Pelanggaran Merek TINJAUAN PUSTAKA

2. Pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan Pasal 91 UUM.

2.2 Pelanggaran Merek

Pemanfaatan merek-merek terkenal pada saat sekarang sudah mulai marak, hal tersebut tidak lain karena menjanjikan keuntungan besar yang akan didapat apabila mempergunakan merek terkenal dari pada menggunakan mereknya sendiri. Apalagi pada saat krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti saat sekarang ini, banyak produsen yang mensiasati dengan cara mengkombinasikan barang-barang bermerek yang asli dengan yang bajakan, karena bajakan tersebut secara fisik benar-benar mirip dengan yang asli. Banyak alasan mengapa banyak industri memanfaatkan merek merek terkenal untuk produk-produknya, salah satunya adalah agar mudah dijual, selain itu merek tak perlu repot- repot mengurus nomor pendaftaran ke Dirjen HaKI atau mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membangun citra produknya brand image. Mereka tidak perlu repot repot membuat divisi riset dan pengembangan untuk dapat menghasilkan produk yang selalu up to date, karena mereka tinggal menjiplak produk orang lain dan untuk pemasarannya biasanya “Bandar” yang siap untuk menerima produk jiplak tersebut. Ditinjau dari aspek hukum masalah merek menjadi sangat penting, sehubungan dengan persoalan perlu adanya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pemilik atau pemegang merek dan perlindungan hukum terhadap masyarakat sebagai konsumen atas suatu barang atau jasa yang memakai suatu merek agar tidak terkecoh oleh merek-merek lain, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masalah penggunaan merek terkenal oleh pihak yang tidak berhak, masih banyak terjadi di Indonesia dan kenyataan tersebut benar-benar disadari oleh pemerintah yang dalam prakteknya menurut A Zen Umar Purba bahwa Law Enforcement yang lemah menjadikan masalah ini mendapat banyak kendala dalam penanganannya. Bentuk – Bentuk Pelanggaran Merek Pada hakikatnya pelanggaran merek yang terjadi diindonesia umumnya disebabkan oleh sifat konsumtif masyarakat terutama terhadap produk dengan merek yang sudah terkenal. Adanya perasaan bangga yang dimiliki konsumen saat menggunakan produk bermerek menambah jumlah peningkatan bentuk pelanggaran merek. Dengan kondisi yang demikian maka semakin banyak produsen yang membuat produk dengan merek serupa namun kualitas berbeda. Pada umumnya pelanggaran atas merek memiliki penanganan yang berbeda- beda. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran itu adalah 5 : 1. Pendaftaran Merek Tanpa Hak Pelanggaran ini dilakukan dengan cara mendaftarkan merek-merek yang sama baik pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan merek-merek dari luar negeri khususnya yang terkenal kemudian atas nama mereka sendiri kemudian diperdagangkan. Ketika produsen pemilik merek asli dari luar ingin bekerja sama dengan produsen di Indonesia dalam memproduksi produknya tersebut, produsen asing ini akan mendapat kesulitan dari orang- orang yang telah lebih dulu mendaftarkan mereknya secara tanpa hak . Hal ini akan dapat mengakibatkan produsen asing mengurungkan niat berinvestasi di Indonesia, dampaknya sangat jelas terlihat bahwa akan terjadi kekurangan investasi dalam perputaran perekonomian bisnis di Indonesia. 2. Pendaftaran Merek Tanpa Hak disertai Pemakaian Pada pelanggaran ini, si pelanggar tidak saja melanggar hak orang lain tetapi juga melakukan penyesatan dan pengelabuan atas sumber dan kualitas barang yang dbubuhi merek tersebut. Dalam kasus ini, tidak hanya pemegang hak atas merek menjadi korban perusakan citra dagang tetapi konsumen juga menjadi korban penipuan. Barang yang di produksi akan memiliki kualitas yang jauh lebih rendah di bandingkan dengan produk aslinya. 3. Pemakaian Merek Tanpa Hak 5 Irwansyah Ockap, Perlindungan hokum terhadap pemegang merek dagang terkeal asing dari pelanggaran merek di Indonesia , hal 51 Pelanggaran jenis ini sebenarnya sama dengan kedua bentuk pelanggaran diatas. Perbedaannya dalam pemakaian tanpa hak, produk yang dipalsukan diusahakan benar benar sama dengan aslinya. Dalam pelanggaran ini yang dirugikan adalah pemilik merek dan konsumennya

2.3 Contoh Kasus