kredit tersebut dapat diminimalisir pengembalian yang macet, diragukan, dan kurang lancar. 1.4.4 Manfaat Lainnya

Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang membutuhkan informasi mengenai pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit khususnya di BPR Sumedang.

Juga dapat dijadikan acuan bagi para peneliti yang berminat untuk menindaklanjuti penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit.


(15)

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2011:32)

Penelitian dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Sumedang. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pengaruh antara efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Objek dalam penelitian ini adalah efektivitas sistem pengendalian intern, efektivitas lebih memfokuskan pada akibat atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu. Lebih lanjut menurut Kurniawan, mendefinisikan efektivitas, sebagai “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan

diantara pelaksanaannya”. (Agung Kurniawan, 2005:109).

Sedangkan pengertian pengendalian intern menurut AICPA (American Instutute of Cerritified Public Accountants) seperti yang diungkapkan oleh Bambang Hartadi, 1999:3, adalah sebagai berikut:

Sistem Pengedalian Intern meliputi struktur organisasi serta semua metode dan ketentuan ketuntuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mencek kecermatan dan keandalan data, meningkatkan efiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi sistem pengendalian intern mencangkup sistem anggaran, laporan-laporan operasi secara periodik, analisis statistik dan adanya pegawai yang melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan prosedur yang telah digariskan dan melaksanakan


(16)

pemeriksaan intern untuk memberikan keyakinan kepada pimpinan sampai seberapa jauh prosedur telah dilaksanakan secara efektif dalam proses kredit.

Objek penunjang lain dalam penelitian antara lain kredit. Definisi kredit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bab I Pasal 7 butir 12 yang menyatakan bahwa:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Moh. Nazir (2009:84), menyatakan bahwa “Desain (rancangan) penelitian

adalah semua proses yang diperlukan perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan dua metode, yaitu metode deskriptif dan metode asosiatif.

Metode deskriptif didefinisikan oleh Sugiyono (2011:29), adalah sebagai berikut: ‟Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas‟.

Sugiyono (2010:55), mengatakan bahwa metode asosiatif sebagai berikut:

“Suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, serta dapat membangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala atau fenomena.

Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari, dan dijadikan sebagai bahan pembahasan untuk menentukan hubungan, pengaruh, serta keterkaitan antara variabel-variabel yang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(17)

40

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

1. Sistem Pengendalian Intern Kredit (X) a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengedalian mengacu pada factor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawan terhadap pengendalian.

b. Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah identifikasi dan analisis risiko yang mengganggu pencapaian sasaran pengendalian intern.

c. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas penendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang di dalamnya terdapat tindakan untuk menekan risiko dalam pencapaian keseluruhan yang di dalamnya terdapat tindakan untuk menekan risiko dalam pencapaian keseluruhan tujuan secara umum.

d. Informasi dan Komunikasi

Tujuan dari laporan sistem informasi dan komunikasi adalah untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi dalam perusahaan dan untuk mempertahankan pertanggungjawabannya terhadap asset.

e. Pemantauan

Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektivitas rancangan dan operasi struktur pengendalian intern secara periodik dan terus menerus oleh manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan.

2. Tingkat pengembalian kredit (Y)

Kategori tingkat pengembalian kredit dibedakan menjadi 2, yaitu kredit lancar dan kredit tidak lancar. Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penunggakan dalam pembayaran baik pokok pinjaman maupun bunga pinjamannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan kredit tidak lancar adalah kredit yang mengalami penunggakan pembayaran baik


(18)

pokok pinjaman maupun bunga pinjamannya melewati batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penelitian ini menggolongkan kelancaran pengembalian kredit menjadi 2, yaitu:

Lancar = skor 1 Tidak Lancar = skor 0

T a b e l 3 . 1

O p e r a s i o n a l V a r i a b e l

Variabel Dimensi Indikator Skala Item

S i s t e m P e n g e n d a l i a

n I n t e r n K r e d i t

( X )

1 . L i n g k u n g a n P e n g e n d a l i a n

D i l i h a t d a r i a d a n y a :

a . I n t e g r i t a s d a n n i l a i e t i k a

b . K o m i t m e n t e r h a d a p

k o m p e t e n s i c . P a r t i s i p a s i

d e w a n d i r e k s i a t a u k o m i t e a u d i t d . F i l o s o f i g a y a

o p e r a s i

m a n a j e m e n e . S t r u k t u r

o r g a n i s a s i f . P e m b a g i a n

w e w e n a n g d a n p e l i m p a h a n

t a n g g u n g j a w a b , k e b i j a k a n d a n p r a k t e k S D M

O r d i n a l 1 ,

2 3 -4 5 , 6 7 -1 0 1 1 1 2 -1 4

2 . P e n i l a i a n R i s i k o

D i l i h a t d a r i a d a n y a :

a . P e r u b a h a n d a l a m

l i n g k u n g a n o p e r a s i

b . K a r y a w a n b a r u c . P e n i n g k a t a n

a k t i v i t a s

O r d

i n a l 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9


(19)

42

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

p e g e m b a l i a n k r e d i t

d . T e k n o l o g i b a r u e . K e p u t u s a n

a t a u p e r n y a t a a n a k u n t a n s i

3 . K e g i a t a n P e n g e n d a l i a n

D i l i h a t d a r i a d a n y a :

a . P e m i s a h a n

t u g a s y a n g c u k u p b . O t o r i t a s d a r i

t r a n s a k s i

c . P e n g e n d a l i a n f i s i k a t a s a s s e t d a n c a t a t a n

d . D o k u m e n d a n c a t a t a n y a n g c u k u p

O r d

i n a l 2 0 , 2 1 2 2 , 2 3 2 4 -2 5 2 6 -2 8 4 . I n f

o r m a s i d a n K o m u n i k a s i

D i l i h a t d a r i a d a n y a :

a . M e n g u m p u l k a n i n f o r m a s i

b . M e n g k l a s i f i k a s i k a n i n f o r m a s i c . M e n g a n a l i s a

i n f o r m a s i

d . M e n c a t a t d a n m e l a p o r k a n

t r a n s a k s i

O r d

i n a l 2 9 , 3 0 3 1 , 3 2 3 3 , 3 4 3 5 -3 8 5 . P e

m a n t a u a n (monitoring)

C O S O ( d a l a m J a m e s A .

H a l l , 2 0 0 7 : 1

D i l i h a t d a r i a d a n y a :

a . P e m a n t a u a n y a n g

b e r k e l a n j u t a n b . E v a l u a s i

t e r p i s a h

c . T i n d a k l a n j u t

O r d

i n a l 3 9 -4 1 4 2 , 4 3 4 4 , 4 5


(20)

8 6 ) K e l a n c

a r a n P e n g e m b a l i a

n K r e d i t

( Y )

Tingkat Pengembalian Kredit

Tingkat Pengembalian Kredit = Kredit Lancar

x100% Jumlah Kredit yang Diberikan

R a s i o

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.3.1Populasi Penelitian

Sugiyono (2013:80) mendefinisikan populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini meliputi Cabang Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Sumedang yang berjumlah 9 BPR.

Tabel 3.2

Populasi BPR di Kabupaten Sumedang

No Nama BPR Alamat

1 PD BPR Sumedang Jl. Mayor Abdurrahman No. 78 2 PT. BPR Karpana Tasia Jl. Pos Giro No. 05

3 PT. BPR Nusamba

Tanjung Sari Jl. Raya Tanjungsari No. 115 4 PT. BPR Wahana Sentra

Artha

Jl. Pasar Balong No.169 Kadipaten

5 PD BPR Sukahaji Jl. Pangeran Muhamad No.4 Sukahaji Majalengka 6 PD. BPR LPK

Panyingkiran

Jl Siliwangi No. 40 Panyingkiran 7 PD. BPR LPK Cigasong Jl. Raya Barat No. 42 Cigasong

8 PD. BPR LPK Cingambul Jl.Raya Cikijing-Ciamis No.32 Cingambul 9 PD. BPR LPK Banjaran Jl.Raya Banjaran No.2

3.2.3.2Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:81) menjelaskan mengenai sampel yaitu “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.


(21)

44

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh. Menurut Sugiyono (2013:85) Sampling Jenuh adalah “Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Seperti tabel 3.2 diatas, sampel penelitian yang digunakan adalah sebanyak 9 jumlah populasi.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Satuan Pengawas Intern (SPI) untuk pernyataan mengenai pengendalian intern kredit.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Kuisioner

Kuisoner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar perntanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar perntanyaan tersebut. (Husein Umar, 2008:49)

Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh responden dengan member tanda pada jawaban yang telah disediakan. Jenis angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup dan terstruktur, artinya jawaban responden pada setiap pernyataan atau pertanyaan terikat pada sejumlah alternative yang disediakan dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban lain selain jawaban-jawaban yang disedikan.

Tabel 3.4.

Daftar Informan Kuesioner Dalam Penelitian

No Informan Jumlah Alasan Pemilihan

1. Kepala Pusat/Cabang atau Kepala Bagian atau Staff Karyawan

1 a. Kepala pusat/cabang terlibat langsung dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern b. Telah bekerja sebagai kepala

pusat/cabang sekurang-kurangnya selama 1 tahun c. Memiliki pengalaman yang

lebih dalam bidang perkreditan dan sangat menguasai teori tentang

pelaksanaan sistem


(22)

kelancaran pengembalian kredit

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala likert. Menurut Sugiyono, (2013:93), menjelaskan bahwa: “Skala Likert digunakan mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Tabel 3.5

Skala Likert Variabel X Penyataan Positif Nilai Kriteria

5 Selalu

4 Sering

3 Kadang-kadang

2 Jarang

1 Tidak Pernah

2. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dokumen, naskah dan laporan perusahaan berkaitan dengan permasalahan. Pada penelitian ini, dokumentasi dilakukan dari data sekunder yang diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat untuk mengetahui nilai perkembangan kredit berdasarkan kolektibilitas yang digunakan untuk mengukur kelancaran pengembalian kredit BPR di Kabupaten Sumedang.

3.2.5 Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu penyuntingan (editing), pengkodean (coding), dan tabulasi (tabulating).

Editing dilakukan dengan memeriksa kembali setiap lembar kuisioner untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan di dalam kuisioner telah diisi dengan baik oleh setiap responden. Setelah itu, coding dilakukan dengan memberi kode pada setiap


(23)

46

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

jawaban responden dalam kuisioner. Data-data yang telah di-coding kemudian dimasukkan ke dalam bentuk tabel-tabel (tabulating) untuk diolah dengan Microsoft Excel dan Minitab 14.

Pengolahan data dilakukan untuk menjawab setiap pertanyaan yang tercantum dalam tujuan penelitian. Di dalam penelitian ini digunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

3.2.5.1Statistik Kualitatif

Statistik kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif menurut Sugiyono (2013:147), mendefinisikan, statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Setelah data-data yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran, jawaban atas variabel-variabel yang diteliti dari data yang terkumpul.

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden yang berisi 45 pernyataan untuk variabel X.

2. Setelah semua kuesioner terkumpul, data tersebut dikelompokkan menurut kelompok dimensi masing-masing variabel, lalu dilanjutkan dengan memberikan skor untuk jawaban dari setiap item pernyataan yang diajukan. Setelah diberikan skor untuk jawaban dari setiap item pernyataan, maka dijumlahkan total keseluruhan nilai skor per dimensi atau yang disebut skor item.

3. Langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria pengklasifikasian untuk variabel X yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan oleh Husein Umar (2008:201) dimana rentang skor dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(24)

Keterangan:

RS = Rentang Skor M = Skor tertinggi item N = Skor terendah item b = Jumlah kelas

Menurut Sugiyono (2012: 133) kriteria interpretasi skor berdasarkan hasil

jawaban dari responden adalah “skor maksimal setiap kuisioner adalah 5 dan skor

minimum adalah 1, atau berkisar antar 20% - 100%, maka jarak antara skor yang berdekatan adalah 16% ((100%-20%)/5).

4. Menghitung besarnya variael X (Efektivitas Pengendalian Intern Kredit) dengan cara mencari rata-rata (mean) yang digunakan adalah sebagai berikut:

X

=

5. Menarik kesimpulan.

3.2.5.2Statistik Kuantitatif

Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Pernyataan yang sering kita dengar adalah bahwa regresi dimengerti dengan kata kunci pengaruh, dan korelasi dimengerti dengan kata kunci hubungan. Pengertian sederhana itu tidaklah salah, akan tetapi, tidak ada salahnya juga kita memahami secara lebih lanjut tentang regresi dan korelasi.

Menurut Gujarati (2004:22), analisis korelasi berkaitan erat dengan regresi, tetapi secara konsep berbeda dengan analisis regresi. Analisis korelasi adalah mengukur suatu tingkat atau kekuatan hubungan linear antara dua variabel. Koefisien korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan linear. Sebagai contoh, kita tertarik untuk menemukan korelasi antara merokok dengan penyakit kanker, berdasarkan penjelasan statistik dan matematika, pada anak sekolah dan mahasiswa (dst). Dalam analisis regresi, kita tidak menggunakan pengukuran tersebut. Analisis regresi mencoba untuk mengestimasi atau memprediksikan nilai rata-rata suatu variabel yang


(25)

48

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

sudah diketahui nilainya, berdasarkan suatu variabel lain yang juga sudah diketahui nilainya. Misalnya, kita ingin mengetahui apakah kita dapat memprediksikan nilai rata-rata ujian statistik berdasarkan nilai hasil ujian matematika.

Regresi dan korelasi mempunyai perbedaan mendasar. Dalam analisis regresi terdapat asimtri pada variabel tergantung dan terkiat yang akan dianalisis. Variabel terikat diasumsikan random atau stokastik, sehingga mempunyai distribusi probabilitas. Variabel penjelas (variabel bebas) diasumsikan mempunyai nilai yang tertentu (dalam sampel tertentu). Sebenarnya sangat dimungkinkan bahwa variabel bebas juga stokastik secara intrinsik, akan tetapi untuk kegunaan analisis regresi, maka kita asumsikan bahwa nilai variabel bebas adalah tertentu (fixed). Nilai-nilai pada variabel bebas adalah sama pada berbagai sampel sehingga tidak random atau tidak stokastik.

Dalam analisis korelasi, kita menggunakan dua variabel yang simetris, sehingga tidak ada perbedaan antara variabel terikat dengan variabel penjelas. Korelasi antara nilai ujian matematika dan ujian statistik (dalam contoh di atas) adalah sama dengan korelasi antara ujian statistik dan ujian matematika. Lebih lanjut, dua variabel tersebut diasumsikan random. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa kebanyakan teori korelasi berdasarkan pada asumsi variabel random, di mana kebanyakan teori regresi berdasarkan pada asumsi variabel tergantung stokastik dan variabel bebas adalah tertentu atau non stokastik. Meskipun demikian, dalam analisis yang lebih mendalam, kita dapat mempertimbangkan kembali asumsi bahwa variabel penjelas merupakan non stokastik.

Levin & Rubin (1998:648) dalam mendefinisikan regresi juga menggunakan

istilah “analisis korelasi”, maka sebaiknya dalam bagian ini penulis perlu

menjelaskan perbedaan antara regresi dan korelasi. Menurut Gujarati (2010:25) analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan (strength) atau tingkatan (degree) hubungan linier (linear association) antara dua variabel. Untuk mengukur kekuatan hubungan linier ini digunakan koefesien korelasi. Sebaliknya dalam regresi kita tidak melakukan pengukuran seperti itu. Dalam regresi kita membuat estimasi atau memprediksi nilai rata-rata satu variabel didasarkan pada nilai-nilai tetap


(26)

variabel-variabel lain. Perbedaan yang mendasar antara regresi dan korelasi ialah dalam regresi terdapat (hubungan) asimetri dalam kaitannya dengan perlakuan terhadap variabel tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung diasumsikan statistitikal, acak atau stokhastik, yaitu mempunyai distribusi probabilitas. Sedang variabel bebas/prediktornya diasumsikan mempunyai nilai-nilai tetap. Sebaliknya dalam korelasi kita memperlakukan dua variabel atau variabel-variabel apa saja secara simetris, yaitu tidak ada perbedaan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebagai contoh korelasi antara nilai ujian matematik dan statistik sama dengan korelasi nilai ujian statistik dan matematik. Lebih lanjut dalam korelasi kedua variabel diasumsikan random.

Sebelum melakukan uji hipotesis, karena pengumpulan data diukur menggunakan kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 1. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukan tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen, serta seberapa baik suatu konsep dapat didefinisikan oleh suatu ukuran. Instrumen dikatakan valid jika instrumen sudah mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data yang diteliti secara tepat.

Selanjutnya uji validitas untuk jawaban kuesioner tingkat pengukuran Likert’s Summated Rating (Skala Likert) dilakukan melalui teknik korelasi antara masing-masing item pertanyaan-pertanyaan dengan total item pernyataan-pernyataan tersebut, dan dilakukan perhitungan korelasi anatara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment, karena data yang didapat adalah data ordinal. Adapun rumus dari uji korelasi dengan teknik Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

ρ

= 1 -

Dimana:

ρ = koefisien korelasi Spearman Rank (Sugiyono, 2010:245)


(27)

50

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

Dimana dasar pengambilan keputusan untuk menentukan item atau pertanyaan mana yang memiliki validitas yang memadai ditetapkan patokan besaran koefisien item total dikoreksi sebesar 0,3 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total dikoreksi sama atau lebih besar 0,3 diindikasikan memiliki validitas yang valid dan kurang dari 0,3 diindikasikan item tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama pada penelitian lain. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang reliable (dapat dipercaya). Uji reliabilitas dalam pengukuran ini menggunakan

metode Cronbach’s Alpha, dimana suatu kesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60. Rumus koefiien reliabilitas Cronbach’s

Alpha adalah sebagai berikut:

(

1- ∑

)

Dimana:

K = mean kuadrat antara subyek

= mean kuadrat kesalan = varians total

(Sugiyono, 2010:365)

3. Method Of Successive Interval (MSI)

Mengingat bahwa data dihasilkan dalam skala ordinal, maka sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data skala ordinal menjadikan skala interval sebagai syarat untuk pengujian korelasi product moment dengan menggunakan MSI. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


(28)

1) Buka Microsoft Exel, lalu pilih adds-in di sebelah pojok kanan atas 2) Lalu pilih statistic/successive interval

3) Masukan skor hasil pengolahan dari kuesioner 4) Blok semua data, lalu klik next

5) Kemudian uncheck pada Input Lavel in first now 6) Pilih 1 pada min value dan 5 pada max value

7) Pilih kolom yang dikehendaki untuk menunjukan hasilnya 8) Klik next lalu finish

4. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan kedua variabel, dimana hipotesis nol (Ho) umumnya diformulasikan untuk ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis bentuk kalimat adalah sebagai berikut:

Ho: r < 0 Tidak terdapat pengaruh positif antara efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit

Ha: r ≥ 0 Terdapat pengaruh positif antara efektivitas sistem pengendalian intern

kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit

Untuk mengetahui pengaruh efektivitas sistem pengendalin kredit terhadap kelancara pengembalian kredit, maka menggunakan koleasi product moment. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio. Menurut Sugiyono (2010:228), rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

Dimana:

̅


(29)

52

Heny Syahroini Harahap, 2015

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.6

Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2010:231)

5. Koefisien Determinasi

Setelah nilai koefisien korelasi sudah diketahui, selanjutnya ditentukan besarnya koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya pengaruh dalam persentase dari variabel X dan variabel Y. Perhitungan koefisien determinasi dapat dilakukan sebagai berikut:

KD = r2 x 100% Dimana:

KD = koefisein determinasi r = koefisien korelasi


(1)

Keterangan:

RS = Rentang Skor M = Skor tertinggi item N = Skor terendah item b = Jumlah kelas

Menurut Sugiyono (2012: 133) kriteria interpretasi skor berdasarkan hasil jawaban dari responden adalah “skor maksimal setiap kuisioner adalah 5 dan skor minimum adalah 1, atau berkisar antar 20% - 100%, maka jarak antara skor yang

berdekatan adalah 16% ((100%-20%)/5).

4. Menghitung besarnya variael X (Efektivitas Pengendalian Intern Kredit) dengan cara mencari rata-rata (mean) yang digunakan adalah sebagai berikut:

X

=

5. Menarik kesimpulan.

3.2.5.2Statistik Kuantitatif

Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Pernyataan yang sering kita dengar adalah bahwa regresi dimengerti dengan kata kunci pengaruh, dan korelasi dimengerti dengan kata kunci hubungan. Pengertian sederhana itu tidaklah salah, akan tetapi, tidak ada salahnya juga kita memahami secara lebih lanjut tentang regresi dan korelasi.

Menurut Gujarati (2004:22), analisis korelasi berkaitan erat dengan regresi, tetapi secara konsep berbeda dengan analisis regresi. Analisis korelasi adalah mengukur suatu tingkat atau kekuatan hubungan linear antara dua variabel. Koefisien korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan linear. Sebagai contoh, kita tertarik untuk menemukan korelasi antara merokok dengan penyakit kanker, berdasarkan penjelasan statistik dan matematika, pada anak sekolah dan mahasiswa (dst). Dalam analisis regresi, kita tidak menggunakan pengukuran tersebut. Analisis regresi mencoba untuk mengestimasi atau memprediksikan nilai rata-rata suatu variabel yang


(2)

Heny Syahroini Harahap, 2015

sudah diketahui nilainya, berdasarkan suatu variabel lain yang juga sudah diketahui nilainya. Misalnya, kita ingin mengetahui apakah kita dapat memprediksikan nilai rata-rata ujian statistik berdasarkan nilai hasil ujian matematika.

Regresi dan korelasi mempunyai perbedaan mendasar. Dalam analisis regresi terdapat asimtri pada variabel tergantung dan terkiat yang akan dianalisis. Variabel terikat diasumsikan random atau stokastik, sehingga mempunyai distribusi probabilitas. Variabel penjelas (variabel bebas) diasumsikan mempunyai nilai yang tertentu (dalam sampel tertentu). Sebenarnya sangat dimungkinkan bahwa variabel bebas juga stokastik secara intrinsik, akan tetapi untuk kegunaan analisis regresi, maka kita asumsikan bahwa nilai variabel bebas adalah tertentu (fixed). Nilai-nilai pada variabel bebas adalah sama pada berbagai sampel sehingga tidak random atau tidak stokastik.

Dalam analisis korelasi, kita menggunakan dua variabel yang simetris, sehingga tidak ada perbedaan antara variabel terikat dengan variabel penjelas. Korelasi antara nilai ujian matematika dan ujian statistik (dalam contoh di atas) adalah sama dengan korelasi antara ujian statistik dan ujian matematika. Lebih lanjut, dua variabel tersebut diasumsikan random. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa kebanyakan teori korelasi berdasarkan pada asumsi variabel random, di mana kebanyakan teori regresi berdasarkan pada asumsi variabel tergantung stokastik dan variabel bebas adalah tertentu atau non stokastik. Meskipun demikian, dalam analisis yang lebih mendalam, kita dapat mempertimbangkan kembali asumsi bahwa variabel penjelas merupakan non stokastik.

Levin & Rubin (1998:648) dalam mendefinisikan regresi juga menggunakan istilah “analisis korelasi”, maka sebaiknya dalam bagian ini penulis perlu menjelaskan perbedaan antara regresi dan korelasi. Menurut Gujarati (2010:25) analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan (strength) atau tingkatan (degree) hubungan linier (linear association) antara dua variabel. Untuk mengukur kekuatan hubungan linier ini digunakan koefesien korelasi. Sebaliknya dalam regresi kita tidak melakukan pengukuran seperti itu. Dalam regresi kita membuat estimasi atau memprediksi nilai rata-rata satu variabel didasarkan pada nilai-nilai tetap


(3)

variabel-variabel lain. Perbedaan yang mendasar antara regresi dan korelasi ialah dalam regresi terdapat (hubungan) asimetri dalam kaitannya dengan perlakuan terhadap variabel tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung diasumsikan statistitikal, acak atau stokhastik, yaitu mempunyai distribusi probabilitas. Sedang variabel bebas/prediktornya diasumsikan mempunyai nilai-nilai tetap. Sebaliknya dalam korelasi kita memperlakukan dua variabel atau variabel-variabel apa saja secara simetris, yaitu tidak ada perbedaan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebagai contoh korelasi antara nilai ujian matematik dan statistik sama dengan korelasi nilai ujian statistik dan matematik. Lebih lanjut dalam korelasi kedua variabel diasumsikan random.

Sebelum melakukan uji hipotesis, karena pengumpulan data diukur menggunakan kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 1. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukan tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen, serta seberapa baik suatu konsep dapat didefinisikan oleh suatu ukuran. Instrumen dikatakan valid jika instrumen sudah mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data yang diteliti secara tepat.

Selanjutnya uji validitas untuk jawaban kuesioner tingkat pengukuran Likert’s Summated Rating (Skala Likert) dilakukan melalui teknik korelasi antara masing-masing item pertanyaan-pertanyaan dengan total item pernyataan-pernyataan tersebut, dan dilakukan perhitungan korelasi anatara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment, karena data yang didapat adalah data ordinal. Adapun rumus dari uji korelasi dengan teknik Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

ρ

= 1 -

Dimana:

ρ = koefisien korelasi Spearman Rank


(4)

Heny Syahroini Harahap, 2015

Dimana dasar pengambilan keputusan untuk menentukan item atau pertanyaan mana yang memiliki validitas yang memadai ditetapkan patokan besaran koefisien item total dikoreksi sebesar 0,3 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya, semua item pertanyaan atau pernyataan yang memiliki koefisien korelasi item total dikoreksi sama atau lebih besar 0,3 diindikasikan memiliki validitas yang valid dan kurang dari 0,3 diindikasikan item tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama pada penelitian lain. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang reliable (dapat dipercaya). Uji reliabilitas dalam pengukuran ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha, dimana suatu kesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60. Rumus koefiien reliabilitas Cronbach’s Alpha adalah sebagai berikut:

(

1- ∑

)

Dimana:

K = mean kuadrat antara subyek ∑ = mean kuadrat kesalan

= varians total

(Sugiyono, 2010:365)

3. Method Of Successive Interval (MSI)

Mengingat bahwa data dihasilkan dalam skala ordinal, maka sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data skala ordinal menjadikan skala interval sebagai syarat untuk pengujian korelasi product moment dengan menggunakan MSI. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


(5)

1) Buka Microsoft Exel, lalu pilih adds-in di sebelah pojok kanan atas 2) Lalu pilih statistic/successive interval

3) Masukan skor hasil pengolahan dari kuesioner 4) Blok semua data, lalu klik next

5) Kemudian uncheck pada Input Lavel in first now 6) Pilih 1 pada min value dan 5 pada max value

7) Pilih kolom yang dikehendaki untuk menunjukan hasilnya 8) Klik next lalu finish

4. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan kedua variabel, dimana hipotesis nol (Ho) umumnya diformulasikan untuk ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis bentuk kalimat adalah sebagai berikut:

Ho: r < 0 Tidak terdapat pengaruh positif antara efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit

Ha: r ≥ 0 Terdapat pengaruh positif antara efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit

Untuk mengetahui pengaruh efektivitas sistem pengendalin kredit terhadap kelancara pengembalian kredit, maka menggunakan koleasi product moment. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau rasio. Menurut Sugiyono (2010:228), rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ Dimana:

̅ ̅


(6)

Heny Syahroini Harahap, 2015

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.6

Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010:231)

5. Koefisien Determinasi

Setelah nilai koefisien korelasi sudah diketahui, selanjutnya ditentukan besarnya koefisien determinasi untuk mengetahui besarnya pengaruh dalam persentase dari variabel X dan variabel Y. Perhitungan koefisien determinasi dapat dilakukan sebagai berikut:

KD = r2 x 100% Dimana:

KD = koefisein determinasi r = koefisien korelasi