mengevaluasi penampang berdasarkan nilai resistivitas yang diperoleh dalam pengukuran di lapangan. Dari hasil pengolahan data, nilai resistivitas suatu
material ditunjukkan berdasarkan pencitraan warna.
4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1.1 Daerah Johar
Daerah Johar dilakukan penelitian dengan 1 bentangan saja, hal ini dikarenakan kondisi tanahnya yang tidak mendukung untuk menancapkan
elektroda. Kondisi tanah berpaving sangat sulit untuk dialiri arus listrik. Karena pada penelitian ini hanya terdiri dari 1 bentangan saja, maka hasil yang
ditampilkan hanya berupa tampilan 2 dimensi yang dapat dilihat Pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Penampang Resistivitas Lapisan Bawah Permukaan 2-D di Daerah Johar
Sesuai dengan evaluasi dari penelitian sebelumnya, tabel harga tahan jenis, peta geologi, serta analisis dari Gambar 4.2, dapat dilihat material yang
terkandung di bawah permukaan daerah penelitian yaitu berupa material lempung
dan pasir. Nilai resistivita s air bersih yang tercemar berkisar antara 0,2 Ωm hingga
10 Ωm. Dari hasil interpretasi lapisan bawah permukaan, sebagian besar daerah Johar merupakan material pasir dengan nilai resistivitas berkisar antara 14 Ωm
hingga 45 Ωm. Untuk pencitraan warna biru dengan nilai resistivitas berkisar antara 6,5 Ωm hingga 10 Ωm merupakan material lempung yang terintrusi air laut.
Sehingga perkiraan penyebaran intrusi air laut pada Gambar 4.2 terjadi pada kedalaman 1.25 meter hingga 9.94 meter di bentangan meter ke 54 sampai meter
ke 63 dengan nilai resistivitas berkisar antara 1.11 Ωm hingga 6,5 Ωm.
4.1.2 Daerah Balai Kota
Penelitian ini dilakukan di taman sekitar area Balai Kota yang kondisi tanahnya masih berupa tanah liat. Namun penelitian pada daerah ini hanya
dilakukan dengan 1 bentangan karena kondisi taman yang tidak begitu luas, sedangkan area sekitar Balai Kota yang lainnya berupa tanah berpaving. Hasil dari
penelitian dan pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Penampang Resistivitas Lapisan Bawah Permukaan 2-D di Daerah Balaikota
Analisis dari Gambar 4.3, hampir 50 daerah penelitian terkena intrusi air laut. Penyebaran intrusi air laut di daerah ini diperkirakan terjadi pada kedalaman
antara 1,25 meter hingga 9 meter di bentangan meter ke 12 sampai meter ke 34, serta pada kedalaman 1,25 meter hingga 9,94 meter di bentangan meter ke 40
sampai meter ke 60. Penyebaran intrusi air laut dapat dilihat pada Gambar 4.3 dengan garis batas putus-putus berwarna putih dan ditunjukkan oleh kedua anak
panah. Untuk pencitraan warna biru muda yang mempunyai nilai resistivitas berkisar antara 6,5 Ωm hingga 10 Ωm, penulis menduga adanya pencemaran air
dari limbah lain, bukan dari air laut. Dari hasil penelitian sebelumnya tentang sebaran air tanah asin di wilayah Semarang yang dilakukan oleh Irham, dkk.,
2006, air tanah tawar-payau hanya dijumpai di dua tempat, salah satunya adalah sekitar Tugu Muda dan Jl. Pemuda. Hal ini semakin menguatkan analisis tentang
adanya penyebaran intrusi air laut di daerah Balai Kota.
4.1.3 Daerah Kencono Wungu